Anda di halaman 1dari 6

p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 45-50 Th.

2018
e-ISSN: 2597-436X

PENURUNAN SENYAWA ANTINUTRISI PADA BIJI JAGUNG


DENGAN BERBAGAI METODA

Decrease Antinutrition Compounds in Corn Seeds with Various Methods

Narsih1), Agato 1) dan Revi Sesario1)


1
Politeknik Negeri Pontianak, Jurusan Teknologi Pertanian dan Administrasi Bisnis,
Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak, Kalimantan Barat 78124

ABSTRACT

This study aims to create and develop innovation of low-corn food products of anti
nutritional compounds and as an effort to develop the potential areas that have not been fully
processed into foodstuff products in the form of wet noodles that must be highly nutritious. This
study compared three methods of lowering the anti-inflammatory immersion 24 hours, 24 hours
germination and 24 hours fermentation with the focus of protein test parameters, protein
digestibility, fiber, phytate and starch. The results obtained concluded that germination
treatment has effectiveness in obtaining the best parameters with the following specification of
protein 10,64%, protein digestibility 80,59%, fiber 1,50%, phytate 440,66 mg/g and starch
45,23% .

Keywords: Immersion, germination, fermentation, food product innovation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menciptakan dan mengembangkan inovasi produk pangan berbahan
baku jagung rendah senyawa anti nutrisi dan sebagai upaya pengembangan potensi daerah
yang belum terolah secara maksimal menjadi produk sediaan pangan berbentuk mie basah
yang pastinya bernutrisi tinggi. Penelitian ini membandingkan tiga metoda dalam menurunkan
senyawa anti nutrisi perendaman 24 jam, perkecambahan 24 jam dan fermentasi 24 jam
dengan fokus parameter uji protein, daya cerna protein, serat, fitat dan pati. Hasil yang
diperoleh menyimpulkan bahwa perlakuan perkecambahan memiliki keefektifan dalam
memperoleh parameter terbaik dengan spesifikasi sebagai berikut protein 10,64%, daya cerna
protein 80,59%, serat 1,50%, fitat 440,66 mg/g dan pati 45,23%.

Kata Kunci: Perendaman, perkecambahan, fermentasi, inovasi produk pangan

mengurangi antinutrisi dan sekaligus


PENDAHULUAN meningkatkan nutrisi pada jagung yaitu
dengan fermentasi, perendaman dan
Jagung dapat diolah menjadi berbagai perkecambahan.
makanan karena kandungan nutrisi Proses fermentasi telah banyak
komplek yang dimiliki terkhusus pada pati digunakan untuk mengolah makanan, karena
yang dimilikinya. Jagung utuh merupakan melalui proses fermentasi kualitas gizi
tanaman mengandung pati sebesar 73,4%, makanan dapat ditingkatkan dan kandungan
sehingga dapat dijadikan bahan baku pangan anti nutrisi, toksin. Metoda berikutnya yang
namun selain mengandung nutrisi jagung digunakan untuk pengurangan senyawa
juga mengandung antinutrisi, sehingga harus antinutrisi adalah perendaman dan
dilakukan pengurangan. Ada beberapa perkecambahan. Perendaman diketahui
metoda yang dapat digunakan untuk dapat melarutkan senyawa didalamnya

45
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 45-50 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X

termasuk anti nutrisi dan perendaman terlalu selama selama 24 jam Parameter uji pada
lama mengakibatkan nutrisi lainnya akan masing-masing jagung meliputi: uji
larut dalam air. Lanjutannya adalah metoda protein, pati, serat kasar, fitat dan daya
perkecambahan. Perkecambahan merupakan cerna protein
metoda untuk memperbaiki nutrisi dan
komponen fungsionalnya, karena proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
perkecambahan dapat mengubah kandungan
pati menjadi dekstrin dan bagian yang lebih Hasil analisa efek perendaman,
kecil, lemak dihidrolisis menjadi asam perkecambahan dan fermentasi terhadap
lemak dan beberapa mineral seperti kalsium parameter protein, daya cerna protein, serat,
dan besi menjadi bentuk yang lebih bebas, fitat dan pati pada masing- masing
sehingga lebih mudah dicerna dan diserap perlakuan disajikan pada Tabel 1.
dalam saluran pencernaan, sehingga dalam
penelitian ini difokuskan pada penentuan
Protein
metoda yang tepat dalam menurunkan Berdasarkan hasil pengujian yang di
senyawa antinutrisi dan meningkatkan sajikan pada Tabel 1 terhadap parameter
nutrisi jagung yang diaplikasikan pada protein jagung berkisar antara 10,34–
produk mie jagung basah, sehingga dalam 10,64%, terdapat perbedaan persentase
penelitian ini ingin mengetahui metoda protein yang diperoleh. Protein paling ren-
yang paling efektif dalam menurunkan dah terdapat pada perlakuan fermentasi
senyawa anti nutrisi pada jagung dan yaitu 10,34% dan protein paling tinggi
karakter kimia jagung lainnya. terdapat pada perlakuan perkecambahan
yaitu 10,64%. Grafik kadar protein jagung
METODE dengan tiga metoda disajikan Gambar 1.
Selama perendaman biji jagung,
Penelitian ini menggunakan jagung protein alami dalam jagung yang larut air
dengan varietas Indurata dengan usia 3 (albumin), terlarut dan terbuang dalam air
bulan. Terdapat 3 metoda yang diterapkan perendaman, sehingga membuat kadar
yaitu: 1)Perendaman, jagung yang telah protein setelah perendaman cenderung
dipipil kemudian direndam selama 24 jam menurun. Menurut Anglemeir (1976)
untuk selanjutnya dilakukan pengujian, selama perendaman akan terjadi penurunan
2)Perkecambahan, jagung yang telah dipipil yang disebabkan karena terlepasnya ikatan
kemudian direndam selama 12 jam, untuk protein sehingga protein terlarut dalam air
selanjutnya dikecambahkan. Proses per- (albumin), larut air garam (globulin), larut
kecambahan jagung dilakukan dengan cara alkohol (prolamin), dan larut dalam larutan
menghamparkan biji jagung diatas karung asam atau basa (gluten). Selain itu
goni yang lembab selama 24 jam dan perendaman juga mengakibatkan perubahan
dilanjutkan dengan pengujian, 3)Fermentasi, biologi yaitu pecahnya berbagai komponen
jagung yang telah dipipil kemudian menjadi senyawa yang lebih sederhana.
direndam dakam air dan ditambahkan ragi
dengan perbandingan 1:1 dan dibiarkan
Tabel 1. Hasil uji parameter tiga metoda
Parameter Uji
Metoda Protein Daya Cerna Serat (%) Fitat (mg/g) Pati(%)
% Protein (%)
Perendaman 10,21 78,23 0,93 613,63 50,37
Perkecambahan 10,64 80,59 1,50 440,66 45,23
Fermentasi 10,34 78,32 1,32 520,21 40,33

46
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 45-50 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X

10.7 menghasilkan perubahan terutama adalah


10.6 terbentuknya asam laktat dimana asam
10.5 laktat akan menurunkan pH dari lingkungan
pertumbuhannya dan berefek pada
Protein (%)

10.4
komponen lainnnya seperti protein.
10.3
10.2 Daya Cerna Protein
10.1
10
Berdasarkan hasil pengujian yang di
sajikan pada Tabel 1 terhadap parameter
9.9
Perendaman Perkecambahan Fermentasi daya cerna protein jagung berkisar antara
Metoda 78,23-80,59%, terdapat perbedaan
persentase daya cerna protein yang
Gambar 1. Kadar protein jagung diperoleh. Daya cerna protein paling rendah
Menurut Rumiyati et al. (2012) terdapat pada perlakuan perendaman yaitu
selama perkecambahan akan terjadi 78,23% dan daya cerna protein paling
beberapa perubahan komposisi protein. Hal tinggi terdapat pada perlakuan
sama disimpulkan oleh Inyang dan Zakari perkecambahan yaitu 80,59%. Grafik daya
(2008) yang menyebutkan bahwa cerna protein jagung dengan tiga metoda
perkecambahan dapat meningkatkan disajikan pada Gambar 2.
kandungan protein pada serealia dan
kacang-kacangan, hal ini disebabkan 81
adanya hidrolisis protein serta hasil aktivitas 80.5
Daya Cerna Protein (%)

