Anda di halaman 1dari 23

“DINAMIKA POPULASI , KOMUNITAS , EKOSISTEM

DAN BIOLOGI KONSERVASI”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi

DISUSUN OLEH :

KYLA TAHIRA

( 2110613086 )

KELAS BIOLOGI 01

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya lah saya
akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang “Dinamika
Populasi,Komunitas,Ekosistem,dan Biologi Konservasi.

Selama penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dar i berbagai pihak tantangan
i t u b i s a teratasi. Oleh kerena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan yang Maha Esa 

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


baik d a r i b e n t u k p e n y u s u n a n m a u p u n m a t e r i n y a . Kritik konstruktif dari
pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
penyusun mengharapkan semoga dari makalah biologi ini kita dapat mengambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan pelajaran terhadap pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………..........


DAFTAR ISI ………………………………….........................................
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………
Latar belakang masalah…………………………………………..
Perumusan masalah……………………………………………….
Tujuan…………………………………………………………….
BAB II ISI……………………………………………………………….
Pembahasan masalah……………………………………………..
BAB III PENUTUP……………………………………………………..
Kesimpulan………………………………………………………
Daftar pustaka……………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pada sebuah Ekosistem , Populasi atau jumlah makhluk hidup sangat krusial .tetapi
tidak selamanya populasi atau jumlah binatang selalu mengalami penurunan, sebab ada
kalanya atau saatnya populasi hewan juga bisa meningkat , bahkan bisa dikatakan jumlahnya
terlalu banyak didalam sebuah ekosistem . Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dinamika
populasi.

Saat ini banyak terjadi dinamika populasi.Ini ditimbulkan karena hubungan,


kompetisi, predasi, bencana alam dan aktivitas insan. Berbagai pristiwa yang terjadi di alam
kawasan binatang-hewan hidup sangat mempengaruhi dinamika populasi.

Dinamika populasi akan mengakibatkan dinamika ekosistem disuatu wilayah.jika


terjadi perubahan populasi (menurun/semakin tinggi) maka akan diikuti juga dengan
perubahan ekosistem di wilayah tersebut. Komunitas artinya kumpulan dari aneka macam
populasi yang hidup di suatu waktu serta wilayah tertentu yang saling berinteraksi serta
mempengaruhi satu sama lain.jika perubahan/dinamika populasi serta komunitas terjadi dan
berlangsung secara teratur dan terus menerus pada suatu komunitas dalam saat yang lama
akan terbentuk komunitas baru yang tidak selaras dengan komunitas semula,sehingga
terjadilah dinamika komunitas.

Untuk menghindari pengaruh negatif dari dinamika populasi,komunitas dan ekosistem


dibutuhkan suatu usaha yang bisa melindungi spesies, habitat serta ekositem hewan ,dan
tumbuhan dari laju kepunahan dan erosi hubungan biotik. Untuk itu dibutuhkan studi tentang
alam.
RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu :

 Kepadatan dan ukuran populasi


 Pola penyebaran populasi di alam
 Faktor pendukung dan pembatas laju pertumbuhan populasi
 Keberlangsungan hidup
 Ledakan populasi
 Struktur umur dalam populasi ternak

TUJUAN

Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan diantaranya :

1. Untuk mengetahui tentang kepadatan dan ukuran populasi.


2. Untuk mengetahui tentang pola penyebaran populasi di alam.
3. Untuk mengetahui tentang faktor pendukung dan pembatas laju pertumbuhan
populasi.
4. Untuk mengetahui tentang keberlangsungan hidup
5. Untuk mengetahui tentang ledakan populasi
6. Untuk mengetahui tentang struktur umur dalam populasi ternak
BAB II

PEMBAHASAN

Kepadatan dan Ukuran Populasi

Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah individu tau satuan luas atau ruang
yang ditempati pada waktu tertentu. Dilansir Encyclopaedian Britannica (2015), kepadatan
populasi di mana manusia seluruh penduduk yang menempati suatu daerah dan terus menerus
dimodifikasi oleh peningkatan. Peningkatan bisa pada kelahiran dan imigrasi. Populasi
manusia dipengaruhi oleh kebiasaan sosial yang mengatur reproduksi dan oleh perkembangan
teknologi, terutama dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat. Karena dengan
adanya perkembangan teknologi telah mengurangi angka kematian dan memperpanjang
hidup manusia. Adapun dampak kepadatan populasi pada suatu wilayah, yaitu sebagai
berikut:
1. Ketersediaan pangan, Ketersediaan pangan menjadi salah satu dampak dengan
kepadatan populasi di suati wilayah. Karena pertumbuhan populasi di dunia sangat cepat
daripada ketersediaan pangan.

2. Ketersediaan lahan, Pertumbuhan populasi yang cepat akan menuntut pemenuhan


kebutuhan tampat tinggal yang terbatas. Akibatnya akan menggusur laha pertanian yang
subur untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.

