Anda di halaman 1dari 6

Nama : Krisna Ambun

Nim : 19031101024

DORMANSI BENIH PADI

Dormansi

Dormansi didefinisikan sebagai status dimana benih tidak


berkecambah walaupun pada kondisi lingkungan yang ideal untuk
perkecambahan. Beberapa mekanisme dormansi terjadi pada benih
baik fisik maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan sekunder.
Sebenarnya hidup tetapi belum mau berkecambah. Lamanya dormansi
tergantung pada jenis tanaman dan juga tipe dormansinya. Fungsi
dormansi bagi tanaman untuk siklus pertumbuhan tanaman dengan
keadaan lingkungan.

Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama


perkembangan benih. Lamanya (persistensi) dormansi dan mekanisme
dormansi berbeda antar spesies, dan antar varietas. Dormansi pada
spesies tertentu mengakibatkan benih tidak berkecambah di dalam
tanah selama beberapa tahun. Hal ini menjelaskan keberadaan
tanaman yang tidak diinginkan (gulma) di lahan pertanian yang
ditanami secara rutin. Penyebab Dormansi. Penyebab terjadinya
dormansi dipengaruhi oleh 2 faktor diantaranya :fisik (dormansi fisik),
misal dari kulit bijinya dan fisiologis (dormnasi fisiologis), misal dari
embrio.
A. Dormansi Fisik (dormansi primer)

Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural


terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap air
sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas
pada berbagai jenis tanaman. Dormansi primer merupakan bentuk
dormansi yang paling umum dan terdiri atas dua

macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen. Dormansi


eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk
perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga
gagal berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat
fisik kulit benih (seed coat). Tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus
lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia.
Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen adalah air, gas, dan
hambatan mekanis. Dormansi endogen dapat dipatahkan dengan
perubahan fisiologis seperti pemasakan embrio rudimenter, respon
terhadap zat pengatur tumbuh, perubahan suhu, ekspos ke cahaya.
Yang termasuk dormansi fisik adalah:

- Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih


keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan
air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-
sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan
paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam selain
pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak
akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari
bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa
dormansi benih.
- Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam
keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka
embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya
dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia,
Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe
kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan
embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.
Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi
dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.

- Adanya zat penghambat

Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah


atau benih yang mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang
paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih
tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat
penghambat.

B. Dormansi Fisiologis (dormansi sekunder)

Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna


pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian
memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah
(penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari
kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis
benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur
dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai
embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. Benih non
dorman dapat mengalami kondisi yang menyebabkannya menjadi
dorman. Penyebabnya kemungkinan benih terekspos kondisi yang ideal
untuk terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi.
Dormansi sekunder dapat diinduksi oleh: (1) thermo- (suhu), dikenal
sebagai thermodormancy; (2) photo- (cahaya), dikenal sebagai
photodormancy; (3) skoto- (kegelapan), dikenal sebagai
skotodormancy; meskipun penyebab lain seperti kelebihan air, bahan
kimia, dan gas bisa juga terlibat.

Mekanisme dormansi sekunder diduga karena:

(1) terkena hambatan pada titik-titik krusial dalam sekuens metabolik


menuju perkecambahan;

(2) ketidak-seimbangan zat pemacu pertumbuhan versus zat


penghambat pertumbuhan. Dormansi karena hambatan metabolisme
pada embrio, terjadi karena adanya zat-zat penghambat
perkecambahan dalam embrio. Misal : ammonia, asam benzoate,
ethylene, alkaloid, coumarin (yang menghambat kerja enzim alfa dan
beta amylase).

Contoh : selada,dapat berkecambah langsung bila diberi suhu


<20oC. Tetapi setelah disimpan, dapat berkecambah walau suhunya
30oC

Dormansi Benih Padi dan Pematahan Dormansi

Benih padi memiliki karakteristik dormansi yang dinamakan after-


ripening. Fenomena after-ripening yaitu dormansi benih padi yang tidak
mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat
berkecambah setelah melewati periode penyimpanan kering. Peristiwa
after ripening padi umumnya terjadi selama 8 minggu. Hal ini dapat
ditunjukan dengan hasil pengamatan pada benih padi yang mencapai
daya berkecambah maksimum setalah penyimpanan kering selama 8
minggu.

Penyebab dormansi benih padi kemungkinannya bukan disebabkan


oleh kekerasan kulit, karena kulit padi mudah pecah dan mudah
ditembusi air. Dormansi ini terjadi karena faktor yang terdapat dalam
benih padi tersebut yaitu zat penghambat. Pada benih yang dorman
zat penghambat ini perlu dihilangkan agar benih mampu berkecambah.

teknik pematahan dormansi benih padi dengan cara perendaman


benih dalam KNO3 1% selama 48 jam yang merupakan cara pematahan
dormansi paling efektif terhitung mulai 0 minggu setelah panen.
Perlakuan ini juga sangat efektif untuk mematahkan dormansi benih
padi setelah disimpan 2 dan 4 minggu dengan indeks vigor tertinggi.

Penggunaan KNO3 0,2% efektif untuk mematahkan dormansi benih


padi sawah. Selain itu, perlakuan perendaman benih dalam larutan
GA3120 ppm selama 48 jam juga efektif. Metode pemanasan benih
dalam oven 50 0C selama 48 jam yang diikuti dengan perendaman
dalam air 24 jam dapat digunakan untuk mematahkan dormansi benih
padi, teknik pematahan dormansi yang dapat direkomendasikan untuk
mematahkan dormansi benih padi (Oryza sativa) adalah dengan
memanaskan benih pada suhu 50 0C, atau merendam benih dalam air
KNO3 selama 24 jam sebelum dikecambahkan. Pematahan dormansi
dikatakan efektif jika menghasilkan daya berkecambah 85% atau lebih

Kesimpulan
- Benih padi memiliki dormansi yang dinamakan afterripening.
Dormansi padi terjadi karena dormansi benih padi yang tidak mampu
berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah
setelah melewati periode penyimpanan kering. Peristiwa after ripening
padi umumnya terjadi selama 8 minggu

- dan cara mematahkannya dengan menggunakan teknik pematahan


dormansi dengan cara perendaman benih dalam KNO3 1% selama 48
jam yang merupakan cara pematahan dormansi paling efektif terhitung
mulai 0 minggu setelah panen. Perlakuan ini juga sangat efektif untuk
mematahkan dormansi benih padi setelah disimpan 2 dan 4 minggu
dengan indeks vigor tertinggi.

Anda mungkin juga menyukai