Anda di halaman 1dari 27

MODUL 1

PENGENALAN ALAT DAN CARA PENGGUNAANNYA

A. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengenal beberapa macam alat yang digunakan di laboratorium serta
mengetahui cara penggunaannya.

B. DASAR TEORI

Pengenalan alat-alat kimia dan cara penggunaannya merupakan suatu keharusan bagi
orang-orang yang akan berkecimpung dalam bidang ilmu kimia. Keberhasilan suatu
praktikum atau penelitian sangat ditentukan oleh penguasaan praktikan atau peneliti
terhadap alat-alat yang digunakannya. Di dalam laboratorium ada berbagai macam alat
mulai dari yang sederhana seperti alat-alat gelas sampai pada peralatan yang cukup rumit.
Pada praktikum ini mahasiswa akan diperkenalkan dan diajarkan menggunakan alat-alat
yang umum dipakai di laboratorium kimia. Dengan demikian setelah melakukan praktikum
mahasiswa akan mempunyai keterampilan dalam mempergunakan peralatan kimia
tersebut. Beberapa alat yang digunakan di laboratorium kimia :

1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan, dipakai sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat
kimia dalam jumlah sedikit. Cara penggunaanya :
a. Tabung reaksi dipegang pada lehernya, miringkan lebih kurang 60 oC lalu diisi dengan
larutan yang akan diperiksa.
b. Bila tabung beserta isinya akan dipanaskan, tabung dipegang dengan penjepit tabung dan
pemansan dilakukan pada daerah 1/3 bagian cairan di bawah. Mulut tabung harus
diarahkan ke tempat yang aman (jangan ke arah muka sendiri atau muka orang lain).
c. Tabung yang panas tidak boleh didinginkan secara mendadak.
2. Penjepit
Terbuat dari kayu atau logam, dipakai untuk memegang tabung reaksi, misalnya waktu
pemanasan atau mereaksikan zat-zat yang merusak kulit dan sebagainya.
3. Pengaduk gelas
Berbentuk tabung yang tidak berlubang di dalamnya, dipakai untuk mengaduk suatu
campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia, juga
dipakai untuk membantu pada waktu menuangkan/mendekantasi cairan dalam proses
penyaringan dan pemisahan.
4. Corong
Biasanya terbuat dari gelas. Corong yang baik berbentuk kerucut bersudut 60º, dipakai
untuk memasukkan suatu cairan ke dalam suatu tempat yang mulutnya sempit seperti
botol, labu ukur, buret dan sebagainya. Selain itu corong juga digunakan untuk menyaring.
Corong yang tangkainya berdiameter relative agak besar dipakai untuk memasukkan zat
berbentuk serbuk ke dalam bejana bermulut kecil.
5. Pipet bengkok
Terbuat dari gelas. Gunanya mengalirkan gas ke dalam suatu tempat tertutup atau ke
dalam larutan.
6. Gelas arloji
Ukuran penampang lintangnya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Digunakan untuk
menimbang zat berbentuk kristal. Juga digunakan untuk menutup gelas beker yang berisi
larutan (waktu pemanasan) atau untuk menguapkan cairan.
7. Gelas ukur
Dipakai untuk mengukur volumen zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala,
ukurannya bermacam-macam.
8. Gelas beker
Alat ini bukan sebagai alat pengukur. Tanda volume yang ada merupakan taksiran kasar.
Terdapat dalam berbagai ukuran digunakan untuk :
a. Wadah sementara larutan/reagent
b. Memanaskan larutan
c. Menguapkan pelarut atau memekatkan
9. Erlenmeyer
Alat ini juga bukan alat pengukur. Digunakan dalam analisis volumetri, untuk wadah suatu
volume tertentu dari suatu larutan. Kadang-kadang dipakai untuk memanaskan larutan.
10. Labu ukur / labu takar
Suatu bejana dengan leher panjang, sempit dan dasar yang datar. Dilengkapi dengan tanda
batas volumen. Mempunyai kapasitas tampung sesuai dengan ukuran yang tercantum. Bila
pada alat tertulis 20oC dan 100 mL maka alat tersebut dapat menampung cairan pada 20 oC
tepat sebanyak 100 mL sampai garis tanda yang terdapat pada leher alat. Digunakan untuk
membuat larutan standar (baku) pada análisis volumetri. Sering juga dipakai untuk
pengenceran sampai volume tertentu. Jangan digunakan untuk mengukur larutan atau
pelarut yang panas.