3. Ketersediaan air, Pertumbuhan populasi yang cepat juga menuntut ketersediaan


air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan air tidak hanya untuk manusia tapi juga
makhlukh hidup lain. Maka semakin padatnya populasi si suatu wilayah akan membuat
ketersediaan air menipis.

4. Faktor lingkungan, Kepadatan populasi yang semakin berkembang akan membuat


kebutuhan barang dan saja akan terus meningkat. Banyak orang yang memiliki kendaraan.
Jalanan jadi macet, polusi udara meningkat. Dengan konsumsi energi yang berlebihan akan
membuat lingkungan semakin tercemar.

5. Faktor Pendidikan, Sarana dan prasarana pendidikan semakin kecil dengan


pertumbuhan populasi yang terus meningkat.
Beberapa pengaruh kepadatan penduduk,yaitu:
 Natalitas, Natalitas adalah angka yang menunjukan jumlah bayi yang baru lahir hidup
dari setiap 1.000 penduduk per tahun. Pertambahan jumlah individu tersebut yang
menyebabkan kepadatan populasi juga meningkat atau semakin padat. Angka
kelahiran berbanding lurus dengan tingkat kepadatan populasi tersebut. Semakin besar
angka kelahiran di suatu wilayah maka kepadatan populasi tersebut semakin tinggi.
 Mortalitas, Mortalitas adalah angka yang menunjukan jumlah kematian untuk setiap
1.000 penduduk per tahun.
 Migrasi, Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain
yang bertujuan untuk menetap di wilayah tersebut. Migrasi bisa disebabkan banyak
hal. Intinya untuk bertahan hidup atau untuk kehidupan layak.

Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah
kategori populasi tertentu, yang dilambangkan dengan huruf N. Jenis jenis ukuran populasi:

1.Populasi terbatas (finite)

Populasi terbatas (finite) adalah kumpulan objek atau individu yang menjadi objek
penelitian yang menempati suatu area tertentu yang memiliki batas jelas yang membedakan
kelompok populasi tersebut dengan populasi lain. Sebagai contoh, populasi bebek dalam satu
kandang, jumlah siswa kelas 12A, populasi perempuan dalam suatu lingkungan, dan lain-lain.

2.Populasi tak terbatas (infinite)

Populasi tak terbatas (infinite) adalah kumpulan objek atau individu yang menjadi objek
penelitian yang tidak diketahui batas wilayahnya atau tidak dapat dilakukan pengukuran
mengenai jumlah keseluruhan individu yang terdapat di wilayah yang ditempati. Sebagai
contoh, populasi bintang di angkasa, jumlah sel darah merah dalam tubuh seseorang, dan
lain-lain.
Pola Penyebaran Populasi di Alam

Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari


populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari
tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya.
Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan
diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik
lainnya (Umar, 2013).

Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan,
hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran
populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari
predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar,
2013).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hewan tersebar di alam secara tidak merata
(tidak mempunyai jarak yang sama) disebabkan perbedaan kondisi lingkungan, sumber daya,
tumbuhan tetangga, dan gangguan yang merupakan faktor yang mempengaruhi pola
dinamika populasi tumbuhan. Perbedaan perangkat kondisi lingkungan tersebut tidak hanya
memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi juga merubah laju pertumbuhan,
produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu.Distribusi,
survival, pola pertumbuhan serta reproduksi mencerminkan adaptasi tumbuhan terhadap
lingkungan tertentu.Keadaan tersebut menjadi suatu bagian penting dalam ekologi hewan
(Syamsurizal, 2000). Penyebaran spesies dalam tingkat komunitas dan organisasi ekologi
bersifat unik. Cox (1972) mengungkapkan bahwa komunitas vegetasi dengan Universitas
Sumatera Utara 8 penyebaran spesies yang lebih besar akan memiliki jaringan kerja lebih
kompleks daripada komunitas dengan penyebaran spesies yang rendah. Penyebaran spesies
tumbuhan dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal.Penyebaran secara vertikal suatu
spesies sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya matahari.Spesies yang
memiliki tajuk yang tinggi paling teratas berada pada kondisi yang penuh cahaya (100%),
sedangkan spesies dengan tajuk yang rendah dan dekat permukaan tanah berada dalam
kondisi yang kurang cahaya.Penyebaran spesies tumbuhan secara horizontal merupakan
penyebaran yang sangat komplek. Menurut Surasana (1990), Penyebaran atau distribusi
individu dalam populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola
penyebaran, yaitu :
 Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi
apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi
berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut.
Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya
pengelompokan hewan.
 Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada hewan.
Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara individu-
individu dalam populasi tersebut. Pada hewan misalnya persaingan untuk
mendapatkan nutrisi dan ruang.
 Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat di
alam, terutama untuk hewan.

