Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA II

EFEK FOTOLISTRIK (KONSTANTA PLANCK)


PENDIDIKAN FISIKA 2019

Oleh :
Fika Dina Aprilia
(19030184003)
KELAS PFA 2019

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
ABSTRAK
“EFEK FOTOLISTRIK (KONSTANTA PLANCK)”

Eksperimen yang berjudul “Efek Fotolistrik (Konstanta Planck)” dengan tujuan


menganalisis pengaruh panjang gelombang foton terhadap potensial penghenti, serta
membandingkan nilai konstanta planck yang didapatkan berdasarkan percobaan dan teori.
Variabel yang digunakan pada eksperimen ini yaitu variabel manipulasinya panjang
gelombang foton, variabel kontrolnya intensitas cahaya, variabel responya potensial penghenti
dan nilai konstanta planck. Langkah ekperimen yang dilakukan adalah dengan memanipulasi
panjang foton didapatkan nilai potensial penghenti, sedangkan untuk menentukan nilai
konstanta planck menggunakan grafik hubungan potensial penghenti dengan frekuensi.
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pengaruh panjang gelombang foton
terhadap nilai potensial penghenti berbanding terbalik, semakin besar nilai panjang
gelombang maka semakin kecil nilai potensial penghenti. Sedangkan perbandingan nilai
konstanta Planck berdasarkan percobaan dan teori. nilai konstanta planck sebesar 6,9375 ×
10-34 Js yang berbeda dengan nilai secara teori yang dikemukakan oleh Max Planck yaitu
6,6261 × 10-34 Js, dengan %diff = 4,69%. Adanya perbedaan antara konstanta Planck secara
teori dan hasil percobaan diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kesalahan dan
kurang telitinya praktikan pada saat melakukan dan mengambil data eksperimen.

Kata kunci : konstanta planck, potensial penghenti, panjang gelombang foton, frekuensi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cahaya dalam kehidupan di bumi sangat memiliki peranan yang penting.
Cahaya matahari sebagai sumber cahaya terbesar yang sampai di bumi merupakan hal
yang sangat istimewa. Tanpa adanya cahaya matahari, bumi akan ilanda musim dingin
yang berkepanjangan. Dengan begitu, cahaya matahari bisa dikatakan sebagai sumber
energi yang menghidupi kehidupan di bumi. Berdasarkan pernyataan tersebut, cahaya
bisa dikatakan sebagai sumber paket-paket foton yang membawa suatu energi. Foton
tersebut apabila menabrak pada suatu material yang biasanya berupa material
konduktor, maka dapat terjadi adanya loncatan elektron. Loncatan elektron tersebut
dinamakan dengan efek fotolistrik. Konstanta Planck dengan efek fotolistrik
merupakan suatu kedekatan yang saling membangun. Nilai dari konstanta Planck
dapat dijelaskan berdasarkan efek fotolistrik yang terjadi. Hal itulah yang menjadi
latar belakang dalam percobaan konstanta Planck kali ini yang diperlukan analisis
mendalam mengenai konsep dari efek fotolistrik.
Dalam eksperimen efek fotolistrik dilakukan pengukuran bagaimana laju dan
energi kinetik elektron yang terpancar bergantung pada intensitas dan panjang
gelombang sumber cahaya. Terdapat begitu banyak manfaat dari efek fotolistrik ini,
tentunya akan kita ketahui melalui pengkajian yang mendalam melalui materi ini dan
harapan kita tentunya agar kita dapat mengaplikasikannya atau minimal dapat
menjelaskannya kepada orang disekitar kita tentang sebuah fenomena fisika yang
begitu memukau ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh panjang gelombang foton terhadap nilai potensial penghenti?
2. Bagaimana perbandingan nilai konstanta Planck yang didapatkan berdasarkan
eksperimen dan teori?

