Anda di halaman 1dari 7

Terapi Aktivasi Perilaku dapat mengurangi � PROCEDIA

Studi Kasus dan Intervensi Psikologi

simtom anhedonia pasien skizofrenia? p-ISSN 2302-1462; e-ISSN 2722-7669


ejournal.umm.ac.id/index.php/procedia
2021, Vol 9(2):43–49
DOI:110.22219/procedia.v9i2.16017
© The Author(s) 2021
c b n 4.0 International license

Tri Wiganti Andayani1 dan Uun Zulfiana2

Abstract
The goal of the intervention is to reduce the negative symptoms of people with schizophrenia. The assessments
used were interviews, observations, and psychological tests which included graphic tests (BAUM, DAP, HTP), WAIS,
and SSCT. The client’s problem is that he loses the pleasure of doing daily activities that used to be fun or made him
happy. The intervention uses Behavioral Activation Therapy by providing a daily activity schedule. The results of the
intervention show a decrease in symptoms of anhedonia, marked by an increase in daily client activities including
bathing twice a day, being on time in taking medication, praying and helping with homework

Keywords
Behavioral activation, schizophrenia, negative symptoms

Pendahuluan berkurang, klien menilai dirinya tidak berguna sehingga


klien rentan terhadap stres dan relaps. Aspek yang paling
Skizofrenia merupakan gangguan dengan serangkaian
penting dan benar-benar melemahkan penyakit skizofrenia
simptom yang dibagi menjadi 3 dimensi yaitu: simptom
adalah malfungsinya hubungan interpersonal (Oltmanns &
positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi,
Emery, 2013).
seperti halusinasi dan waham. simptom negatif mencakup
Klien juga tidak memiliki aktivitas harian yang
berbagai defisit behavioral yang merupakan prediktor kuat
bermanfaat untuk dilakukan di rumah sehari-hari setelah
terhadap kualitas hidup yang rendah, seperti avolition,
pulang dari perawatan di Yayasan Dian Atmajaya
alogia, anhedonia, afek datar, dan asosialitas. simptom
Lawang. Kurangnya aktivitas pada klien dan hilangnya
disorganisasi mencakup disorganisasi pembicaraan dan
kemauan dalam mengelola diri mengakibatkan klien
perilaku aneh (Oltmanns & Emery, 2013). Seseorang
mengembangkan perilaku yang buruk, seperti mandi
didiagnosa skizofrenia apabila mengalami sedikitnya dua
tidak teratur, hanya tidur-tiduran sepanjang hari, malas
dari gejala tersebut dalam kurun waktu 6 bulan, sehingga
menjalankan aktivitas sehingga badan terasa capek,
menyebabkan keberfungsian sosial dan pekerjaan menurun
lemas seperti tidak punya tenaga, juga tidak ada
sejak gangguan terjadi (American Psychiatric Association,
interaksi di lingkungan sosialnya baik dengan keluarga,
2005).
tetangga disekitar rumahnya. Hal ini menunjukkan
Beberapa perilaku pada skizofrenia sangat beragam, kurangnya kemauan klien dalam melakukan aktivitas
salah satunya yang menonjol adalah suatu keadaan dimana menyenangkan (anhedonia) yaitu suatu keadaan dimana
seseorang tidak mendapat kesenangan dari melakukan seseorang tidak mendapat kesenangan dari melakukan
aktivitas-aktivitas yang dulunya menyenangkan atau aktivitas yang dulunya menyenangkan atau membuatnya
membuatnya bahagia (anhedonia), yang merupakan salah bahagia. Perilaku ini menjadi penting karena dapat
satu simptom negatif pada skizofrenia. Perilaku ini membuat malfungsinya hubungan interpersonal pada
ditunjukkan dengan gejala seperti malas, apatis, tidak orang dengan gangguan skizofrenia (Oltmanns & Emery,
punya keinginan, seharian hanya tidur, melamun sepanjang 2013). Berdasarkan permasalahan di atas maka, intervensi
hari (Oltmanns & Emery, 2013; Davidson et al., 2012). yang sesuai dalam mengatasi permasalahan klien adalah
Kurangnya klien dalam melakukan aktivitas sehari- terapi aktivasi perilaku.
hari sehingga menyebabkan badan klien terasa capek
karena tidur seharian. Klien merupakan pasien skizofrenia
yang telah dipulangkan dan selesai menjalani perawatan 1,2 Universitas Muhammadiyah Malang
di Yayasan Dian Atmajaya Lawang. Klien terdiagnosa
skizofrenia sejak usia 18 tahun pada tahun 2015, dan Korespondensi:
Tri Wiganti Andayani, Direktorat Program Pascasarjana, Universitas
telah mengalami 4 kali relaps. Klien berulang kali
Muhammadiyah Malang, Jl. Tlogomas 246 Malang, Indonesia
mengalami relaps karena keberfungsian di lingkungannya Email: triwigantiandayani@gmail.com

Prepared using psyj.cls [Version: 2021/02/25 v1]


44 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(2)

Terapi aktivasi perilaku dalam beberapa penelitian dunia, keluarga menceritakan pada klien, bahwa pada
sebelumnya ditemukan sebagai salah satu teknik yang saat ayahnya meninggal dunia klien digendong kakak
efektif, sederhana dalam masalah yang berkaitan dengan perempuan berjalan dibawah keranda jenasah. Proses adat
hilangnya motivasi dan suasana hati, juga mengurangi ini dilakukan agar yang ditinggalkan ikhlas menerima
simptom negatif pada skizofrenia, serta untuk mengurangi kepergiannya.
gejala pada pasien depresi (Cuijpers et al., 2007; Hopko Pada waktu klien berusia 10 tahun, ibu klien menikah
et al., 2011; Mairs et al., 2011; Scholten, 2006). Terapi lagi. Ayah tirinya sangat sayang sekali pada klien dan
aktivasi perilaku dapat berupaya mengatasi perilaku memperlakukan klien dengan baik. Dikarenakan ayah
negatif dan membantu mengurangi simptom negatif dan tirinya terlalu baik, klien tidak berani mengatakan tidak
efektif untuk kepatuhan dalam pengendalian pengobatan atau membantah setiap keinginan dan keputusan ayah
klien (Mairs et al., 2011). tirinya. Ayah tirinya juga tidak pernah marah, selalu
mengarahkan klien, tetapi tidak pernah memberikan
kesempatan pada klien, untuk menentukan apa yang
Metode Asesmen
sebenarnya klien inginkan. Urusan baju, sekolah juga
Sebelum melakukan asesmen dilakukan screening men- semua kebutuhan klien ditentukan ayah tirinya. Klien
genai kondisi pasien terlebih dahulu. Screening digu- tidak pernah diajari apapun sama ibu dan ayah tirinya,
nakan untuk mengidentifikasi status mental dan kondisi semua telah disediakan. Kalo klien pergi sebentar selalu
mental klien. Selain itu screening juga berfungsi sebagai dicari, akhirnya klien kurang mandiri, klien selalu
konfirmasi mengenai adanya gejala yang ada pada diri bergantung pada ibu dan ayah tirinya. Ayah tirinya juga
klien. Screening menggunakan WHO Disability Assess- berpesan bahwa laki-laki tidak boleh menangis. Klien
ment Schedule (WHODAS) dimana pengisian dilakukan pada akhirnya menjadi pribadi penurut, selalu patuh pada
oleh pemeriksa dengan sumber dari observasi, wawan- orangtuanya. Bila klien ada masalah, klien menahan
cara dengan keluarga, ketua dan pengasuh di Yayasan tangisnya, dikarenakan klien selalu teringat pesan bapak
Dian Atmajaya Lawang dan klien. Penggunaan WHODAS tirinya laki-laki harus kuat tidak boleh menangis.
bertujuan untuk mengukur taraf keberfungsian akibat kon- Ketika klien duduk di kelas 2 SMK berusia 17
disi kesehatan mental yang dialami klien. tahun, ibu kandungnya meninggal dunia dikarenakan sakit
Setelah dilakukan screening, kemudian dilakukan ases- kanker payudara yang sudah cukup lama. Berselang 40
men untuk diagnosa dan penentuan intervensi dilakukan hari sepeninggal dunia ibu kandungnya, ayah tirinya
dengan serangkaian metode yang digunakan adalah obser- mengalami kecelakaan dan seketika langsung meninggal
vasi, wawancara, serta tes psikologi. Metode ini digunakan dunia. Pihak sekolah memberitahu klien untuk segera
untuk menentukan diagnosa gangguan pada klien. Wawan- pulang, dikarenakan ayah tirinya meninggal dunia. Klien
cara dilakukan untuk mendapatkan data tambahan secara sangat terpukul, pagi hari waktu klien akan berangkat ke
mendalam berkaitan dengan riwayat perjalanan gangguan sekolah, klien masih bertemu dengan ayah tirinya. Saat
yang dialami oleh klien. Observasi juga dilakukan untuk dalam perjalanan pulang ke rumah, klien dalam keadaan
mengetahui penampilan klien, perilaku, afek, gangguan bingung dan juga tidak percaya, klien berharap semoga
perseptual, orientasi dan kesadaran klien. berita ini tidak benar. Sesampainya klien tiba di rumah para
Tes psikologis yang digunakan mencakup tes intelegensi pelayat sudah banyak dan klien menjumpai ayah tirinya
dan kepribadian tes Weschler Adult Intelligence Scale sudah meninggal dunia. Klien merasakan sedih sekali,
(WAIS), grafis BAUM, Draw a person (DAP) dan House sudah tiga kali klien merasa kehilangan keluarga yang
Tree Person (HTP), Sacks Sentence Completion Test sangat disayanginya dan klien harus melakukan proses adat
(SSCT). Tes WAIS digunakan untuk mengetahui tingkat yaitu berjalan dibawah keranda jenasah lagi. Berdasarkan
intelegensi klien dan beberapa gejala klinis yang dapat hasil tes SSCT, klien terus menerus menyimpan perasaan
diungkapkan melalui tes WAIS. Tes grafis digunakan untuk bersalah tidak bisa menunggui ibunya ketika sakit sampai
mengetahui ciri kepribadian klien secara lebih mendalam meninggal dunia. Penyesalan tersebut membuat klien
dan komprehensif. Tes SSCT digunakan untuk mengetahui terganggu dengan pemikirannya sendiri. Selain itu, klien
area konflik yang dialami oleh klien. mengalami ketakutan terhadap berita tentang kematian
dan keranda jenasah yang berwarna hijau. Ketakutan
tersebut membuat klien memaksa berperilaku untuk selalu
Presentasi Kasus menghindar.
Klien laki-laki dewasa, berusia 24 tahun dan belum Semenjak ibu dan ayah tirinya meninggal dunia,
menikah. Klien merupakan pasien skizofrenia dengan klien tinggal bersama dengan kakak perempuannya.
onset gangguan sejak berumur 18 tahun, dan telah Setelah lulus dari SMK, klien mengalami kebingungan
mengalami 4 kali kambuh semenjak dirawat di Yayasan menentukan pilihan bekerja atau melanjutkan kuliah.
Dian Atmajaya Lawang tahun 2015. Klien merupakan Klien belum pernah diajari bagaimana menyelesaikan
anak ke 4 dari 4 bersaudara, sejak klien berusia 4 permasalahan sendiri, selama ini klien selalu menerima apa
tahun ayah kandungnya meninggal dunia dan ibunya yang diputuskan oleh orangtuanya. Untuk menyelesaikan
sakit kanker payudara. Ketika ada orang meninggal kebingungannya, kakak perempuan memberi saran untuk

Prepared using psyj.cls


Andayani & Zulfiana 45

meneruskan kuliah saja, karena klien mendapatkan klien itu sakit, takut lari dari rumah dan berkeliaran
beasiswa ikatan dinas di Jakarta. Sewaktu di Jakarta klien di jalan dan hilang. Kakak klien juga bercerita bahwa
mengikuti ospek, mengalami masalah yang tidak pernah saudaranya ibu ada juga yang pernah di rawat di RSJ
dibayangkan oleh klien. Menur dan saudara ibu banyak yang punya penyakit rasa
Panitia menerapkan peraturan disiplin dan ketat, dimana takut, takut wudhunya tidak diterima, makanya kalo wudhu
klien harus bisa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan mau sholat selalu diulang-ulang katanya takut masih najis,
oleh panitia. Klien tidak bisa melaksanakan tugas ospek nanti sholatnya tidak diterima.
dengan baik, akhirnya klien sering kena marah dan Dinamika terbentuknya gangguan skizofrenia pada klien
hukuman dari panitia ospek. Klien dihukum tidak boleh dapat dijelaskan melalui teori diathesis stres model yang
makan tepat waktu, dan tidurnya harus di mushola. menyatakan bahwa teori ini menggabungkan antara faktor
Berdasarkan tes WAIS, dengan IQ 82 klien masuk kategori biologis, psikologis, dan lingkungan yang berfokus pada
dibawah rata-rata, sehingga dalam proses berfikir dan interaksi antara predisposisi penyakit terhadap penyakit
pengambilan keputusaan klien cenderung lamban dan (Davidson et al., 2012; Nevid et al., 2005).
membutuhkan arahan. Dasar biologis untuk diathesis ini diketahui bahwa ter-
Klien merasa tertekan selama mengikuti ospek dan dapat keturunan dari saudara kandung ibu yang pernah
mempunyai pikiran negatif bahwa kakaknya telah dirawat di RSJ Menur dan saudara ibu banyak yang
menjerumuskan, menyengsarakan dan menipu dirinya. mempunyai perilaku selalu was-was, bingung takut najis,
Klien menyampaikan amarahnya dengan menghubungi wudunya selalu diulang-ulang, takut meninggal dunia,
kakaknya berkali-kali setiap hari. Kakaknya merasa bila melihat orang meninggal dunia seperti dirinya mau
jenuh hampir setiap jam klien selalu menelpon, kakaknya meninggal dunia. Predisposisi genetik merupakan kom-
akhirnya mengambil keputusan menjemput klien dan ponen penting dalam banyak psikpatologi termasuk ski-
dibawa pulang. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa zofrenia (Davidson et al., 2012). Selain dasar biologis,
klien mempunyai kepribadian yang tertutup, selalu diathesis bersumber dari karakteristik kepribadian. Keprib-
menyalahkan dirinya sendiri, kurang memiliki kemampuan adian klien yang tertutup, menyalahkan diri sendiri dan
menyelesaikan masalah. kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah sebagai
Setelah klien pulang ke rumah, klien tidak punya respon coping dalam masalah dan stresor lingkungan yang
aktivitas yang berarti akhirnya klien berusaha mencari dialaminya sehingga menyebabkan munculnya gangguan
teman dengan teman yang nasibnya sama dengan klien. skizofrenia.
Dari pergaulan ini klien mulai mengenal minuman keras Klien mengalami 4 kali kambuh sejak tahun 2015,
sampai ketempat prostitusi. Sewaktu ke prostitusi bersama yaitu saat pertama kali dirawat di Yayasan Dian
teman-temannya klien dalam keadaan tidak sadarkan Atmajaya Lawang. Permasalahan klien saat ini adalah
diri (mabuk). Setelah berhari-hari, klien menyadari kurangnya menjalankan aktivitas sehari-hari di rumah
perbuatannya ternyata salah, akhirnya klien selalu diliputi dan di lingkungannya, setelah klien pulang menjalani
rasa bersalah, klien membayangkan perbuatannya sewaktu perawatan dari Yayasan Dian Atmajaya Lawang. Klien
di prostitusi membuahkan seorang anak tetapi klien tidak merasa senang mengurung diri di dalam kamar dan tidak
bertanggung jawab. Ditambah lagi permasalah klien yaitu melakukan aktivitas apapun. Perasaan menyalahkan diri
diputus teman dekatnya. sendiri menyebabkan klien selalu memikirkan masalah
Cara mengatasi permasalahannya, klien meminum obat yang sudah terjadi. Keengganan klien menghadapi
pusing dalam dosis tinggi, akhirnya klien mengalami masalahnya dan kurangnya keberfungsian di rumah dan
sesak napas, klien merasa akan meninggal dunia. Klien lingkungannya menyebabkan klien manarik diri dari
dilarikan ke Rumah Sakit dan klien selamat. Setelah lingkungan. Kurangnya aktivitas atau kegiatan membuat
peristiwa itu, perilaku klien sering marah-marah, berkata klien mengalami relaps berkali-kali.
kasar kepada kakaknya, bahkan terkadang klien sampai Klien tidak memiliki aktivitas harian yang bermanfaat
kesurupan. Klien sering duduk terpaku diam dengan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya, setelah
tatapan kosong, tangan kaki dan seluruh badan bergetar pulang perawatan dari Dian Atmajaya Lawang. Kurangnya
seperti orang kedinginan, klien juga tersenyum sendiri, kemampuan mengelola diri menyebabkaan klien mengem-
katanya sedang chat dengan mantan teman dekatnya. bangkan perilaku hanya duduk terdiam dengan mata
Bila klien disuruh mandi, klien akan mandi dengan kosong, tidur-tiduran sepanjang hari, malas menjalankan
memakai seluruh bajunya, juga bicara ngelantur tidak aktivitas seperti merawat diri yang buruk tidak mandi dan
dapat dimengerti oleh orang lain. Perilaku lainnya klien tidak teratur dalam meminum obat, sering meninggalkan
selalu membawa pisau kemana-mana, kakaknya bertanya sholat dan malas melakukan aktivitas. Perilaku ini sebagai
mengapa membawa pisau, klien menjawab buat jaga-jaga simptom negatif pada penderita skizofrenia dimana klien
karena akan ada yang mencelakainya dirinya. kehilangan kemauan untuk melakukan aktivitas (anhedo-
Sejak saat itu, klien dirawat di Yayasan Dian Atmajaya nia) dan menarik diri dari lingkungannya. Berdasarkan tes
Lawang. Setelah klien dinyatakan sembuh, klien tidak WhoDas taraf keberfungsian klien dalam 30 hari terakhir,
diperbolehkan kemana-mana oleh kakaknya, klien hanya dengan angka rata-rata 3,2 yang artinya distress dalam
tinggal di dalam rumah, kakaknya menganggap bahwa kasus klien ini dikategorikan sedang.

