Anda di halaman 1dari 4

Vaksin Jasmani dan Rohani

Sebagaimana diketahui, vaksin Sinovac tiba di Tanah Air pada Minggu 6


Desember 2020 lalu dengan 1,2 juta dosis vaksin. Menyusul kemudian datang lagi 1,8
juta dosis pada 31 Desember 2020. Sehingga total vaksin corona Sinovac dalam dua
kali pengiriman sebanyak 3 juta dosis. Kedatangannya memberikan sejuta harapan
akan hadirnya sebuah solusi pencegahan sekaligus pemutusan mata rantai COVID 19
secara medis. Namun, hal tersebut tidak serta merta disambut tanpa kontroversi saat
kontainer khusus berhasil mendarat dengan penerbangan langsung dari Tiongkok.
Publik dihadapkan pada sebuah fakta bahwa para ilmuwan medis sedang
berlomba sembari bekerja keras mengobservasi untuk membuat ramuan vaksin anti
Covid 19. Bahkan di dalam negeri sendiri juga diberitakan bahwa anak bangsa juga
sedang membuat formulasi vaksin yang disebut sebagai vaksin merah putih. Tak
kalah dengan perusahaan raksasa farmasi asal Jerman Pfizer yang juga sudah
memproduksi massal vaksin ramuannya. Namun, pangkal masalahnya adalahnya
validitas hasil ujicoba klinis vaksin – vaksin tersbut tidak serta merta menjamin
seseorang bisa langsung kebal virus. Tapi menurut informasi secara umum efek
vaksin tersebut bervariasi hasilnya. Tidak serta merta manjur tapi ada juga yang
kontra indikasi karena ada hal-hal yang bertentangan dengan zat isian vaksin tersebut.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merilis hasil evaluasi dari
laporan uji klinis sementara atau interim tahap III Vaksin Virus Corona buatan
perusahaan asal China, Sinovac, pada Jumat tanggal 8 Januari 2021. Laporan itu
menunjukkan efikasi atau tingkat keampuhan vaksin corona Sinovac sebesar 65,3
persen. Angka tersebut sudah sesuai dengan standar atau ambang batas efikasi yang
ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 50 persen. Merespons
hal itu, BPOM juga telah mengevaluasi untuk kemudian mengeluarkan izin darurat
penggunaan atau Emergency Use authorization (EUA) atas vaksin covid-19 Sinovac.
Tapi, usaha pemerintah untuk membeli sinovac terbukti sebagai bentuk rasa
tanggungjawab pemerintah terhadap rakyatnya. Dimana menurut UUD bahwa Negara
harus hadir di setiap urusan hajat atau musibah yang melanda rakyatnya.
Qur’anic Therapy sebagai bentuk Spiritual Healing
Al-Qur’an telah menggarisbawahi dalam surat Al-Isra’ ayat 82 yang berbunyi
sebagai berikut :

)82 : ‫ونن ّزل من القرأن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين وال يزيد الظالمين إاّل خسارا (اإلسراء‬

Artinya : Dan Kami turunkan dari al–Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al–Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S. Al-Isra’ : 82).

Ayat di atas merupakan jaminan Allah bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat


terbesar dengan multidimensi makna serta hikmah yang kompleks. Di antaranya
bahwa Al-Qur’an adalah sebuah obat penawar atas segala penyakit baik itu berupa
sakit fisik maupun sakit rohani. Sejalan dengan sebuah rahmat yang berarti kasih
sayang Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar percaya
kepadaNya. Bukan kepada orang-orang yang mengingkari rahmat augerahnya.

Untuk mengungkap petunjuk syifa’ dalam Al-Qur’an maka diperlukan


dimensi intrepretasi secara hakiki sekaligus majazinya. Secara tekstual makna syifa’
sendiri adalah obat penawar. Yaitu untuk menetralisir hal-hal yang telah menjangkiti
tubuh secara klinis dalam hal ini virus. Namun bisa bermakna penawar penyakit hati
yang menjangkiti jiwa manusia.

Al-Razi menyebutkan bahwa al-Quran merupakan obat dalam kitabnya


Mafatih al-Ghaib. Al-Quran secara keseluruhan berfungsi sebagai syifa’ (obat
penawar atau penyembuh) bagi orang–orang yang beriman dengan alasan bahwa
kata min pada ayat ini bukan dalam pengertian “sebagian”, melainkan menunjukkan
jenis.

Jadi, al-Quran memungkinkan menjadi obat bagi seluruh penyakit yang ada di
dunia baik itu obat ruhani maupun jasmani yang diderita manusia. Dalam hal ini al-
Razi memperkuat pendapatnya dengan hadis Rasulullah yang kira-kira mengatakan
bahwa barang siapa yang tidak berobat dengan al-Quran maka Allah swt tidak akan
menyembuhkannya.

Begitu pula yang menarik, al-Razi memberikan indikasi bahwa dalam


penyembuhan ruhani, al-Quran juga dapat digunakan. Ia mengatakan bahwa
aktvitas membaca al-Quran dapat menangkal berbagai penyakit. Hal ini dialami
sendiri oleh penulis saat dirawat isolasi bergejala berat pada tahun lalu. Saat dokter
tak mampu memberi jaminan kesembuhan, penulis hanya berharap kepada Allah
SWT melalui media Nderes Al-Qur’an.

Lebih jauh, al-Razi juga mendukung para ahli tafsir dan ahli pengobatan
spiritual yang mengatakan bahwa bacaan mantra amalan yang artinya tidak jelas atau
jimat sama-sama memiliki pengaruh besar dalam memberikan manfaat dan
menangkal kerusakan. Apalagi dengan membaca Al-Qur’an yang jelas-jelas
merupakan wahyu yang mutawatir, pastilah ia lebih mendatangkan kemanfaatan.
Penulis sepakat bahwa vaksin rohani bagi umat islam adalah dengan senantiasa
membaca Al-Qur’an dan memeliharanya hingga akhir hayat.

Kehalalan vaksin COVID-19


Kaidah fiqh telah memformulasikan bahwa dalam kondisi darurat bagi
seorang muslim diperbolehkan untuk mengkonsumsi sesuatu yang dalam keadaan
normal hukumnya haram. Tentu dengan persyaratan – persyaratan yang ketat
tentunya. Di antaranya diperbolehkan secukupnya dengan upaya niat menghindarkan
diri dari bahaya. Karena potensi bahaya yang terjadi di hadapan seorang muslim
hendaknya bahkan wajib dihindarkan.
Kaitannya dengan vaksin covid 19 yakni kontroversi mengenai bahan yang
dipakai apakah berasal dari benda yang suci sekaligus halal ataukah sebaliknya.
Karena dalam beberapa kasus vaksin juga berasal dari serum binatang yang tidak
halal, babi misalnya.
Untuk di Indonesia tentu kita juga hendaknya merujuk pada fatwa MUI terkait
kehalalan vaksin tersebut. Ketua MUI Bidang Fatwa KH. Asrorun Niam Sholeh telah
memberi pernyataan terkait aspek kehalalan. Setelah dilakukan diskusi panjang dari
penjelasan auditor, rapat Komisi Fatwa menyepakati bahwa vaksin Covid-19 yang
diproduksi Sinovac Lifescience Co yang sertifikasinya diajukan Biofarma suci dan
halal. Namun, meskipun sudah halal dan suci, penggunaan Vaksin Covid-19 produksi
Sinovac itu masih menunggu keputusan BPOM terkait keamanan (safety), kualitas
(quality), dan kemanjuran (efficacy).

Anda mungkin juga menyukai