FATHUR RAHMAN
4423165428
Tugas Akhir yang ditulis guna memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh Gelar Ahli Madya
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
SEJARAH PARIWISATA: Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia
By Bungaran Antonius Simanjuntak, Flores Tanjung, Rosramadhana Nasutio
2
Passenger Exit Survey, Kemenpar, 2014
akan memberi kesempatan pada para pihak untuk melanjutkan
komitmen dalam mengembangkan wisata budaya dan sejarah,
terutama di kawasan ASEAN, yang dikemas dalam produk-produk
unggulan yang akan melibatkan beberapa negara. Dengan begitu,
pariwisata dapat memberikan keuntungan dan pada saat bersamaan
berperan dalam melestarikan potensi sejarah dan warisan budaya
yang kita miliki bersama. Kementerian Pariwisata sebagai pembina
kepariwisataan nasional memiliki tugas dan fungsi pembangunan
dan perintisan daya tarik wisata nasional dan daerah, termasuk juga
melalui penyusunan norma, standar, prosedur dan kritera di bidang
pengembangan wisata budaya. Perkembangan pariwisata yang
berbasis sejarah dan warisan budaya didasarkan pada keinginan
untuk mempelajari budaya yang berbeda dan berdampak
mendorong perjalanan ke suatu destinasi budaya.
Wisata sejarah dan warisan budaya merupakan program prioritas
pada Kementerian Pariwisata di bawah Asisten Deputi
Pengembangan Wisata Budaya yang merupakan bagian Deputi
Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan. Walau bukan isu
baru, namun pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya
memerlukan pedoman dalam bentuk panduan yang praktis agar
mampu merespon permintaan dan kebutuhan wisatawan dengan
motivasi khusus. Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan
Warisan Budaya yang disusun oleh Kementerian Pariwisata
bertujuan untuk dapat menjadi acuan bagi para pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah pusat dan daerah, masyarakat
atau komunitas, akademisi, dunia usaha dan juga media dalam
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing secara sinergis.
Pedoman ini untuk menjadi pegangan dalam membangun maupun
merintis pengembangan produk-produk wisata sejarah dan warisan
budaya.. Kami berharap pedoman ini dapat digunakan oleh semua
pihak demi terwujudnya wisata budaya yang unggul.3
3
kemenparekraf.go.id
Wisata berbasis sejarah dan budaya menjadi aset dengan potensi
yang besar di Indonesia, karena dilihat dari luas dan kayanya
sejarah serta budaya yang dimiliki. Selain itu dengan
berkembangnya wisata sejarah dan budaya, dapat berkontribusi bagi
pendapatan daerah, pengembangan wilayah, hingga penyerapan
investasi dan tenaga kerja di wilayah atau daerah tersebut. Jakarta
bagian utara yang dikenal dengan daerah pesisir karena berlokasi
tepat di pinggir perairan Ibu Kota, serta diapit oleh dua pelabuhan
besar yang dikenal dengan Sunda Kelapa dan Tanjung Priuk ini,
sejak abad ke-5 telah menjadi pusat pertumbuhan dan
perekonomian Jakarta berkat berlangsungnya proses perdagangan
ekspor dan impor. Bukan hanya memiliki peranan penting dalam
masuknya perdagangan ekspor dan impor, Jakarta Utara juga
menjadi jalur alternatif masuknya wisatawan lokal hingga
mancanegara, sehingga wilayah ini memiliki potensi dalam wisata,
salah satunya wisata budaya dan sejarah khususnya untuk mengenal
Budaya Betawi karena dalam catatan sejarah, peradaban terbesar
dan jalur masuknya suku Betawi berada di wilayah pesisir Jakarta
Utara.4
Salah satu wisata sejarah yang kental akan Budaya Betawi adalah
Museum Rumah Si Pitung. Museum yang terletak di kawasan
Marunda, Jakarta Utara ini merupakan satusatunya saksi sejarah
keberadaan Si Pitung. Rumah tersebut dulunya milik seorang
juragan tanah bernama Haji Sapiudin yang telah diambil alih oleh
Si Pitung pada malam 30 Juli 1892.5
4
Melalatoa, 1995: 161
5
ANRI, Bogor, Archief Algemene Secretarie, Ketua Mahkamah Agung Hindia Belanda kepada
Gubernur Jenderal, Batavia, 18 April 1893
sanggar tari masyarakat setempat, menjual merchandise dan Event
kuliner betawi di setiap sabtu minggu dan hari libur. Namun
intensitas pengunjung Museum Rumah Si Pitung mengalami
penurunan setiap tahun, dan hal ini disebabkan oleh faktor internal
yaitu belum optimalnya strategi promosi Museum Rumah Si Pitung
sehingga keberadaannya tidak terekspos oleh masyarakat luas.
