Disusun oleh
Alif Ramadhan
21904101005
Pembimbing
dr. Ingrid Melia Kartika, Sp. KFR
1
2
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya kepada penyusun sehingga laporan kasus
rehabilitasi medik ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas kepanitraan klinik
madya dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang rehabilitasi
pada pasien stroke infark.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kata sempurna.
Kritik dan saran membangun dari pembimbing klinik dan pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas perhatiannya dalam penyusunan
laporan kasus ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih khususnya kepada dosen
pembimbing dr. Ingrid Melia Kartika, Sp. KFR yang telah memberikan waktu,
tenaga dan ilmu kepada penyusun, serta teman sejawat yang telah mendukung
penyusunan laporan ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang kedokteran.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kaki kiri dan tangan kiri lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kepoli rehabilitasi medik untuk fisioterapi pasca
serangan stroke 3 bulan yang lalu. Pada saat serangan siang hari, pasien
yang saat itu berada dirumah tiba tiba badan terasa lemas dan tidak bisa
digerakan. Anak pasien mengatakan pada saat itu bicara pasien mulai tidak
jelas namun paham apa yang orang lain bicarakan dan bibirnya seperti
tidak simetris, setelah itu pasien dibawa ke RS. Muntah disangkal, riwayat
jatuh disangkal, riwayat kejang disangkal, nyeri kepala disangkal, tidak
ada penurunan kesadaran.
Setelah pulang dari RS pasien kontrol ke poli saraf ada kemajuan
pada artikulasi pengucapan namun kaki dan tangan masih lemah, pasien
kemudian disarankan untuk fisioterapi ke poli rehabilitasi medik. Saat
anamnesa pasien sudah mengalami kemajuan bicara sudah sedikit jelas
namun kegaiatan sehari hari membutuhkan bantuan dan tidak bisa mandiri.
6
6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), katarak
(-/-), edema palpebra (-/-), cowong (-/-), pupil isokor, diameter 3mm,
radang (-/-), lagoftalmus (-/-), epifora (-/-), celah mata tertutup.
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-),
cuping hidung tidak tertinggal saat diminta menggerakkan.
8. Mulut
Sianosis (-), bibir kering (-), lidah defiasi kekiri (+), tremor (-), gusi
berdarah (-), sudut bibir kiri tertinggal saat pasien diminta untuk
meringis (+)
9. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), secret (-/-), pendengaran berkurang (-/-)
10. Tenggorokan
hiperemi (-), tonsil membesar (-/-), uvula tidak dapat dievaluasi.
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran KGB (-)
12. Toraks
Simetris, retraksi subkostal (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra (kesan
jantung tidak melebar)
A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, benjolan (-), luka (-)
P : fremitus taktil kanan = kiri, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
8
P : Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
13. Abdomen
I : dinding perut tampak datar
A : bising usus normal
P : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, pembesaran lien (-)
P : timpani seluruh lapang perut
14. Sistem Collumna Vertebralis :
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
15. Ektremitas:
Atas : Akral dingin (-/-), Edema (-/-), ulkus (-/-)
Bawah : Akral dingin (-/-), Edema (-/-), ulkus (-/-)
16. Sistem genetalia: dalam batas normal
2.4 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Kesan Umum
- Kesadaran : Composmentis, E4V5M6
- Pembicaraan : disartria (berkurang), monoton (-), afasia (-)
- Kepala : bentuk normal, simetris
- Wajah : mask face (-), fullmoon face (-)
2. Pemeriksaan Saraf Kranialis
Nervus I Dextra Sinistra
Hyper/anosmi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
a
Parosmia Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9
Nervus IX dan X
Bagian motoric
Suara Suara biasa
biasa/parau/ta
k bersuara
Menelan Menurun
Kedudukan Bagian
arcus pharynx kiri
menurun
Kedudukan Tidak dapat dievaluasi
uvula
Detak jantung 60 x/menit Bising (+) normal
usus
Bagian sensorik
11
3. Pemeriksaan Motorik
- Kekuatan otot :
555 333
555 333
5. Pemeriksaan Refleks
- Refleks fisiologis
BPR +2/+3 KPR +2/+3
TPR +2/+3 APR +2/+3
- Refleks Patologis
Babinski -/- Oppenheim -/- Gorda -/-
Chaddock -/- Hoffman-Trommer -/- Gordon -/-
2.5 DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Stroke infark
2. Stroke hemoragik
2.6 RESUME
Pasien datang kepoli rehabilitasi medik untuk fisioterapi pasca serangan
stroke 3 bulan yang lalu. Pada saat serangan siang hari, pasien yang saat itu
berada dirumah badan tiba tiba merasa lemas dan tidak bisa digerakan. Anak
pasien mengatakan pada saat itu bicara pasien mulai tidak jelas namun paham apa
yang orang lain bicarakan dan bibirnya seperti tidak simetris, setelah itu pasien
dibawa ke RS. Muntah disangkal, riwayat jatuh disangkal, riwayat kejang
disangkal, nyeri kepala disangkal, tidak ada penurunan kesadaran. Setelah pulang
dari RS pasien kontrol ke poli saraf ada kemajuan pada artikulasi pengucapan
namun kaki dan tangan masih lemah, pasien kemudian disarankan untuk
fisioterapi ke poli rehabilitasi medik. Saat anamnesa pasien sudah mengalami
kemajuan bicara sudah sedikit jelas namun kegiatan sehari hari membutuhkan
bantuan dan tidak bisa mandiri.