Prepared using psyj.cls


46 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(2)

Cara mengatasi permasalahan perilaku pada klien, skizofrenia dan efektif untuk kepatuhan dalam pengen-
maka terapis menggunakan terapi aktivasi perilaku dengan dalian pengobatan (Mairs et al., 2011).
memberikan aktivitas dan penjadwalan aktivitas, sebagai Target intervensi pada aktivasi perilaku yang akan
target intervensi. Aspek ini dirasa penting untuk menjaga dilakukan adalah mengurangi perilaku maladaptive klien
kondisi kesehatan klien skizofrenia agar tidak mengalami yaitu simptom anhedonia, perilaku kehilangan kesenan-
relaps. Klien sendiri juga menginginkan dirinya sembuh gan melakukan aktivitas sehari-hari yang dulunya menye-
dan tidak kembali ke Yayasan Dian Atmajaya Lawang. nangkan atau membuatnya bahagia. Perilaku anhedonia
Intervensi yang dilakukan pun harus praktis dan konkrit klien yaitu tidur-tiduran sepanjang hari, tidak melakukan
karena keterbatasan intelektual klien. aktivitas apapun. Prinsip aktivasi perilaku adalah shaping
Terapis menggunakan terapi aktivasi perilaku, terapi dan haping. Shaping dengan melibatkan respon dalam
ini merupakan terapi perilaku yang bertujuan mendorong menyelesaikan kegiatan atau bentuk pekerjaan rumah, hap-
klien melakukan aktivitas tertentu yang menyenangkan dan ing yaitu komitmen klien untuk melaksanakan kegiatan
memberikan rasa nyaman dengan mengupayakan reward dan prinsip jalan bersama sesuai ketrampilan klien (Balán
untuk memperkuat perilaku yang diinginkan (Kanter et al., 2016). Alasan dilakukan intervensi sesuai dengan
et al., 2009). Intervensi bertujuan mengurangi perilaku masalah yang dialami klien terkait dengan kurangnya
maladaptive klien yaitu anhedonia, perilaku menarik diri aktivitas dan kegiatan sehari-hari yang menyebabkan klien
dan hilangnya aktivitas yang menyenangkan. Perilaku kambuh. Terapi dilakukan secara kongkrit dan disesuaikan
anhedonia pada diri klien yaitu berdiam diri didalam dengan kemampuan klien. Dengan penjadwalan yang
rumah, dan tidak melakukan aktivitas apapun. diberikan dan berlandaskan prinsip teori behavior, maka
klien dapat langsung merubah perilaku dan menjalankan
prosedur intervensi dengan konkrit.
Diagnosis dan Prognosis
Sebelum menetapkan terapi aktivasi perilaku pada klien,
Diagnosis kakak-kakak klien diberikan penjelasan mengenai gang-
guan skizofrenia untuk meningkatkan kepedulian kepada
Berdasarkan hasil asesmen dan uraian kasus di atas,
klien dan berkomitmen untuk memberikan dukungan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
dalam hal perawatannya setelah keluar dari Yayasan Dian
Fifth Edition (DSM-5) (American Psychiatric Association,
Atmajaya Lawang, serta mendorong dan memberikan
2005), maka dapat ditegakkan diagnosis bahwa klien
klien tugas untuk membantu keluarga dalam melaksanakan
memenuhi kriteria diagnosis: Skizofrenia 295.90 (F20.9),
pekerjaan rumah. Hal ini diperlukan untuk mendukung
dengan permasalahan kehilangan kesenangan melakukan
hasil intervensi dimana adanya keefektifan dan pengen-
aktivitas sehari-hari yang dulunya menyenangkan atau
dalian dalam hal pengobatan dan perilaku yang akan
membuatnya bahagia (symptom anhedonia).
dilakukan sehingga membutuhkan arahan dan dorongan
dari orang terdekat. Informasi yang diberikan keluarga
Prognosis antara lain tentang gangguan skizofrenia secara umum,
Prognosis memperkirakan keberhasilan klien dalam pentingnya konsumsi obat secara teratur, pentingnya aktiv-
melakukan intervensi adalah baik. Dikarenakan klien itas keseharian klien agar tidak berdiam diri didalam rumah
memiliki komitmen ingin segera sembuh, klien merasa dan merasa malas. Hal ini sebagai upaya agar keluarga
senang dengan adanya aktivitas yang akan diberikan. Klien mendukung klien melalui arahan dan pemberian doron-
juga memiliki keinginan yang kuat untuk tidak mengalami gan dan dukungan serta reward pada klien apabila bisa
relaps dan tidak ingin kembali ke Yayasan Dian Atmajaya melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga adanya kontrol
Lawang dimana klien sering dirawat. Dengan kapasitas sebagai upaya mencegah relaps. Penguatan positif yang
yang klien miliki, klien mampu memahami intervensi yang diberikan pada klien, berupa pemberian pujian kata hebat,
diberikan dengan diberikan secara praktis dan konkrit. setiap klien selesai melakukan aktivitas. Apabila klien
Keluarga sangat mendukung demi kesembuhan klien, menjalankan aktivitasnya selama 3 hari dengan baik, maka
selama ini klien hanya diberikan obat untuk mengatasi klien berhak meminta sesuatu yang diinginkan. Karena
permasalahannya. klien telah pulang dari rumah sakit, maka intervensi
dilakukan di rumah klien dalam sembilan sesi, sebagai
berikut:
Intervensi
Metode intervensi yang akan dilakukan adalah terapi akti- Sesi I: Pengenalan terapi. Terapis menjelaskan diadakan
vasi perilaku. Terapi aktivasi perilaku mencakup peman- terapi sebagai solusi atas permasalahan yang klien alami
tauan aktivitas, penjadwalan aktivitas yang diberikan den- dan keluhkan. Serta menjelaskan prosedur yang akan
gan penguatan positive tetapi juga memperhatikan pen- diberikan pada klien dan manfaat terapi yang akan
guatan negatif untuk memperkuat kegiatan. Terapi akti- diberikan. Pada sesi ini klien memahami apa yang
vasi perilaku digunakan dalam mengatasi perilaku negatif dijelaskan terapis dengan menganggukan kepala dan
dan membantu mengurangi simptom-simptom negatif pada berkata akan mengikuti kata terapis. Klien mengatakan

Prepared using psyj.cls


Andayani & Zulfiana 47

bahwa ingin segera sembuh, bisa bekerja dan rajin sesi klien menyadari bahwa klien masih bermalas-
beribadah. malasan, namun setelah diberikan dorongan kembali
klien menyatakan bahwa klien akan berusaha dan tetap
Sesi II: Identifikasi kelemahan dan kelebihan diri dan tar- melaksanakan aktivitas atau kegiatan sehari-hari.
get perubahan. Terapis bersama klien mengidentifikasi
apa saja kelemahan klien dan apa saja kelebihan dalam diri Sesi V: Jadwal aktivitas untuk sehari-hari. Terapis
klien. Setelah mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan dan klien mengidentifikasi kegiatan apa saja, yang akan
diri, klien diberikan arahan bagaimana memahami diri, dilakukan klien selama 1 minggu dan itu akan klien
sehingga kelebihan yang klien miliki dapat menunjangnya praktekkan dalam kegiatan sehari-hari. Pada sesi ini terapis
untuk kesembuhan. Setelah diketahui klien diminta untuk dan klien membuat jadwal kegiatan selama 1 minggu
mengidentifikasi apa saja target perubahan yang harus yang meliputi kegiatan di pagi hari, seperti bangun dan
dilakukan untuk menutupi kekurangan dan meningkatkan membersihkan tempat tidur, sholat, makan pagi dan minum
kelebihannya. Sesi ini berjalan cukup lancar, klien dapat obat, melakukan aktivitas di pagi hari meliputi olah raga,
mengidentifikasi apa saja kelemahan dan kekurangan mengambil air, membersihkan rumah, mencuci baju, dan
dalam dirinya yang meliputi kurang rajin dan kurang membantu kakak di dapur. Kegiatan di siang dan sore
semangat dalam menjalankan aktivitas, merasa minder hari meliputi sholat dhuhur di mushola depan rumah,
dengan penyakit yang dideritanya. Klien menyadari bahwa makan siang serta istirahat dengan menonton televisi,
klien mampu untuk bekerja dan merencanakan kegiatan mandi di sore hari dan sholat ashar, aktivitas di sore hari
agar dapat mendapatkan penghasilan. yang dilakukan klien jalan-jalan berkeliling sekitar rumah.
Aktivitas di malam hari melakukan sholat maghrib dan
Sesi III: Jadwal aktivitas untuk 1 hari kedepan. Klien dan isyak makan malam dan minum obat, melakukan aktivitas
terapis merancang jadwal aktivitas atau kegiatan yang akan di malam hari dengan membaca al-quran.
dilakukan untuk esok hari dan disepakati bersama. Klien
membuat jadwal apa saja kegiatan yang harus dilakukan Sesi VI: Psikoedukasi keluarga. Terapis menjelaskan
setelah bangun tidur sampai tidur kembali. Instrumen kembali pada kakaknya, tentang bagaimana penjelasan ten-
yang digunakan adalah perencanaan aktivitas yaitu daftar tang gangguan skizofrenia. Mendorong kakaknya, untuk
kegiatan pagi, siang dan malam hari. Diawal sesi ini tetap memberikan dukungan kepada klien dengan men-
klien menyatakan bahwa dirinya minder akan penyakit gontrol klien untuk melakukan aktivitas-aktivitas. Menga-
yang dideritanya. Saat didorong bahwa dengan klien jak klien untuk melakukan aktivitas bersama membantu
rajin melakukan aktivitas akan sembuh, klien bersemangat kakak di dapur, dan sholat 5 waktu di mushola agar
untuk tidak kembali ke Yayasan Dian Atmajaya Lawang, klien memiliki aktivitas-aktivitas demi kesembuhaan klien.
dimana klien dirawat. Klien segera membuat jadwal Kakaknya didorong untuk memberikan reward kepada
kegiatan untuk esok hari yang meliputi bangun pagi, klien dengan memasak kesukaan makanan klien. Pada
membersihkan tempat tidur, mandi serta makan pagi dan sesi ini, kakaknya memahami apa yang dijelaskan ter-
minum obat, membantu kakak membersihkan rumah, dan apis dan kakaknya akan berusaha memberikan dukun-
sholat tepat waktu. gan untuk kesembuhan klien. Kakaknya akan berusaha
mengecek kegiatan klien dan mengingatkan klien untuk
Sesi IV: Monitoring aktivitas. Terapis memastikan, selalu melakukan aktivitasnya. Di akhir sesi kakaknya
apakah kemarin klien telah melaksanakan aktivitas menjelaskan apabila klien rajin melakukan aktivitas dan
yang telah dijadwalkan dan telah disepakati. Terapis tidak bermalas-malasan, serta membantu kakaknya maka
memastikan bagaimana ketercapaian aktivitas sebelumnya kakaknya akan memasakan makanan favorit klien atau
dengan menanyakan pada kakak klien terkait dengan yang diinginkan klien.
apa yang telah klien laksanakan hari kemarin. Terapis
dan klien memberikan centang apa saja yang telah klien Sesi VII: Monitoring aktivitas. Terapis memastikan
lakukan di hari sebelumnya di kertas jadwal kegiatan. kembali apakah selama 4 hari sebelumnya melaksanakan
Terapis mendorong klien dengan memberikan sugesti pada aktivitas, sesuai apa yang telah dijadwalkan dan disepakati.
klien untuk melaksanakan aktivitas secara rutin, klien Terapis memastikan ketercapaian aktivitas sebelumnya
dapat sembuh dan mendorong klien untuk berinteraksi dengan menanyakan pada kakaknya terkait dengan apa
dengan orang lain. Sesi ini berjalan lancar, klien dengan yang telah klien laksanakan. Terapis mengecek dengan
cepat menjelaskan apa saja kegiatan yang telah klien mencentang apa saja yang telah klien lakukan dengan
lakukan dalam sehari kemarin. Klien menceritakan bahwa mengkonfirmasi bersama kakaknya. Pada sesi ini saat
klien bangun kesiangan, namun klien tetap membersihkan terapis datang, klien menyapa terapis langsung berkata
tempat tidur dan mandi pagi serta minum obat. Selanjutnya bahwa dirinya belum melakukan sholat ashar dan ijin
klien membantu kakaknya membersihkan rumah. Di siang keluar untuk sholat di mushola. Setelah klien selesai sholat,
hari klien sholat di mushola di dekat rumahnya, yang klien dan terapis mencheklist kegiatan yang telah klien
dilanjutkan makan siang dan istirahat sambil menonton lakukan yang didampingi kakaknya untuk mengkonfirmasi
televisi. Dimalam harinya klien melakukan sholat, makan kegiatannya. Klien dengan cepat menjelaskan hasil
malam dan melanjutkan tidur untuk beristirahat. Diakhir kegiatan yang dilakukannya setiap harinya dan semakin

Prepared using psyj.cls


48 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(2)

meningkat. Klien merasa senang dengan apa yang klien 14


lakukan dan telah dijadwalkan.
12
Sesi VIII: Evaluasi dan terminasi. Terapis melakukan
evaluasi terhadap tugas dan aktivitas yang telah dilakukan 10
klien pada sesi ke depan. Setelah itu terapis menyimpulkan

Jumlah aktivitas
hal-hal yang telah dipelajari klien selama proses intervensi 8
dengan memberikan bekal agar klien mau membiasakan
diri untuk melakukan aktivitas dengan jadwal yang 6
telah ditempel didinding rumah. Terapis meminta pada
kakaknya untuk tetap mengontrol klien meskipun proses 4
intervensi telah selesai. Sesi ini mengevaluasi hasil yang
didapat dan klien mendengarkan arahan terapis. Klien 2
mengatakan bahwa mulai hari ini dan selanjutnya akan
tetap melaksanakan aktivitas dan tidak bermalas-malasan 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
di rumah agar penyakitnya tidak kambuh. Sesi intervensi

Sesi IX: Follow up. Melihat perubahan dan perkembangan Gambar 1. Perkembangan jumlah aktivitas klien dilihat dari
pada klien pasca intervensi dengan melakukan wawancara sesi ke sesi, termasuk sesi terakhir (sesi ke-8) adalah sesi
terhadap klien dan kakaknya. Tiga minggu pasca intervensi follow-up.
berakhir terapis kembali melakukan wawancara pada
kakaknya terkait perubahan klien, kakaknya mengataaan
bahwa klien telah melakukan aktivitas sesuai dengan perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif diawali
jadwal yang dibuat. Klien melakukan kegiatan yang telah ketika sesi ke 5 di hari ke 3 proses intervensi berlangsung.
disepakati meliputi mandi dua kali sehari, tepat waktu Klien menyatakan bahwa hari sebelumnya klien mandi
dalam meminum obat, pergi kemushola melakukan sholat di pagi hari, meskipun di sore harinya klien tidak
dan membantu kakak mengerjakan pekerjaan rumah. Klien mandi. Selanjutnya klien menyatakan bahwa klien tidak
saat ini juga mempunyai aktivitas baru bekerja di pabrik membantu kakaknya, hanya diam di rumah melihat televisi
kasur dekat rumah. dan hanya sholat dhuhur di mushola dan tidak merapikan
tempat tidur.
Hasil dan Pembahasan Pada follow up, kakaknya melaporkan bahwa klien tetap
melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal yang dibuat,
Hasil tetapi klien belum mampu melakukan aktivitas penuh yaitu
Hasil intervensi yang dilakukan, terpenuhi dengan 16 kegiatan setiap harinya. Kakak dan seluruh keluarga
meningkatnya aktivitas yang dilakukan klien pada juga tetangga, mendukung klien melaksanakan kegiatan
setiap harinya. Hasil peningkatan aktivitas harian yang sesuai jadwal terutama mandi, makan dan minum obat
dilakukan, dalam data checklist kegiatan dengan total teratur dan sholat di mushola dan mengasih penghargaan
kegiatan 16, klien mampu memenuhi target sebanyak berupa pujian kepada klien.
12 kegiatan. Dengan berbagai macam aktivitas yang
dilakukan berbeda disetiap harinya. Seperti olahraga,
mengambil air, membersihkan rumah, mencuci baju dan
Pembahasan
membantu kakak di dapur. Hasil optimal apabila klien Terapi aktivasi perilaku sebagai salah satu terapi yang
melaksanakan 16 aktivitas dalam sehari dari bangun tidur menunjukkan hasil yang unggul dalam beberapa kondisi
sampai tidur kembali. Hal ini pun tidak mudah bagi klien dalam pengobatan penyakit medis (Balán et al., 2016).
yang sebelumnya memiliki perilaku yang maladaptif Hasil dari penelitian sesuai dengan terapi yang diberikan
dengan tidak mandi, hanya bermalas-malasan dan tidak kepada klien, aktivasi perilaku yang dilakukan menun-
melakukan aktivitas untuk keluar rumah sekalipun. Oleh jukkan hasil yang sesuai target dengan meningkatnya
karena itu, peningkatan secara bertahap dilakukan dalam aktivitas keseharian yang dilakukan klien. Meningkat-
proses dengan mengkonfirmasi pada kakak klien sebagai nya jumlah aktivitas diartikan bahwa klien dapat dengan
kemajuan dari proses intervensi yang dilakukan. Jumlah mampu dan mau menjalankan aktivitas dengan jadwal
aktivitas selama intervensi dapat dilihat pada Gambar 1. yang ditempel dikamar klien dan didorong oleh kakaknya.
Total kegiatan yang dilakukan klien menunjukkan Aktivitas yang dipilih merupakan aktivitas positif pilihan
perubahan, dan kemajuan selama tahap monitoring klien, yang membuat klien merasa nyaman dan menye-
aktivitas keseharian. Sebelumnya intervensi dilakukan nangkan. Sesuai dengan teknik aktivasi perilaku bahwa
klien cenderung tidak melakukan aktivitas hanya bermalas- klien diajak menentukan sendiri, kegiatan positif apa
malasan, dengan sering berkata capek dan merebahkan yang dilakukan sehari-hari seperti mandi, sholat, member-
badannya diatas kasur sampai jam makan siang. Perubahan sihkaan rumah.