Faktor internal tersebut akhirnya menimbulkan faktor eksternal
lainnya yaitu masyarakat menjadi minim pemahaman terhadap
peranan museum dan hanya sekedar memandang Rumah Si Pitung
sebagai cagar budaya yang minim nilai sejarah dan hanya
monument penghias kota. Akibatnya Museum Rumah Si Pitung
menjadi kurang dikenal dan masyarakat menjadi enggan untuk
datang berkunjung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu “
Bagaimana Event Kuliner sebagai strategi promosi Museum Rumah Si
Pitung”.
BAB V PENUTUP
Bab ini akan berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan tulisan pada
laporan penelitian.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1.1 Museum
1. Museum Seni
6
Soerjanto poespowardojo, 1993; 53.
7
Encyclopedia Americana, 1970
8
KBBI, 2012
2. Museum Sejarah
3. Museum Maritim
4. Museum Otomotif
Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang
memiliki fokus di alam dan budaya. Pada umumnya memberi edukasi yang
berfokus pada dinosaurus, sejarah kuno, dan antropologi.
9. Museum Virtual
Museum virtual merupakan museum yang berada di dunia maya yang berupa
internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data.
Berdasarkan jenis-jenis museum yang diurai menurut benda koleksinya, museum
iklan termasuk ke dalam museum seni dan sejarah.9
i. Pembangkitan rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
9
Coleman, 2012
2.1.4 Profil Museum Kebaharian Rumah Si Pitung
Versi pertama menyebut H. Safiuddin hanya salah satu dari korban perampokan
yang dilakukan oleh Pitung.
Versi kedua menyebutkan bahwa H. Safiuddin sesungguhnya adalah sahabat dari
Pitung dan rumahnya kerap dijadikan lokasi bersembunyi si Pitung, agar tidak
menimbulkan kecurigaan dari pihak Belanda bahwa rumah itu menjadi lokasi
persembunyian si Pitung kemudian dilakukan skenario perampokan tersebut.
Wisata sejarah dan warisan budaya di Indonesia mengandung unsur pariwisata dan
sekaligus pelestarian budaya. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan disebutkan bahwa budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan
salah satu sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan kepariwisatawan harus dilakukan
secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan
tetap memberikan perlindungan pada nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengatur salah satu
tujuan kepariwisataan yaitu memajukan kebudayaan.
Pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya sejalan pula dengan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Undang-Undang ini menguraikan bahwa
cagar budaya yang berkembang merepresentasikan kekayaan budaya bangsa sebagai
wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan.
Dengan demikian, wisata sejarah dan warisan budaya bukanlah ekspresi romantisme
masa lalu, namun lebih kepada upaya menyajikan nilai penting atau “signifikansi
budaya” kepada masyarakat setempat dan wisatawan yang datang berkunjung secara
terencana
. Tujuan wisata sejarah dan warisan budaya adalah memanfaatkan aset-aset sejarah dan
warisan budaya untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan tanpa
meninggalkan fakta fakta sejarah yang dimiliki. Kegiatan ini menyinambungkan
berbagai peninggalan yang bernilai dengan dinamika jaman. Menjadi bagian dari
kehidupan di mana objek-objek sejarah dan warisan budaya berada adalah pengalaman
budaya yang dicari oleh wisatawan global saat ini.
Wisata sejarah dan warisan budaya bukanlah isu baru namun sudah menjadi program
prioritas Kementerian Pariwisata yang ada di bawah Asisten Deputi Pengembangan
Wisata Budaya yang merupakan bagian Deputi Bidang Pengembangan Industri dan
Kelembagaan. Walaupun bukan merupakan isu baru, namun pengembangan wisata
sejarah dan warisan budaya memerlukan pedoman dalam bentuk panduan yang praktis
agar mampu merespon permintaan dan kebutuhan wisatawan dengan motivasi khusus.
