Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID PADA NN. S


POST OPERASI HARI KE 0-1
DI RUANG EDELWEIS
RSUD dr. R. GOETHENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

DISUSUN OLEH :
NAMA : KETUT AYULITA MEILANI
NIM : P1337420219052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DIAGNIOSA MEDIS HEMOROID

A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena – vena di dalam pleksus
hemoroidalis. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai
tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis
mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus (Muttaqin & Sari, 2011). Hemoroid
merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea
dentate (Nurarif & Kusuma, 2015).
Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah, mirip dengan
varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di daerah anorektal menyebabkan
wasir (Kardiyudiani & Susanti, 2019). Hemoroid adalah pembengkakan (varikosa)
vena pada anus atau rektum. Hemoroid eksternal menonjol keluar menyerupai
gumpalan di sekitar anus. Hemoroid ini menyebabkan rasa sakit, khususnya jika klien
mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl & Kowalski, 2017).
Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis hemoroidalis yang
diketemukan pada anal kanal (Diyono & Mulyanti, 2013).

B. ETIOLOGI
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor – faktor
resiko/pencetus, seperti :
a) Mengedan pada buang air besar yang sulit

b) Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk sambil membaca, merokok)

c) Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor

abdomen)

d) Usia tua

e) Konstipasi kronik

f) Diare akut yang berlebihan dan diare kronik

g) Hubungan seks peranal

h) Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)

i) Kurang olahraga/imobilisasi

C. PATOFISIOLOGI
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prolaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil,
yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous
rectum. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter
internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme
yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu
lama duduk di toilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif
venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan
kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya
struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps (Muttaqin & Sari, 2011). Mengejan
dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam pembentukan hemoroid.
Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari
biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum
prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi (Muttaqin &
Sari, 2011).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan
hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal
biasanya bersifat masif. Varises anorectal merupakan kondisi umum pada pasien
dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan vena
inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan mereka
jarang mengalami perdarahan (Muttaqin & Sari, 2011). Kondisi hemoroid dapat
memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid
interna tidak menyebabkan sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada
inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps dan sebagai hasil dari
deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit perianal sehingga menyebabkan gatal
dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan
menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan
ketidaknyamanan sekitar anus. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari, 2011). Hemoroid eksternal
menyebabkan trombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi.
Konsisi hemoroid eksternal juga memberikan manifestasi kurang higienis akibat
kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus (Muttaqin & Sari, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum hemoroid meliputi :
a) Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar.
b) Gatal atau iritasi di daerah anus.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan.
d) Pembengkakan di sekitar anus.
e) Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan (wasir
trombosis)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada hemoroid
yaitu sebagai berikut :
a) Pemeriksaan colok anus
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada
hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b) Anoskopi
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
c) Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

F. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis pada hemoroid
sebagai berikut :
a) Pengobatan dirumah
i. Konsumsi makanan berserat tinggi
ii. Menggunakan perawatan topikal. Oleskan krim wasir atau
supositoria yang mengandung hidrokortison
iii. Merendam anus secara teratur dalam air hanga
iv. Menjaga kebersihan area anal
v. Menempatkan kompres es
vi. Mengonsumsi pereda nyeri oral
Pasien dapat menggunakan acetaminophen, aspirin, atau
ibuprofen sementara untuk membantu meringankan
ketidaknyamanan.
b) Obat –obatan
Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan, maka
terapi yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau
bantalan.
c) Thrombectomy hemoroid eksternal
Jika gumpalan darah (trombosis) telah berbentuk pada wasir eksternal,
dokter dapat menghilangkan bekuan dengan sayatan dan drainase
sederhana.
d) Prosedur minimal invasif
Untuk perdarahan persisten atau wasir yang menyakitkan, dokter dapat
merekomendasikan salah satu prosedur minimal invasif lain yang
tersedia, meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi), dan
koagulasi (inframerah, laser, danbipolar).
e) Prosedur operasi
Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir yang parah,
dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan
berupahemoroidektomi.
2. Keperawatan
Perawatan perioperatif menurut Rosdahl & Kowalski (2017)
a) Persiapan preoperasi
Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter anestesiologi
menuliskan program yang diindikasikan dengan pasti apa obat dan
persiapan fisik yang diperlukan pasien. Penting untuk mengajarkan
pasien melaksanakan program praoperasi yang tepat, karena hal tersebut
akan memengaruhi kesuksesan pembedahan. Sambil mengajarkan
asuhan praoperasi, ingat perasaan pasien dan keluarga serta perlunya
mereka untuk ditenangkan. Dalam pembedahan darurat, periode
praoperasi mungkin sangat singkat. Dalam keterbatasan ini, ingat
untuk memberikan dukungan emosional ke semua pasien.
Menjelaskan apa yang akan terjadi selama dan setelah pembedahan
paling membantu dalam mempersiapkan pasien dan keluarga. Mereka
yang memahami prosedur ini biasanya lebih rileks dan kooperatif.
Informasikan pasien dan keluarga tentang apa yang diharapkan ketika
pasien kembali dari ruang operasi. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan latihan pernapasan.
b) Pasca operasi
Hampir semua rumah sakit memiliki sebuah ruangan atau deretan
ruangan yang dibuat di samping untuk perawatan pasien sesaat setelah
pembedahan. Berbagai nama digunakan untuk mengidentifikasi area ini,
termasuk unit perawatan pascaanestesia (postanesthesia care unit,
PACU). Pasien secara cermat dipantau di PACU sampai ia pulih dari
anestesia dan bersih secara medis untuk meninggalkan unit. Pemantauan
spesifik termasuk ABC dasar kehidupan.
Pada saat pasien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan
atau ke unit keperawatan, pasien biasanya terjaga dan menyadari
sejumlah ketidaknyamanan. Nyeri biasanya merupakan
ketidaknyamanan pertama pasca operasi yang disadari oleh pasien.
Nyeri dievaluasi setiap kali tanda vital yang lain diukur. Nyeri
biasanya paling berat sesaat setelah pasien pulih dari anestesi.

G. KOMPLIKASI
Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi adalah :
a) Perdarahan, dapat sampai dengan anemia
b) Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
c) Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingterani
H. ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita post operasi
hemoroid menurut Price dan Wilson (2012) meliputi : nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, alamat, agama, status perkawinan, no. register, tanggal MRS, diagnose
keperawatan.

1. Umur, pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk yang berusia
sekitar 45-65 tahun.laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid.

2. Pekerjaan, karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat defekasi,
pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya
hemoroid.

3. Keluhan utama, pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada anus
akibat sesudah operasi.

4. Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik,


pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki riwayat penyakit
hemoroid.

5. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu
keluarga.

6. Riwayat psikososial

a) Pola persepsi dan konsep diri, kaji tentang persepsi klien terhadap
penyakit yang diderita. Pasien merasa malu dengan keadaanya, ansietas,
dan rendah diri.

b) Pola istirahat dan tidur, pada pasien post hemoroid biasanya mengalami
gangguan tidur karena nyeri pada anus sesudah operasi.

c) Pola aktivitas, pada pasien post hemoroid mengalami keterbatasan


aktivitas karena nyeri pada anus akibat sesudah operasi.
7. Pemeriksaan fisik

a) Tingkat kesadaran : kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar


(composmenti-coma) untung mengetahui berat ringannya prognosis
penyakit pasien. Kesadaran : composmentis tingkat GCS : E : 4, V : 5,
M : 6.

b) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.

Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C.

Nadi : normalnya 60-100 x/menit.

Respirasi rate : normalnya 16-24x/menit.

c) Pemeriksaan kepala dan muka

Kepala

- Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara :


kasar dan halus.

- Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.

- Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.

- Muka/wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah.

d) Pemeriksaan telinga

- Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana kiri.

- Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu


diameter lubang.
- Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna putih
keabuan dan masih dapat bervariasi dengan baik apabila tidak
mengalami infeksi sekunder.

- Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap bisikan atau tes


garputala dapat mengalami penurunan.

e) Pemeriksaan mata

Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dari masing-masing mata


(ketajaman menghilang).

Inspeksi :

- Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul eksoftalmikus,


strabismus.

- Alis mata : dermatitis, seborea.

- Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikterik. Konjungtiva


anemis pada penderita yang sulit tidur karena merasakan nyeri
setelah operasi.

- Pupil : miosis, midriasis atau anisokor

f) Pemeriksaan mulut dan faring

Inspeksi

- Bibir : sianosis, pucat

- Mukosa oral : mungkin kering, basah.

- Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.

- Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat


penurunan oral hygiene.

- Faring mungkin terlihan kemerahan akibar peradangan.


g) Pemeriksaan leher

Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran


kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik.

h) Pemeriksaan thorak dan paru

- Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara


lain : takipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke (pada
kondis ketoasidosis).

- Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest dan
pigeon chest.

- Dengarkan pernafasan pasien

- Stidor pada obstruksi jalan nafas.

- Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat asma atau


bronchitis kronik).

i) Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris atau


tidak, ictus cordis nampak atau tidak.

- Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.

- Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung pekak (padat).

- Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ 1 (dup), BJ 2


(lup) dan suara terdengar tunggal.

j) Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya


pembesaran organ.
- Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau
peningkatan motilitas.

- Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tymphani


serta kepekaan.

- Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau


massa.

k) Pemeriksaan genetalia dan anus

- Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada preposium


dan apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.

- Anus

Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah ada


tanda infeksi, apakah adanya pus (nanah) atau tidak, apakah
masih terjadi pendarahan berlebih.

Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya


pus (nanah) atau tidak.

l) Pemeriksaan ekstremitas

Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik ekstremitas atas maupun


bawah. Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)

1 : lumpuh.

2 : adanya kotraksi otot.

3 : melawan gravitasi dengan sokongan.

4 : melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan.

5 : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.

6 : melawan gravitasi dengan kekuatan penuh.


II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (00132)

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan memulai


pergerakkan (00085)

c. Ansietas berhubungan dengan stressor (00146)

d. Konstipasi berhubungan dengan hemoroid (00011)

e. Resiko defisien volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


pengaturan (00027)
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis NOC NIC Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Nyeri
berhubungan selama 2 x …jam diharapkan skala nyeri (1400)
dengan agens cedera pada pasien dapat berkurang dengan kriteria 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Agar mengetahui kondisi
fisik (00132) hasil : komprehensif yang pasien sesuai dengan
NOC : Tingkat Nyeri (2102) meliputi : lokasi, skala nyerinya
Skala karakteristik, onset/durasi,
Indikator
Awal Akhir frekuensi, kualitas,
Nyeri yang
5 intensitas atau beratnya
dilaporkan (210201)
Ekspresi nyeri wajah nyeri dan faktor pencetus
5
(210206) 2. Gunakan strategi
Mengernyit (210224) 5 komunikasi terapeutik 2. Agar pasien memahami
Keterangan :
untuk mengetahui apa yang disampaikan
1 : Berat
pengalaman nyeri dan oleh perawat
2 : Cukup berat
sampaikan penerimaan
3 : Sedang
pasien terhadap nyeri
4 : Ringan
3. Gali bersama pasien faktor-
5 : Tidak ada
faktor yang dapat
menurunkan atau 3. Agar pasien mengetahui
memperberat nyeri apa saja penyebab
4. Pilih dan implementasikan nyerinya
tindakan yang beragam
(misalnya, farmakologi,
nonfarmakologi, 4. Agar skala nyeri pada
interpersonal) untuk pasien dapat berkurang
memfasilitasi penurunan dengan melakukan
nyeri sesuai dengan latihan napas dalam
kebutuhan
5. Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
6. Dukung istirahat tidur yang 5. Agar pasien tidak
ada kuat untuk membantu mengeluh sakit lagi
penurunan nyeri

6. Agar pasien merasa lebih


nyaman
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Terapi Latihan :
fisik berhubungan selama 2 x …jam diharapkan kemampuan Mobilitas Sendi (0224)
dengan keengganan bergerak pada pasien dapat meningkat 1. Agar dapat memantau
1. Monitor lokasi dan
memulai pergerakan dengan kriteria hasil : rasa tidak nyaman pada
kecenderungan adanya
(00085) NOC : Pergerakan (0208) pasien
nyeri dan ketidaknyamanan
Skala
Indikator selama
Awal Akhir 2. Agar pasien merasa
Keseimbangan pergerakan/aktivitas
5 nyaman saat melakukan
(020801) 2. Pakaikan baju yang tidak
Berjalan (020806) 5 pergerakan
menghambat pergerakan
Bergerak dengan
5 pasien
mudah (020814) 3. Agar pasien tetap
Keterangan : 3. Lindungi pasien dari
terlindungi dan terhindar
1 : Sangat terganggu trauma selama latihan
dari risiko cedera
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu 4. Bantu untuk melakukan
4 : Sedikit terganggu pergerakan sendi yang 4. Agar pasien tidak
5 : Tidak terganggu ritmis dan teratur sesuai mengalami kekakuan
kadar nyeri yang bisa pada sendi sehingga
ditoleransi ketahanan dan sendi-sendi yang terlatih
pergerakan sendi dapat lemas
5. Dukung ambulasi jika
memungkinkan 5. Agar dapat melatih
keseimbangan pasien
Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Pengurangan
berhubungan selama 2 x …jam diharapkan rasa cemas Kecemasan (5820)
dengan stressor pasien dapat berkurang dengan kriteria
(00146) hasil : 1. Gunakan pendekatan yang 1. Agar pasien merasa tenang
NOC : Pergerakan (0208) tenang dan meyakinkan dan nyaman
Skala 2. Nyatakan dengan jelas 2. Agar pasien memiliki
Indikator
Awal Akhir harapan terhadap perilaku semangat dengan harapan
Perasaan gelisah
5 pasien yang dimilikinya
(121105)
Wajah tegang 3. Berada di sisi pasien untuk 3. Agar pasien merasa rileks
5
(121107) meningkatkan rasa aman
Bergerak dengan 5 dan mengurangi ketakutan
mudah (020814)
Rasa takut yang
disampaikan secara 5
4. Dukung penggunaan 4. Agar pasien dapat
lisan (121116)
mekanisme koping yang mengatasi cemasnya
Rasa takut yang
sesuai dengan tepat
disampaikan secara 5
5. Instruksikan pasien untuk 5. Agar cemas yang
lisan (121117)
melakukan teknik relaksasi dilakukan berkurang

Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen


berhubungan selama … x24 jam diharapkan pasien dapat Konstipasi/Impaksi (0450)
dengan hemoroid melakukan kebutuhan eliminasinya yaitu 1. Monitor tanda dan gejala 1. Agar pasien mendapatkan
(00011) BAB dengan kriteria hasil : konstipasi pengobatan yang sesuai
BAB dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor-faktor 2. Agar pasien dapat
NOC : Tingkat Ketidaknyamanan (1211) (misalnya, pengobatan, berkontribusi dalam

Skala tirah baring, dan diet) menjalankan pengobatan


Indikator yang menyebabkan atau
Awal Akhir
Nyeri (210901) berkontribusi pada
5 terjadinya konstipasi
Cemas (210902) 3. Buatlah jadwal untuk 3. Agar BAB pasien teratur
5
BAB, dengan cara yang sehingga akan merasa
Menderita (210904) tepat nyaman
5
4. Dukung peningkatan 4. Agar pasien dapat
Stres (210906) asupan cairan jika tidak mengeluarkan feses
5
ada kontraindikasi dengan mudah
Konstipasi (210932)
5 5. Intruksikan pada 5. Agar pasien dapat

Inkontinensia urin pasien/keluarga pada diet mengetahui dan


5 tinggi serat, dengan cara menghindari makanan
(210933)
Keterangan : yang tepat yang dapat memperburuk
1 : Berat kondisinya saat ini
2 : Cukup berat 6. Instruksikan pasien atau 6. Agar pasien dapat
3 : Sedang keluarga mengenai memahami program yang
4 : Ringan hubungan antara diet, dijalankan
5 : Tidak ada latihan dan asupan cairan
terhadap kejadian
konstipasi/impaksi
7. Sarankan penggunaan 7. Agar pasien merasa rileks
laksatif atau pelembut dan tenang saat
feses, dengan cara yang mengeluarkan feses
tepat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Cairan
selama 2 x …jam, diharapkan cairan klien (4120)
dapat seimbang, dengan indikator : 1. Jaga intake/asupan yang 1. Untuk cairan dalam tubuh
NOC : Keseimbangan Cairan (0601) akurat dan catat output pasien dapat selalu

Skala (pasien) termonitor


Indikator 2. Untuk mengetahui apakah
Awal Akhir 2. Monitor status hidrasi
Asites (060110) (misalnya, membran pasien mengalami
5 kekurangan cairan dalam
mukosa lembab,denyut
Edema perifer nadi adekuat, dan tekanan tubuh atau tidak
5
(060112) darah ortostatik)
Kram otot (060123) 3. Monitor tanda-tanda vital 3. Untuk mengetahui
5
pasien kondisi pasien
Keterangan: 4. Kaji lokasi dan luasnya 4. Untuk mengetahui apakah
1 : Berat edema, jika ada ada penumpukan cairan
2 : Cukup berat dalam tubuh atau tidak
3 : Sedang 5. Monitor makanan/cairan 5. Agar keadaan pasien
4 : Ringan yang dikonsumsi dan dapat stabil
5 : Tidak ada hitung asupan kalori
harian
IV. IMPLEMENTASI
Penatalaksanaan keperawatan/ implementasi merupakan tahap

proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi

tindakan keperawatan yg telah direncanakan dan mengetahui

berbagai hal seperti bahaya fisik, perlindungan pasien, teknik

komunikasi, dan prosedur tindakan. Implementasi yang

merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan

diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan

keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses

keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan

perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara

langsung setelah pengkajian. (Potter & Harry, 20015)

V. EVALUASI

Catat hasil perkembangan selama pasien menjalani perawatan 2 x


24 jam (Nurarif, 2016). Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif,
assessment, planing) (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, &
Tutiany, 2013). Menurut Deswani (2011) evaluasi dapat berupa
evaluasi struktur, proses dan hasil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Butcher, Howard K, Gloria M. Bulecheck, dkk. 2019. Nursing Interventions


Classification Edisi 7. Jakarta: Elseiver Singapore Pte Ltd
2. Nanda International, 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2018-2020 Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
3. Mooehead, Sue, Marion Johnson, dkk. 2019. Nursing Outcomes
Classification Edisi 7. Jakarta: Elseiver Singapore Pte Ltd
4. Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
5. Nugroho, Taufan. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.
6. Nurarif, A & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Jilid I,
Jogjakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai