Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh
Dosen Pembimbing
Netha Damayantie, Ners, M.Kep.
A. LATAR BELAKANG
Istilah sectio caesarea (SC) berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong
atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan
pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). Menurut Amru sofian, (2011) SC adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan
proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi
berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak
lintang, letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Menurut
Solehati & kosasih, (2013), masalah yang biasanya muncul setelah dilakukannya operasi
SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari, perdarahan, infeksi pada
luka, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada kandung kemih,
tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-masalah tersebut tidak
segera diatasi, maka masalahnya menjadi panjang dan dapat menimbulkan masalah baru
seperti: pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi usus, kesulitan penggunaan
otot untuk sit-up, dan nyeri pelvik.
Pada kasus post SC masalah yang sering muncul setelah tindakan operasi SC adalah
nyeri. Rasa nyeri adalah pengalaman sensori tidak menyenangkan. (Smeltzer, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mutia Anwar dkk (2018) pada pasien post
SC sesudah pemberian aromatherapi lavender mengalami penurunan skala nyeri dari
rerata 6.92 menjadi 3.83, dan dengan min-max 3- 5. Salah satu metode untuk mengatasi
nyeri secara nonfarmakologi adalah terapi relaksasi autogenik).
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Seksio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut ( Nurarif. 2015)
Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi dinding depan perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram ( Sarwono. 2012)
Sectio caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahanabdomen
dan dinding uteru ( Nugroho, Taufan. 2012)
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 20 minggu dan mulai menurun
setal 40 minggu.hal ini dapat dibulatkan dengan penurrunan esi-roll dan
plasenta.rendahnya fungsi plasenta getaran dengan peningkatan kejadian gawat janin
dengan resiko 3 x permasalhan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nurtsisi dan 02 /CO2 akibat tidak timbul His sehingga pemasukan nurisi O2
menurun menujujanin berisiko asfiksia dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin
lambat dan penuruanan bb akibat dimatur sebagianjanin bertambah besar sehingga
memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin. jumlah
air ketuban berkurang dan semakin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung
janin. (Winkjasoro.2016
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
1. Infeksi Pcireperalis
komplikasi ini besifat ringan seperti kehamilan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas atray dapat juga bersifat sepsi dll, infeksi post sc terjadi apabila sebelum
pembedahan sudah ada gejala infeksi interpartum atau faktor yang merupakan
prediposisi terjadap kelahiran itu lama khusunya setelah ketuban pecah tindakan
vaginal sebelumnya ) bahasa infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotik
tetapi hal ini lebih berbahaya dari pada sctranus premotertis prorida
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul waktu pembedahan jika cabang insfeksi uteri ikut
terbuka atau karena atomi uterus
3. Luka kandung kemih
4. embolisme paru-paru
5. suartu komplikasi yang baru kemudian tampak bayi kurang kuatnya perut pada
dinding uterus sehingga pada kehamilan bisa terjadi ruptur uteri. ( Green. 2012)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan terhadap kesehatan janin
2. pemantuan ekg
3. elektrolit
4. hemaglobin /hematokit
5. golongan darah
6. urinitalis
7. amonisoentari terhadap paru janin sesuai indikasi
8. pemeriksaan sinar x sesuai dengan indikasi
9. ultraound sesuai pesanan. ( Nurarif. 2015)
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medias
a. Analegetik diberikan setiap 3-4 jam bila diperlukan seperti asam mefenamat,
ketoralac tramadol
b. pemberian tranfuse darah bisa terjadi pastum yang hebat
c. pemberian antibiotik seperti cefotamin cefotiaxon dill
2. Konteresinsasi
3. pengaturan diet
4. penatalaksanaan keperawatan
a. Periksa cepar TTV setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit berikutnya
b. perdarahan dan urin dipantai secara ketat
c. mobilisasi
d. pada hari pertama op pasien harus turun tempat tidur
e. perawatan luka (Moctar. 2012)
Etiologi
Bobot janin yang relative rendah hal ini menyebabkan janin bergerak bebas,
rahim yang sangat elastis membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga
minggu ke-37 dan seterusnya, hamil kembar, hidroamnion, hidrosefalus, plasenta
previa, panggul sempit.