Individu dalam suatu populasi menyebar mengikuti tiga pola, yaitu acak (random),
mengelompok (clumped) dan seragam (uniform). Pola sebaran random sangat jarang ditemui
di alam dan hanya akan terjadi bila kondisi lingkungan seragam dan tidak ada kecenderungan
terjadinya agregasi. Pola penyebaran uniformakan terjadi bila tingkat kompetisi antar
individu sama atau terjadi hubungan antagonis positif yang mendukung penyebaran
keruangan. Pola penyebaran clumped merupakan pola penyebaran yang paling umum. Pola
ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu random clumped, uniform clumped dan aggregated
clumped (Odum, 1998).

Terbentuknya pola sebaran tersebut dipengaruhi oleh berbagai mekanisme. Berbagai


proses interaksi baik biotik dan abiotik saling berkontribusi untuk membentuk pola sebaran
tersebut. Suatu pola sebaran acak dalam populasi organisme disebabkan oleh lingkungan
yang homogen dan pola perilaku non selektif. Di sisi lain, pola sebaran non-acak
(mengelompok dan seragam) menunjukkan adanya suatu pembatas pada populasi yang ada.
Pola mengelompok disebabkan oleh adanya individu-individu yang akan berkelompok dalam
suatu habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sebaran seragam merupakan hasil dari
adanya interaksi negatif antar individu, misalkan adanya kompetisi atas makanan dan ruang
tumbuh (Lestari, 2011).

Pola sebaran suatu spesies dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai macam
indeks sebaran, antara lain dengan rasio varian dan mean, Indeks Clumping, Koefisien Green,
Indeks Morisita, Standarisasi Indeks Morisita dan rasio antara kepadatan observasi dengan
kepadatan harapan (Rani, 2003).
Faktor Pendukung dan Pembatas Laju Populasi

Respon hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai strategi hewan
untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Setiap hewan akan menunjukkan
strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup mereka.
Lingkungan berperan sebagai kekuatan untuk menyeleksi bagi populasi yang hidup di
dalamnya. Hanya populasi yang mampu beradaptasi, baik adaptasi morfolofi, fisiologi,
maupun perilaku, akan lestari; sedangkan yang tidak mampu beradaptasi harus pindah ke
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya atau jika tidak pindah, mereka akan mati.
Faktor-faktor lingkungan yang membatasi hidup organisme selanjutnya disebut sebagai
faktor pembatas, seperti suhu lingkungan, kadar garam, kelembaban, dan sebagainya.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap kehidupan organisme, faktor pembatas memiliki rentang,
nilai minimum, nilai maksimum, dan rentang optimum. Nilai minimum ialah nilai terendah
suatu organisme dapat hidup, di bawah nilai tersebut organisme akan mati. Nilai maksimum
ialah nilai tertinggi suatu faktor pembatas, di atas nilai tersebut, organisme akan mati.
Rentang optimum ialah rentang suatu nilai faktor pembatas dimana organisme dapat hidup
secara optimal dalam arti semua proses fisiologi tubuhnya berjalan secara optimal sehingga
organisme dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagai contohnya, spesies hewan
B memiliki rentang hidup pada suhu 10-250 C. Suhu 10o C merupakan suhu minimum atau
terendah spesies B masih dapat hidup. Suhu 250 C merupakan suhu maksimum atau tertinggi
spesies B masih dapat hidup. Suhu optimal berada pada kisaran antara rentang 10-250 C,
misalnya pada rentang suhu 17-200 C.

Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah ekofisiologi dan
bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Pada hewan berdarah dingin (poikiloterm),
penurunan atau peningkatan suhu udara akan diikuti dengan penurunan atau peningkatan laju
metabolisme tubuhnya. Sebaliknya pada hewan berdarah panas (homeoterm), penurunan
suhu udara justru akan meningkatkan laju metabolisme tubuh untuk mempertahankan suhu
tubuh. Kendeigh (1969) menglasifikasikan respon menjadi 5 macam, yaitu: semu (masking),
letal (lethal), berarah (directive), pengontrolan (controlling), dan defisien (deficient).
1. Semu (masking): modifikasi pengaruh suatu faktor oleh faktor lainnya. Sebagai
contoh RH (relatif humidity atau kelembaban relatif) yang rendah meningkatkan laju
evaporasi permukaan tubuh, sehingga hewan berdarah panas mampu bertahan pada
iklim yang sangat hangat.
2. Letal (lethal): faktor lingkungan menyebabkan kematian, seperti misalnya suhu yang
terlalu panas atau terlalu dingin.
3. Berarah (directive): faktor lingkungan menyebabkan orientasi tertentu, misalnya
burung-burung di kutub utara bermigrasi ke arah selatan pada saat musim dingin dan
kembali ke utara pada saat musim semi atau panas untuk berbiak.
4. Pengontrolan (controlling): faktor tertentu dapat mempengaruhi laju suatu proses
fisiologi tanpa masuk ke reaksi. Sebagai contoh, suhu lingkungan dapat berpengaruh
besar terhadap metabolisme, sekresi, dan lokomosi hewan.
5. Defisien (deficient): defisiensi suatu faktor lingkungan pada habitat tertentu dapat
mempengaruhi aktivitas atau metabolisme hewan. Sebagai contohnya jika oksigen ada
atau tidak ada pada tekanan rendah akan membatasi aktivitas hewan.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, semua organisme hidup pada rentang faktor-faktor