Pada sisi lain, dengan keberadaan Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan
Budaya diharapkan pelaku wisata mampu mengembangkan produk wisata sejarah dan
warisan budaya dengan mempertahankan nilai-nilai warisan budaya. Pedoman
Pengembangan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya ini mempunyai peran strategis
untuk memberikan arahan bagi pemangku kepentingan kepariwisataan dalam
pengembangan wisata sejarah dan warisan budaya melalui pengembangan jejak warisan
budaya (heritage trail) secara berkelanjutan dan bertanggungjawab. 10
Event saat ini tidak asing lagi bagi kita. Semua orang pasti pernah
menyelenggarakan sebuah event atau sekedar menjadi tamu undangan dalam
event. menyelenggarakan event memiliki tujuan meraih keuntungan sebanyak-
banyaknya dalam bentuk materi baik dalam jangka pendek ataupun panjang. 11
Event didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk
10
www.indonesiatravel.news
11
Any Noor (2009 : 7)
memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik secara individu atau
kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi dan agama yang
diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat
yang diselenggarakan pada waktu tertentu. 12 Karakteristik Event Event memiliki
beberapa karakteristik karena setiap penyelenggaraan event harus memiliki ciri
tersendiri. Bagaimanapun karakteristik event hampir sama dengan pelayanan yang
diberikan oleh industri pelayanan lainnya. Karakteristik tersebut adalah keunikan,
perishability, intangibility, suasana, pelayanan, dan interaksi personal. 13 Yang
terpenting dan juga Kunci utama suksesnya sebuah event adalah pengembangan
ide. Jika organizer dapat merealisasikan ide sesuai dengan harapannya, maka
event yang diselenggarakan akan memiliki keunikan tersendiri. Hal ini
dikarenakan inti dari penyelenggaraan event adalah harus unik dan muncul dari
ide. Setiap event harus memiliki sesuatu yang berbeda dengan event lain. Event
yang pernah diselenggarakan tentunya masih dapat diulangi pada kesempatan lain.
Misalnya event yang bisa diselenggarakan secara regular. Namun keunikan harus
muncul pada setiap penyelenggaraan event meskipun memiliki tema yang sama.
Keunikan dapat berasal dari peserta yang ikut serta, lingkungan sekitar,
pengunjung pada event tersebut serta beberapa hal lainnya sehingga membuat
event menjadi unik dan berbeda dari sebelumnya
16
Marry Pezullo, Marketing For Banking, American Bankers Asociation, (USA, 1999), h.
BAB III
METODOLOGI
Penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan kepada pelaksanaan praktek kerja lapangan yang
dilakukan sejak 19 Maret 2021 hingga 20 Juni 2021. Adapun pelaksanaan praktek kerja
lapangan dilakukan di Museum Kebaharian Rumah Si Pitung yang beralamat di Jl.
Kampung Marunda Pulo, RT.2/RW.7, Marunda, Kec. Cilincing, Kota Jkt Utara, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 14150.
Metode pengambilan data yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan
Praktek Kerja Lapangan. Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
Metode Obsevasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan
pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi dilakukan oleh
peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai event kuliner di museum
rumah si pitung
Metode Wawancara
Metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari beberapa jurnal, situs internet,
buku dan laporan tertulis yang didapatkan pada saat Praktek Kerja Lapangan.
Analisis adalah serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana data penelitian pada
gilirannya dikembangkan dan diolah ke dalam kerangka kerja sederhana. 17 Data yang
sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi, namun terlebih
17
Zed, 2004: 70
dahulu data tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya . Penulis menggunakan teknik
kualitatif deskriptif yaitu dengan wawancara, observasi, dan juga studi literatur.
Kemudian membuat kesimpulan dari hasil analisis data saat wawancara agar dapat
dipahami
BAB IV
1. Profil
1. Visi
Mengeksplorasi nila inilai kebaharian bangsa Indonesia dan menumbuhkan rasa cinta dan
kebanggaan sebaga ibangsa bahari.
2. Misi
Caraka (4-1-1)
SATUAN PELAKSANA KOLEKSI DAN PERAWATAN SATUAN PELAKSANA PRASARANA DAN SARANA
(8-1) (8-1)
Pengolah Koleksi dan Perawatan
Pengolah Prasarana dan Sarana (7-1-1)
(7-1-1)
Pengadministrasi Koleksi dan Perawatan
Pengadministrasi Prasarana dan Sarana (6-2-2)
(6-2-2)
Rumah si Pitung dahulu merupakan rumah milik seorang saudagar kaya asal
Bugis bernama H. Safiuddin dan telah berdiri sejak tahun 1800-an. Rumah ini
merupakan salah satu rumah yang pernah dirampok si Pitung. Peristiwa
perampokan rumah H. Safiuddin dimuat dalam surat kabar Hindia Olanda, 10
Agustus 1892. Terkait hubungan Pitung dengan H. Safiuddin, terdapat dua versi
yang berbeda dalam menjelaskan hubungan mereka.
Versi pertama menyebut H. Safiuddin hanya salah satu dari korban perampokan
yang dilakukan oleh Pitung.
Versi kedua menyebutkan bahwa H. Safiuddin sesungguhnya adalah sahabat dari
Pitung dan rumahnya kerap dijadikan lokasi bersembunyi si Pitung, agar tidak
menimbulkan kecurigaan dari pihak Belanda bahwa rumah itu menjadi lokasi
persembunyian si Pitung kemudian dilakukan skenario perampokan tersebut.
Visi
Mengeksplorasi nila inilai kebaharian bangsa Indonesia dan menumbuhkan rasa cinta dan
kebanggaan sebaga ibangsa bahari.
Misi
Ruang khusus untuk menerima tamu umum untuk berkomunikasi dan juga
berdiskusi, ruang ini terletak di bagian depan susunan bangunan rumah si Pitung,
ruangan tamu umum ini menjadi ruangan pertama yang di masuki di rumah si
Pitung, furnitur yang ada di ruang tamu umum rumah si Pitung adalah meja tamu,
kursi tamu, dan juga manekin pakaian si Pitung
Replika pakaian pangsi yang sering digunakan oleh Pitung berwarna hitam dan
merah, pakaian sehari-hari si Pitung berwarna hitam. Kelengkapan pakaian si
Pitung tersebut yaitu Peci, sarung di leher,baju, ikat pinggang, celana, dan juga
sendal. Pakaian
Lukisan
Lukisan asli dari pelukis maestro seangkatan Basuki Abdullah dan Afandi yg
bernama Soedjono. Judul lulusan Penganten musiman dilukis pada tahun 1967.
Koleksi istri Ridwan Saidi. Penganten musiman menggambarkan tentang
masyarakat Batavia / Betawi menikah dimusim tertentu tanpa buku nikah. Karena
pada saat itu Belanda tidak menyediakan buku nikah dan tidak ada lembaga yg
mengurusnya. Sehingga para ulama setempat menikahkan secara agama dan tidak
melibatkan pemerintahan Belanda.
Golok
Replika golok pitung yaitu duplikat pembuatan ahli besi itu asli ahli waris
keturunan dari pembuat generasi pertama golok si pitung yang belamat di jalan
soleh rawa belong
Karomah golok
Kamar Tidur
Halaman belakang
Memiliki fungsi
FASILITAS
tari tarian
silat
padepokan putra marunda setiap rabu. Perguruan silat dari daersh lain banyak
berkunjung ke sini. Dijadikan praktek ujian murid2nya
jelajah marunda
pramuka
Teater tehtrika
Event Kuliner
untuk peraturan berjualan di event kuliner pojok betawi tidak terlepas dari SOP
yang sudah diterapkan oleh Satpel Rumah Si Pitung antara lain menjaga
kebersihan dan ketertiban di sekitar area pojok betawi agar tidak mengganggu
pengunjung yang sedang menikmati kuliner.... untuk siapa yang berjualan di situ
tidak ada ketentuan yang mengikat hanya diperbolehkan khusus untuk kuliner
kuliner Betawi karena keberadaan Rumah Pitung adalah icon untuk budaya
Betawi sehingga untuk berjualan disana dikhususkan dagangannya itu merupakan
dagang-dagangan yang membawa unsur-unsur seni dan budaya dari Betawi
Namun demikian keberadaan pedagang di situ tetap harus dibatasi karena
mengingat ruang lingkup Rumah Pitung yang terbatas sehingga jangan sampai
nanti terlihat seperti pasar pada umumnya sehingga menimbulkan ketidak rapihan
diarea Rumah Pitung
Upaya Pemerintah
Rutin sabtu minggu acara musik gambang kromong komunitas penyanyi2 betawi