Anda di halaman 1dari 10

(1)PERIKATAN DAN PERSETUJUAN KHUSUS PERDATA - Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban-kewajiban

______________________________________________________ (prestasi) kepada para pihaknya (prestasi- kontra- prestasi),


DEFINISI PERIKATAN yang pada kondisi tertentu dapat dipaksakan
pemenuhannya, bahkan apabila diperlukan menggunakan
Suatu hubungan hukum antara 2 orang atau 2
pihak, yang mana salah satu pihak berhak alat negara.
Prof. Subekti menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan
pihak yang lain wajib untuk memenuhi tuntutan HUBUNGAN ANTARA PERIKATAN DENGAN PERJANJIAN
tersebut ● Perjanjian → suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada
seorang lain untuk melaksanakan suatu hal → hubungan antara dua
Hubungan hukum dalam bidang harta kekayaan
orang tersebut dinamakan Perikatan
di antara 2 orang (lebih), di mana pihak yang
J.H. ● Perjanjian merupakan SALAH SATU sumber perikatan
satu (debitur) wajib melakukan suatu prestasi,
Niewenhuis ● Kontrak → perjanjian/persetujuan tertulis
sedangkan pihak yang lain (kreditur) berhak atas
prestasi itu Notes: Persetujuan = perjanjian

Dengan menganalisis isinya ternyata perikatan PENGATURAN HUKUM PERIKATAN


itu ada selama seseorang itu (debitur) harus
H.F.A Buku III BW tentang Perikatan:
melakukan sesuatu prestasi yang mungkin dapat
Vollmar ● Bab I - IV → perikatan pada umumnya
dipaksakan terhadap kreditur, kalau perlu
dengan bantuan hakim ● Bab V - VII → perjanjian khusus

SUMBER PERIKATAN
Berdasarkan doktrin terdapat empat unsur perikatan:
● Pasal 1233 BW “Perikatan lahir dari persetujuan maupun
● Hubungan hukum
karena undang-undang”
- Bentuk hubungan hukum yang menimbulkan akibat hukum.
● Perikatan dari Perjanjian diatur dalam 1313 BW
● Bersifat harta kekayaan
● Perikatan dari UU terbagi menjadi UU saja dan UU karena
- Termasuk dalam buku III KUHPer yang termasuk dalam
perbuatan manusia.
sistematika Hukum Harta Kekayaan.
- UU saja → Ps 625: Antara pemilik pekarangan yang
● Para pihak
bertentangan
- Dalam hubungan hukum melibatkan pihak-pihak sebagai
- UU karena perbuatan manusia → Ps 1354: JIka
subjek hukum
seseorang secara sukarela mewakili urusan orang lain, ia
● Prestasi
wajib untuk meneruskan dan menyelesaikan urusan
tersebut.
SUBJEK PERIKATAN ● Perikatan dengan syarat batal → perikatan sudah timbul,
Yang dimaksud dengan subjek perikatan adalah orang-orang yg namun berakhir karena syarat-syarat batal yang diatur di dalam
menjadi pihak di dlm suatu perikatan. perjanjian terjadi. Contoh: A menyewakan rumahnya kepada B
● Kreditur: pihak yang berhak untuk menuntut sesuatu dengan ketentuan bahwa sewa-menyewa akan berakhir apabila
● Debitur: pihak yg wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban di putra A pulang dari luar negeri. Selalu berlaku surut
dalam perikatan
Penyebab suatu syarat batal
OBJEK/ PRESTASI DALAM PERIKATAN ● Syarat Potestatif → Semua perjanjian akan batal karena
Pasal 1234 BW “Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, pelaksanaannya semata-mata tergantung pada kemauan orang yang
berbuat sesuatu, dan tidak membuat sesuatu.” terikat (debitur). Contoh: Saya akan menyewakan rumah ini
● Memberikan sesuatu (to geven) → cth: jual beli 1457 KUHPER manakala saya menghendakinya.