lingkungan sehingga faktor tersebut merupakan pembatas bagi kehidupan organisme. Satu
organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu yang sempit misalnya, sementara organisme
lainnya dapat hidup pada kisaran suhu yang lebih lebar. Di luar kisaran suhu tertentu, suatu
organisme tidak dapat hidup atau hidup dengan fungsi tubuh yang tidak optimal. Istilah
lainnya untuk menyatakan rentang/kisaran suatu faktor pembatas lingkungan ialah toleransi
pada kisaran faktor tertentu. Spesies yang memiliki toleransi sempit untuk suatu faktor
pembatas disebut spesies steno, sedangkan yang memiliki toleransi yang lebar disebut spesies
eury. Spesies steno sering digunakan sebagai spesies indikator atau spesies penunjuk untuk
kepentingan tertentu, misalnya terdapatnya polutan tertentu dalam perairan, atau mutu suatu
lingkungan perairan.

Batas toleransi bawah dan atas merupakan titik atau tingkatan intensitas suatu faktor
lingkungan yang hanya 50% organisme bertahan (LD50). Setiap spesies memiliki batas
toleransi yang berbeda untuk suatu faktor lingkungan, misalnya suhu dan penentuan titik
batas ini tidaklah mudah. Awalan steno berarti bahwa individu atau populasi suatu spesies
memiliki rentang atau kisaran toleransi yang sempit, sementara awalan eury merujuk pada
yang memiliki kisaran toleransi yang lebar. Oleh karena itu, istilah stenotermal atau
eurytermal merujuk pada suhu sebagai faktor lingkungan.
Sumber Daya bagi Kehidupan Hewan Seluruh kebutuhan hidup atau sumber daya bagi
hewan dipenuhi dari lingkungannya. Lingkungan ialah seluruh unsur dan faktor yang berada
di luar tubuh hewan. Dalam konsep ekologi kita mengenal istilah habitat, yaitu tempat tinggal
makhluk hidup, area yang mendukung suatu organisme untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal. Hal ini karena habitat menyediakan seluruh sumber daya yang diperlukan organisme
dalam mempenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Sumber daya yang sangat penting bagi
organisme hewan yang disediakan oleh habitatnya antara lain makanan, oksigen, tempat, dan
air.

A. Makanan

Hewan memerlukan energi untuk mendukung seluruh proses metabolisme tubuh maupun
aktivitasnya seperti berpindah, mencari makan, pencernaan, mempertahankan suhu badan,
reproduksi, pertumbuhan, dan kerja lainnya. Seperti dijelaskan di depan, berdasarkan
kemampuan organisme dalam menyusun atau menyintesis makanan, organisme dibedakan
menjadi 2, yaitu:

- Ototrof: organisme yang mampu mengunakan energi dari sinar matahari dalam
proses fotosintesis yang mereaksikan air dan karbon dioksida menjadi gula sederhana
(fotosintesis) atau menggunakan reaksi kimia untuk energi dalam menyintesis
makanan (kemosintesis). Fotosintesis terjadi pada tumbuhan, sedangkan kemosintesis
berlangsung pada fungi.

- Heteroatrof: organisme yang tidak mempu menyintesis makanan sendiri dari


senyawa anorganik sehingga harus mengonsumsi organisme lain untuk memenuhi
kebutuhannya, sebagai contohnya ialah hewan.

Berdasarkan proporsi jenis makanannya, hewan diklasifikasikan sebagai herbivora.


Hewan yang masuk kelompok ini ialah yang proporsi jenis makanannya hampir seluruhnya
tumbuhan. Sebagai hewan yang masuk kelompok ini ialah kambing, domba, monyet daun,
dan kelinci.

Berdasarkan bagian tubuh tumbuhan yang dimakan, hewan dibedakan menjadi frugivora
jika pemakan buah (kera, orangutan), foliovora jika pemakan daun (Nasalis larvatus, monyet
daun/leaf monkey Presbytis), serta gummivora jika pemakan sap/gum (tamarin, marmoset).

.
Berdasarkan keragaman jenis makanannya, hewan juga dikelompokkan menjadi generalis
jika jenis makanannya sangat beragam dan spesialis jika jenis makanannya sedikit. Termasuk
ke dalam spesialis ini ialah bekantan (Nasalis larvatus) yang jenis makanannya hanya
beberapa jenis tumbuhan mangrove saja.

Hewan memiliki adaptasi fisiologis dan perilaku menurut ketersediaan makanannya. Jika
makanan cukup, laju metabolisme tubuh dan aktivitas hewan akan berada pada level normal,
sementara jika sumber makanan kurang, laju metabolisme dan laju aktivitas harian dapat
ditekan. Satu komponen lingkungan hewan, misalnya mutrien, yang ketersediaannya hanya
dalam jangka waktu yang singkat sehingga membatasi kemampuan organisme untuk
bereproduksi biasa disebut sebagai faktor pembatas (limiting factor) lingkungan. Beberapa
tipe dormansi atau respon metabolik meliputi:

 Torpor: periode metabolisme dan suhu tubuh menurun selama siklus aktivitas
hariannya.
 Hibernasi: periode metabolisme dan suhu tubuh menurun yang berlangsung beberapa
minggu atau bulan.
 Tidur musim dingin: periode inaktivitas selama suhu tubuh tudak menurun secara
substansial dan hewan hewan dapat bangun dan menjadi aktif secara cepat.
 Aestivasi: periode inaktivitas hewan yang harus bertahan selama musim kering.

Karakteristik lingkungan (suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan sebagainya)


sangat bervariasi pada waktu dan tempat yang berbeda dan hewan beradaptasi pada satu
kisaran nilai tertentu pada faktor-faktor lingkungan tersebut. Seperti dijelaskan di depan,
rentang atau kisaran faktor-faktor lingkungan dimana hewan dapat beradaptasi disebut
rentang atau kisaran toleransi. Di dalam rentang toleransi tersebut terdapat kisaran dimana
hewan dapat tumbuh dan berkembang secara optima, dan kisaran tersebut merupakan rentang
atau kisaran optimal. Kadang-kadang respon panjang dengan perubahan karaktersitik
lingkungan, fisiologi hewan mengatur untuk mengakomodasi perubahan karakteristik
lingkungan tersebut. Dalam jangka panjang, adaptasi hewan dapat menyebabkan pergeseran
kisaran toleransi yang biasa disebut dengan istilah aklimasi.

b. Oksigen

Oksigen digunakan oleh organisme untuk proses pernafasan yang menghasilkan energi
untuk aktivitas organisme maupun mempertahankan faal tubuh. Walaupun ada organisme
yang tidak memerlukan oksigen dalam hidupnya (organisme anaerobik seperti pada beberapa
jenis bakteri), pada umumnya organisme bersifat aerobik atau memerlukan oksigen untuk
menghasilkan energi, termasuk hewan. Kadar oksigen atmosfer pada setiap tempat bisa
berbeda, misalnya di dataran tinggi lebih rendah kadar oksigen atmosfernya dibandingkan
dengan di dataran rendah. Hewan dapat 22 beradaptasi pada dataran tinggi yang memiliki
kadar oksigen atmosfer lebih rendah secara fisiologis, misalnya dengan peningkatan kadar sel
darah merah (eritrosit).

c. Tempat

Tempat merupakan sumber daya yang sangat penting bagi hewan sebagai lokasi untuk
membangun sarang, istirahat, mencari makan, berbiak, dan aktivitas harian lainnya. Hewan
memilih lokasi untuk beraktivitas harian dengan beberapa karakteristik. Faktor keamanan dan
daya dukung untuk tujuan hewan beraktivitas merupakan pertimbangan penting dalam
pemilihan lokasi.

Lokasi untuk sarang burung dipilih berdasarkan faktor keamanan sehingga sulit dijangkau
oleh predator. Tangkasi (Tarsius spectrum) juga memilih lokasi sebagai tempat istirahat pada
siang hari. Primata ini bersifat nokturnal atau aktif pada malam dan pada siang hari
beristirahat pada suatu lokasi yang juga sering disebut satang. Sarangnya dapat berupa lubang
pada pohon beringin atau pohon lain yang batangnya berongga, celah pada pelepah pohon
aren, bagian bawah rumpun bambu, rumpun pandan, anyaman liana, bahkan di dalam lubang
lereng sungai dan di bawah serasah hutan. Pemilihan lokasi sarang pada tangkasi ini terutama
faktor keamanan dan kenyamanan dalam arti terlindung dari sinar matahari.

