Anda di halaman 1dari 8

SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164

E-ISSN 2549 - 5828

PENGARUH DOSIS SUSPENSI TAPE SINGKONG DAN JENIS INSEKTISIDA


DALAM MENGENDALIKAN KUMBANG PENGGEREK BATANG AMBROSIA
PADA TANAMAN KRASIKARPA (Acacia crassicarpa) DI PT. BUMI MEKAR HIJAU

Candra Saputra, Cik Aluyah*


STIPER SRIWIGAMA
*Email: cikaluyah@gmail.com

ABSTRAK
Keberadaan hama dan penyakit di Hutan Tanaman Industri (HTI) tidak saja menyebabkan
penurunan produksi namun juga dapat menyebabkan penurunan kualitas produk akhir yang
dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis suspensi tape singkong
dan jenis insektisida dalam mengendalikan hama kumbang penggerek batang ambrosia pada
tanaman krasikarpa. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bumi Mekar Hijau Kabupaten Ogan
Komering Ilir (OKI) Propinsi Sumatera Selatan selama 1,5 bulan pada bulan Juni sampai dengan
Juli 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama adalah
menghitung tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama kumbang ambrosia pada tanaman
krasikarpa, dan tahap kedua memberikan perlakuan pengendalian terhadapkumbang ambrosia
dengan metode percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan kumbang
ambrosia pada tanaman krasikarpa umur 2 tahun berkisar antara 23,52 % sampai 52,94 %, hal ini
berarti kondisi tanaman yang mengalami kerusakan berkisar antara ringan sampai dengan berat.
Perlakuan dosis suspensi tape singkong berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah populasi
kumbang ambrosia, perlakuan jenis insektisida berpengaruh nyata, sedangkan interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata. Dari hasil uji BNJ diketahui perlakuan jenis insektisida J 1 (jenis
insektisida Thuricide HP) berbeda nyata dengan perlakuan J2 (jenis insektisida Manuver), dalam
hal ini perlakuan J1 memberikan hasil yang lebih efektif dalam mengendalikan kumbang ambrosia
dibandingkan dengan perlakuan J2

Kata kunci : suspensi tape singkong, jenis insektisida, pengendalian kumbang ambrosia

PENDAHULUAN Kerusakan atau ancaman yang paling besar


terhadap hutan alam di Indonesia adalah
Hutan dalam Undang-undang RI Nomor
penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi
41 Tahun 1999 didefinisikan sebagai suatu
perkebunan, kebakaran hutan dan eksploitasi
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
hutan secara tidak lestari baik untuk
berisi sumberdaya alam hayati yang
pengembangan pemukiman, industri, maupun
didominasi pepohonan dan persekutuan alam
akibat perambahan. Kerusakan hutan yang
lingkungannya, yang satu dengan yang
semakin parah menyebabkan terganggunya
lainnya tidak dapat dipisahkan (Tim Redaksi
keseimbangan ekosistem hutan dan
Nuansa Aulia, 2008).
lingkungan di sekitarnya
Hutan merupakan sumber kehidupan
Pembangunan Hutan Tanaman Industri
bagi semua makhluk di muka bumi. Bagi
(HTI) merupakan salah satu kebijaksanaan
manusia dari hutan bisa didapat air, udara
pemerintah dalam upaya menunjang
segar/oksigen, kayu-kayuan, rotan, makanan,
pertumbuhan dan perkembangan industri
ternak/hewan lainnya, b unga, tanaman hias,
hasil hutan yang semakin pesat.
obat dan bahan kimia industri serta bahan-
Menurut Irwanto (2006), tahapan teknik
bahan lainnya. Hutan juga dapat menjaga
silvikultur yang perlu dikuasai untuk
kesuburan tanah pertanian, melindungi dari
mendapatkan hutan tanaman yang
kegerahan, kepengapan dan angin topan.
berkualitas baik antara lain pemilihan jenis
Mengingat hutan dapat memberikan banyak
yang sesuai, menilai kesesuaian lahan
fungsi bagi kehidupan manusia maka
terhadap jenis yang akan dikembangkan, dan
kelestariannya harus dipertahankan.
penguasaan teknik perbenihan, pembibitan,
Menurut Samsuardi (2015), kerusakan
penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
hutan di Indonesia cukup memprihatinkan.
Diantara kegiatan dalam pemeliharaan
Berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan
tanaman adalah melindungi tanaman dari
Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar
gangguan hama dan penyakit. Keberadaan
atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap
hama dan penyakit di pertanaman Hutan
tahunnya. Data Kementerian Kehutanan
Tanaman Industri (HTI) tidak saja
menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar
menyebabkan penurunan produksi namun
hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar
diantaranya sudah habis ditebang.

13
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

juga dapat menyebabkan penurunan kualitas jenis insektisida dalam mengendalikan hama
produk akhir yang dihasilkan (Yunasfi, 2007). kumbang penggerek batang ambrosia pada
PT. Bumi Mekar Hijau adalah salah satu tanaman krasikarpa.
perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
Tanaman Industri (HTI) dengan metode ini adalah:
silvikultur intensif. Perusahaan tersebut 1. Suspensi tape singkong dengan dosis 10
membudidayakan tanaman akasia dengan cc/batang menunjukkan hasil yang lebih
jenis “mangium dan krasikarpa”. Dengan efektif dalam merangkap kumbang
demikian agar dapat memenuhi kebutuhan ambrosia pada tanaman krasikarpa.
kualitas serat kayu yang baik, harus 2. Insektisida Thuricide HP memberikan hasil
memperhatikan proses penanamannya, yang lebih efektif dalam mengendalikan
terutama tanaman jenis krasikarpa yang kumbang ambrosia pada tanaman
rentan dan tidak terlepas dari permasalahan krasikarpa.
hama dan penyakit sampai tanaman tersebut 3. Interaksi antara suspensi tape singkong
akan dipanen. dosis 10 cc/batang dengan insektisida
Hama dan penyakit tersebut sudah mulai Thuricide HP memberikankan hasil yang
terlihat pada saat bibit di persemaian lebih efektif dalam mengendalikan
(nursery) sampai bibit siap tanam di lapangan. kumbang ambrosia pada tanaman
Untuk dapat melakukan pengendalian secara krasikarpa.
tepat sampai pada batas yang tidak
merugikan diperlukan beberapa faktor METODOLOGI PENELITIAN
pendukung dan informasi yang akurat tentang
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bumi
hama-hama yang sering menyerang tanaman
Mekar Hijau yang berlokasi di Kecamatan Air
tersebut, salah satunya adalah dengan cara
Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
melakukan penelitian mengenai jenis hama
Propinsi Sumatera Selatan. Waktu
yang menyerang, tingkat kerusakan tanaman
pelaksanaannya selama 1,5 bulan mulai 1
dan intensitas serangan hama, serta upaya-
Juni 2014 sampai dengan 16 Juli 2014.
upaya pengendaliannya. Diantara hama yang
Bahan-bahan yang digunakan dalam
menyerang tanaman krasikarpa di
penelitian ini adalah tanaman krasikarpa umur
pertanaman adalah kumbang penggerek
2 tahun, botol air mineral ukuran 600 ml, air
batang.
tape, kapas, plastik ukuran 5 x 8 cm, tali nilon,
Dari data yang sudah tersedia kumbang
Oli, ember, insektisida jenis powder dan cair.
penggerek batang tersebut adalah kumbang
Adapun peralatan yang digunakan adalah
ambrosia yang intensitas serangannya cukup
tally sheet pengukuran, meteran ukuran 5
tinggi yaitu mencapai 30 sampai dengan 40%
meter, gunting, mistar, spidol permanen,
(Corporate People Development and Relation,
jarum pentol, jarum suntik dan kamera, serta
2012). Berdasarkan hasil pengamatan,
mikroskop cahaya.
kumbang tesebut tertarik dengan aroma
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
alkohol tape singkong. Dalam hal ini tape
tahap. Tahap pertama adalah menghitung
singkong tersebut dapat dijadikan perangkap
tingkat kerusakan tanaman akibat serangan
agar hama mendekat.
hama kumbang ambrosia pada tanaman
Perangkap hama pada prinsipnya adalah
krasikarpa, dan tahap kedua memberikan
menjebak hama menggunakan pemikat
perlakuan pengendalian terhadap kumbang
tertentu. Ada berbagai jenis perangkap yang
ambrosia dengan metode percobaan.
dapat digunakan dalam pengendalian hama
Pengambilan sampel dilakukan sebesar 5 %
sesuai dengan sifat dan prilaku hama antara
dari luas petak pengamatan yang berukuran 1
lain: perangkap kuning, perangkap umpan,
(satu) hektar (berisi 1666 batang tanaman
serangga yang aktif dimalam hari umumnya
krasikarpa), dengan demikian tanaman
tertarik pada nyala lampu, zat yang baunya
contoh yang diambil sebagai sampel
mirip feromon betina dan perangkap bau serta
sebanyak 85 (delapan puluh lima) batang.
aroma. Salah satu perangkap bau dan aroma
Dari luasan petak pengamatan ditarik garis
adalah tape yang dimanfaatkan untuk menarik
secara diagonal dan diambil 5 (lima) titik yang
serangga agar berkerumun (Anonim, 2012).
masing-masing berisi 17 batang tanaman.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
Kerusakan tanaman akibat serangan
mencoba memanfaatkan suspensi tape
kumbang ambrosia dihitung dengan cara
singkong sebagai perangkap dalam
melihat perubahan fisik pada batang yaitu
mengendalikan hama tersebut yang
berupa adanya lubang-lubang bekas gerekan
dipadukan dengan pengendalian
pada batang. Setiap tanaman diamati dan
menggunakan insektisida. Dalam hal ini
ditentukan skala/nilai/skornya berdasarkan
insektisida yang digunakan adalah insektisida
gejala serangan hama seperti yang
sintetis dan insektisida alami.
dikemukakan oleh Natawiria (1986).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dosis suspensi tape singkong dan