enzim protease pada saat perkecambahan 80


biji. Sangronis dan Machado (2007) 79.5
menyebutkan bahwa perkecambahan dapat 79
meningkatkan kelarutan dan kecernaan 78.5
protein biji seperti kedelai, kacang polong 78
dan jenis kacang lainnya. Proses 77.5
perkecambahan protein dipecah menjadi
77
asam –asam amino selama perkecambahan Perendaman Perkecambahan Fermentasi
akan dibangun kembali dimana asam amino Metoda
dan amida dalam kotiledon di translokasikan
untuk sintesa protein dalam embrio yang Gambar 2. Daya cerna protein jagung
tumbuh. Protein di rombak oleh enzim
protease menjadi peptide dan asam Menurut Laetitia et al. (2005)
amino.Peptida ini kemudian dengan kombinasiproses perendaman dan per-
pertolongan enzim peptidase dirubah kecambahan dapat meningkatkan kecernaan
menjadi asam amino. Peningkatan protein protein karena adanya katabolisme protein
selama perkecambahan biji jagung akan cadangan pada biji dan penurunan senyawa
meningkatkan mobilisasi dalam mem- antinutrien. Pernyataan ini didukung oleh
perbaiki nitrogen dan peningkatan kualitas Dicko dkk, (2006) yang menyimpulkan
protein yang digunakan untuk pertumbuhan bahwa peningkatan kecernaan adalah proses
tanaman muda. yang memberikan nutrisi penting untuk
Fermentasi bahan yang mengandung pertumbuhan melalui reaksi hidrolisis
pati biasanya dilakukan oleh bakteri. Sebagian senyawa fitat yang terdapat
Menurut ohenhen dan Ikenbomeh (2007) pada jagung akan terhidrolisis, sehingga
pada proses fermentasi bakteri asam laktat daya cerna merupakan kemampuan organ
akan memfermentasi bahan pangan untuk pencernaan untuk mengubah senyawa
komplek menjadi senyawa sederhana.

47
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 45-50 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X

Protein terkandung dalam bahan makanan karena jagung mengandung serat larut dan
setelah dikonsumsi akan dihidrolisis tidak larut air. Jenis serat yang terdapat pada
menjadi asam amino oleh enzim jagung sebagian besar terdiri dari potassium,
pencernaan, asam amino inilah yang pospor, magnesium dan sulfur yang
selanjutnya akan diserap oleh usus untuk semuanya larut air.
dialirkan keseluruh tubuh untuk digunakan Hampir sama dengan perendaman,
dalam pembentukan jaringan baru dan maka proses perkecambahan dan fermentasi
mengganti jaringan yang rusak. Salah satu akan merombak kandungan serat bahan.
bentuk penyerapan protein adalah ditandai Menurut Mamoudou et al. (2006) per-
dengan peningkatan berat badan. kecambahan akan meningkatkan enzim β
amylaααse yang akan menghidrolisis
Serat dinding sel yang terjadi selama
Berdasarkan hasil pengujian yang di perkecambahan. Degdradasi β glukanase
sajikan pada Tabel 1 terhadap parameter dimana akan mendegradasi dinding sel
serat jagung berkisar antara 0,93-1,50%, endosparma dan α amylase dimana sebagian
terdapat perbedaan persentase serat yang besar prosesnya mendegradasi senyawa
diperoleh. Serat paling rendah terdapat makro termasuk pati.
pada perlakuan perendaman yaitu 0,93%
dan serat paling tinggi terdapat pada Fitat
perlakuan perkecambahan yaitu 1,50%. Berdasarkan hasil pengujian yang di
Grafik serat jagung dengan tiga metoda sajikan pada Tabel 1 terhadap parameter
disajikan pada Gambar 3. fitat berkisar antara 440,66-613,63 mg/g
terdapat perbedaan persentase fitat yang
1.6 diperoleh. Fitat paling rendah terdapat pada
1.4 perlakuan perkecambahan yaitu 440,66 dan
1.2 fitat paling tinggi terdapat pada perlakuan
Serat (%)