Aktivitas hewan meliputi mencari makan (foraging), makan (feeding), istirahat (resting),
berpindah tempat (traveling/locomotion/moving), dan sosial (social). Keseluruhan aktivitas
tersebut dilakukan pada lokasi yang dipilih dengan pertimbangan tertentu. Pada monyet hitam
Sulawesi (Macaca nigra), pemilihan pohon tidur (sleeping site) sering di dekat pohon yang
sedang berbuah seperti Ficus spp. sehingga pada pagi hari mereka lebih dekat untuk
mencapai sumber pakan. Terdapat teori bagaimana 23 hewan menerapkan suatu strategi
dalam mendapatkan makanan secara optimal. Dalam konsep ini, prinsip efisiensi menjadi
pertimbangan dalam menerapkan strategi mencari makanan. Bahkan menurut Saroyo dan
Tallei (2011), terpecahnya kelompok monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) juga mengikuti
prinsip ini.
Teori mencari makan optimal (optimal foraging theory) pertama kali dirumuskan oleh R.
H. MacArthur dan E. R. Pianka pada tahun 1966 yang menyatakan bahwa seleksi alam
mendukung hewan yang mampu menerapkan strategi perilaku untuk memaksimalkan energi
yang dikeluarkan perunit waktu untuk mendapatkan makanan. Waktu tersebut mencakup
waktu untuk mencari mangsa dan untuk menangkap mangsa (membunuh dan memakannya).
Teori ini dirumuskan dalam rangka untuk menjawab berbagai permasalahan yang sering
dijumpai di alam, misalnya burung predator yang memakan kura-kura akan membawa kura-
kura yang ditangkapnya yang kemudian menjatuhkannya di bebatuan. Pertanyaannya ialah
strategi yang mana yang akan dipilih oleh burung: membawa kurakura pada ketinggian
tertentu yang menyebabkan kura-kura hancur pada saat dijatuhkan atau dijatuhkan berkali-
kali dari ketinggian yang lebih rendah. Contoh lainnya seperti yang dinyatakan oleh Saroyo
Tallei (2011), mana yang akan dipilih oleh kelompok monyet hitam Sulawesi (Macaca niga):
kelompok besar tapi tidak efisien atau kelompok lebih kecil tapi efisien, walaupun ada
variabel lain dalam mempertahankan ukuran kelompok ini, yaitu kemampuan berkompetisi
dengan kelompok lain. Semakin besar ukuran kelompok relatif semakin dominan terhadap
kelompok lain yang lebih kecil ukurannya.

d. Air

Organisme, termasuk hewan, tidak mungkin terlepas dari air. Air merupakan komponen
terbesar (sekitar 95%) sel tubuh. Bagi hewan 24 akuatik, air merupakan lingkungannya,
sehingga daratan merupakan barier atau penghalang fisiologis, ekologis, dan fisik. Oleh
karena itu bagi hewan akuatik, lingkungan perairan merupakan habitat hidupnya. Bagi hewan
darat, air tetap menjadi sumber daya yang sangat vital untuk melangsungkan seluruh reaksi
metabolisme tubuhnya. Kebutuhan akan air bagi hewan darat dipenuhi dengan minum.

Keberlangsungan Hidup

  Sejak dikaji pada PHVA 2004 yang lalu, kajian populasi dan distribusi orangutan
sumatera (Pongo abelii) semakin berkembang dan dilakukan lebih rinci, dari yang semula
diprediksi terdapat 6.667 individu dan tersebar di habitat seluas 703.100 hektar dengan
batasan ketinggian di bawah 800 m dpl, maka saat ini populasinya diperkirakan terdapat
14.470 individu di habitat seluas 2.155.692 hektar. Saat ini orangutan sumatera dapat
ditemukan di habitat sampai dengan ketinggian 1.500 m dpl serta tersebar di 10 meta
populasi dan hanya dua populasi di antaranya yang diprediksi akan lestari (viable) dalam
waktu 100-500 tahun kedepan, itupun adalah lokasi pelepasliaran di Jantho Aceh Tenggara
dan Bukit Tigapuluh di Jambi. Namun demikian, Fakta tersebut sama sekali tidak
mengindikasikan terjadinya peningkatan populasi, sebab apabila dilihat dari kepadatan
populasi, justru berkurang dari 0.95 individu/Km2 menjadi 0.67 individu/Km2.

  Lain di Sumatera lain pula di Borneo. Walaupun sama-sama mengalami perkembangan


wilayah cakupan kajian yang lebih luas dan rinci, namun tidak demikian dalam hal estimasi
populasi.  Saat ini orangutan borneo (Pongo pygmaeus) diperkirakan terdapat 57.350 individu
di habitat seluas 16.013.600 hektar yang tersebar di 42 kantong populasi, 18 di antaranya
diprediksi akan lestari dalam waktu 100-500 tahun kedepan. Kondisi ini memperbaharui fakta
10 tahun yang lalu yang menyebutkan bahwa populasinya diprediksi terdapat 54.817
individudi habitat seluas 8.195.000 hektar yang dilakukan di area kajian yang terbatas. Jika
membandingkan kepadatan populasi, maka terjadi kecenderungan penurunan dari 0.45-0.76
individu/Km2menjadi 0.13-0.47 individu/Km2. Selain itu, terdapat juga populasi orangutan
borneo yang hidup di satu bentang alam yang menghubungkan habitatnya di wilayah
Indonesia dan Malaysia, yaitu populasi dari sub-jenis Pongo pygmaeus pygmaeus di meta
populasi Betung Kerihun dan Batang Ai-Lanjak Entimau, Taman Nasional Klingkang Range-
Sintang Utara serta Taman Nasional Bungoh dan Hutan Lindung Penrisen. Untuk itu, perlu
adanya kerjasama konservasi orangutan dan habitatnya antara Indonesia dan Malaysia untuk
melindungi populasi dan habitat yang saling terhubung.

  Berdasarkan hasil analisis kelangsungan hidup populasi (Population Viability


Analysis/PVA) orangutan kalimantan, angka minimum populasi yang akan bertahan di dalam
suatu habitat adalah 200 individu orangutan untuk kemungkinan kepunahan kurang dari 1%
dalam 100 tahun dan kurang dari 10% dalam 500 tahun, dan 500 individu orangutan untuk
menjaga kualitas dan variasi genetika. Jika ini digunakan sebagai rujukan, maka banyak meta
populasi orangutan kalimantan yang terfragmentasi memerlukan keterhubungan melalui
koridor dengan metapopulasi lainnya.

  Melihat kondisi populasi dua jenis orangutan tersebut menunjukkan bahwa ancaman
kelestarian orangutan dan habitatnya meningkat akibat dari  konversi hutan menjadi fungsi
lain, tingginya frekuensi aktivitas penyelamatan  (rescue) dan konfiskasi. Oleh karena itu,
perlu upaya lebih serius dalam perlindungan kawasan konservasi dan penerapan praktek-
praktek pengelolaan terbaik (Best Management Practices) di dalam konsesi yang menjadi
habitat orangutan di luar kawasan konservasi. Hasil PHVA Orangutan 2016 ini akan
digunakan sebagai landasan ilmiah dalam penyusunan dokumen Strategi dan Rencana Aksi
Konservasi Orangutan 2017-2027 bersama serangkaian hasil evaluasi dokumen sebelumnya.

  Walaupun populasi Orangutan Kalimantan menurun, namun penurunan ini tidak terjadi
dengan sangat cepat, sehingga menyebabkan perubahan status konservasi IUCN. Setidaknya
terdapat 43% dari meta-populasinya memiliki tingkat viabilitas yang baik, dibandingkan
Orangutan Sumatera yang hanya 20%. Sehingga, penurunan status konservasi Orangutan
Kalimantan yang dilakukan oleh ahli primata IUCN pada tahun 2016, dari status spesies
terancam punah (endangered) menjadi kritis (critically endangered), tidak sesuai dengan
fakta saat ini dan perlu direvisi. Hasil dari PHVA Orangutan 2016 ini, dalam waktu dekat
akan dijadikan acuan utama dalam pembuatan dokumen Strategi dan Rencana Aksi
Konservasi Orangutan (SRAK) 2017-2027, mengantikan SRAK 2007-2017 yang akan
berakhir pada tahun ini. Dengan data yang lebih baik dan lengkap ini diharapkan dalam
perencanaan SRAK berikutnya, dapat menghasilkan suatu strategi yang nyata, terukur dan
dapat diimplementasikan.

2.5 Ledakan populasi manusia

Ledakan penduduk adalah pertumbuhan penduduk yang melonjak cepat dalam jangka
waktu yang relatif pendek. Ledakan penduduk biasanya terjadi karena angka kelahiran sangat
tinggi, sedangkan angka kematian mengalami penurunan yang drastis. Penurunan angka
kematian yang drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena membaiknya
kondisi kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi umumnya terjadi di negara-negara berkembang


seperti Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi jika tidak diimbangi dengan
peningkatan kapasitas ekonomi maka akan menurunkan kesejahteraan penduduk suatu
negara. Dampak ledakan penduduk antara lain semakin tingginya angka pengangguran,
kriminalitas, dan memburuknya kondisi sosial lainnya.

Faktor-Faktor Penyebab Ledakan Penduduk diantaranya,sebagai berikut:

 Tingkat kematian yang menurun,Tingkat kelahiran yang tinggi.


 Adanya pernikahan dini. Pernikahan dini, yang juga dikenal dengan istilah pernikahan
muda, dapat menyebabkan ledakan penduduk karena nantinya akan turut
meningkatkan jumlah kelahiran, terutama jika program keluarga berencana belum
berjalan maksimal.  
Dampak Negatif Ledakan Penduduk

 Tingkat kemiskinan semakin meningkat karena pertumbuhan penduduk yang cepat


tidak diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi.
 Kekurangan pangan, sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang
dengan jumlah lahan untuk memproduksi pangan. 
 Timbulnya permukiman atau daerah kumuh di perkotaan sebagai akibat mahalnya
harga tanah dan rumah.
 Pemerintah mengalami kesulitan menyediakan sarana kebutuhan masyarakat seperti
sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan perumahan karena lokasi yang sudah padat
oleh pemukiman penduduk dan jumlah dana yang besar.
 Meningkatnya kebutuhan ruang dan lingkungan hidup.
 Tidak seimbangnya kebutuhan akan lapangan pekerjaan dengan pertumbuhan
penduduk yang jika dibiarkan lebih lanjut akan menyebabkan masalah sosial lainnya,
seperti kemiskinan dan konflik antar penduduk. 

Cara Mengatasi Ledakan Penduduk

Permasalahan ledakan penduduk ini tentu harus segera diatasi supaya kelak tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi
ledakan pendudukadalah sebagai berikut :

1. Melaksanakn program KB

2. Menggalakkan program transmigrasi

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (seperti pelatihan di bidang soft skill ataupun
hard skill)

4. Memperluas lapangan kerja

2.6 Struktur unsur dalam populasi ternak

Struktur Populasi Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme.


Organisme dan spesies yang sama (kelompok-kelompok lain di mana individu-individu dapat
bertukar informasi genetika) menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri
atau sifat yang merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai
sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan
memelihara diri seperti yang dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju
kelahiran, laju kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan
pada populasi (Odum,1998).

Populasi cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca, arus air, faktor
kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam ekosistem yang
mempunyaikeanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang menjadi sasaran gangguan-
gangguan luar yang tidak dapat diduga, sedangkan dalam ekosistem yang mempunyai
keanekaragaman tinggi, populasi cenderung dikendalikan secara biologi dan seleksi
alam.Faktor negatif ataupun positif bagi populasi adalah, Ketidaktergantungan pada
kepadatan (density independent), apabila pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya
populasi. Contohnya iklim sering kali, tetapi tidak berarti selalu.Ketergantungan pada
kepadatan (density dependent), apabila pengaruhnya pada populasi merupakan fungsi dari
kepadatan. Universitas Sumatera Utara 11 Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan
sebagainya) tetapi tidak selalu (Odum,1998). Menurut Hardiansyah (2010) struktur populasi
meliputi densitas dan pola distribusi, demografi tumbuhan, stadia dan umur, fekunditas,
struktur umur dan struktur stadia.Biasanya populasi yang sedang berkembang cepat
mengandung sebagian besar individu-individu muda.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah individu tau satuan luas atau
ruang yang ditempati pada waktu tertentu. Dilansir Encyclopaedian Britannica (2015),
kepadatan populasi di mana manusia seluruh penduduk yang menempati suatu daerah
dan terus menerus dimodifikasi oleh peningkatan. Peningkatan bisa pada kelahiran
dan imigrasi. Dilansir Encyclopaedian Britannica (2015), kepadatan populasi di mana
manusia seluruh penduduk yang menempati suatu daerah dan terus menerus
dimodifikasi oleh peningkatan. Peningkatan bisa pada kelahiran dan imigrasi. Ukuran
populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah
kategori populasi tertentu, yang dilambangkan dengan huruf N.
2. Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari
populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi
dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum
menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari
makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin,
kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
3. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari
tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya.
Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan,
menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin
dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
4. Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah ekofisiologi dan
bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Pada hewan berdarah dingin
(poikiloterm), penurunan atau peningkatan suhu udara akan diikuti dengan penurunan
atau peningkatan laju metabolisme tubuhnya. Faktor pendukung penyebaran
populasi,yaitu: makanan,air,tempat,dan oksigen.
5. Sejak dikaji pada PHVA 2004 yang lalu, kajian populasi dan distribusi orangutan
sumatera (Pongo abelii) semakin berkembang dan dilakukan lebih rinci, dari yang
semula diprediksi terdapat 6.667 individu dan tersebar di habitat seluas 703.100
hektar dengan batasan ketinggian di bawah 800 m dpl, maka saat ini populasinya
diperkirakan terdapat 14.470 individu di habitat seluas 2.155.692 hektar.
6. Ledakan penduduk adalah pertumbuhan penduduk yang melonjak cepat dalam jangka
waktu yang relatif pendek. Ledakan penduduk biasanya terjadi karena angka
kelahiran sangat tinggi, sedangkan angka kematian mengalami penurunan yang
drastis. Penurunan angka kematian yang drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain karena membaiknya kondisi kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat.
3.2 Saran

Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, karena kami hanya
manusia biasa yang tidak luput dari khilaf/kesalahan, kelebihan itu hanya milik Allah SWT
semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau pembaca demi
perbaikan di masa mendatang.

7.
Daftar pustaka

Anon. 2001. Ekologi. Jakarta. PT Balai Pustaka Jakarta.

Hamid,Syamsudin. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta. Gama Press.

Soetjipta, Drs, M.Pd. 1994. Dasar- Dasar Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Surapaty, Surya Chandara.1990. Kependudukan : Menuju Suatu Ilmu Kemanuisaan Terpadu.


Jurnal Populasi. Vol 2 (1).

Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Suwarni, Joeharnani Tresnati, Dkk. 2015. Pendugaan Beberapa Parameter Dinamika Populasi


Ikan Layang di Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Vol 25
(1)

Welianto A,2018,dampak dan pengaruh kepadatan populasi.

8.

Anda mungkin juga menyukai