14
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

Tabel 1. Penentuan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan kumbang ambrosia per
tanaman contoh

Tingkat kerusakan Gejala kerusakan pada tanaman Nilai/skor


Sehat kerusakan batang kurang dari 5% (0 s/d 1 lubang) 0
Ringan kerusakan batang antara 5% - 25% (2 s/d 14 lubang) 1
Agak berat kerusakan batang antara 26% - 50% (15 s/d 20 lubang) 2
Berat kerusakan batang antara 51% -75% (21 s/d 29 lubang) 3
Sangat berat kerusakan batang >75% (> 30 lubang) 4

yang berbahan aktif bakteri Bacillus


Perlakuan pengendalian diteliti dengan
thuringiensis yang tidak berbahaya terhadap
metode percobaan menggunakan Rancangan
insekta dan artropoda predator, binatang
Acak Kelompok Faktorial, terdiri dari 2 (dua)
menyusui, burung dan ikan. Cara
faktor perlakuan, yaitu faktor dosis suspensi
penggunaan insektisida ini adalah dengan
tape singkong yang terdiri dari 4 perlakuan,
cara memasukkan Thuricide HP dosis 20 cc
dan faktor jenis insektisida yang terdiri dari 2
kedalam 10 liter air sesuai aplikasi yang
perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang
dianjurkan dalam kemasan insektisida,
4 kali, setiap ulangan terdiri dari 8 batang.
selanjutnya diaduk hingga merata kemudian
Masing-masing perlakuan dapat dilihat
didistribusikan kedalam botol perangkap
sebagai berikut : Faktor Dosis Suspensi tape
dengan dosis 20 cc. Setelah itu botol
singkong terdiri dari: D1 = 5 cc ; D2 = 10 cc
perangkap dipasang di ranting/batang dengan
;D3 = 15 cc ;D4 = 20 cc. Faktor Jenis
ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah
Insektisida terdiri dari: J1 = Insektisida
dan tali yang digantung diberi oli agar hama
Thuricide HP ;J2 = Insektisida Manuver.
lain tidak masuk kedalam perangkap tersebut.
Dengan demikian tanaman yang dibutuhkan
Insektisida Manuver merupakan
untuk pengamatan adalah 4 x 2 x 4 = 32
insektisida kimia berbentuk cair yang
batang.
berbahan aktif “Dimehipo” dengan sistem
Untuk menentukan kerusakan tanaman
kontak, lambung dan sistemik berbentuk
akibat serangan kumbang ambrosia, pada
pekatan yang dapat larut dalam air berwarna
petak pengamatan ditentukan terlebih dahulu
coklat kemerah-merahan. Cara penggunaan
tanaman yang akan dimati dan ditandai
insektisida ini perlakuannya sama seperti
dengan spidol sebanyak 85 batang. Untuk
insektisida thuricide HP, namun insektisida
perlakuan pengendalian, plot percobaan
manuver menggunakan dosis 37,5 cc dalam
dibuat berdasarkan hasil pengamatan
10 ltr air sesuai anjuran aplikasinya pada
persentase kerusakan tanaman tertinggi dari
tanaman.
ke lima plot yang diamati. Berdasarkan hasil
Parameter yang diamati dalam penelitian
pengamatan, persentase kerusakan tanaman
ini adalah: intensitas serangan dan efikasi
tertinggi terdapat pada plot 5. Pekerjaan
perlakuan insektisida.
selanjutnya adalah menyiapkan suspensi tape
Sebelum diberikan perlakuan terlebih
singkong sebagai berikut: tape singkong
dahulu dilakukan perhitungan intensitas
diperas airnya dengan menggunakan
serangan hama kumbang ambrosia dengan
saringan/kain dan diambil sebanyak 5 cc
melihat gejala kerusakan tanaman/tingkat
dengan jarum suntik untuk disuntikan pada
kerusakan tanaman akibat serangan hama.
kapas, kemudian dibungkus dengan plastik
Intensitas serangan hama dihitung dengan
ukuran 5x8 cm yang sudah dilubangi
dengan rumus Natawigena (1989) sebagai
sebanyak 10 lubang. Plastik yang sudah
berikut:
berisi suspensi tape singkong selanjutnya
dimasukkan kedalam botol ukuran 600 ml
∑ (n x v)
yang sudah dilubangi pada kedua sisinya
I = x 100 %
dengan ukuran 2x4 cm. Perlakuan yang
ZxN
sama seperti di atas dibuat juga untuk dosis
Keterangan :
suspensi tape 10 cc, 15 cc dan 20 cc. I = Intensitas serangan ( % )
Insektisida yang dipakai untuk penelitian n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori
ada 2 jenis yaitu insektisida Thuricide HP skala kerusakan yang sama
(insektisida biologi) dan insektisida Manuver v = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori
(insektisida sintetis). serangan
Insektisida Thuricide HP merupakan Z = Nilai skala kerusakan tertinggi
insektisida biologi berbentuk powder/tepung N = Jumlah tanaman yang diamati

15
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

masuk kategori sehat atau mengalami


Setelah diperoleh nilai intensitas kerusakan. Cara menentukan kondisi
serangan tersebut di atas kemudian tanaman akibat serangan hama dapat dilihat
ditentukan kondisi tanaman di lapangan untuk pada Tabel 2.
mengetahui apakah kondisi tanaman masih

Tabel 2. Cara menentukan persentase kerusakan tanaman akibat serangan kumbang ambrosia
pada tanaman
Intensitas serangan (%) Kondisi tanaman
0 Sehat
1 - 25 Ringan
26 - 50 Sedang
51 - 75 Berat
76 – 100 Sangat berat

Untuk melihat pengaruh perlakuan, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut apabila hasil
dilakukan perhitungan terhadap jenis analisis keragaman berpengaruh nyata
kumbang yang masuk kedalam perangkap sampai sangat nyata dengan uji BNJ. Untuk
sesuai perlakuan, selanjutnya diamati di mengetahui tingkat ketelitian digunakan
laboratorium untuk melihat kumbang jantan koefisien keragaman (KK).
dan kumbang betina. Selanjutnya data diolah
dengan menggunakan analisis keragaman,

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan terhadap intensitas Berdasarkan hasil pengamatan dan
serangan kumbang ambrosia serta pengaruh perhitungan diketahui intensitas serangan
perlakuan dosis suspensi tepe singkong dan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa
jenis insektisida terhadap jumlah populasi umur 2 tahun berkisar antara 23,52 % sampai
kumbang ambrosia dapat diuraikan sebagai 52,94 %, hal ini berarti kondisi tanaman yang
berikut: mengalami kerusakan berkisar antara ringan
sampai dengan berat. Untuk lebih jelasnya
Intensitas serangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Intensitas serangan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa umur 2 tahun