● Berbuat sesuatu (to doen) → cth: perjanjian pemborongan 1601 ● Syarat tidak bisa dilakukan, bertentangan dengan
KUHPER kesusilaan, dan undang-undang → perjanjian tersebut tidak
● Tidak berbuat sesuatu (niet doen) memiliki kekuatan hukum. Contoh: Saya akan menghadiahkan X
rumah, apabila ia bisa menurunkan bintang.
(2)MACAM-MACAM PERIKATAN
______________________________________________________ 2. Perikatan dengan Ketetapan Waktu (Pasal 1268 - 1271 BW)
PERIKATAN MENURUT KUHPERDATA/BW Perikatan ini tidak menunda lahirnya suatu perjanjian, akan tetapi
1. Perikatan Bersyarat (Pasal 1253 - 1267 BW) hanya menunda pelaksanaannya saja. Misalnya perjanjian jual beli
Perikatan yang masih digantungkan pada peristiwa yang akan akan dilakukan pada minggu kedua bulan Oktober.
terjadi kemudian, dan mungkin belum tentu akan terjadi. Baik
dengan cara menangguhkan berlakunya perikatan itu sampai Notes: Perikatan ini sudah pasti terjadi
terjadinya peristiwa itu, maupun dengan cara membatalkan
perikatan itu, tergantung pada terjadi tidaknya peristiwa itu. 3. Perikatan Manasuka (alternatif) (Pasal 1272 - 1277 BW)
Debitur atau kreditur memiliki pilihan, misalnya debitur diberikan
Perikatan bersyarat terbagi menjadi: hak untuk memilih salah satu di antara 2 barang yang disebutkan di
● Perikatan dengan syarat tangguh → perikatan timbul pada saat dalam perjanjian untuk diserahkan kepada kreditur sebagai
syarat yang ditangguhkan telah terjadi. Contoh: “Saya akan pelunasan utangnya. Hak memilih ada pada debitur kecuali
menjual rumah saya kalau saya dipindahtugaskan keluar dinyatakan tegas di dalam perjanjian untuk memberikan hak
negeri.” memilih kepada kreditur.
Apabila salah satu barang yang diperjanjikan musnah atau tidak Debitur wajib memenuhi keseluruhan prestasi tersebut kepada
dapat diserahkan, maka perikatan mana suka tersebut menjadi Kreditur.
perikatan murni (Pasal 1275 BW) ● Perikatan yang dapat dibagi → Kreditur hanya berhak menuntut
atas proporsi suatu prestasi tersebut, dan masing-masing Debitur
Apabila hak memilih ada pada Kreditur, maka dalam hal salah satu hanya wajib memenuhi proporsi dari suatu prestasi tersebut.
barang hilang di luar kesalahan Debitur, maka Kreditur wajib
menerima barang yang tersisa (Pasal 1276) 6. Perikatan dengan Ancaman Hukuman (Pasal 1304 – 1312
BW)
4. Perikatan Tanggung Menanggung (Pasal 1278 – 1295 BW) Suatu perikatan dimana ditentukan bahwa Debitur, untuk menjamin
Dalam Perikatan Tanggung Menanggung, Debitur dalam Perjanjian pelaksanaan Perikatan, diwajibkan untuk berbuat sesuatu apabila
terdiri dari beberapa orang. Perikatan tidak terpenuhi.
Masing-masing Debitur dapat dituntut untuk melunasi keseluruhan Perikatan dengan Ancaman Hukuman mengandung maksud:
jumlah utang. Pembayaran yang dilakukan oleh salah satu Debitur, ● Untuk mendorong debitur melaksanakan kewajibannya;
membebaskan Debitur lainnya. Sebaliknya, pembayaran yang ● Membebaskan kreditur dari pembuktian tentang
dilakukan kepada salah satu Kreditur, membebaskan Debitur dari jumlah/besarnya kerugian yang diderita apabila debitur
Kreditur lainnya. wanprestasi.
