Anda di halaman 1dari 5

Strictly Confidential and Proprietary

RANCANGAN UNDANG-UNDANG
KETENTUAN DAN FASILITAS
PERPAJAKAN UNTUK PENGUATAN
PEREKONOMIAN
PEMBANGUNAN 1
SUBSTANSI RUU NASIONAL
PENGUATAN
PEREKONOMIAN

SISTEM TERRITORI MENDORONG


PENENTUAN KEPATUHAN WAJIB PENGATURAN
MENINGKATKAN UNTUK MENCIPTAKAN KEADILAN IKLIM
SUBJEK PAJAK PAJAK & WAJIB FASILITAS DALAM UU
PENDANAAN INVESTASI PENGHASILAN BERUSAHA DI DALAM NEGERI
ORANG PRIBADI BAYAR SECARA PERPAJAKAN
LUAR NEGERI
SUKARELA

1. Penurunan tarif PPh 5. Penghasilan 7. WNI tinggal <183 9. Relaksasi Hak 11. Pemajakan Transaksi 14. Bentuk Fasilitas:
Badan secara bertahap tertentu hari di Indonesia Pengkreditan Elektronik: a. Tax holiday
22% (2021 & 2022) dan (termasuk dapat menjadi Pajak Masukan a. Penunjukan platform b. Super deduction
20% (2023 dst.) Dividen) dari luar SPLN bagi Pengusaha memungut PPN c. Fasilitas PPh untuk
2. penurunan tarif PPh negeri tidak Kena Pajak b. Pengenaan pajak kepada Kawasan Ekonomi
8. WNA tinggal >183 SPLN atas transaksi
Badan Wajib Pajak Go dikenakan PPh 10. Pengaturan Khusus
hari di Indonesia elektronik di Indonesia
Public (tarif umum – sepanjang Ulang: d. PPh untuk surat
menjadi SPDN 12. Rasionalisasi Pajak Daerah:
3%) diinvestasikan di a. Sanksi berharga negara
3. Penghapusan PPh atas Indonesia a. Penetapan tarif Pajak Daerah e. Keringanan/
Administratif yang berlaku nasional
Dividen dari dalam Pajak, pembebasan Pajak
6. Penghasilan WNA b. Evaluasi terhadap Perda
negeri Pabean, dan Daerah oleh
yang SPDN hanya PDRD terhadap kebijakan
4. Ruang untuk Cukai Kepala Daerah
atas penghasilan fiskal nasional
Penyesuaian Tarif PPh b. Imbalan
dr Indonesia 13. Relaksasi penentuan jenis
Ps. 26 atas Bunga Bunga Barang Kena Cukai

UU terdampak: UU PPh, UU PPN, UU KUP, UU Kepabeanan, UU Cukai, UU PDRD, UU Pemda


Strictly Confidential and Proprietary

RINGKASAN RUU 2
1. Peningkatan Pendanaan Investasi
a. penurunan tarif PPh Badan bertahap 22% (2021 & 2022) dan 20% (2023 dst.);
b. penurunan tarif PPh Badan Go Public (3% dari tarif umum);
c. penghapusan PPh Dividen DN sepanjang diinvestasikan di Indonesia;
d. ruang Penyesuaian Tarif PPh Pasal 26 atas Bunga dengan PP.
2. Sistem teritorial untuk penghasilan tertentu dari luar negeri
a. penghasilan tertentu dari LN (dividen dari entitas listed & non-listed, penghasilan dari BUT di LN) yang diinvestasikan di
Indonesia tidak dikenai PPh.
Dalam hal investasi < 30% dari laba setelah pajak di LN, selisih investasi s.d. 30% dikenai PPh, serta sisa laba setelah pajak
di LN tidak dikenai PPh.
b. PPh bagi WNA SPDN dengan keahlian tertentu hanya atas penghasilan dari Indonesia yang berlaku selama 4 tahun
pertama sejak menjadi SPDN.
3. Penentuan Subjek Pajak Orang Pribadi
a. WNI berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dapat menjadi SPLN, sepanjang memenuhi syarat tertentu;
b. WNA berada di Indonesia lebih dari 183 hari menjadi SPDN dan dalam hal memiliki keahlian tertentu hanya dikenakan PPh
atas penghasilan dari Indonesia (4 tahun pertama).

4. Mendorong Kepatuhan Wajib Pajak dan Wajib Bayar secara Sukarela


a. Relaksasi pengkreditan Pajak Masukan (PM), antara lain:
1) PM yang diperoleh sebelum pengusaha menjadi PKP  deemed PM sebesar 80%
2) PM yang ditagih dengan ketetapan pajak  sebesar pokok pajak
3) PM yang diperoleh sebelum penyerahan yang terutang PPN  atas seluruh PM, tidak sebatas PM atas barang modal
Strictly Confidential and Proprietary

RINGKASAN RUU 3
4. Mendorong Kepatuhan Wajib Pajak dan Wajib Bayar secara Sukarela
b. pengaturan ulang sanksi administratif perpajakan (Pajak, Pabean, dan Cukai) berupa bunga keterlambatan, denda kesalahan
dan imbalan bunga, antara lain:
1) pengenaan sanksi bunga berdasarkan suku bunga acuan ditambah 0%, 5%, 10%, atau 15%, kemudian dibagi 12 
gradasi sanksi untuk mendorong kepatuhan Wajib Pajak/Wajib Bayar
2) pemberian imbalan bunga berdasarkan suku bunga acuan yang dibagi 12
5. Menciptakan keadilan iklim berusaha di dalam negeri:
a. Pemajakan transaksi elektronik:
1) penunjukan platform memungut PPN; dan
2) Pengenaan pajak kepada SPLN atas transaksi elektronik di Indonesia berupa PPh atau pajak transaksi elektronik.
b. Rasionalisasi Pajak Daerah:
1) Pemerintah Pusat dapat menetapkan tarif pajak daerah yang berlaku secara nasional; dan
2) Pemerintah Pusat dapat memberikan sanksi dan membatalkan Peraturan Daerah yang menghambat investasi.
c. Relaksasi penentuan jenis Barang Kena Cukai
Penambahan atau pengurangan jenis Barang Kena Cukai selain yang telah diatur dalam UU Cukai, diatur lebih lanjut
dengan PP.
6. Pengaturan mengenai Fasilitas Perpajakan, antara lain:
a. Tax holiday;
b. Super deduction;
c. Fasilitas PPh untuk Kawasan Ekonomi Khusus;
d. PPh untuk surat berharga negara; dan
e. Keringanan, pengurangan, dan pembebasan Pajak Daerah oleh Kepala Daerah.
Strictly Confidential and Proprietary

Anda mungkin juga menyukai