Nomor Plot Intensitas Serangan (%) Kondisi tanaman


I 29,41 sedang
II 41,17 sedang
III 23,52 ringan
IV 52,94 berat
V 35,29 sedang
Rata-rata 36,46

Pada Tabel 3 terlihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada plot IV yaitu 52,94 %,
sedangkan yang terendah terlihat pada plot III yaitu 23,52 %. Hasil pengamatan intensitas
serangan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa umur 2 tahun disajikan juga dalam bentuk
histogram pada Gambar 1.

16
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

58
54
50

kumbang ambrosia (%)


46

Intensitas serangan
42
38
34
30
26
22
18
14
10
6
2
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5
Gambar 1. Intensitas serangan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa

Efikasi perlakuan insektisida tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap


Berdasarkan hasil analisis keragaman jumlah populasi kumbang ambrosia.
(uji F) diketahui bahwa perlakuan dosis tape Hasil rata-rata perlakuan dosis
singkong berpengaruh tidak nyata terhadap suspensi tape singkong, hasil uji BNJ
jumlah populasi kumbang ambrosia, jenis terhadap perlakuan jenis insektisida, dan
insektisida berpengaruh nyata terhadap interaksi antara kedua perlakuan dapat dilihat
jumlah populasi kumbang ambrosia, pada Tabel 4.
sedangkan interaksi antara kedua perlakuan

Tabel 4. Pengaruh dosis suspensi tape dan jenis insektisida terhadap jumlah populasi
kumbang ambrosia.

Dosis suspensi tape Jenis insektisida (J) Rerata


singkong (D) J1 J2 (D)
D1 4.5 2.3 3.40
D2 8 3.8 5.90
D3 6 4.5 5.25
D4 4.3 4.3 4.30
Rerata (J) 5.70 a 3.72 b 4.71
BNJ0,05untuk Jenis insektisida = 1,75
BNJ0,01 untuk Jenis Insektisida = 2.35

Pada Tabel 4 terlihat bahwa untuk kumbang rata-rata 3.72. Interaksi antara
perlakuan dosis suspensi tape singkong perlakuan dosis suspensi tape singkong dan
meskipun berpengaruh tidak nyata, secara jenis insektisida meskipun berpengaruh tidak
tabulasi terlihat bahwa perlakuan D2 (dosis 10 nyata, namun secara tabulasi angka kematian
cc) menunjukkan angka yang lebih tinggi atau tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan D2J1
menunjukkan hasil yang lebih baik (Kombinasi perlakuan Suspensi tape
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. singkong dosis 10 cc dengan jenis insektisida
Untuk perlakuan jenis insektisida, dari hasil uji Thuricide). Data pengaruh dosis suspensi
BNJ perlakuan J1 (jenis insektisida Thuricide) tape, jenis insektisida, dan interaksi antara
menunjukkan angka kematian kumbang kedua perlakuan terhadap jumlah populasi
ambrosia yang lebih tinggi yaitu 5.7 dan kumbang ambrosia ditampilkan dalam bentuk
berbeda nyata dengan perlakuan J2 (jenis histogram pada Gambar 2, 3, dan 4.
insektisida Manuver) dengan angka kematian

17
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

0
D1 D2 D3 D4

Gambar 2. Pengaruh dosis suspensi tape singkong terhadap jumlah populasi


kumbang ambrosia

7
Jumlah Kumbang

6
5
(ekor)

4
3
2
1
0
J1 J2
Jenis insektisida

Gambar 3. Pengaruh jenis insektisida terhadap jumlah populasi kumbang ambrosia

35
Jumlah Kumbang (ekor)

30
25
20
15
10
5
D1J1 D2J1 D3J1 D4J1 D1J2 D2J2 D3J2 D4J2
Kombinasi perlakuan dosis tape singkong dan jenis insektisida

Gambar 4. Pengaruh kombinasi perlakuan dosis suspensi tape singkong dan jenis
insektisida terhadap jumlah populasi kumbang ambrosia

Berdasarkan hasil penlitian di ketahui 40%. Pada penelitian ini intensitas serangan
bahwa gejala kerusakan tanaman hanya kumbang ambrosia tersebut lebih tinggi lagi.
terlihat pada batang tanaman dengan ciri Intensitas serangan yang tertinggi terdapat
khas batang berlubang dan pada sisi lubang pada plot 4 yaitu 52,94 %, namun persentase
terdapat bekas gerekan hama berwarna tertinggi pada tanaman ditemukan pada plot 5
coklat kehitaman yang diakibatkan oleh hama yaitu ada tanaman yang terserang dengan
penggerek batang yaitu kumbang ambrosia kriteria serangan termasuk dalam kategori 4
dengan intensitas serangan berkisaran antara (sangat berat) yang pada batang tersebut
ringan sampai berat yaitu berkisar antara ditemukan 32 lubang bekas gerekan kumbang
29,41% sampai 52,94%. Angka ini hampir ambrosia, selain itu ada juga yang masuk
sama dengan hasil inventarisasi intensitas kategori serangan 3 (berat) yang pada batang
serangan kumbang ambrosia sebelumnya tersebut terdapat 23 sampai 25 lubang bekas
oleh perusahaan pada PT. Bumi Mekar Hijau gerekan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tetapi pada plot lain, yaitu intensitas serangan pada Lampiran D.
kumbang ambrosia yang dinilai cukup tinggi Intensitas serangan hama pada
yaitu berkisar antara 30% sampai dengan tanaman krasikarpa umur 2 tahun dalam

18
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

penelitian ini tergolong ringan sampai berat. perkembangan serangga hama sangat
Menurut Aluyah (2011), bagi hama, tanaman dipengaruhi oleh kualitas dan kua`tgntitas
adalah merupakan makanan (sumber energi), makanan. Apabila makanan yang cocok
tempat berlindung, tempat bertelur dan tersedia cukup, maka perkembangan populasi
berkembang biak. Hama cendrung untuk serangga meningkat dan sebaliknya.
memilih tanaman inangnya berdasarkan sifat- Dalam hal jamur sebagai makanan,
sifat yang dimiliki oleh tanaman inang Corporate People Development and
tersebut, antara lain sifat morfologis (ukuran Relation (2012) menyatakan bahwa jamur
daun, bentuk, warna, kekerasan jaringan diinokulasikan kejaringan tanaman oleh
tanaman, adanya rambut/bulu pada bagian kumbang betina pada saat membuat lubang
tanaman) dan sifat kimia (adanya zat untuk meletakkan telur. Saat telur menetas
beracun, zat penarik, dan lain-lain). menjadi larva, larva langsung menemukan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama terjadi pakannya yaitu jamur. Kumbang betina yang
karena interaksi antara ketiga unsur yaitu telah kawin membuat lubang secara
tanaman, hama, dan lingkungan yang dapat horizontal hingga mencapai bagian xylem
disebut sebagai segi tiga hama. tanaman. Setelah itu, lubang dibuat secara
Menurut Corporate People Development vertikal, luasnya sesuai dengan yang
and Relation(2012), sebenarnya kumbang dibutuhkan untuk tempat hidup dan makan
ambrosia tidak memakan jaringan tanaman keturunannya. Ruangan yang dibuat ini
yang ditempati. Lubang yang dibuat pada disebut ruang pembiakan. Kumbang selalu
jaringan tanaman hanya digunakan untuk membawa makanannya yaitu jamur sebagai
tempat berlindung dan berkembang biak, dan satu-satunya pakan untuk dirinya sendiri dan
yang membahayakan adalah sebagai tempat keturunannya. Tanaman yang diserang dapat
menanam jamur untuk makanannya dan menjadi mati terutama pada tanaman yang
keturunannya. Setelah mencapai fase imago, masih muda, karena jamur yang dibawa
kumbang akan keluar dan mencari tanaman tersebut menginfeksi tanaman inangnya.
baru untuk berkembang biak. Apabila dilihat dari intensitas
Dalam kondisi faktor lingkungan yang serangan yang berkisar antara ringan sampai
terus mendukung maka intensitas serangan berat pada lokasi penelitian, maka lingkungan
semakin meningkat. Sebaliknya apabila yang sangat mendukung perkembangan
faktor lingkungan sudah tidak lagi hama Ambrosia perlu dimanipulasi, sehingga
mendukung, maka intensitas serangan tidak pengendalian hama yang perlu dilakukan
lagi bertambah meningkat. Sesuai dengan adalah pengendalian hama terpadu. Menurut
pendapat Untung (1984), bahwa kehidupan Untung (1990), bahwa hama dapat diatasi
hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dengan memadukan beberapa teknik
faktor lingkungan. Apabila keseimbangan pengendalian yang sesuai setelah melakukan
lingkungan dapat dipertahankan secara ideal, monitoring populasi atau intensitas serangan
seperti halnya pada ekosistem hutan alam, hama yang bersangkutan. Pada lokasi
yang interaksi antara faktor-faktor lingkungan penelitian pengendalian hama terpadu yang
menghasilkan ekosistem yang tidak dapat dilakukan adalah terutama pada pada
terganggu, maka gangguan hama dan saat kegiatan pemeliharaan tanaman,
penyakit dapat ditekan sampai pada tingkat misalnya dengan mengurangi kelembaban di
minimum. Pada penelitian yang dilakukan, pertanaman dengan kegiatan pemangkasan,
waktu pengamatan adalah pada bulan Juni penjarangan, dan lain-lain dipadukan dengan
sampai dengan Juli 2014, dan berdasarkan kegiatan pengendalian kimiawi dengan
data curah hujan yang didapat bulan-bulan insektisida.
tersebut termasuk kategori bulan kering, yaitu Berdasarkan hasil pengamatan dan
rata-rata 12,75 ml dengan rata-rata hari hujan perhitungan, jumlah seluruh kumbang
4,5 hari hujan tiap bulannya, namun ambrosia yang didapat dari seluruh plot
diasumsikan kumbang ambrosia mulai masuk penelitian adalah 150 ekor, yang terdiri dari
ke jaringan batang krasikarpa adalah pada 77 ekor jenis kelamin jantan dan 73 ekor jenis
bulan-bulan sebelumnya yang jumlah curah kelamin betina. Menurut Borror (1992), sex
hujannya cukup tinggi. Pada bulan tersebut ratio yaitu perbandingan jenis jantan dan
perkembangan jamur yang dibawa oleh betina pada serangga umumnya 1:1. Pada
kumbang untuk makanannya dan beberapa serangga sex rationya bisa
keturunannya juga meningkat karena mencapai 1 : 3. Apabila makanan cukup
tingginya kelembaban udara. Dengan banyak daya reproduksi jenis betina makin
meningkatnya populasi jamur maka tinggi. Pada hasil penelitian ini perbandingan
perkembangan populasi kumbang ambrosia antara jantan dan betina kumbang ambrosia
mulai dari telur, larva, pupa, dan imago juga yang didapat adalah lebih kurang seimbang
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yaitu dalam perbandingan 1 : 1.
Aluyah (2011), bahwa makanan merupakan Berdasarkan hasil analisis keragaman
sumber gizi bagi hama. Kehidupan dan diketahui perlakuan dosis suspensi tape