1.3 Tujuan
1. Menganalisis pengaruh panjang gelombang foton terhadap nilai potensial
penghenti
2. Membandingkan nilai konstanta Planck yang didapatkan berdasarkan eksperimen
dan teori
BAB II
DASAR TEORI

Efek fotolistrik adalah ejeksi elektron dari permukaan (biasanya logam) ketika terkena dan
diserap oleh radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultraviolet) yang
berada di atas frekuensi ambang batas tergantung pada jenis permukaan. Istilah lama untuk
efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini sudah tidak digunakan lagi). Hertz mengamati
dan kemudian mendemonstrasikan bahwa elektroda yang disinari dengan sinar ultraviolet
menciptakan percikan listrik dengan lebih mudah. Efek fotolistrik adalah proses perubahan
sifat konduksi listrik pada suatu bahan karena pengaruh cahaya atau gelombang
elektromagnetik lainnya. Efek ini menghasilkan penciptaan pasangan elektron dan lubang di
semikonduktor, atau emisi elektron bebas dan ion yang tersisa di logam.
Banyak orang telah berkontribusi pada penemuan dan penjelasan efek fotolistrik. Pada
tahun 1865, James Clerk Maxwell meramalkan keberadaan gelombang elektromagnetik dan
menyimpulkan bahwa cahaya itu sendiri adalah salah satu dari gelombang tersebut. Upaya
eksperimental untuk menghasilkan dan mendeteksi radiasi elektromagnetik dan upaya
pertama yang jelas berhasil dilakukan pada tahun 1886 oleh Heinrich Hertz. Di tengah
eksperimennya, ia menemukan bahwa percikan yang dihasilkan oleh penerima
elektromagnetik lebih kuat ketika terkena sinar ultraviolet. Pada tahun 1888, Wilhelm
Hallwachs mendemonstrasikan bahwa elektroskop foil emas bermuatan negatif akan keluar
lebih cepat dari biasanya jika piringan seng bersih yang menempel pada elektroskop terkena
sinar ultraviolet. Pada tahun 1899 J.J. Thomson menetapkan bahwa sinar ultraviolet
menyebabkan logam memancarkan elektron.
Pada tahun 1902, Phillip Lenard, asisten Heinrich Hertz, menggunakan lampu busur
karbon intensitas tinggi untuk menerangi pelat emitor. Menggunakan pelat kolektor dan
ammeter sensitif, ia mampu mengukur arus kecil yang dihasilkan ketika pelat emitor terkena
cahaya. Untuk mengukur energi elektron yang dipancarkan, Lenard membebankan negatif
pada pelat kolektor sehingga elektron pada pelat emitor ditolak. Dia menemukan bahwa ada
potensi "berhenti" minimal yang mencegah semua elektron mencapai kolektor. Dia terkejut
mengetahui bahwa potensial "berhenti", V, dan oleh karena itu energi elektron yang
dipancarkan, tidak bergantung pada intensitas cahaya. Dia menemukan bahwa energi
maksimum dari elektron yang dipancarkan tergantung pada warna atau frekuensi.
Pada tahun 1901 Max Planck menerbitkan teorinya tentang radiasi. Pada tahun 1901 Max
Planck menerbitkan teorinya tentang radiasi, di mana ia menyatakan bahwa sebuah osilator,
atau sistem fisik serupa, memiliki seperangkat nilai energi atau tingkat energi yang berbeda;
energi antara nilai-nilai ini tidak pernah terjadi. Planck kemudian mengatakan bahwa emisi
dan penyerapan radiasi berhubungan dengan transisi atau lompatan antara dua tingkat energi.
Energi yang hilang atau diperoleh osilator dipancarkan atau diserap sebagai kuantum energi
radiasi, yang besarnya dinyatakan dengan persamaan:
E = h𝑓 ......(1)
Dimana E sama dengan energi radiasi, 𝑓 adalah frekuensi radiasi, dan h itu adalah
konstanta dasar alam. (Konstanta, h, dikenal sebagai konstanta Planck.
Pada tahun 1905, Albert Einstein memberikan penjelasan sederhana tentang temuan
Lenard menggunakan teori Planck. Model "kuantum" baru meramalkan bahwa frekuensi yang
lebih tinggi akan menghasilkan elektron energi. lebih tinggi (fotoelektron) dipancarkan,
berapa pun intensitasnya.Sementara meningkatkan intensitas hanya akan meningkatkan
jumlah elektron yang dipancarkan (atau arus fotolistrik).Jumlah energi yang sama dengan h𝜐
dengan 𝜐sebagai frekuensi. Dalam efek fotolistrik, satu “kuantum” berapa banyak energi yang
diserap oleh sebuah elektron. Jika elektron berada di bawah permukaan bahan yang
memancarkan, sebagian energi yang diserap hilang saat elektron bergerak menuju permukaan.
Ini sering disebut "fungsi kerja" (Wo). Jika 'kuantum' lebih dari 'fungsi kerja', maka elektron
dipancarkan dengan sejumlah energi kinetik. Einstein menerapkan teori Planck dan
menjelaskan efek fotolistrik dalam kaitannya dengan model kuantum menggunakan
persamaan terkenal yang membuatnya menerima Hadiah Nobel pada tahun 1921:
E = h𝑓= KEMAX + W0 .......(2)

KEMAX merupakan energi kinetik maksimum dari fotoelekton yang dipancarkan. Konsep
fotolistrik dapat dijelaskan mengenai deskriptif energi kinetik maksimum selama proses
fotolistrik berlangsung. Adapun persamaan matematis dapat dilihat pada persamaan (3)
sebagai berikut,
KEMAX = h𝑓– W0 .........(3)
Konstanta Planck pada mulanya merupakan konstanta kesebandingan antara kenaikan
energi minimum dari sebuah osilator bermuatan listrik hipotesis pada rongga yang berisi
radiasi benda hitam dan frekuensi dari gelombang elektromagnetiknya. Konstanta Planck
dilambangkan dengan simbul h. Adapun besarnya dari nilai h dapat ditulis pada persamaan
(4)
ℎ = 6,6261 × 10−34 𝐽. 𝑠 … … … . (4)
Jika pelat kolektor dibebankan secara negatif pada potensi'penghentian' sehingga elektron
dari emitor tidak mencapai kolektor danarus fotokopi adalah nol, elektron energi kinetik
tertinggi akan memilikienergi eV dimana e adalah muatan pada elektron dan V adalah
potensial 'penghenti’
eV = h𝑓– W0
ℎ 𝑊0
V=𝑒𝜐− ................(5)
𝑒

Teori Einstein memprediksi bahwa jika frekuensi cahaya datang bervariasi dan potensial
"berhenti", V, diplot terhadap frekuensi, kemiringan garis adalah h / e.

Gambar 1 Kemiringan garis h/e


Sumber : Buku panduan Fisika Modern

(ArthurBeiser. 1987) Ciri-ciri efek fotolistrik adalah sebagai berikut:


1. Hanya cahaya yang cukup dengan frekuensi di atas frekuensi tertentu yang akan
memungkinkan elektron lepas dari pelat logam atau menimbulkan efek fotolistrik
(ditunjukkan dengan deteksi arus dalam kabel). Frekuensi spesifik cahaya di mana
elektron lepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini
berbeda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2. Ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, peningkatan
intensitas cahaya disertai dengan peningkatan jumlah elektron yang dilepaskan dari
pelat logam (ditunjukkan dengan peningkatan arus listrik). Namun, efek fotolistrik
tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi di bawah frekuensi ambang meskipun
intensitas cahaya ditingkatkan.
3. Ketika efek fotolistrik terjadi, arus listrik terdeteksi di sirkuit kabel segera setelah
cahaya yang memadai diterangi pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada jeda
waktu bagi elektron untuk dilepaskan dari permukaan logam setelah logam terkena
cahaya.
Penerapan efek fotolistrik dalam kehidupan sehari-hari Salah satu penerapan efek
fotolistrik dalam kehidupan adalah dalam dunia hiburan. . Dengan bantuan perangkat
elektronik pada waktu itu, suara film dubbing direkam sebagai sinyal optik di sepanjang tepi
chip film. Ketika film diputar, sinyal ini dibaca melalui proses efek fotolistrik dan sinyal
listrik diperkuat menggunakan amplifier tabung untuk menghasilkan film suara.
BAB III
METODE EKSPERIMEN

1.1. Alat dan Bahan


1. Optical Filters, Apertures, Caps, and Screws 1 buah
2. Mercury light source enclosure 1 buah
3. Base 1 buah
4. Photodiode enclosure 1 buah
5. Power supply 1 buah
6. Photoelectric effect apparatus 1 buah
7. Poser cable for photoelectric effect apparatus 1 buah
8. BNC connector cable for photodiode enclosure 1 buah
9. Banana-plug patch cords, red and blue 1 buah

1.2. Gambar Percobaan

Gambar 3.3.1. Rangakain Percobaan Efek Fotolistrik


Sumber : https://youtu.be/zxy55-LeSlc (Youtube Fisika Unesa)

1.3. Variabel Percobaan


Variabel Kontrol : Intensitas cahaya
Variabel Manipulasi : Panjang gelombang foton
Variabel Respon : Potensial penghenti, konstanta planck

1.4. Langkah Percobaan


Persiapan Pengukuran
1. Tutup jendela penutup Mercury Light Source dengan Mercury Lamp Cap dari
kotak Optical Filters. Tutup jendela penutup Photodiode dengan Photodiode
Cap dari kotak Optical Filters.
2. Pada Power Supply h/e, nyalakan POWER dan MERCURY LAMP. Pada
Photoelectric Effect Apparatus, tekan tombol POWER keposisi ON.
3. Biarkan sumber cahaya dan peralatan memanas selama 20 menit.
4. Pada apparatus, atur sakelar VOLTAGE RANGE ke –2 - 0 V. Putar sakelar
CURRENT RANGES ke 10-13
5. Untuk mengatur amplifier arus kenol, pertama-tama lepaskan kabel ‘A’, ‘K’,
dan ‘panah bawah’ (GROUND) dari papan belakang apparatus.
6. Tekan tombol FOTOTUBE SIGNAL kedalam CALIBRATION.
7. Sesuaikan kenop CURRENT CALIBRATION hingga arusnya nol.
8. Tekan tombol PHOTOTUBE SIGNAL ke MEASURE.
9. Sambungkan kembali kabel ‘A’, ‘K’, dan ‘panah bawah ’(GROUND) ke
bagian belakang apparatus.
Pengukuran
1. Buka jendela penutup Photodiode. Tempatkan aperture berdiameter 2 mm dan
filter 365 nm kejendela penutup.
2. Buka jendela Sumber Cahaya Merkurius. Garis spektral 365 nm panjang
gelombang akan bersinar pada katoda di phototube.
3. Sesuaikan kenop Mercury Light Source hingga arus pada ammeter adalah nol.
4. Catat besarnya potensial penghenti untuk panjang gelombang 365 nm pada
Tabel data.
5. Tutup jendela Mercury Light Source.
6. Ganti filter 365 nm dengan filter 405 nm.
7. Buka jendela Mercury Light Source. Garis spektral dengan panjang gelombang
405 nm akan bersinar pada katoda di phototube.
8. Sesuaikan kenop VOLTAGE ADJUST hingga arus pada ammeter adalah nol.
9. Catat besarnya potensial penghenti untuk panjang gelombang 405 nm pada
Tabel data
10. Tutup jendela Mercury Light Source.
11. Ulangi prosedur pengukuran untuk filter lainnya. Catat besarnya potensial
penghenti untuk setiap panjang gelombang pada Tabel data
BAB IV
DATA DAN ANALISIS

4.1 Data
Intensitas cahaya = 2 mm
Tabel 1
λ (nm) Frekuensi Potensial Konstanta Planck Konstanta
(1014 Hz) penghenti (V) (percobaan) Planck (teori)
365 8,2192 -1,236
405 7,4074 -0,973
436 6,8807 -0,769 6,9375 × 10-34 6,6261 × 10-34
546 5,4945 -0,040
577 5,1993 0,005

4.2 Analisis
Eksperimen yang berjudul Efek Fotolistrik (Konstanta Planck), dimana tujuan
yang ingin dicapai adalah menganalisis pengaruh panjang gelombang terhadap
potensial penghenti, serta membandingkan nilai konstanta planck yang didapatkan
berdasarkan percobaan dan teori. Pada eksperimen ini memanipulasi panjang
gelombang sebanyak 5 kali yaitu (365, 405, 436, 546, 577) nm, dengan mengontrol
nilai intensitas cahaya sebesar 2 mm, sehingga didapatkan nilai potensial penghenti,
frekuensi, dan konstanta planck yang didapatkan melalui grafik hubungan potensial
penghenti dan frekuensi.
Berdasarkan hasil eksperimen dapat dilihat pada tabel 1 bahwa pengaruh nilai
panjang gelombang terhadap potensial penghenti berbanding terbalik, dimana semakin
besar nilai panjang gelombang maka semakin kecil nilai potensial penghenti,
begitupun sebaliknya semakin besar nilai potensial penghenti maka semakin kecil nilai
panjang gelombang.
Berdasarkan hasil percobaan juga diperoleh pengaruh frekuensi terhadap
potensial penghenti berbaning lurus, semakin besar frekuensi yang diberikan maka
semakin besar nilai potensial penghentinya. Berdasarkan percobaan nilai konstanta
planck sebesar 6,9375 × 10-34 Js yang berbeda dengan nilai secara teori yang
dikemukakan oleh Max Planck yaitu 6,6261 × 10-34 Js. Berikut grafik hubungan antara
potensial penghenti dengan frekuensi,

Hubungan antara Potensial penghenti


(V) dengan Frekuensi (Hz)
1.5
y = 0.4335x - 2.2738
Potensial penghenti (V)

R² = 0.9895
1
Potensial penghenti (V)
0.5
Linear (Potensial
0 penghenti (V))
0 2 4 6 8 10
-0.5
Frekuensi (1014 Hz)

Grafik 1. Hubungan antara Potensial penghenti (V) dengan Frekuensi (Hz)


Berdasarkan grafik 1 hubungan antara potensial penghenti dengan frekuensi
didapatkan nilai konstanta planck berdasarkan percobaan dengan persamaan y =
0,433x – 2,273 dan taraf ketelitian R2 x 100% = 98,9% dihasilkan nilai konstanta
sebesar 6,9375 × 10-34 Js dengan %diff = 4,69%. Adapun fungsi kerja yang diperoleh
adalah Wo = 2,273 eV. Adanya perbedaan antara konstanta Planck secara teori dan
hasil percobaan diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kesalahan dan
kurang telitinya praktikan pada saat melakukan dan mengambil data eksperimen.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh panjang gelombang foton terhadap nilai potensial penghenti berbanding
terbalik, semakin besar nilai panjang gelombang maka semakin kecil nilai
potensial penghenti.
2. Perbandingan nilai konstanta Planck berdasarkan percobaan dan teori. nilai
konstanta planck sebesar 6,9375 × 10-34 Js yang berbeda dengan nilai secara teori
yang dikemukakan oleh Max Planck yaitu 6,6261 × 10-34 Js, dengan %diff =
4,69%.

5.2 Saran
Disarankan sebelum melakukan percobaan sebaiknya pratikan benar-benar dapat
memahami kajian teori, variabel-variabel yang akan digunakan, serta memahami
rangkaian yang akan dilakukan, sehingga akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan
teori.
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A., 1987. Konsep Fisika Modern, Edisi ke-4. (Alih bahasa DR. The Houw Liong).
Erlangga: Jakarta
Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Universitas Indonesia
Purwanto, Agus. 2016. Fisika Kuantum Edisi 2 Revisi. Gava Media : Yogyakarta
Tim Laboratorium Fisika Unesa. 2019. Panduan Praktikum Fisika Modern. Surabaya : JDS
LAMPIRAN

Perhitungan
𝑦 = 𝑚𝑥 ± 𝑐 𝐾𝑅×ℎ
∆ℎ = 100%
𝑦 = 0,433𝑥 − 2,273 1,1%×(6,9×10−34 )
𝑅2 = 0,989 ∆ℎ = 100%
∆ℎ = 0,0759 × 10−34 𝐽𝑠
Menentukan konstanta planck
ℎ ℎ𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 −ℎ𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑚 = (1014 ) %𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100%
𝑒 ℎ𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
19 ) 14
ℎ = (0,433)(1,6022 × 10 (10 ) 6,626×10−34 −6,937×10−34
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100%
ℎ = 6,937 × 10−34 𝐽𝑠 6,626×10−34
%𝑑𝑖𝑓𝑓 = 4,693%
2
𝐷𝐾 = 𝑅 × 100%
𝐷𝐾 = 0,989 × 100% Menentukan fungsi kerja W0
𝑊
𝐷𝐾 = 98,9% 𝑐 = 𝑒0
𝑊0 = (2,273)𝑉 × 𝑒
𝐾𝑅 = 100% − 𝐷𝐾 𝑊0 = 2,273 𝑒𝑉
𝐾𝑅 = 100% − 98,9%
𝐾𝑅 = 1,1%

Gambar Hasil Percobaan


365 nm

405 nm
436 nm

546 nm

577 nm

Anda mungkin juga menyukai