Untuk melakukan pengenceran contohnya dalam membuat larutan HCl 0,1 N dari larutan
HCl 1,2 N, tentukan dahulu berapa banyak larutan standar yang akan dibuat dan hitung
berapa banyak larutan asli yang harus diencerkan, maka digunakan persamaan :

V1.N1 = V2.N2
Dimana :
V1 = volume larutan asli yang digunakan
N1 = normalitaa asli
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat
N2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat
11. Pipet volume / pipet gondok
Di bagian tengah dari pipet ini ada bagian yang membesar (gondok), ujungnya runcing dan
pada bagian atas ada tanda goresan melingkar. Tepat sampai tanda tersebut, volume
larutan di dalam pipet sama dengan angka yang tertera pada pipet tersebut. Alat ini dipakai
untuk mengambil dan memindahkan larutan secara tepat suatu volumen tertentu sesuai
kapasitas alat. Pipet volumen merupakan alat pengukur yang lebih tepat dari gelas ukur.
Cara penggunaannya :
a) Cuci pipet dengan detergent dan selanjutnya dicuci dengan air ledeng.
b) Bilas dengan air suling
c) Bilas dengan larutan yang akan diambil / dipindahkan.
d) Larutan disedot pelan-pelan dengan bola hisap sampai 1 s/d 2 cm di atas garis tanda.
e) Pipet diangkat vertikal, bersihkan cairan yang menmpel pada ujung pipet dengan kertas
saring atau lap bersih. Tanda batas volume pada pipet dipempelkan horizontal 11 dengan
mata, lalu cairan dikeluarkan secara pelan-pelan sampai miniskus bawah tepat pada garis
tanda (batas volume).
f) Tuangkan isi pipet ke dalam erlenmeyer atau penampung lain yang digunakan. Pada waktu
menuangkan isinya, pipet harus dalam kedudukan vertikal. Penuangan isi pipet diatur
sedemikian rupa sehingga isi pipet sejumlah 25 ml ddiperlukan waktu kurang lebih 30 detik.
Pada saat-sat terakhir biarkan ujung-ujung pipet pada sisi dalam penampung selama 15
detik, untuk memberikan kesempatan pada zat cair yang masih di dalam pipet untuk
keluar. Sisa zat cair yang tertinggal pada ujung pipet tidak boleh diikutkan / dikeluarkan
baik dengan cara meniup ataupun dengan cara-cara lain. Bila akan dipakai untuk
mengambil/memindahkan zat lain, pipet dicuci kembali dan selanjutnya sesuai dengan
petunjuk cara penggunaanya.
12. Pipet ukur
Pipet ukur Berupa tabung gelas yang agak panjang dengan ujung runcing dan mempunyai
skala. Teknik penggunaannya sama dengan pipet volume, hanya isi pipet dapat
dipindahkan sebagiansebagian disesuaikan dengan keperluan. Jumlah cairan yang
dituangkan dapat disesuaikan dengana skala yang ada.
13. Pipet Pasteur / pipet tetes
Pipet ini tidak mempunyai ukuran volume atau skala lainnya. Digunakan untuk
memindahkan sedikit zat cair /larutan yang tidak mempunyai ketelitian tinggi.
14. Buret
Berupa tabung gelas panjang dengan pembagian skala dan ujung bawah dilengkapi dengan
kran. Digunakan untuk titrasi / mengukur volume titran yang dipakai. Berdasarkan tingkat
ketelitian/pembagian skalanya, buret ada 2 jenis :
a) Makro buret dengan pembagian skala 0,10 – 0,05 ml
b) Mikro buret dengan pembagian skala 0,01 ml

Bentuk buret disamping lurus, ada juga buret yang ujungnya bengkok. Buret yang ujungnya
bengkok digunakan untuk titrasi yang menggunakan pemanas.