Tidak memiliki riwayat hipertensi dan diabetes. Pemeriksaan fisik
didapatkan pasien dengan TD 120/105, nadi, respirasi rate dalam batas normal,
didapatkan gangguan disartria yang sudah mulai membaik, Pemeriksaan nervus
kranialis didaptkan gangguan pada fungsi nervus VII, nervus IX, X, XII.
peningkatan BPR, TPR, KPR, APR sinistra, penurunan refleks motorik
ekstremitas kiri atas dan motorik ekstremitas kiri bawah, hypertonus dan spastic
pada ekstremitas kiri.
13
2.9 PENATALAKSANAAN
TERAPI FARMAKOLOGI
Clopidogrel 1x1
Aspilet chew tab 1x1
Citicolin 500 mg 3x1
Mecobalamin 500mg 2x1
INDEKS BARTHEL
Total 100 55
Nilai Interpretasi
0-20 Disabilitas Total
25-45 Disabilitas Berat
50-75 Disabilitas Sedang
15
REHABILITASI MEDIK
Masalah Rehabilitasi Medik :
a. Kelemahan anggota gerak kiri.
b. Gangguan mobilisasi, transfer dan ambulasi.
c. Gangguan bicara yaitu disartria.
d. Gangguan menelan
e. Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai
baju, ibadah, bersosialisasi, bekerja.
1. Fisioterapi
Evaluasi :
Program :
Infra red ekstremitas superior dan inferior sinistra
Latihan lingkup gerak sendi (LGS) aktif untuk ekstremitas superior
dan inferior sinistra
Latihan peningkatan kekuatan otot-otot ekstremitas superior dan
inferior sinistra
Streching ekstremitas superior dan inferior sinistra
Latihan mobilisasi, transfer dan ambulasi.
Latihan keseimbangan
2. Terapi Okupasi
Evaluasi :
Program :
Saat ini penderita menggunakan wheel chair dapat diganti dengan
walker
5. Psikologi
Evaluasi :
-Program
psikologi :
dukungan
untuk tetap
latihan
06/05/2020 Kelemahan Motorik : Diagnosa -Program
anggota 555 444 klinis: fisioterapi:
gerak kiri, 555 444 hemiparese IR, latihan
Disatria Spastic (S) sinistra, parese ROM active
nervus VII, XII assistevie dan
central sinistra keseimbangan
dan nervus IX, -Program
X. okupasi
Diagnosa latihan
etiologi : keterampilan
stroke infark aktivitas
Diagnosa topis: sehari hari
Subkortikal ( indeks
(capsula barthel 60)
interna) -ortotik
prostetik :
walker
-Program
psikologi :
dukungan
untuk tetap
latihan
18/05/2021 Kelemahan Motorik : Diagnosa -Program
anggota 555 444 klinis: fisioterapi:
gerak kiri, 555 444 hemiparese IR, latihan
Disatria Spastic (S) sinistra, parese ROM active
berkurang nervus VII, XII assistevie dan
central sinistra keseimbangan
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal
atau global yang mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
kematian yang disebabkan oleh gangguan vascular otak5.
Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dan secara cepat, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak
karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan
gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat atau kematian5.
Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan
51% karna trombosis arteri akibat proses aterosklerosis. Kurang lebih 32% stroke
disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas dari
tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh
kejadian stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia, setiap tahun diperkirakan
500.000 penduduk mengalami serangan stroke dan 25% di antaranya (125.000
penduduk) meninggal, sisanya mengalami cacat ringan maupun berat1.
Stroke Emboli yaitu stroke akibat emboli yang timbul dari lesi ateromatus
yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan kecil dapat
terlepas dari trombus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan
23
Hemisfer otak disuplai oleh 3 pasang arteri besar : arteri serebri anterior,
media dan posterior. Arteri serebri anterior dan media bertanggung jawab
terhadap sirkulasi di bagian depan dan merupakan cabang dari arteri karotis
interna. Arteri serebri Posterior merupakan cabang dari arteri basilaris dan
membentuk sirkulasi pada bagian belakang otak, yang juga mensuplai talamus,
batang otak dan otak kecil6.
Arteri cerebri anterior mencabangkan arteri komunikans anterior sehingga
membagi dua segmen arteri serebri anterior menjadi segmen proksimal dan distal.
Cabang-cabang kortikal dari arteri serebri anterior akan mensuplai darah untuk
daerah lobus frontalis, permukaan medial korteks serebri sampai prekuneus,
korpus kalosum, permukaan lateral dari girus frontalis superior dan medius.
Cabang-cabang sentralnya mengurusi hipotalamus, area preoptika dan
supraoptika, kaput nukleus kaudatus, bagian anterior dari kapsula interna dan
putamen6.
24
3.5 PATOFISIOLOGI
3.5.1 Patofisiologi Stroke Iskemi
Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran
darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal dari
metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau glikogen
untuk persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak ada aliran darah lebih dari
30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas jaringan
otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan
bila lebih dari 9 menit manusia dapat meninggal.Bila aliran darah jaringan otak
berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP
akan menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran
potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara ion Na
dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi
lebih negative sehingga terjadi membran depolarisasi.Saat awal depolarisasi
membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan struktural
ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila
perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah
berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram /menit. Akibat kekurangan oksigen
terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, karena
tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai
pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi.
Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan kemudian penurunan
dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah iskemik11.
25
Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat
dikompensasi dengan mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara klinis
gejala yang timbul adalah transient ischemic attack (TIA) yang timbul dapat
berupa hemiparesis yang menghilang sebelum 24 jam atau amnesia umum
sepintas. Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas. Penurunan CBF
regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme kompensasi masih mampu
memulihkan fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari sampai dengan 2
minggu. Mungkin pada pemeriksaan klinik ada sedikit gangguan. Keadaan ini
secara klinis disebut RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit). Sumbatan
yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas sehingga mekanisme
kolateral dan kompensasi tak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul
defisit neurologi yang berlanjut11.
saat serangan, gejala lain yang menyertai dan adanya riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes mellitus atau riwayat keluarga stroke. Selain itu riwayat
kebiasaan seperti mium alcohol, merokok, atau yang lainnya5.
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi,
tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala
stroke akut berupa 8:
g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya
h) Gangguan penglihatan
3.8 PENATALAKSANAAN
Kandidat yang tidak dioperasi diantaranya perdarahan kecil dan gcs < 4.
Kandidat operasi yaitu perdarahan dengan diameter > 3cm dengan kompresi dan
hidrosefalus., perdarahan karena lesi structural, pasien uda dengan perdarahan
lobar sedang atau besar > 50cm3 yang mengalami deteriorasi. Bila didapatkan
tanda tanda TIK lakukan intervensi dini dengan manitol 20%, furosemid,
vasodilator, antifibrinolitik, antihipertensi, antikejang, dan natrium jika terjadi
hiponatremi5.
Pada posisi terlentang bantal diletakkan dibawah trochanter kaki sisi sakit, axilla
sisi sakit disangga bantal, abduksi lengan 60-90 derajat dan tangan lebih tinggi
dari siku, kaki yang sakit ditinggikan.
Gambar 7. Latihan gerak sendi pada fase awal dengan pasien stroke
1. fisioterapi
Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2
ke bawah).
Diberikan terapi panas superficial (infrared) untuk melemaskan otot.
Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif
tergantung dari kekuatan otot.
Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.
Latihan mobilisasi.