1 perendaman yaitu 613,63 mg/g. Grafik fitat


jagung dengan tiga metoda disajikan pada
0.8
Gambar 4.
0.6
0.4
700
0.2
0 600
Perendaman Perkecambahan Fermentasi
500
Fitat (mg/g)

Metoda 400

Gambar 3. Grafik serat jagung 300


200
Proses perendaman jagung meng-
100
akibatkan sebagian serat larut mengalami
pencucian dalam air perendaman. Serat yang 0
Perendaman Perkecambahan Fermentasi
larut dalam air yaitu mucilage, gum dan
pektin. Jagung mengandung serat yang Metoda
tinggi meliputi polisakarida yang tidak dapat Gambar 4. Grafik fitat jagung
dicerna seperti selulosa, hemiselulosa,
oligosakarida, serta zat lainya (Syamsir, Menurut Kheterpaul dan Chauhan
2008). Menurut Narsih et al. (2012a), (1989) perendaman dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar serat pada biji- pengurangan asam fitat dan memperbaiki
bijian dapat diakibatkan karena proses ketersediaan mineral. Pernyataan ini di
perendaman yang semakin meningkat

48
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 45-50 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X

dukung oleh Idris et al. (2005) yang bertambah dan penurunan ini juga terjadi
menyatakan bahwa perendaman dapat akibat proses leaching. Hal ini hampir sama
merombak asam fitat sebanyak 52-65%. dengan efep fermentasi dan perkecambahan
Selama perendaman biji mentah akan terjadi yang dilakukan.
peningkatan enzim fitase sehingga
pemecahan fitat akan berlangsung, selain itu
juga akan terjadi pelarutan fitat kedalam air 60
rendamnnya dan hal ini terjadi pada proses
fermentasi juga. Penurunan asam fitat pada 50
biji jagung selain disebabkan karena 40

Pati (%)
akstivitas enxim fitase juga disebabkan
sebagian besar fitat larut dalam air 30
rendaman. 20
Mamoudou et al. (2006), proses
10
perkecambahan dapat meningkatkan enzim
fitase untukmemecah asam fitat, selain itu 0
prosesperkecambahan dapat mengakibatkan Perendaman Perkecambahan Fermentasi
perombakan antinutrisi, peningkatan Metoda
bioavabilitas mineral dan meningkatkan Gambar 5.Grafik pati jagung
sejumlah asam amino esensial dan
peningkatan makronutrien dalam sistem Menurut Mamoudou et al. (2006)
pencernaan. Asam fitat dapat direduksi perkecambahan akan mereduksi pati.
selama perkecambahan karena adanya Aktivitas kadar amilosa dan amilopektin
aktivitas fitase selama perkecambahan yang pada beberapa varietas jagung berbeda-beda
akan mendegradasi fitat menjadi asam setelah perkecambahan, sehingga
organic. Narsih et al. (2012b) menyebutkan perkecambahan dapat merubah aktivitas
perendaman dan perkecambahan dapat amylase dan enzim fenolik. Perkecambahan
meningkatkan nutrisi yang terdapat pada biji dapat menginduksi sintesa enzim hidrolitik
seperti sorgum. seperti reduksi asam fitat dan beberapa
komponen lainnya.Penurunan kandungan
Pati pati setelah perkecambahan dapat juga
Berdasarkan hasil pengujian yang di disebabkan karenapati dipecah oleh amilase
sajikan pada Tabel 1 terhadap parameter pati namun menghasilkan peningkatan gula
berkisar antara 40,33-50,37% terdapat sederhana. Menurut Munck (1991) selama
perbedaan persentase pati yang diperoleh. tahap pertama proses perkecambahan biji
Pati paling rendah terdapat pada perlakuan barley, enzim β-glukanase mendegradasi
fermentasi yaitu 40,33% dan pati paling dinding sel endosperma dan α amilase
tinggi terdapat pada perlakuan perendaman menurunkan pati.
yaitu 50,37%. Grafik pati jagung dengan
tiga metoda disajikan pada Gambar 5. KESIMPULAN
Pada proses perendaman kandungan
pati pada biji jagung dapat mengalami Metoda yang efektif dalam menurunkan
penurunan, penurunan sebesar 2 unit pada senyawa fitat dan dapat meningkatkan
setiap peningkatan waktu perendaman. Hal protein, daya cerna protein, serat dan pati
ini dimungkinkan karena saat perendaman pada jagung adalah dengan perkecambahan
bakteri asam laktat yang dihasilkan dapat dengan nilai yang diperoleh sebagai berikut:
mereduksi komponen pati menjadi senyawa protein 10,64%, daya cerna protein 80,59%
sederhana seperti glukosa dan maltose, serat 1,50%, pati 45,23% dan fitat 440,66
sehingga saat terjadinya perendaman pati mg/g.
yang mengalami perombakan akan semakin

49
p-ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 9 (1): 45-50 Th. 2018
e-ISSN: 2597-436X

DAFTAR PUSTAKA varieties grouped according to food


end use properties. Journal of The
Angleimier,A.E dan Montogmery, M.W. Science of Food and Agriculture, 7(3):
(1976). Amino acids peptides and 2581-25888.
protein, Marcil DSeccker Inc. New Munck, L. (1991). Advances in barley
York. quality experiences and perspectives.
Dicko, M. H., Gruppen, H., Zouzouho, O. Options Mediterraneennes – Serie
C., Traore, A. S., van Berkel, W. J. H. Seminaires, 20: 9-18.
and Voragen, A. G. J. (2006). Effect Narsih, Yunianta dan Harijono. (2012a).
of germination on the activities of The study of germination and soaking
amylases and phenolic enzymes in time to improve nutritional quality of
sorghum varieties grouped according sorghum seed. International Food
to food end - use properties. Journal Research Journal, 19(4): 1429-1432
of The Science of Food and
Agriculture, 86: 953-963. Narsih, Yunianta dan Harijono. (2012b).
Studi lama perendaman dan lama
Inyang, C. U., & Zakari, U. M. (2008). perkecambahan (Sorghum bicolour L.
Effect of germination and Moench) untuk menghasilkan tepung
fermentation of pearl millet on rendah tanin dan fitat. Jurnal
proximate, chemical and sensory Teknologi Pertanian, 9(3) : 173-180
properties of instant “fura”-A Nigerian
cereal food. Pakistan Journal of Ohenhen , R.E., and Ikenbomeh, M.J.
Nutrition, 7(1), 9-12. (2007). Shelf stability and enzzyme
activities studies of ogi a corn meal
Khetarpaul, N., & Chauhan, B. M. (1989). fermented product. Jornal of
Effect of germination and pure culture
American Science, 3(1).
fermentation on HCl‐extractability of
minerals of pearl millet (Pennisetum Rumiyati1, Anthony, P. James, and
typhoideum). International Journal of Jayasena, V. (2013). Effect of
Food Science & Technology, 24(3), germination on the nutritional and
327-331. protein profile of australian sweet
lupin (Lupinus angustifolius L.). Food
Laetitia, M. M., Joseph, H. D., Joseph, D. and Nutrition Sciences, 3, 621-626.
and Christian, M. (2005). Physical,
chemical and microbiological changes Sangronis and Machado, C. J. (2007).
during natural fermentation of Influence of germina-tion on the
“gowe”, a sprouted or non sprouted nutritional quality of phaseolus
sorghum beverage from West Africa. vulgaris and cajanus cajan, LWT-
African Journal of Biotechnology, 4 Food Science & Technology, 40(1):
(6) : 467-496. 116-120
Mamoudou,D.H., Gruppen, H., Traore.S., Syamsir, E. (2008). Pembuatan susu jagung.
Voragen, J.A.G. and Van Berkel, Departemen Ilmu dan Teknologi
W.J.H. (2006). Effect of Germination Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
on the actyvities of amylases and IPB Bogor.
phenolic enzzyme in sorghum

50

Anda mungkin juga menyukai