Cara penggunaanya :

a) Cuci dengan sabun / detergent, kemudian cuci dengan air ledeng.


b) Bilas dengan air suling.
c) Bilas dengan larutan / titran yang akan dimasukkan ke dalam buret, larutan pembilas
dibuang.
d) Periksa kran buret apakah bocor dan kalau dianggap perlu oleskan vaselin pada kran
buret dengan hati-hati supaya jangan sampai lobang kran tersumbat.
e) Tempatkan buret pada estándar buret dengan memakai klem buret dan kemudian buret
dibuat vertikal.
f) Dengan memakai corong, buret diisi dengan titran sampai sedikit di atas garis nol. Dalam
pengisian buret harus diusahakan agar tidak ada gelembung udara sepanjang cairan
dalam kolom.
g) Corong dilepas/dipindahkan dan bagian sisi dalam dari buret yang terletak di atas titran
dibersihkan dengan kertas saring yang bersih dan kering.
h) Turunkan permukaan larutan dalam buret perlahan-lahan dengan jalan membuka kran
sampai miniskus bawah zat cair (untuk zat cair yang tidak berwarna atau zat cair
berwarna terang) tepat pada garis nol. Bila lewat sampai di bawah garis nol, pekerjaan
tidak perlu diulang tetapi langsung dibaca dengan teliti. Pembacaan akan lebih teliti
apabila miniskus bawah tepat ada pada garis skala buret.
i) Buret siap untuk digunakan.
j) Padaa waktu menitrasi, kran buret dipegang dengan tangan kiri, sedangkan Erlenmeyer
tempat titrat dipegang dengan tangan kanan dan mengeluarkan isi buret (titran) tidak
boleh terlalu cepat.
Dalam pemakaian titran minimum cairan yang tersisa 20 %. Cara pembacaan buret : Cara
pembacaan skala buret yang dipandang adalah miniskus zat cair. Untuk zat cair yang tidak
berwarna atau berwarna terang, sebagai dasar pembacaan adalah permukaan bawah
(miniskus bawah) zat cair. Sedangkan untuk zat cair yang berwarna gelap sebagai dasar
pembacaan permukaan atas zat cair pada dinding buret. Pada waktu pembacaan skala buret
kedudukan buret harus vertical 8dilihat dari muka dan samping) mata dan miniskus zat cair
harus dalam satu bidang horizontal. Gunakan kertas hitam putih dan batas garis hitam putih
diletakkan 1-2 mm di bawah miniskus (warna hitam terletak di bawah). Pembacaan skala
buret adalah dua angka di belakang koma. Angka pertama di belakang koma dibaca dari
skala buret dan angka terakhir atas dasar perkiraan. Segera setelah buret selesai digunakan,
harus dibersihkan/dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian disimpan.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
1) Tabung reaksi
2) Penjepit
3) Pengaduk gelas
4) Corong
5) Pipet bengkok
6) Gelas arloji
7) Gelas ukur
8) Gelas beker
9) Erlenmeyer
10) Labu ukur
11) Pipet gondok
12) Pipet volume
13) Pipet Pasteur (pipet tetes)
14) Buret

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

(i) (j) (k) (l) (m)


Gambar 3.1 a.Tabung reaksi, b.Penjepit, c.Batang pengaduk, d.gelas ukur, e.kaca arloji,
f.gels ukur, g. gelas beker, h. Erlenmeyer, i. labu ukur, j.pipet volume, k.pipet
ukur, l. Pipet tetes, m.Buret.
b. Bahan :
1. Akuades
2. Asam klorida
3. Asam sulfat pekat
4. Natrium hidroksida
Agar Mahasiswa dapat memahami tentang bagaimana caranya menggunakan alat-alat
diatas, maka dilakukannya beberapa percobaan dan perlu yang diperlihatkan disini adalah
bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut dengan baik dan benar.

D. PROSEDUR KERJA
1) Prosedur pembuatan larutan standar
a) Ambil sejumlah tertentu larutan HCl dengan menggunakan pipet gondok. Perhatikan
meniscus (permukaan cekung dari zat cair) harus tepat menyinggung garis tanda pada
pipet gondok.
b) Masukkan HCl tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan sampai tanda batas,
pengenceran harus diakukan hati-hati dan sedikit demi sedikit agar tidak melebihi
tanda batas. Kemudian setelah sampai tanda batas larutan dikocok hingga merata.
2) Prosedur titrasi
a) Siapkan larutan NaOH 0,1 N dan masukan ke dalam buret dengan bantuan corong
sampai skala 0.
b) Ambil 25 mL larutan dengan menggunakan pipet gondok 25 mL, kemudian masukkan
ke dalam Erlenmeyer 250 mL
c) Tambahkan 3-4 tetes indikator phenolptalein (PP), buka kran pelan-pelan
d) Hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna merah muda
e) Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi
3) Pengenceran H2SO4 pekat
a) Ambil 10 mL aquades denan menggunakan gelas ukur. Perhatikan bagian bawah
meniscus air hasrus tepat diskala 10 mL. kemudian tuangkan ke dalam tabung reaksi.
b) Ambil 3 mL H2SO4 pekat ke dalam gelas ukur. Pakailah cara pengukuran yang sama
dengan yang diatas
c) Tuangkan H2SO4 ke dalam tabung reaksi yang berisi air suling tadi.ingat penuangan
harus dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati. Perhatikan perubahan panas
sebelum dan sesudah H2SO4 dituangkan pada tabung reaksi
E. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM
1. Bagaimana penggunaan buret yang benar
2. Tuliskan rumus pengenceran dan keterangannya, berikan 1 contoh
perhitungannya
3. Bagaimana bentuk dari pipet ukur
4. Ada berapa macam jenis buret, sebutkan
5. Tuliskan prosedur pengenceran Asam sulfat pekat

F. DAFTAR PUSTAKA
Suminar, A. 1990. Kimia Organik. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta.
MODUL 2
STANDARISASI LARUTAN NaOH DAN PENGGUNAANNYA

A. TUJUAN
Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.

B. PRINSIP
Reaksi netralisasi adalah reaksi yang terjadi jika asam dan basa bereaksi membentuk
garam dan disertai pembentukan molekul air.

C. DASAR TEORI
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Shochichah,2010).

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku


basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi
asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan
untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa
ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati,
karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi
dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat
diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat
penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika
pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam
lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa, pH larutan berubah secara khas. pH
berubah secara drastis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen. Analisa titrimetri
atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang
dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung
secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N
(normalitas) atau M (molaritas). (Shochichah,2010).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi
kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik
akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada
umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.
Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada
suatu senyawa. (Shochichah,2010). Berikut reaksi titrasi asam basa :
NaOH (aq) + CH3COOH CH3COOHNa(aq) + H2O
CH3COOHNa(aq) + H2O CH3COOH + NaOH
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah
sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan
larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku
sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan
kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium
tiosulfat pada pembakuan larutan iodium. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen
(artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen
pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

D. ALAT DAN BAHAN


a) Alat yang digunakan :
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Labu ukur
4. Pipet tetes
5. Statif
6. Volume pipet.

Gambar 4.1 Rangkaian alat titrasi

b) Bahan
1. Asam cuka
2. Asam oksalat
3. Akuades
4. Natrium hidroksida
5. Phenolptalein

E. PROSEDUR KERJA
1) Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
a) Buret yang sudah bersih dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai sebanyak 3
kali masing-masing 5 mL, kemudian diisi dengan larutan NaOH sampai batas nol
b) Masukan 25 mL larutan asam oksalat ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
c) Tambahkan 2-3 tetes indikator phenolptalein
d) Tambahakan tetes demi tetes larutan NaoH ke dalam larutan asam oksalat hingga
terbentuk warna merah muda yang stabil
e) Catat volume NaOH yang digunakan
f) Lakukan standarisasi sebanyak 3 kali
g) Hitung konsentrasi NaOH

2) Titrasi larutan NaOH dengan Asam cuka


a) Ambil 5 mL larutan asam cuka
b) Masukan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan akuades sampai tanda
batas, kocok hingga merata
c) Masukkan NaOH ke dalam buret
d) Masukkan 25 mL asam cuka ke dalam Erlenmeyer 250 mL
e) Tambahkan phenolptalein 2-3 tetes
f) Tambahakan tetes demi tetes larutan NaoH ke dalam larutan asam cuka hingga
terbentuk warna merah muda yang stabil
g) Catat volume NaOH yang digunakan
h) Lakukan standarisasi sebanyak 3 kali
i) Hitung konsentrasi NaOH

F. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM


1. Apa prinsip dari standarisasi NaOH dan penggunaannya
2. Apa tujuan dari percobaan NaOH dan penggunaannya
3. Jelaskan yang dimaksud titrasi volumetric
4. Jelaskan apa yang dimaksud larutan standar primer, sekunder, dan titik ekivalen
5. Sebutkan syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan titrasi volumentric
G. DAFTAR PUSTAKA
Pudjaatmaka, Hadyana.1989. KIMIA UNTUK UNIVERSITAS.ERLANGGA: Jakarta.
Indratmoko, Septiana dan Taufan Ratri Harjanto. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Farmasi II,
Cilacap : STIKES Al-Irsyad Al-Islaimyyah
MODUL 3
STOIKIOMETRI REAKSI

A. TUJUAN
1. Menentukan  koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan
2. Mengamati perubahan kimia sebagai petunjuk terjadinya suatu reaksi.

B. PRINSIP
Berdasarkan reaksi stoikiometri

C. DASAR TEORI
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahan materi baik secara
fisik maupun materi. Pada prinsifnya materi terbagi menjadi tiga wujud yaitu padat, cair,
dan gas. Padatan adalah materi yang kaku dengan bentuk yang pasti. Cairan tidak sekaku
padatan dan bersifat fluida yaitu dapat mengalir dan mengambil bentuk sesuai dengan
bentuk wadahnya. Gas bersifat fluida, tetapi tidak seperti cairan, gas dapat mengembang
tanpa batas. Ketiga wujud materi ini dapat berubah dari wujud yang satu menjadi wujud
yang lain. Dengan ilmu kimia ketiga wujud materi tersebut bias berubah wujud menjadi
wujud yang lain.perubahan yang menghasilkan zat baru yang jenis dan sifatnya berbeda
dari zat pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia. Perubahan
kimia dapat diamati dengan terbentuknya hasil reaksi seperti timbulnya gas, endapan,
perubahan warna, maupun perubahan kalor.
Untuk berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, cara standar yang digunakan
untuk menggambarkan reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Peramaan kimia
menunjukan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi, untuk menunjukan bahwa reaksi setara,
diungkapkan dengan koefisien reaksi. Koefisian reaksi merupakan konversi yang
menunjukan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi atau menyatakan pula
jumlah mol senyawa yang bereaksi. Dalam reaksi hokum kekelalan massa berlaku,
banyaknya tiap-tiap jenis atom di kedua sisi harus sama atau jumlah atom sebelum dan
susudah reaksi harus sama. Koefisien reaksi juga digunakan untuk menyetarakan suatu
reaksi supaya setara. Contoh reaksi antara gas nitrogen dan gas hydrogen menghasilkan
gas ammonia, persamaan reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)
persamaan ini menyatakan bahwa satu molekul gas nitrogen bereaksi dengan 3 molekul
gas hydrogen membentuk 2 molekul gas ammonia. Angka 1, 3, dan 2 merupakan koefisien
reaksi sebagai faktor konversi.
Secara laboratorium, untuk menentukan koefisien dalam persamaan kimia diperlukan
sederetan hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan koefisien reaksi
yaitu dengan metode variasi kontinu. Pada dasarnya dalam sederetan percobaan
dilakukan, jumlah molar total campuran pereaksi dibuat tetap sedangkan jumlah molar
masing-masing dibuat berubah secara teratur (diberagamkan secara beraturan dan
kontinu). Perubahan yang terjadi akibat adanya reaksi antara campuran pereaksi seperti
massa, volum dan suhu dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam
suatu grafik, sehingga diperoleh titik optimum. Titik optimum terbentuk menyatakan
perbandingan koefisien dari masing-masing pereaksi.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Sumbat berpipa pengalir
4. Gelas kimia 50 ml
5. Gelas kimia 100 ml
6. Mistar

Bahan :
1. CuSO4 0,1 M
2. NaOH 0,1 M
3. Amonia 1 M
4. Serbuk CaCO3
5. Ba(OH)2 0,05 M
6. HCl 1 M
7. H2SO4 Pekat
8. KMnO4
9. Metanol

E. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi-Reaksi Kimia
a) Kedalam dua buah tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2 ml larutan CuSO 4 0,1
M. Terhadap tabung ke-1, tambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 0,1 M, kocok
dan amati perubahannya. Kedalam tabung ke-2, tambahkan ammonia 1,0 M tetes
demi tetes, sampai terjadi perubahan dua kali. Amati perubahannya.
b) Sediakan dua buah tabung reaksi. Pada tabung ke-1 masukan seujung sendok
serbuk CaCO3 dan kedalam tabung ke-2 masukan larutan Ba(OH) 2 0,05 M. kedalam
tabung ke-1 tambahan 5 ml HCl 1 M, tutup segera dengan sumbat berpipa pengalir
dan ujung pipa pengalir masukan ke dalam tabung reaksi ke-2 sampai ujungnya
tercelup kedalam larutan Ba(OH)2. Amati perubahan yang terjadi.
c) Kedalam sebuah tabung reaksi masukan 2 ml methanol, kemudian masukan 2 mL
H2SO4 pekat yang dialirkan melalui dinding tabung secara hati-hati dengan hati-hati
pula tambahkan 4-5 KMnO4. Amati perubahan yang terjadi.
2. Stoikiometri Reaksi Pengendapan
a) Di sediakan 2 buah gelas beker 50ml. Di tuangkan 50 ml NaOH 0,1 M ke dalam gelas
beker 1. Pada gelas beker yang lain di masukkan 25 ml CuSO 4 0,1 M. Kedua larutan
itu dicampurkan kemudian dikocok.
b) Campuran tersebut dibiarkan agar endapan yang terbentuk berada di dasar gelas
beker.
c) Tinggi endapan yang terbentuk diukur menggunakan mistar (agar akurat diterapkan
satuan mili-meter).
d) Lakukan cara yang sama dengan langkah 1-3 seperti diatas untuk percobaan berikut,
dengan mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap 30ml,
yaitu: 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO 4 0,1 M15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO 4
0,1 M 20 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO 4 0,1 M25 ml NaOH 0,1 M dan  5 ml CuSO4
0,1 M
e) Dari grafik tersebut, koefisien reaksi ditentukan berdasarkan titik optimum yang
diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
f) Grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi endapan (sumbu y) dan volume
larutan (sumbu x) di buat, sehingga diperoleh titik optimum kurva.
g) Dari grafik ini tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik potong kedua kurva. Titik
potong menyakatan perbandingan koefisien reaksi

F. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM


1. Sebutkan pengertian dari koefisien reaksi
2. Sebutkan apa saja yang harus tedapat dalam persamaan reaksi kimia
3. Selain mengamati adanya endapan atau tidak, sebutkan ciri perubahan reaksi kimia
lainnya

G. DAFTAR PUSTAKA
MODUL 4
PEMBUATAN KRISTAL GARAM

A. TUJUAN
1. Memisahkan dua jenis garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu
2. Membuat kristal garam kalium nitrat dan karakteristiknya

B. PRINSIP
Pemisahan dengan Teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya
dalam sebuah campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zar
terlarutnya.