Dalam hal terdapat lebih dari 1 Kreditur, Debitur dibebaskan untuk ● Memberikan efek jera (tambahan)
melunasi utangnya kepada salah satu Kreditur selama Debitur
belum digugat. PERIKATAN MENURUT DOKTRIN
Perikatan Perikatan yang dapat berdiri sendiri.
5. Perikatan yang Dapat Dibagi dan yang Tidak Dapat Dibagi Pokok Contoh: Perjanjian Hutang Piutang.
(Pasal 1296 – 1302 BW)
Suatu Perikatan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi, ditinjau dari Perikatan yang melekat kepada perikatan
prestasinya, apakah prestasinya dapat dibagi dengan seimbang, Perikatan pokoknya dan tidak dapat berdiri sendiri.
dan pembagian itu tidak boleh mengurangi hakikat prestasi Accessoir Contoh: Perjanjian Hipotik kapal yang lahir
tersebut. disebabkan adanya perjanjian utang piutang.
Akibat hukum dari suatu Perikatan yang dapat dibagi dan yang
tidak dapat dibagi adalah:
● Perikatan yang tidak dapat dibagi → Kreditur berhak menuntut (3)ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN DAN SYARAT SAHNYA
pelaksanaan keseluruhan prestasi kepada Debitur, dan masing-masing PERJANJIAN
______________________________________________________
DEFINISI PERJANJIAN perjanjian dianggap mengikat para pihak layaknya suatu undang-
● Pasal 1313 KUHPer → “Suatu perjanjian adalah suatu undang.
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih” 4. Asas Kepribadian (Pasal 1315 jo. Pasal 1340 KUHPER)
● Prof. Subekti → “Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji Perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji sendiri.
untuk melaksanakan sesuatu hal.”
5. Asas Itikad Baik/ Good Faith (Pasal 1338 ayat 3 KUHPER)
PERJANJIAN MELAHIRKAN PERIKATAN DI ANTARA PARA Perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. Itikad baik disini
PIHAK YANG SALING BERJANJI diartikan secara objektif yaitu perjanjian didasarkan pada keadilan,
● Suatu Perjanjian dapat bersifat timbal balik apabila terdapat dan kepatutan.
hak dan kewajiban pada masing-masing pihak. Contoh: jual-beli
● Suatu perjanjian dapat bersifat sepihak apabila hanya ada hak SYARAT SAHNYA PERJANJIAN (Pasal 1320 - 1337 BW)
di satu pihak dan kewajiban pada pihak lainnya. Contoh: hibah/ Syarat Subjektif
pemberian 1. Sepakat (Pasal 1320 BW jo. Pasal 1321 - Pasal 1328 BW)
Kesepakatan tidak sah apabila:
ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN ● Adanya Kekhilafan (Pasal 1321-1322 BW)
1. Asas Konsensualisme (Pasal 1320 ayat 1, Pasal 1338 ayat 2 - Kekhilafan mengenai orang (error in persona)
KUHPER) - Kekhilafan mengenai hakikat barangnya (error in
Perjanjian lahir pada saat dicapainya kata sepakat di antara para substantia)
pihak atau adanya konsensus di antara para pihak. ● Adanya Paksaan (Pasal 1323 – 1326 BW)
Menimbulkan ketakutan pada pihak yang menerima paksaan
2. Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1 KUHPER) baik terhadap dirinya maupun keluarganya (Pasal 1325 BW).
Kebebasan untuk menentukan dengan siapa para pihak Pembatalan Perjanjian tidak dapat dimintakan apabila setelah
mengikatkan diri, kebebasan untuk terikat atau tidak terikat dalam paksaan berakhir, perjanjian dikuatkan secara tegas atau
perjanjian dan kebebasan menentukan isi Perjanjian. dilaksanakan secara diam-diam (Pasal 1327).

3. Asas Kekuatan Mengikat/Pacta sunt servanda (Pasal 1338 ● Adanya Penipuan (Pasal 1328 BW)
ayat 1 KUHPER) Adanya rangkaian kebohongan atau tipu muslihat yang
Setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- digunakan oleh salah satu Pihak untuk membujuk pihak lain
undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan demikian, suatu mengikatkan diri dalam perjanjian.
● Penyalahgunaan Keadaan (Yurisprudensi) ● Suatu sebab adalah terlarang → bertentangan dengan peraturan
Penyalahgunaan keadaan terjadi apabila salah satu pihak perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum
yang memiliki kedudukan atau posisi yang dominan (Pasal 1337 KUHPer).
memanfaatkan keunggulan kedudukan atau posisinya tersebut
untuk mengambil keuntungan secara tidak patut. Tidak dipenuhinya Syarat Objektif, maka Perjanjian tersebut
BATAL DEMI HUKUM → Perjanjian dianggap tidak pernah ada /
2. Cakap (Pasal 1320 jo. Pasal 1329 - 1331 BW) tidak pernah dibuat. Perjanjian tidak dapat dijadikan dasar untuk
Yang dianggap tidak Cakap untuk membuat perjanjian adalah menuntut Pihak lainnya.
(Pasal 1330):
● Orang yang belum dewasa; belum berusia 21 tahun atau (4)TIDAK TERLAKSANANYA PERJANJIAN (WANPRESTASI)
belum menikah; ______________________________________________________
● Orang yang berada di dalam pengampuan; WANPRESTASI → suatu keadaan dimana si berutang (debitur) tidak
melakukan apa yang dijanjikannya/ingkar janji.
Tidak dipenuhinya Syarat Subjektif, maka Perjanjian tersebut
DAPAT DIBATALKAN → perjanjian tetap sah sepanjang tidak WANPRESTASI DAPAT BERUPA
dibatalkan ● Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
● Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana
Syarat Objektif diperjanjikan;
1. Suatu hal tertentu (Pasal 1320 jo. Pasal 1332 - 1334 BW) ● Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
● Suatu Perjanjian harus mempunyai hal tertentu, sekurang- ● Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
kurangnya dapat ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUHPer). dilakukannya.
● Hal tertentu merupakan hal yang minimal harus ada dalam
perjanjian. Dalam perjanjian jual beli misalnya harus ada HUKUMAN AKIBAT WANPRESTASI
kesepakatan mengenai barang dan harga. ● Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi);
● Pembatalan perjanjian;
2. Sebab yang halal (Pasal 1320 jo. Pasal 1335 - 1337 BW) ● Peralihan resiko;
● Suatu Perjanjian yang dibuat tanpa sebab, atau yang dibuat ● Membayar biaya perkara.
karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, maka Perjanjian
tersebut tidak dapat dilaksanakan (Pasal 1335 KUHPer). KAPAN DEBITUR DINYATAKAN LALAI
Pasal 1238 → ”Si berutang adalah lalai bila ia dengan surat perintah atau
dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi
perikatannya sendiri menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap ● Resiko dapat dipikulkan kepada pihak yang melakukan
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.” kelalaian, misalnya dalam perjanjian jual Beli, resiko yang
seharusnya ditanggung oleh pembeli dialihkan kepada penjual
UNSUR-UNSUR GANTI RUGI yang melakukan wanprestasi atau sebaliknya.
● Biaya → segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata
sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak. PENGATURAN RESIKO DALAM KUHPER
● Rugi → kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan ● Resiko dalam perjanjian tukar menukar (Pasal 1545
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur. KUHPerdata)
● Bunga → kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang Apabila sesuatu barang tertentu yang dijanjikan musnah di luar
sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. salah pemiliknya, maka persetujuan dianggap gugur dan siapa
Dengan demikian, ganti rugi akibat wanprestasi terdiri dari kerugian yang dari pihak telah memenuhi persetujuan dapat menuntut
nyata yang diderita dan kehilangan keuntungan yang diharapkan. kembali barang yang telah diberikannya dalam tukar-menukar.