Prepared using psyj.cls


Andayani & Zulfiana 49

Prinsip aktivasi perilaku adalah shaping dan haping dengan kondisi klien. Melalui terapi aktivasi perilaku,
terpenuhi. Shaping dengan melibatkan respon dalam klien diharapkan dapat menjalankan aktivitasnya sehari-
menyelesaikan kegiatan atau bentuk pekerjaan rumah, hari secara lebih produktif dan mengurangi kerentanan
dimana klien diberikan berbagai macam aktivitas yang terhadap relaps.
disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan klien.
Aktivitas yang diberikan berkaca pada kepribadian Referensi
dan intelegensi klien. Shaping yang dilakukan konkrit,
praktis dan mudah akan memberikan dampak yang baik American Psychiatric Association. (2005). Diagnostic and
secara berkala. Haping yang dilakukan dikuatkan dengan statistical manual of mental disorders fourth edition text
komitmen klien dan keinginannya untuk sembuh dan tidak revision. American Psychiatric Association.
ingin kembali ke Yayasan Dian Atmajaya Lawang, sehinga Ansah, A, O., Panyin, A, B., Obirikorang, C., Agyare, C.,
klien didorong untuk melakukan komitmen yang tinggi Acheampong, E., Kwofie, E.N. (2018). Metabolic syndrome
untuk menjalankan aktivitas dan tidak bermalas-malasan. among schizophrenic patients: A comparative cross-sectional
Kedua prinsip yang saling dikuatkan tentunya akan study in the middle belt of Ghana. Schizophrenia Research
dapat meningkatkan aktivitas klien dan gejala anhedonia and Treatmen, 18(9), 1-9. https://doi.org/10.1155/2018/
klien. simptom negatif anhedonia yang berkembang 6542983
pada klien, berdampak pada kurangnya aktivitas sehari- Balán, I. C., Lejuez, C. W., Hoffer, M., & Blanco, C. (2016).
hari ditandai dengan motivasi yang kurang akan minat Integrating motivational interviewing and brief behavior
melakukan sesuatu yang menyenangkan, sehingga pasien activation therapy : Theoretical and practical considerations.
dengan skizofrenia cenderung berkurangnya perawatan Cognitive and Behavior Practice, 23(2), 205-220. https://doi.
dan kebersihan diri, kurangnya terlibat dalam pekerjaan, org/10.1016/j.cbpra.2015.07.001
dan kurangnya keterlibatan sosial (Trémeau, 2012; Cuijpers, P., van Straten, A., & Warmerdam, L. (2007).
Messinger et al., 2011). Behavior activation treatments of depression: A meta-
Struktur dan jadwal kegiatan yang dilakukan klien analysis. Clinical Psychology Review, 27(3), 318-326. https:
adalah mengikuti sesuai rencana dan bukan pemaksaan. //doi.org/10.1016/j.cpr.2006.11.001
Dengan adanya penjadwalan aktivitas dan monitoring Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2012). Psikologi
kegiatan klien, klien didorong untuk melakukan aktivitas Abnormal Edisi ke-9. PT Raja Grafindo Persada
yang telah dijadwalkan dan sesuai rencana yang telah Hopko, D. R., Magidson, J. F., & Lejuez, C. W. (2011). Treatment
disepakati. Meskipun tidak semua aktivitas dilakukan klien failure in behavior therapy : focus on behavior activation
secara terus menerus, namun klien telah mengembangkaan for depression. Journal of Clinical Psychology, 67(11),
perawatan dirinya dengan makan dan minum obat tepat 1106–1116. https://doi.org/10.1002/jclp.20840
waktu, sholat 5 waktu, dan kebersihan diri yang masih Kanter, J., Busch, A. M., & Rusch, L. C. (2009). Behavior
harus terus didorong serta berinteraksi dengan lingkuangan activation: distinctive features. Routledge.
sekitarnya. Mairs, H., Lovell, K., Campbell, M., & Keeley, P. (2011).
Peran keluarga yaitu kakak dalam memberikan arahan Development and pilot investigation of behavior activation
kepada klien menjadi salah satu faktor penting dalam for negative symptoms. Behavior Modification, 35(5),
program ini. Kakak terlibat dan memiliki peran penting 486–506. https://doi.org/10.1177/0145445511411706
dalam meningkatkan hasil program intervensi dengan Messinger, J. W., Trémeau, F., Antonius, D., Mendelsohn, E.,
mendorong klien untuk beraktivitas dan mengajak klien Prudent, V., Stanford, A. D., & Malaspina, D. (2011).
melakukan aktivitas bersama-sama, selain itu reward Avolition and expressive deficits capture negative symptom
kepada klien diberikan oleh kakaknya sehingga terjalin phenomenology: implications for DSM-5 and schizophrenia
hubungan dengan baik antara kakak dan klien. Pemberian research.Clinical psychology review, 31(1), 161-168. https:
informasi kepada keluarga dilakukan karena keluarga //doi.org/10.1016/j.cpr.2010.09.002
sebagai system pendukung yang utama dan memiliki peran
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2005). Psikologi
yang penting dalam mencegah terjadi kekambuhan pada
Abnormal, Edisi kelima, Jilid 2. Penerbit Erlangga
pasien skizofrenia (Davidson et al., 2012).
Oltmanns, T.F., & Emery, R.E. (2013). Psikologi Abnormal.
Pustaka pelajar.
Kesimpulan dan Saran Scholten, M., Vanhonk, J., Aleman, A., & Kahn, R. (2006).
Terapi aktivasi perilaku dapat berperan dalam membantu Behavior inhibition system(BIS), Behavior activation system
pasien skizofrenia untuk mengurangi simptom anhedonia (BAS) and schizophrenia: Relationship with psychopathol-
dengan memberikan jadwal aktivitas harian. Aktivitas ogy and physiology. Journal of Psychiatric Research, 40(7),
harian klien meningkat dengan jadwal kegiatan yang 638–645. https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.2006.03.005
telah disepakati. Peran kakak dalam keluarga dapat Trémeau, F., Nolan, K. A., Malaspina, D., & Javitt, D. C.
memberikan supervisi, arahan dan dukungan untuk (2012). Behavior validation of avolition in schizophrenia.
mendukung keberhasilan klien dalam intervensi. Selain Schizophreni research, 138(2), 255-261. https://doi.org/10.
itu, penetapan target yang konkrit dan realistis sesuai 1016/j.schres.2012.02.018

Prepared using psyj.cls

Anda mungkin juga menyukai