1,2,3)
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Malang 65144
*)
e-mail: putrirona@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Gastritis is a kind of health problem in society. In Indonesia, the prevalence of gastritis is about
0,99% and the incidence of gastritis is about 115/100.000 people. The unbalance of aggressive factors
and ulcer defensive can cause gastritis. This factor is influenced by the eating habit, smoking habit,
consuming NSAID and coffee. This study aims to identify the relationship of eating habit with the arising
of gastritis. In this research, the population is all of the gastritis patients; the sampling technique used is
sampling total which take all of the gastritis patients as samples, whereas it uses recall 2 x 24 hours and
questionnaire as the instrument of the research. Then the result of the questionnaire is analyzed by
computer program for windows with spearman rank test. The result of spearman rank test, it is founded
that value = 0,009 so which states there is a relationship of eating habit with the arising of gastritis.
Because of the existence of the relationship between eating habit and the arising of gastritis, it is
recommended for the gastritis patient and society to consume healthy food with proportional amount, eat
various foods and have a few portions but often of eating accord with bodily needs.
LATAR BELAKANG
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain
(Rafani, 2009) .
Gastritis adalah peradangan lokal atau
Gastritis merupakan masalah
menyebar pada mukosa lambung, yang
kesehatan di masyarakat. Di Indonesia
berkembang bila mekanisme protektif mukosa
prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan
insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif
lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan, kebiasaan
merokok, konsumsi NSAID dan kopi (Rafani, 2009). Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan
jumlah penderita Gastritis antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan
dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20% menderita gastritis
pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22% terjadinya gesekan pada dinding lambung dan
insiden total untuk segala umur pada tahun usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang
1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih
umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia parah kalau lambung dalam keadaan kosong
untuk Gastritis adalah 10% (Riyanto, 2008). akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya
Berdasarkan data yang diperoleh dari studi akan mengakibatkan perdarahan pada
pendahuluan ditemukan 431 orang pasien lambung (Rafani, 2009).
pada tahun 2009 sehingga dapat diambil rata-
rata 36 pasien per bulan dengan gastritis yang METODE
datang berobat ke UMM Medical Center,
jumlah pasien terbanyak ada di Bulan Jenis penelitian adalah penelitian analitik
Oktober-Desember 2009 yaitu 61 pasien observasional dengan desain case control.
dalam Bulan Oktober, sebanyak 46 pasien di Menggunakan tehnik total sampling dengan
Bulan November, dan 47 pasien di Bulan jumlah sample adalah pasien gastritis
Desember totalnya 154 pasien. Dari total 154 sebanyak 36 responden yang memenuhi
pasien, sebanyak 21 pasien datang dengan kriteria (tidak menderita penyakit kronis lain
keluhan mual, sehari belum makan, sebanyak dan bersedia menjadi responden). Penelitian
34 pasien dengan keluhan mual, telat makan, dilaksanakan pada bulan Februari sampai
muntah disertai nyeri perut.15 orang dengan dengan Maret 2009 di UMM medical centre
keluhan nyeri perut dan perut kembung, tadi Malang.
pagi habis makan masakan pedes, sebanyak Instrumen yang digunakan dalam
11 orang dengan keluhan mual, tadi pagi habis penelitian adalah kuesioner mengenai pola
minum kopi. Sedangkan 73 pasien lainnya makan yang meliputi jumlah, jenis, dan
datang dengan keluhan mual muntah nyeri frekuensi makan yang diperoleh dengan cara
perut saja. Berarti masih cukup banyak recall 2 x 24 jam (menanyakan secara
jumlah penderita gastritis dengan pola makan langsung yang dikonsumsi oleh responden
yang kurang benar saat ini. Sehingga peneliti dengan cara bertanya mundur ke belakang
tertarik untuk mengetahui hubungan pola selama 2 x 24 jam). Kemudian hasil diolah
makan dengan timbulnya gastritis. dan dimasukkan ke dalam kategori skor,
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) dengan rincian sebagai berikut: kategori pola
sering akibat diet yang salah. Kadang, gastritis makan sangat baik (81,25-100%), baik (62,5-
dapat menyebabkan pendarahan pada 81,24%), cukup baik (43,75-62,4%), dan
lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kurang baik (25-43,74%). Sedangkan
kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi timbulnya gastritis diper oleh dengan
luka kronis pada lambung. Pendarahan pada menggunakan kuesioner, yang kemudian
lambung dapat menyebabkan muntah darah hasilnya dimasukkan skor, dengan rincian
atau terdapat dar ah pada feces dan sebagai berikut: gastritis akut (1-7), dan
memerlukan perawatan segera (Rafani, gastritis kronis (8-14). Penelitian
2009). Pola makan yang tidak teratur, menggunakan uji analisa statistik spearman
lambung menjadi sensitif bila asam lambung rank correlation dengan menggunakan
meningkat. Produksi HCl (asam lambung) program komputer for windows dengan
yang berlebihan dapat menyebabkan alpha 0,05 dengan uji.
Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical 157
Center (UMC)
Rona Sari Mahaji Putri 1 , Hanum Agustin2, Wulansari3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071
20
Karakteristik Responden Berdasarkan BB
berdasarkan
0
Umur AKG
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28
30%
Baik
70%
Gambar 8. Diagram distribusi frekuensi
Kurang responden berdasarkan pola makan
pasien gastritis di UMM Medical
Center Malang
Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical 159
Center (UMC)
Rona Sari Mahaji Putri 1 , Hanum Agustin2, Wulansari3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071
Pembahasan
Dari tabel 1 didapatkan hasil penelitian
bahwa pada kategori pola makan sangat baik
Dari diagram distribusi frekuensi
yang menderita gastritis akut sebanyak 5
responden menurut umur menunjukkan
responden (16,7%) dan satu responden
sebanyak 14 responden (47%) penderita
(3,3%) menderita gastritis kronis, pada
berusia 19-29 tahun. Ini berarti gastritis lebih
kategori pola makan baik terdapat 2 responden
banyak diderita pada usia dewasa muda.
(6,7%) yang menderita gastritis akut dan tidak
Sependapat dengan teori bahwa gastritis
ada yang menderita gastritis kronis, pada
menyerang sejak usia dewasa muda hingga
kategori pola makan cukup baik terdapat 4
lanjut usia (Riyanto, 2008). Pada usia tersebut
responden (13,3%) yang menderita gastritis
semua responden yang masih berstatus
akut dan 4 responden (13,3%) menderita
mahasiswa sering tidak terkontrol dalam
gastritis kronis, sedangkan untuk kategori pola
asupan makannya, disebabkan antara lain
makan kurang baik terdapat 5 responden
oleh karena kesibukan, dan sudah adanya
(16,7%) menderita gastritis akut dan 9
ketertarikan terhadap lawan jenis sehingga
responden (30%) menderita gastritis kronis.
pada usia tersebut berusaha semaksimal
Dari hasil analisis statistik menggunakan
mungkin untuk melangsingkan tubuh dengan
spearman rank correlation dengan
mengurangi makan. Yang perlu dipahami
menggunakan bantuan program komputer for
bahwa pada usia ini sebenarnya sangat
windows, didapatkan nilai p value = 0,009
diperlukan adanya pemenuhan semua zat gizi
dan kekuatan hubungan sebesar r = 0,472.
karena tumbuh kembang yang belum kesadaran yang tinggi oleh para responden
mencapai maksimal. akan pentingnya makan dengan frekuensi
Dari diagram distribusi frekuensi yang teratur. Sedangkan frekuensi makan
responden menurut jenis kelamin yang kurang pada responden dipengaruhi
menunjukkan semua responden adalah karena faktor kebiasaan makan, diet serta
perempuan. Gastritis lebih banyak diderita menjaga ber at badan tetap ideal agar
perempuan, karena kaum perempuan lebih penampilan tetap terjaga. Frekuensi makan
peduli dan perhatian pada berat badan dan yang tidak teratur membuat lambung sulit
penampilan, sehingga perempuan berusaha beradaptasi, sehingga asam lambung menjadi
menurunkan berat badan melalui jalan meningkat. Asam lambung yang meningkat
mengatur frekuensi, jumlah dan jenis makanan akan mengiritasi dinding mukosa lambung
konsumsi sebisa mungkin agar tidak menjadi sehingga timbul gastritis.
gemuk. Hal ini sependapat dengan teori yang Dari diagram distribusi frekuensi
menyatakan bahwa jumlah penderita gastritis responden berdasarkan nilai karbohidrat
lebih banyak perempuan dibanding pria menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden
(Riyanto, 2008). (27%) mempunyai nilai gizi karbohidrat baik,
Dari grafik perbandingan berat badan dan 23 responden (73%) mempunyai nilai gizi
aktual responden dengan berat badan kabohidrat kurang. Nilai gizi kabohidrat yang
berdasarkan AKG menunjukkan sebanyak 19 kurang dapat disebabkan karena asupan
responden (63%) memiliki berat badan jumlah makanan yang kurang dari kebutuhan
kurang, sebanyak 6 responden (20%) memiliki tubuh. Karbohidrat merupakan salah satu
berat badan lebih dan 5 responden (17%) unsur gizi yang berfungsi sebagai energi
memiliki berat badan sama dengan berat utama, kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan
badan berdasarkan AKG. Berat badan yang sebesar 60% dari total kalori dengan
kurang disebabkan karena asupan jumlah perincian 90% dari selain gula dan 10% gula
makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh Kekurangan karbohidrat dalam konsumsi
dan jenis makanan yang kurang bervariasi. makanan dapat menyebabkan keadaan
Dari hasil distribusi frekuensi jumlah malnutrisi. Dari data responden dapat dilihat
makanan, dari seluruh responden sebanyak berat badan sample kurang dari standart
100% mengonsumsi jumlah makanan yang ditunjukkan dengan tubuh yang kurus.
kurang dari kebutuhan tubuh. Jumlah asupan Dari diagram distribusi frekuensi
makanan yang kurang menyebabkan tidak responden berdasar kan nilai protein
terpenuhinya kebutuhan dan kecukupan kalori menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden
tubuh. Hal ini mengakibatkan kurang (30%) mempunyai nilai gizi protein baik,
terpenuhinya energi dan unsur-unsur gizi lain sedangkan 21 reponden (70%) mempunyai
yang dibutuhkan oleh tubuh. nilai gizi protein kurang. Asupan protein yang
Berdasarkan jenis makanan, seluruh kurang dapat disebabkan karena jumlah
responden mengkonsumsi jenis makanan makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh
yang tidak bervariasi. Namun demikian telah serta kurang bervariasinya jenis makanan.
memenuhi komposisi makanan yang baik. Dimungkinkan jenis makanan yang
Dari diagram distribusi frekuensi dikonsumsi oleh responden tergolong rendah
responden berdasar frekuensi makan protein. Protein merupakan salah satu unsur
menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan dan
(53%) memiliki frekuensi makan baik dan 14 pemeliharaan kulit dan kuku, mengatur
responden (47%) memiliki frekuensi makan keseimbangan cairan, memelihara netralitas
kurang. Frekuensi atau jumlah makan dalam tubuh, pembentukan antibodi dan sumber
sehari yang baik disebabkan karena energi. Kekurangan protein menyebabkan
Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical 161
Center (UMC)
Rona Sari Mahaji Putri 1 , Hanum Agustin2, Wulansari3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071
mengkibatkan kelebihan asam lambung dan Kebiasaan makan makanan yang terlalu
akan mengiritasi dinding mukosa lambung, pedas, terlalu dingin atau panas, terlalu cepat,
makanan yang teksturnya keras dan dimakan juga mendukung timbulnya gastritis. Jika
dalam keadaan panas misalnya bakso, keadaan itu dibiarkan akan memperparah
mengkonsumsi minuman yang mengandung penderita karena dapat menyebabkan
kafein seperti kopi dan teh, makanan pedas perforasi atau gangren (Smeltzer, 2000).
dan asam, dan makanan yang mengandung Gastritis bukanlah suatu penyakit
gas seperti ubi, buncis, kol dll. tunggal, namun beberapa kondisi-kondisi yang
Dari tabel hubungan pola makan dengan berbeda yang semuanya mempunyai
timbulnya gastritis menunjukkan bahwa peradangan lapisan lambung. Kadang,
sebagian besar responden (47%) memiliki gastritis dapat menyebabkan pendarahan
pola makan kurang baik, mengakibatkan 5 pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah
responden (16,7%) menderita gastritis akut kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi
dan 9 responden (30%) menderita gastritis borok pada lambung. Pendarahan pada
kronis. Pola makan yang tidak baik dilihat dari lambung dapat menyebabkan muntah darah
segi jumlah, jenis dan fungsi dalam jangka atau terdapat dar ah pada feces dan
waktu lama menyebabkan tidak terpenuhinya memerlukan perawatan segera (Rafani,
kebutuhan tubuh akan unsur-unsur gizi 2009).
(termasuk di dalamnya karbohidrat, protein,
lemak). Frekuensi makan yang tidak teratur KESIMPULAN DAN SARAN
dalam jangka waktu yang lama juga bisa
menimbulkan gastritis. Berdasarkan pembahasan bahwa di
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa UMM Medical Center Malang sebagian
ada hubungan pola makan dengan timbulnya besar responden dalam kategori pola makan
gastritis di UMM Medical Center Malang, kurang baik. Sebagian besar responden
dengan nilai p value 0,009. menderita gastritis akut dan sebagian kecil
Kesehatan seseorang salah satunya dalam kelompok gastritis kronis. Pola makan
dipengaruhi oleh pola makan yang kurang yang kurang baik menyebabkan sebagian
baik (tidak teratur) menyebabkan lambung kecil responden menderita gastritis akut dan
menjadi sensitif, sehingga asam lambung sebagian besar responden menderita gastritis
meningkat. Produksi HCl (asam lambung) kronis. Dapat disimpulkan bahwa secara
yang berlebihan dapat menyebabkan statistik terdapat hubungan antara pola makan
terjadinya gesekan pada dinding lambung dan dengan timbulnya gastritis.
usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang Saran yang dapat diberikan yaitu perlu
disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih adanya penelitian lebih lanjut dengan sample
parah kalau lambung dalam keadaan kosong yang lebih besar. Direkomendasikan pada
akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya pasien dan masyarakat untuk mengkonsumsi
akan mengakibatkan perdarahan pada makanan yang bergizi dengan jumlah
lambung (Rafani, 2009). makanan yang cukup, jenis makanan yang
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) bervariasi, frekuensi makan dengan porsi
pada umumnya terjadi karena diet yang sedikit tapi sering sesuai dengan kebutuhan
salah. Yaitu dengan mengonsumsi jumlah tubuh.
makanan yang kurang dari kebutuhan tubuh,
jenis makanan yang kurang bervariasi dan DAFTAR PUSTAKA
tidak sehat, serta frekuensi makan yang tidak
teratur dapat mempermudah terjadinya Aziz, A. 2007. Metode Penelitian
gastritis. Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical 163
Center (UMC)
Rona Sari Mahaji Putri 1 , Hanum Agustin2, Wulansari3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071