19
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828

singkong berpengaruh tidak nyata terhadap KESIMPULAN


jumlah populasi kumbang ambrosia. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian yang
diduga karena semua perlakuan dosis
telah dilakukan dapat diambil beberapa
suspensi tape yang diberikan dalam penelitian
kesimpulan sebagai berikut :
ini mempunyai bau yang hampir sama antara
1. Perlakuan dosis tape singkong
D1, D2, D3 dan D4, tidak tergantung berapa
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
dosisnya, dalam hal ini semua dosis suspensi
populasi kumbang ambrosia.
tape singkong tersebut dapat dipakai sebagai
2. Jenis insektisida berpengaruh nyata
perangkap.
terhadap jumlah populasi kumbang
Untuk perlakuan jenis insektisida, dari
Ambrosia, Insektisida Thuricide HP
hasil penelitian diketahui bahwa kedua
memberikan hasil yang lebih efektif dalam
perlakuan jenis pestisida dapat mematikan
mengendalikan kumbang ambrosia pada
kumbang ambrosia, namun dari hasil uji BNJ
tanaman krasikarpa.
diketahui bahwa perlakuan J2 (jenis
3. Interaksi antara perlakuan dosis suspensi
insektisida Thuricide) memberikan hasil yang
tape singkong dengan jenis insektisida
lebih baik atau lebih efektif dalam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
mengendalikan kumbang ambrosia
populasi kumbang ambrosia.
dibandingkan dengan perlakuan J2 (jenis
4. Intensitas serangan hama kumbang
insektisida Manuver). Hal ini menunjukkan
ambrosia pada tanaman krasikarpa
bahwa insektisida Thuricide HP lebih cocok
berumur 2 tahun pada plot penelitian
dalam menekan perkembangan hama
berkisar antara 23,52 % (ringan) sampai
kumbang ambrosia, meskipun waktu
52,94 % (berat).
kematian tidak diamati.
Pada umumnya insektisida kimia lebih
UCAPAN TERIMA KASIH
cepat menyebabkan kematian dibandingkan
dengan bioinsektisida, tetapi bioinsektisida Penulis menyampaikan terima kasih kepada
lebih aman dipakai karena tidak civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu
meninggalkan residu pada lingkungan dan Pertanian Sriwigama yang telah memberikan
tidak menimbulkan resistensi pada hama dukungannya dalam pelaksanaan penelitian
sasaran. Insektisida Thuricide HP berbahan hingga ditulisnya hasil penelitian ini.
aktif bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri ini
menghasilkan toksin yang dapat merusak DAFTAR PUSTAKA
saluran percernaan serangga (racun perut),
selain itu transplantasi gen penghasil toksin Aluyah, Cik. 2011. Bahan Ajar Hama Hutan.
pada tanaman akan menghasilkan .tanaman Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
yang bersifat resisten terhadap serangan Sriwigama, Palembang.
hama serangga. Anonim. 2002. Kebijakan Penyusunan MP-
Hasil analisis keragaman menunjukan RHL. Badan Planologi Kehutanan
bahwa interaksi perlakuan berpengaruh tidak http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/R
nyata terhadap parameter yang diamati. Hal HL-2.PDF. Diunduh pada tanggal 4 Juni
ini menunjukan bahwa jumlah populasi 2011.
kumbang ambrosia yang mengalami kematian Corporate People Development dan Relation,
lebih dipengaruhi oleh jenis insektisida 2012. Modul Hama dan Penyakit
daripada dosis suspensi tape singkong dan Tanaman Acacia sp. (Sub : Plantation).
interaksinya. Sehubungan dengan hasil PT. Bumi Mekar Hijau, Sumatera Selatan
penelitian ini maka jumlah populasi kumbang Irwanto. 2006. Perspektif Silvika dalam
ambrosia pada tanaman krasikarpa dapat Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur.
ditekan dengan insektisida Thuricide HP, http://www.irwantoshut.com. Diunduh
tanpa tergantung pada suspensi tape pada tanggal 10 Juni 2010.
singkong sebagai perangkapnya, dalam arti Samsuardi. 2015. Kehutanan. http//WWF
tidak harus menggunakan perangkap, dapat Indonesia - Kehutanan.html
juga digunakan secara langsung misalnya Untung, K. 1984. Pengantar Analisa Ekonomi
dengan penyemprotan insektisida ke tanaman Pengelolahan Hama Terpadu.
menggunakan insektisida sistemik. Sesuai Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
dengan pernyataan Untung (1990), bahwa ________. 1990. Pengantar Pengelolaan
insektisida sistemik dapat diserap oleh Hama Terpadu. Fakultas Pertanian
tanaman dan ditranslokasikan dalam jaringan Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada
tanaman, serangga yang menyerang tanaman University Press, Yogyakarta.
yang sudah mengandung insektisida akan Yunasfi. 2007. Permasalahan Hama,
mati. Penyakit dan Gulma di Hutan Tanaman
Industri serta Usaha Pengendaliannya.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.

20

Anda mungkin juga menyukai