Klasifikasi
Letak bokong murni (frank breech) adalah letak bokong dengan kedua
tunkai terangkat keatas, letak sungsang sempurna (complete breech) adalah letak
bokong dimana kaki ada di samping bokong, letak sungsang tidak sempurna
(incomplete breech) adalah dimana selain bokong bagian yang terendah juga
kaki atau lutut, terdiri dari: kedua kaki: letak kaki sempurna (24%), satu kaki:
letak kaki tidak sempurna, kedua lutut: letak lutut sempurna (1%) satu lutut
tidak sempurna.
Manifestasi Klinis
Pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, dibawah pusat dan
ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Pada saat dipalpasi
akan teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri, punggung anak
dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang
berlawanan. Di atas simfisis, teraba bagian yang kurang bundar dan lunak. Bunyi
jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa letak sungsang
menurut Maryunani (2013) yaitu: USG (Ultrasonografi) untuk mengetahui
keadaan letak janin.
1. Anamnesa
Pergerakan anak terasa oleh ibu bagian perut bawah, ibu sering merasa
ada benda keras yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada tulang iga
karena kepala janin.
2. Palpasi
Teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus, punggung dapat
teraba pada salah satu sisi perut bagian kecil pada sisi yang berlawanan di atas
sympisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3. Auskultasi
Denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau ditemukan paling jelas pada
tempat yang lebih tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).
4. Vagina toucher
Terbagi 3 tonjolan tulang yaitu tubera os ischii dan tulang os sacrum, anus
genetalia anak jika odema tidak terlalu besar dan dapat diraba.
Persiapan alat
a. Lantai beralas
b. Satu bantal tipis 24
Pelaksanaan
a. Sikap
Posisikan tubuh tengkurap dengan bertumpu pada lutut dan lengan, rebahkan
dada sampai menyentuh lantai, kepala dimiringkan di atas lantai.
b. Anjuran
Pada kehamilan sekitar 7-8 bulan
Dilakukan 3-4 kali sehari selama 10 menit, seminggu kemudian periksa
ulang
Bila letak janin berubah, posisi knee chest diulangi, bila berhasil perlu
difiksasi (diikat) dengan gurita atau stagen agar posisi janin tak berubah
kembali
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Fokus Pengkajian
1. Pengkajian dasar : Anamnesia
2. Sirkulasi : kehilangan darah selama pembedahan
3. Sistem reproduksi
a. Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka
b. Uterus : TFU, kontraksi letak fundus uteri
c. lochkea : jumlah warna, bau kaji adanya bekuan/tidak
d. vulva laktasi pengeluaran ASI kesulitan menyusui
4. Sistem gastrointestinal
bising usus diobservasi setiap 1-8 jam post sc
5. Sistem kardivaskuler
Ukur TD,N,S,Leukosit
6. Sistem geniforunaia
vesikurihas,usin warna bau
7. Ssitem muskulus kletata;
Kemampuan bergerak, respon terhadap rangsanganb, ambulasi dini
8. Sistem respirasi
Kasji RR, pola Serta jenis pernafasan
9. Psikologis
Penerimaan ibu terhadap bayi,IMD
10. Pemeriksaan Terhadap bayi baru lahir
11. Apgar SCORE. (Moctar.2012)
K. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d Agen Pencedera Fisik (D0077).
b. Resiko infeksi b/d Efek Prosedur Invasif (D0142)
c. Anxietas b/d Krisis Situasional (D0080)
L. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d Agen Pencedera Fisik.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Selama 3x24 jam, diharapkan klien
dapat mengontrol nyeri, dengan KH :
1. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.
2. Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
dan tindakan pencegah nyeri.
3. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
4. Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh.
5. Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya episode
nyeri.
6. Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang.
7. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
8. Ekspresi wajah tenang.
Intervensi:
Manajemen nyeri :
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik,
dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi.
2. Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya: Nafas dalam,
teknik distraksi, atau massage).
3. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang telah
digunakan.
4. Tingkatkan istirahat yang cukup.
5. Pemberian analgetik (Analgetic Administration):
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
Berikan obat dengan prinsip 6 benar.
Cek riwayat alergi obat.
b. Resiko infeksi Efek Prosedur Invasif
Tujuan: untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam resiko infeksi dapat
diatasi dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil:
1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. Suhu tubuh normal (36,5-37 C).
3. Nadi normal (70-80x/menit).
4. Tekanan darah normal (120/70 mmHg)
Intervensi:
Pengendalian infeksi
1. Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, keadaan luka post
operasi, kondisi vulva, kelelahan dan malaise).
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut,
status imun menurun, dan malnutrisi).
3. Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi.
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.
c. Anxietas b/d Krisis Situasional
Tujuan: Menurunkan tingkat kecemas pasien terhadap situasi yang dihadapi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat ansietas
menurun:
Kriteria Hasil :
1. Konsetrasi Meningkat
2. Pola tidur meningkat
3. Perilaku gelisah menurun
4. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
M. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah
tindakan keperawatan bedasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain
N. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman
kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI PRODI NERS
Jl. Dr. Tazar Buluran Kenali Telanai Pura Jambi. Telp. (0741) 65816
G : 1, P :0, A : 0
IV. Riwayat Penyakit dan Operasi yang Dialami
-
VIII. Nutrisi
1. Nafsu Makan :.............................................................................
2. Makanan Pantang :.............................................................................
3. Banyak cairan yang masuk :.............................................................................
4. Komposisi makanan :.............................................................................
5. Masalah nutrisi :.............................................................................
IX. Eliminasi
1. BAB : Sudah/Belum, Konsistensi :...............................Frekuensi.......... kali
2. BAK : Frekuensi........................................................................................kali
3. Masalah Eliminasi :..........................................................................................................
B. Data Objektif (Pemeriksaan)
I. Umum
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda Vital :
a. Tekanan Darah :120/90
b. Nadi :86x/i
c. Suhu :36.40c
d. Pernafasan :22x/i
3. Keadaan jantung dan paru-paru : Normal
4. BB 65. Kg TB 157cm
II. Rambut
1. Distribusi : Merata
2. Kelainan :-
3. Kebersihan : Bersih
III. Mata
1. Konjungtiva : Pucat
2. Sklera : Normal (putih)
IV. Mulut dan Gigi : Bersih
V. Leher : Tidak Ada pembesaran kelenjar
VI. Buah Dada :.................................................................................................................
1. Putting susu : Menonjol
2. Bentuk : Simetris
3. Hyperpigmentasi : -
4. Kolostrum :-
VII. Abdomen
1. Hyperpigmentasi : -
2. Palpasi secara leopold I :.........................................................................................
Palpasi secara leopold II :.........................................................................................
Palpasi secara leopold III :.........................................................................................
Intensitas..........................................................Frekuensi...........................................
VIII. Genetalia
Edema...........................................................Varises.......................................................
Tanda-tanda infeksi................................Pengeluaran pervaginam..................................
Warna..........................................Banyaknya...............................Bau..............................
..............................................................................
WR/VDRE:.................................................................................................................
2. Urine :.................................................................................................................
Reduksi :.................................................Albumin.................................................
3. Pemeriksaan Diagnostic
USG :.................................................................................................................
RO :.................................................................................................................
(LESKI CANDRA)
PO 71202210054
Nama Mahasiswa : Leski Candra
NIM : PO 71202210054
Mata Kuliah : Maternitas
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
EVALUASI
MASALAH TGL/JA
CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN M
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko Infeksi b/d 07-10-21 S : Klien mengatakan bekas luka nya masih LC
1800 tampak merah dan bengkak
Prosedur Infasif
O : Luka tampak baik, tanda – tanda infeksi
berkurang
P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai
Resiko Infeksi b/d 08-10-21 S : Klien mengatakan bekas luka nya sudah LC
1600 tidak tampak merah dan bengkak lagi
Prosedur Infasif
O : Luka membaik, tanda – tanda infeksi tidak
ada
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Selesai
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN
INHALANSI AROMA TERAPI
A. PENGERTIAN
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat
B. TUJUAN
Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
Melonggarkan jalan nafas
C. Tahap Persiapan
Persiapan Pasien
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan
c. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
d. Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan tindakan
e. Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan
Persiapan Lingkungan
Menutup pintu dan memasang sampiran
Persiapan Alat
a. Alat Inhlasi
b. Air panas
c. Gelas 1 buah
d. tisu
Tahap Pelaksanaan
a Mencuci tangan dan memakai handscoon
b Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
c Mendekatkan peralatan Inhalasi ke bed pasien
d Mengisi gelas dengan air poanas dan teteskan 2 tetes aroma terapi ke dalam
gelas yang berisi air panas
e Menghidupkan dari alat inhalasi
f setelah sudah 20 menit stop menghirup aroma terapi
g Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
h Bereskan alat dan mencuci tangan
Tahap Terminasi
a Evaluasi perasaan pasien
b Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
c Dokumentasi prosedur dan hasil observasi