2. Okupasi Terapi
33
3.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang akan timbul apabila pasien stroke tidak mendapat
penanganan yang baik. Komplikasi yang dapat muncul antara lain6:
a. Abnormal tonus
Abnormal tonus secara postural mengakibatkan spastisitas. Serta dapat
menggangu gerak dan menghambat terjadinya keseimbangan.
b. Sindrom bahu
Sindrom bahu merupakan komplikasi dari stroke yang dialami sebagian pasien.
Pasien merasakan nyeri dan kaku pada bahu yang lesi akibat imobilisasi.
c. Deep vein trombosis
Deep vein trombosis akibat tirah baring yang lama, memungkinkan trombus
terbentuk di pembuluh darah balik pada bagian yang lesi. Hal ini menyebabkan
oedem pada tungkai bawah.
d. Orthostatic hypotension
Orthostatic hypotension terjadi akibat kelainan barometer pada batang otak.
Penurunan tekanan darah di otak mengakibatkan otak kekurangan darah.
e. Kontraktur
Kontraktur terjadi karena adanya pola sinergis dan spastisitas. Apabila dibiarkan
dalam waktu yang lama akan menyebabkan otot-otot mengecil dan memendek.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Langkah terapi yaitu penguatan otot disekitar pita suara dan perbaikan
teknik berbicara, Modifikasi behavior dengan salah satunya verbal reinforcement,
Prostethic device untuk mengganti fungsi yang hilang , Alat alternatif dengan
komunikasi non vokal seperti papan komunikasi, papan alfabet, sistem gestural,
komputer, speech synthesizers. Speech synthesizer adalah suatu teknologi yang
digunakan untuk memproduksi ucapan manusia dengan benar. Penggunaannya
menggunakan software dan hardware khusus, jenisnya beragam namun yang
sering digukan adalah talk to speech. Pemberian ortotik prostetik dengan walker
karena kekuatan motorik 3 dan ada spastik.
melewati tahapan fase lebih cepat atau lebih lambat tergangtung dari dukungan
keluarga dan penerimaan diri sendiri.
Mekanisme perbaikan klinis neurologis secara umum dapat dibedakan
menjadi dua kategori : Yang pertama adalah mekanisme resolusi factor local yang
bersifat merusak, yang menimbulkan perbaikan awal sesudah serangan stroke,
biasanya terjadi dalam 3 sampai 6 bulan pertama. Proses ini meliputi resolusi
edema local, reabsobsi toksin local, perbaikan sirkulasi local dan perbaiakn daerah
penumbra. Mekanisme kedua yaitu adanya neuroplastisitas. Neuroplastisitas
adalah kemampuan otak untuk mereorganisasi dirinya, baik pada struktur dan
fungsi. Otak dapat melakukan perubahan pada dirinya dengan melakukan,
Neurogenesis (pembentukan saraf baru), Koneksi saraf baru, Penguatan saraf yg
didapat dari proses pengulangan, Pelemahan saraf yg terjadi karena jarang
dipakai. Otak memiliki ketahanan dan dapat dilatih. Neuroplastisitas otak dapat
terjadi salah satunya dengan belajar berulang ulang, olah raga, interaksi sosial dan
makanan. Teori bisa dikatakan dapat mendukung penelitian yang dimana
dilakukan exercise berulang sebagai bentuk latihan untuk pasien post stroke. Pada
penelitian dibuktikan adanya peningkatan signifikan pada pasien post stroke
setelah dilakukan latihan ROM, kekuatan otot dan koordinasi.
BAB V
PENUTUPAN
5.1 KESIMPULAN
Stroke adalah sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal
atau global yang mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
kematian yang disebabkan oleh gangguan vascular otak. Komplikasinya dapat
menyebabkan kecacatan sedang hingga berat bahkan menyebabkan kematian.
dengan infrared dapat mendukung proses pengembalian fungsi gerak pada pasien
pasca stroke.
Lampiran 1.
Brunnstrom scale
Tahap 1: periode segera setelah fase akut, flaksid, penderita tidak dapat
menggerakan anggota badannya yang lumpuh
Tahap 2: spastisitas dan pola sinergis mulai timbul, penderita mulai dapat
menggerakan anggota badannya yang lumpuh secara volunteer meskipun baru
minimal
Pada kasus, pasien pada tahap 4 dimana spastisitas mulai menurun dan
penderita dapat menggerakan anggota tubuhnya diluar pola sinergis.
DAFTAR PUSTAKA