C. DASAR TEORI
Endapan atau kristal terbentuk bila larutan telah jenuh. Kelarutan endapan ataupun kristal
tergantung dari beberapa kondisi misalnya suhu, tekanan, ataupun konsentrasi bahan-bahan
lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Salah satu contoh kristal yang akan
terbentuk adalah pada pembuatan kalium nitrat. Kalium Nitrat adalah suatu senyawa garam
nitrat dari kalium dengan rumus molekul KNO3. Senyawa ini dkenal orang dengan istilah
sendawan, sedangkan garam nitrat dari logam natrium dikenal sebagai sendawan chili,
terutama dalam bentuk natrium nitrat.
Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di alam, seperti dalam
tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu ion nitrat (ion-NO 3), kalium
nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N). Salah satu penerapan yang paling berguna dari
kalium nitrat ialah dalam produksi asam sendawa, dengan menambahkan asam sulfat larutan
encer kalium nitrat, menghasilkan asam sendawa dan kalium sulfat yang terpisah melalui
distilasi fraksional yang terkonsentrasi pada Kalium nitrat juga digunakan sebagai pupuk,
sebagai model bahan pembakar rocket, dan dalam beberapa petasan seperti bom asap, pada
yang mana campuran dengan gula memproduksi jelaga asap 600 kali dari volumnya sendiri.
Dalam proses pengawetan makanan, kalium nitrat merupakan komposisi umum dari daging
yang diasinkan. Kalium Nitrat juga komponen utama dalam penghilang puntung. Juga telah
digunakan dalam pembuatan es krim. Kalium nitrat dapat dibuat menjadi garam dengan cara
mereaksikan kalium klorida dengan natrium nitrat NaNO3.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Gelas kimia 100 ml
2. Gelas kimia 200 ml
3. Corong
4. Mikroskop
5. Cawan penguap
6. Botol semprot
7. Batang pengaduk
8. Pembakar Bunsen
9. Kertas saring

Bahan :

1. Serbuk KCl
2. Serbuk NaNO3

E. PROSEDUR KERJA
a) Pada gelas kimia 100 ml, larutan 15,0 gram KCl kedalam 50 ml air panas
b) Pada gelas kimia 200 ml, larutkan 17,0 gram NaNO 3 kedalam 50 ml air panas
c) Campurkan larutan KCl (tahap a) kedalam larutan NaNO 3 (tahap b) dan kocok dengan
batang pengaduk
d) Uapkan campuran reaksi sampai volume campuran mendekati 40 ml, (pada umumnya,
larutan mendidih tidak beraturan, oleh sebab itu gunakan penangas air)
e) Campuran yang volumnya telah dikisatkan, saring dalam keadaan masih panas, agar
endapan yang terbentuk dapat dipisahkan dari larutannya
f) Larutan hasil penyaringan, uapkan Kembali sampai volum menjadi sekitar 200 ml.
(gunakan cawan penguap).
g) Dinginkan larutan secara perlahan-lahan dan biarkan agar terbentuk kristal hasil reaksi
h) Amati bentuk kristal yang dihasilkan dengan menggunakan mikroskop. Caranya sebagai
berikut :
 larutan KNO3 yang telah dimurnikan teteskan pada kaca preparate menggunakan
pipet tetes
 biarkan tetesan itu mongering
 simpan kaca preparate pada mikroskop, kemudian atur jarak dengan memutar
skrup mikroskop hingga diperoleh objek yang jelas dan terang
 amati bentuk kristal

F. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM


1. Tuliskan reaksi pembentukan kristal garam KNO 3?
2. Gambarkan bentuk kristal garam KNO3?
3. Perlakuan apa yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pembentukan kristal?

G. DAFTAR PUSTAKA
MODUL 5
REAKSI PENGENALAN GAS

A. TUJUAN
Mengetahui dan mengenal pembuatan gas

B. PRINSIP
Berdasarkan reaksi pembentukan gas

C. DASAR TEORI
Suatu senyawa anorganik terdiri dari ion-ion, baik kation maupun anion yang bila
direaksikan dengan asam encer atau pekat pada keadaan dingin atau panas dapat
mengeluarkan gas berwarna atau tidak berwarna. Berbagai gas kation atau anion dapat
dibedakan satu dengan lainnya secara reaksi kimia ataupun berdasarkan sifat fisiknya.
Contoh :
CO3-2 + 2 H+ H2CO3
H2CO3 H20 + CO2
Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O
Ion CO3-2 dengan asam (H+) akan menghasilkan gas CO2 yang dapat mengeruhkan air barit
atau BaOH2 sifat ini tidak dimiliki oleh gas lain.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Spatula
3. Korek Api
4. Kaca arloji
5. Corong
6. Gelas kimia 100 ml
7. Kertas lakmus
8. Pipa bengkok
9. Pembakar Bunsen
10. Botol semprot

Bahan :

1. Logam Zn
2. H2SO4 6N
3. CuSO4 10 %
4. Kristal NH4Cl
5. NaOH 6N
6. HCl 1 M
7. Serbuk CaCO3
8. BaOH2

E. PROSEDUR KERJA
1. Gas Hidrogen (H2)
a. Masukan seujung spatula serbuk Zn ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 ml H2SO4 6N dan 5 tetes CuSO 4 10 %, segera tutup dengan tabung
reaksi lain (gambar 1a)
c. Setelah reaksi berjalan kurang lebih 1 menit, nyalakan korek api, angkat tabung
reaksi yang berisi gas hydrogen (tutupnya) secara hati-hati.
d. Amati apa yang terjadi. (bila terbentuk gas hydrogen akan terjadi letupan, dengan
bunyi seperti “plup”)
Gambar 1a

2. Gas Amonika (NH3)


a. Seujung spatula kristal NH4Cl disimpan dalam kaca arloji
b. Tambahkan 3 tetes NaOH 6N (NaOH harus menutupi kristal NH4Cl) dan tutup
dengan corong yang diletakan secara terbalik
c. Ujung corong disumbat dengan kertas lakmus merah yang telah dibatasi aquades
d. Tempatkan diatas penangas air, lakmus merah akan berubah menjadi biru

3. Gas Karbondioksida (CO2)


a. Sediakan dua buah tabung reaksi.
b. Pada tabung ke-1 masukan seujung sendok serbuk CaCO3
c. Kedalam tabung ke-2 masukan larutan Ba(OH) 2 0,05 M.
d. Kedalam tabung ke-1 tambahan 5 ml HCl 1 M, tutup segera dengan sumbat berpipa
pengalir dan ujung pipa pengalir masukan ke dalam tabung reaksi ke-2 sampai
ujungnya tercelup kedalam larutan Ba(OH)2.
e. Amati perubahan yang terjadi

F. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM


1. Tuliskan reaksi pembentukan gas hydrogen
2. Tuliskan reaksi pembentukan gas ammoni
3. Tuliskan reaksi pembentukan gas karbon dioksida

G. DAFTAR PUSTAKA

MODUL 6
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS

A. TUJUAN
Pembuatan garam kompleks Cu Tetraamin sulfat

B. PRINSIP
Percobaan ini didasarkan pada pembentukan garam kompleks dari larutannya dengan
mengikat Sebagian molekul air sebagai hidrat.

C. DASAR TEORI
Senyawa kompleks mempunyai keistimewaan pada banyaknya jumlah senyawa dan
kestabilannya. Misalnya senyawa komplesk kobalt, krom, dan senyawa kompleks tembaga.
Pada percobaan ini akan dilakukan pembuatan garam kompleks Cu tetraamin sulfat.
Contoh reaksinya :

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Gelas kimia 100 ml
2. Gelas kimia 200 ml
3. Penyaring buchner
4. Kertas saring
5. Corong
6. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Botol semprot

Bahan :

1. Serbuk CuSO4.5H2O
2. Aquades
3. Amonia pekat
4. Metanol atau etanol

E. PROSEDUR KERJA
1. Larutkan 20 gram CuSO4.5H2O dalam campuran 30 ml ammonia pekat dan 20 ml
aquades dalam gelas kimia 100 ml
2. Saring endapan biru tua dengan kertas saring whatman medium, sempurnakan
pengendapann dengan memasukan 30 ml alcohol secara perlahan-lahan kedalam
kertas saring.
3. Diamkan beberapa menit dan tempatkan ditempat yang dingin atau air es
4. Saring kristal biru gelap dengan penyaring buchner
5. Cuci endapan dengan campuran (1 :1) alkohol dan ammonia pekat, cuci Kembali
dengan alcohol dan eter keringkan garam ini pada temperature kamar
6. Timbang garam ini sebagai garam Cu tetraamin sulfat.

F. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM


1. Tuliskan reaksi pembentukan garam kompleks Cu tetraamin sulfat

G. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai