TINJAUAN PUSTAKA
1
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pasal 2.
bersikap netral.Menurut konteks keilmuan, pencarian makna netralitas sendiri
selalu berhubungan dengan obyektifitas cara pandang. Selama cara pandang
tersebut tidak terpengaruh oleh unsur-unsur lain di luar dirinya untuk
membangun teori teorinya, hal ini bisa disebut juga independent. Berdasarkan
konteks ini netral pada hakikatnya tidak memihak.
PEMBAHASAN
Sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral
Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
Jika kita melihat kondisi pegawai pemerintahan saat ini masih terlihat
regulation based. Hal ini dikarenakan selama 30 tahun pemerintahan sebelum
reformasi tidak terlalu memperhatikan kinerja dari pegawai pemerintahan, yang
pada masa itu disebut sebagai pegawai negeri sipil.2 Salah satu keadaan yang perlu
kita sadari saat promosi dan penempatan ASN dalam jabatan tertentu cenderung
menjadi arena politisasi dan komodifikasi pasca pelaksanaan pemilihan kepala
daerah secara langsung. Untuk itu diperlukan suatu pola aturan, tata cara , tanda,
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan terhadap setiap
2
Bambang Ruditko, Aparatur Sipil Negara Pendukung Reformasi Birokrasi, (Jakarta: PT
Kharisma Putra Utama, 2016), hlm 13.
anggota ASN maupun lembaganya. Kode etik merupakan pola aturan atau cara
sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik
merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan yang dipegang oleh
seorang anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai
profesional suatu profesi yang dapat diartikan sebagai standar perilaku
anggotanya. Nilai profesional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat. Chung (1981) mengemukakan bahwa nilai
profesional atau asas etis terdiri empat asas etis, antara lain:
3
Agus Dwiyanto, Administrasi Publik, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2018),
hlm 141.
Maka dari pada itu ditetapkanlah kode etik ASN yang akan mendorong
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, meningkatkan disiplin pegawai, menjamin
kelancaran dalam pelaksanaan tugas, meningkatkan etos kerja, kualitas kerja dan
perilaku ASN yang professional, serta meningkatkan citra dan kinerja ASN di
lingkungan Kementerian/Lembaga Pemda. Menjaga agar tidak terjadinya konflik
kepentingan dalam melaksanakan tugasnya merupakan salah satu tujuan
ditetapkannya kode etik ASN karena apa yang menjadi kinerjanya wajib ia
pertanggungjawabkan.4 Diantara tujusn ditetapkannya Kode Etik pada ASN yaitu :
4
AZIS, SKM,M.Kes, Implementasi Aparatur Sipil Negara Dalam Bidang Kesehatan Untuk
Pembinaan Karir Jabatan Fungsional Epidemologi Kesehatan, (Jakarta, Cp Press, 2015),
hlm 14.
i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan, dan
“Penentuan ringan, sedang, dan berat tergantung hasil BAP-nya, faktanya, dan
pelanggaranya. Salah satu hal yang dapat memberatkan sanksi itu, seperti
hilangnya kendaraan dinas dan tak mengindahkan imbauan dari atasan. Sanksi
5
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 5
tersebut mulai dari pemberhentian jabatan serta ganti rugi dari kendaraan dinas
yang hilang. "Lalu jika sengaja kendaraan dinas disewakan, lebih bahaya. Dapat
diteruskan ke Tipikor," ujar Chaidir.6
KESIMPULAN
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)”atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini
kode etik diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku
yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Aplikasi etika dan
moral dalam praktek dapat dilihat dari kode etik yang dimiliki oleh birokrasi publik.
Kode etik di Indonesia masih terbatas pada beberapa kalangan seperti ahli hukum dan
6
Wawancara dengan Chaidir, tanggal 29 Mei 2019 di Kantor
kedokteran. Kode etik bagi kalangan profesi yang lain masih belum ada, meskipun
banyak yang berpendapat bahwa nilai-nilai agama dan etika moral Pancasila
sebenarnya sudah cukup untuk menjadi pegangan bekerja atau bertingkah laku, dan
yang menjadi masalah sebenarnya adalah bagaimana implementasi dari nilai- nilai
tersebut.
Jiwa Korps ASN adalah rasa Kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja
sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki
organisasi ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN adalah pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan ASN di dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari hari. Untuk menjamin agar setiap ASN selalu berupaya terus
meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan
perundang-undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan ASN, baik di
dalam maupun di luar dinas.
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan
oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang
teguh. Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar
adanya, dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi.
Bahkan, apabila memenuhi unsur adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya
para pelanggar sumpah dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan. Kode etik yang
ditetapkan harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya
tidak memiliki kekebalan di bidang hukum. Kita harus mengakhiri praktik-praktik
curang dan penuh manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan,
kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat.