DISUSUN OLEH :
NAMA : KETUT AYULITA MEILANI
NIM : P1337420219052
A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena – vena di dalam pleksus
hemoroidalis. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai
tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis
mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus (Muttaqin & Sari, 2011). Hemoroid
merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea
dentate (Nurarif & Kusuma, 2015).
Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah, mirip dengan
varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di daerah anorektal menyebabkan
wasir (Kardiyudiani & Susanti, 2019). Hemoroid adalah pembengkakan (varikosa)
vena pada anus atau rektum. Hemoroid eksternal menonjol keluar menyerupai
gumpalan di sekitar anus. Hemoroid ini menyebabkan rasa sakit, khususnya jika klien
mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl & Kowalski, 2017).
Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis hemoroidalis yang
diketemukan pada anal kanal (Diyono & Mulyanti, 2013).
B. ETIOLOGI
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor – faktor
resiko/pencetus, seperti :
a) Mengedan pada buang air besar yang sulit
b) Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk sambil membaca, merokok)
abdomen)
d) Usia tua
e) Konstipasi kronik
h) Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
i) Kurang olahraga/imobilisasi
C. PATOFISIOLOGI
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prolaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil,
yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous
rectum. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter
internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme
yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu
lama duduk di toilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif
venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan
kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya
struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps (Muttaqin & Sari, 2011). Mengejan
dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam pembentukan hemoroid.
Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari
biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum
prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi (Muttaqin &
Sari, 2011).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan
hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal
biasanya bersifat masif. Varises anorectal merupakan kondisi umum pada pasien
dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan vena
inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan mereka
jarang mengalami perdarahan (Muttaqin & Sari, 2011). Kondisi hemoroid dapat
memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid
interna tidak menyebabkan sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada
inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps dan sebagai hasil dari
deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit perianal sehingga menyebabkan gatal
dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan
menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan
ketidaknyamanan sekitar anus. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari, 2011). Hemoroid eksternal
menyebabkan trombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi.
Konsisi hemoroid eksternal juga memberikan manifestasi kurang higienis akibat
kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus (Muttaqin & Sari, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum hemoroid meliputi :
a) Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar.
b) Gatal atau iritasi di daerah anus.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan.
d) Pembengkakan di sekitar anus.
e) Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan (wasir
trombosis)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada hemoroid
yaitu sebagai berikut :
a) Pemeriksaan colok anus
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada
hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b) Anoskopi
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
c) Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
F. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis pada hemoroid
sebagai berikut :
a) Pengobatan dirumah
i. Konsumsi makanan berserat tinggi
ii. Menggunakan perawatan topikal. Oleskan krim wasir atau
supositoria yang mengandung hidrokortison
iii. Merendam anus secara teratur dalam air hanga
iv. Menjaga kebersihan area anal
v. Menempatkan kompres es
vi. Mengonsumsi pereda nyeri oral
Pasien dapat menggunakan acetaminophen, aspirin, atau
ibuprofen sementara untuk membantu meringankan
ketidaknyamanan.
b) Obat –obatan
Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan, maka
terapi yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau
bantalan.
c) Thrombectomy hemoroid eksternal
Jika gumpalan darah (trombosis) telah berbentuk pada wasir eksternal,
dokter dapat menghilangkan bekuan dengan sayatan dan drainase
sederhana.
d) Prosedur minimal invasif
Untuk perdarahan persisten atau wasir yang menyakitkan, dokter dapat
merekomendasikan salah satu prosedur minimal invasif lain yang
tersedia, meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi), dan
koagulasi (inframerah, laser, danbipolar).
e) Prosedur operasi
Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir yang parah,
dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan
berupahemoroidektomi.
2. Keperawatan
Perawatan perioperatif menurut Rosdahl & Kowalski (2017)
a) Persiapan preoperasi
Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter anestesiologi
menuliskan program yang diindikasikan dengan pasti apa obat dan
persiapan fisik yang diperlukan pasien. Penting untuk mengajarkan
pasien melaksanakan program praoperasi yang tepat, karena hal tersebut
akan memengaruhi kesuksesan pembedahan. Sambil mengajarkan
asuhan praoperasi, ingat perasaan pasien dan keluarga serta perlunya
mereka untuk ditenangkan. Dalam pembedahan darurat, periode
praoperasi mungkin sangat singkat. Dalam keterbatasan ini, ingat
untuk memberikan dukungan emosional ke semua pasien.
Menjelaskan apa yang akan terjadi selama dan setelah pembedahan
paling membantu dalam mempersiapkan pasien dan keluarga. Mereka
yang memahami prosedur ini biasanya lebih rileks dan kooperatif.
Informasikan pasien dan keluarga tentang apa yang diharapkan ketika
pasien kembali dari ruang operasi. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan latihan pernapasan.
b) Pasca operasi
Hampir semua rumah sakit memiliki sebuah ruangan atau deretan
ruangan yang dibuat di samping untuk perawatan pasien sesaat setelah
pembedahan. Berbagai nama digunakan untuk mengidentifikasi area ini,
termasuk unit perawatan pascaanestesia (postanesthesia care unit,
PACU). Pasien secara cermat dipantau di PACU sampai ia pulih dari
anestesia dan bersih secara medis untuk meninggalkan unit. Pemantauan
spesifik termasuk ABC dasar kehidupan.
Pada saat pasien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan
atau ke unit keperawatan, pasien biasanya terjaga dan menyadari
sejumlah ketidaknyamanan. Nyeri biasanya merupakan
ketidaknyamanan pertama pasca operasi yang disadari oleh pasien.
Nyeri dievaluasi setiap kali tanda vital yang lain diukur. Nyeri
biasanya paling berat sesaat setelah pasien pulih dari anestesi.
G. KOMPLIKASI
Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi adalah :
a) Perdarahan, dapat sampai dengan anemia
b) Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
c) Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingterani
H. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita post operasi
hemoroid menurut Price dan Wilson (2012) meliputi : nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, alamat, agama, status perkawinan, no. register, tanggal MRS, diagnose
keperawatan.
1. Umur, pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk yang berusia
sekitar 45-65 tahun.laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid.
2. Pekerjaan, karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat defekasi,
pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya
hemoroid.
3. Keluhan utama, pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada anus
akibat sesudah operasi.
5. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu
keluarga.
6. Riwayat psikososial
a) Pola persepsi dan konsep diri, kaji tentang persepsi klien terhadap
penyakit yang diderita. Pasien merasa malu dengan keadaanya, ansietas,
dan rendah diri.
b) Pola istirahat dan tidur, pada pasien post hemoroid biasanya mengalami
gangguan tidur karena nyeri pada anus sesudah operasi.
b) Tanda-tanda vital
Kepala
d) Pemeriksaan telinga
e) Pemeriksaan mata
Inspeksi :
Inspeksi
- Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest dan
pigeon chest.
i) Pemeriksaan jantung
j) Pemeriksaan abdomen
- Anus
l) Pemeriksaan ekstremitas
1 : lumpuh.
V. EVALUASI