● Resiko dalam perjanjian sewa-menyewa (Pasal 1553 KUH
PEMBATASAN TUNTUTAN GANTI RUGI Perdata)
Kerugian yang dapat diduga pada saat perjanjian disepakati dan Selama waktu sewa, barang yang disewakan sama sekali
yang merupakan akibat langsung dari wanprestasi (Pasal 1247 - musnah, karena suatu kejadian yang tidak disengaja, maka
1248 KUHPerdata). persetujuan gugur demi hukum. Ketentuan tersebut berlaku
apabila para pihak tidak mengatur lain dalam perjanjian.
PEMBATALAN PERJANJIAN
Pembatalan perjanjian harus dimintakan kepada hakim. Jadi tidak EKSEKUSI RIIL
mungkin perjanjian itu batal secara otomatis pada waktu debitur ● Eksekusi Riil → pelaksanaan perjanjian melalui putusan pengadilan.
nyata-nyata melalaikan kewajibannya (Pasal 1266 KUHPerdata). Kreditur dapat dikuasakan oleh hakim untuk mewujudkan atau
Dalam praktik ketentuan Pasal 1266 ini sering dikesampingkan. merealisasikan sendiri apa yang menjadi haknya menurut perjanjian.
Akan tetapi, tidak menghalangi pihak yang merasa dirugikan untuk ● Berdasarkan Pasal 1267 KUHPerdata, akibat wanprestasi
melakukan gugatan ke pengadilan. kreditur dapat menuntut:
- Pemenuhan perjanjian;
- Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;
PERALIHAN RESIKO - Ganti rugi saja;
● Resiko → kewajiban untuk menanggung kerugian diluar kesalahan - Pembatalan perjanjian;
para pihak. - Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.
DASAR HUKUM EKSEKUSI RIIL
● Pasal 1240 KUHPerdata Menurut ketentuan KUHPerdata, terdapat 3 unsur yang harus
Kreditur berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang telah dipenuhi oleh debitur untuk memebuktikan adanya keadaan
dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia dikuasakan memaksa, yaitu :
oleh hakim untuk menyuruh segala sesuatu yang telah dibuat tadi 1. Tidak memenuhi prestasi;
dengan biaya debitur. 2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur;
● Pasal 1241 KUHPerdata 3. Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan tidak dapat
Apabila perikatan tidak dilaksanakannya, maka kreditur boleh dipertanggungjawabkan kepada debitur.
dikuasakan supaya dia sendirilah mengusahakan pelaksanaannya
atas biaya debitur. DEBITUR MENANGGUNG RESIKO
1. Berdasarkan Perjanjian
PEMBELAAN DEBITUR WANPRESTASI 2. Berdasarkan ketentuan undang-undang
Debitur wanprestasi dapat melakukan pembelaan diri didasarkan 3. Berdasarkan kepatutan.
pada:
1. Adanya Keadaan Memaksa (force majeure) Debitur akan dianggap wanprestasi meskipun terjadi peristiwa
Pasal 1244 KUHPerdata: “Jika ada alasan untuk itu, si berutang keadaan memaksa apabila ia telah menjamin terlaksananya
harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak prestasi dalam perjanjian.
dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang
tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal TEORI KEADAAN MEMAKSA
yang tidak terduga pun tidak dapat dipertanggungjawabkan 1. Ajaran yang Objektif (de objectieve overmachtsleer)
padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada Menurut ajaran keadaan memaksa objektif, debitur berada dalam
pihaknya”. keadaan memaksa, apabila pemenuhan prestasi itu tidak mungkin
Pasal 1245 KUHPerdata: “Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus (ada unsur impossibilitas) dilaksanakan oleh siapapun juga atau
digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu oleh setiap orang.
kejadian tak sengaja si berhutang berhalangan memberikan atau Misalnya: A harus menyerahkan kuda kepada B, kuda di tengah
berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama jalan disambar petir, hingga oleh siapapun juga penyerahan kuda
telah melakukan perbuatan yang terlarang. itu tidak mungkin dilaksanakan.

Pasal 1244 dan 1245 mengatur hal yang sama perihal keadaan 2. Ajaran yang Subjektif/ Relatif (de subjectieve
memaksa. Menurut Prof. Subekti Pasal 1244 KUHPerdata lebih overmachtsleer)
baik dalam merumuskan unsur-unsur keadaan memaksa.
Menurut ajaran keadaan memaksa subjektif (relatif) keadaan atau mengembalikan barangnya, tetapi barang itu dipakainya, atau
memaksa itu ada, apabila debitur masih mungkin melaksanakan ia pesan lagi barang yang seperti itu.
prestasi, tetapi praktis dengan kesukaran atau pengorbanan yang
besar (ada unsur diffikultas), sehingga dalam keadaan yang
demikian itu kreditur tidak dapat menuntut pelaksanaan prestasi.
Misalnya: seorang penyanyi yang berjanji untuk mengadakan
pertunjukan. Sebelum pertunjukan diadakan, ia mendengar berita
tentang kematian anaknya hingga sukar bagi debitur atau penyanyi (5)BATAL DAN PEMBATALAN PERJANJIAN
tersebut untuk melaksanakan perjanjian itu. ______________________________________________________
Pembatalan perjanjian terbagi menjadi 2, yaitu:
2. Kreditur Lebih Dulu Wanprestasi (Exeptio Non Adimpleti 1. Dapat dibatalkan → maka suatu perjanjian tetap sah dan mengikat
Contractus) sepanjang tidak dibatalkan oleh pihak yg dirugikan. Bertujuan
Dalam suatu perjanjian timbal balik, dianggap ada suatu asas untuk melindungi kepentingan salah satu pihak yang dirugikan
bahwa kedua belah pihak harus sama-sama melakukan 2. Batal demi hukum → suatu perjanjian dianggap tidak ada sejak
kewajibannya. Kreditur tidak dapat menuduh debitur lalai, atau semula. Bertujuan untuk melindungi kepentingan umum
wanprestasi apabila ia sendiri juga lalai atau wanprestasi dalam
melaksanakan kewajibannya. SEBAB-SEBAB BATALNYA PERJANJIAN
Misalnya: si pembeli menuduh si penjual terlambat menyerahkan 1. Batal Demi Hukum
barangnya, tetapi ia sendiri ternyata sudah tidak menepati janjinya 1) Tidak terpenuhinya syarat objektif
untuk memberikan uang muka sebelumnya. - Tidak memenuhi hal tertentu atau yg essensial dlm
perjanjian. Misalnya dlm perjanjian jual-beli harus terdapat
Pasal 1478 KUHPerdata: “Si penjual tidak diwajibkan kesepakatan mengenai barang dan harga
menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar - Tidak terpenuhinya kausa yg halal. Sebuah kontrak batal
harganya, sedangkan si penjual tidak mengizinkan penundaan demi hukum apabila bertentangan dg ketertiban umum baik
pembayaran tersebut.” mengenai isi atau akibatnya
2) Tidak memenuhi formalitas suatu perjanjian
3. Pelepasan Hak (Rechtsverwerking) Tidak semua perjanjian lahir dan mengikat cukup dg adanya kata
Pelepasan hak terjadi apabila kreditur tidak lagi akan menuntut sepakat. Terdapat jenis perjanjian yg harus dibuat dalam bentuk
ganti rugi atas wanprestasinya debitur. tertentu sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Misalnya: si pembeli meskipun barang yang diterimanya tidak Contoh perjanjian formil adalah perjanjian perdamaian yg harus
memenuhi kualitas atau mengandung cacat tidak menegur penjual dibuat dlm bentuk tertulis (harus tertulis, jika lisan maka tidak
mengikat), perjanjian jaminan fidusia yg harus dibuat dlm bentuk Ps. 1266 KUHPER menyebutkan “syarat batal dianggap selalu
akta notaris, jaminan hak tanggungan yg harus dibuat dlm bentuk dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik,
akta PPAT. manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.”
3) Musnahnya objek perjanjian “Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
Dalam hal objek perjanjian musnah diluar kesalahan para pihak pembatalan harus dimintakan kepada hakim.”
maka perjanjian menjadi batal demi hukum. Misalnya kuda juara Berdasarkan hal tsb batalnya perjanjian disebabkan wanprestasi
mati sebelum sempat diserahkan kepada pembeli akibat banjir tidaklah batal demi hukum, akan tetapi dimintakan pembatalannya
bandang. kepada hakim.”
4) Pihak yg tidak berwenang
Suatu perjanjian menjadi batal demi hukum apabila dibuat dan c) Actio pauliana
disepakati oleh pihak yg tidak berwenang. Misalnya suatu Gugatan actio pauliana adalah hak kreditur berdasarkan ketentuan
perjanjian dibuat dan ditandatangani oleh seorang karyawan UU untuk mengajukan permohonan pembatalan kepada pengadilan
sebuah badan hukum berbentuk PT tanpa adanya surat kuasa dari terhadap perbuatan debitur yang tidak diwajibkan, dimana
seorang direksi. Perjanjian tsb menjadi batal demi hukum perbuatan tsb merugikan kreditur dan debitur serta pihak ketiga yg
disebabkan seorang karyawan tidak berwenang untuk mewakili PT melakukan transaksi dengannya beritikad tidak baik (Ps. 1341
tanpa adanya surat kuasa dari seorang direksi. KUHPER).
Notes: Tidak cakap berbeda dengan tidak berwenang. Cakap Syarat Actio Pauliana:
belum tentu berwenang 1) Adanya perbuatan hukum yg dilakukan debitur;
2) Perbuatan hukum tsb tidak wajib bagi debitur;
2. Pembatalan Perjanjian 3) Perbuatan hukum tsb merugikan kreditur;
a) Pelanggaran terhadap syarat subjektif sahnya 4) Debitur dan pihak ketiga yg melakukan transaksi dengan
perjanjian debitur mengetahui bahwa perbuatannya merugikan
- Termasuk dlm hal ini adalah kesepakatan yg dibuat kreditur.
disebabkan adanya kekhilafan, paksaan, penipuan, dan Dengan demikian actio pauliana tidak berlaku thd pihak ketiga yg
penyalahgunaan keadaan beritikad baik.
- Perjanjian yg dibuat oleh mereka yg tidak cakap karena blm Actio pauliana (Ps. 1341) → org yg berusaha mengalihkan asetnya ke
dewasa atau berasa dibawah pengampuan pihak ketiga untuk menghindari jatuh tempo
Syaratnya → Pihak ketiga tau kalo asetnya sedang dijadikan jaminan
b) Adanya wanprestasi
AKIBAT HUKUM BATAL DEMI HUKUM DAN PEMBATALAN
PERJANJIAN
- Akibat hukum dapat dibatalkannya suatu perjanjian
Memberikan peluang bagi pihak yg dirugikan untuk meminta
pembatalan perjanjian. akibat pembatalan perjanjian maka berlaku
asas retroaktif. asas retroaktif maksudnya akibat pembatalan
perjanjian berlaku surut seperti sebelum adanya perjanjian.
- Akibat hukum perjanjian dinyatakan batal demi hukum
Perjanjian dianggap tidak pernah ada dan apabila telah terjadi
pelaksanaan prestasi atau kewajiban salah satu pihak dalam
perjanjian hal tsb menjadi pembayaran atau kewajiban yg tidak
terutang sehingga pihak yg dirugikan berhak menuntut
pengembalian thd apa yg sudah dibayarkan atau menuntut restitusi.

Notes:
- Batal demi hukum dengan dibatalkan dua2nya sama aja
hasilnya, yakni kembali ke keadaan seperti semula.
- Untuk kasus-kasus tertentu misal perjanjian yg sifatnya
bertahap, itu ga berlaku retroaktif. Misal bikin perjanjian
pembangunan jalan ada 3 tahap, terus wanpresnya di tahap
3, kalo perjanjiannya dibatalkan, negara cuma menagih
uang yg keluar di tahap 3. tahap 1 sama 2 gabisa.
- Retroaktif udah pasti batal demi hukum, kalo dapat
dibatalkan belum tentu

Anda mungkin juga menyukai