ABSTRAK
Keberadaan hama dan penyakit di Hutan Tanaman Industri (HTI) tidak saja menyebabkan
penurunan produksi namun juga dapat menyebabkan penurunan kualitas produk akhir yang
dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis suspensi tape singkong
dan jenis insektisida dalam mengendalikan hama kumbang penggerek batang ambrosia pada
tanaman krasikarpa. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bumi Mekar Hijau Kabupaten Ogan
Komering Ilir (OKI) Propinsi Sumatera Selatan selama 1,5 bulan pada bulan Juni sampai dengan
Juli 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama adalah
menghitung tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama kumbang ambrosia pada tanaman
krasikarpa, dan tahap kedua memberikan perlakuan pengendalian terhadapkumbang ambrosia
dengan metode percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan kumbang
ambrosia pada tanaman krasikarpa umur 2 tahun berkisar antara 23,52 % sampai 52,94 %, hal ini
berarti kondisi tanaman yang mengalami kerusakan berkisar antara ringan sampai dengan berat.
Perlakuan dosis suspensi tape singkong berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah populasi
kumbang ambrosia, perlakuan jenis insektisida berpengaruh nyata, sedangkan interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata. Dari hasil uji BNJ diketahui perlakuan jenis insektisida J 1 (jenis
insektisida Thuricide HP) berbeda nyata dengan perlakuan J2 (jenis insektisida Manuver), dalam
hal ini perlakuan J1 memberikan hasil yang lebih efektif dalam mengendalikan kumbang ambrosia
dibandingkan dengan perlakuan J2
Kata kunci : suspensi tape singkong, jenis insektisida, pengendalian kumbang ambrosia
13
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
juga dapat menyebabkan penurunan kualitas jenis insektisida dalam mengendalikan hama
produk akhir yang dihasilkan (Yunasfi, 2007). kumbang penggerek batang ambrosia pada
PT. Bumi Mekar Hijau adalah salah satu tanaman krasikarpa.
perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
Tanaman Industri (HTI) dengan metode ini adalah:
silvikultur intensif. Perusahaan tersebut 1. Suspensi tape singkong dengan dosis 10
membudidayakan tanaman akasia dengan cc/batang menunjukkan hasil yang lebih
jenis “mangium dan krasikarpa”. Dengan efektif dalam merangkap kumbang
demikian agar dapat memenuhi kebutuhan ambrosia pada tanaman krasikarpa.
kualitas serat kayu yang baik, harus 2. Insektisida Thuricide HP memberikan hasil
memperhatikan proses penanamannya, yang lebih efektif dalam mengendalikan
terutama tanaman jenis krasikarpa yang kumbang ambrosia pada tanaman
rentan dan tidak terlepas dari permasalahan krasikarpa.
hama dan penyakit sampai tanaman tersebut 3. Interaksi antara suspensi tape singkong
akan dipanen. dosis 10 cc/batang dengan insektisida
Hama dan penyakit tersebut sudah mulai Thuricide HP memberikankan hasil yang
terlihat pada saat bibit di persemaian lebih efektif dalam mengendalikan
(nursery) sampai bibit siap tanam di lapangan. kumbang ambrosia pada tanaman
Untuk dapat melakukan pengendalian secara krasikarpa.
tepat sampai pada batas yang tidak
merugikan diperlukan beberapa faktor METODOLOGI PENELITIAN
pendukung dan informasi yang akurat tentang
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bumi
hama-hama yang sering menyerang tanaman
Mekar Hijau yang berlokasi di Kecamatan Air
tersebut, salah satunya adalah dengan cara
Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
melakukan penelitian mengenai jenis hama
Propinsi Sumatera Selatan. Waktu
yang menyerang, tingkat kerusakan tanaman
pelaksanaannya selama 1,5 bulan mulai 1
dan intensitas serangan hama, serta upaya-
Juni 2014 sampai dengan 16 Juli 2014.
upaya pengendaliannya. Diantara hama yang
Bahan-bahan yang digunakan dalam
menyerang tanaman krasikarpa di
penelitian ini adalah tanaman krasikarpa umur
pertanaman adalah kumbang penggerek
2 tahun, botol air mineral ukuran 600 ml, air
batang.
tape, kapas, plastik ukuran 5 x 8 cm, tali nilon,
Dari data yang sudah tersedia kumbang
Oli, ember, insektisida jenis powder dan cair.
penggerek batang tersebut adalah kumbang
Adapun peralatan yang digunakan adalah
ambrosia yang intensitas serangannya cukup
tally sheet pengukuran, meteran ukuran 5
tinggi yaitu mencapai 30 sampai dengan 40%
meter, gunting, mistar, spidol permanen,
(Corporate People Development and Relation,
jarum pentol, jarum suntik dan kamera, serta
2012). Berdasarkan hasil pengamatan,
mikroskop cahaya.
kumbang tesebut tertarik dengan aroma
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
alkohol tape singkong. Dalam hal ini tape
tahap. Tahap pertama adalah menghitung
singkong tersebut dapat dijadikan perangkap
tingkat kerusakan tanaman akibat serangan
agar hama mendekat.
hama kumbang ambrosia pada tanaman
Perangkap hama pada prinsipnya adalah
krasikarpa, dan tahap kedua memberikan
menjebak hama menggunakan pemikat
perlakuan pengendalian terhadap kumbang
tertentu. Ada berbagai jenis perangkap yang
ambrosia dengan metode percobaan.
dapat digunakan dalam pengendalian hama
Pengambilan sampel dilakukan sebesar 5 %
sesuai dengan sifat dan prilaku hama antara
dari luas petak pengamatan yang berukuran 1
lain: perangkap kuning, perangkap umpan,
(satu) hektar (berisi 1666 batang tanaman
serangga yang aktif dimalam hari umumnya
krasikarpa), dengan demikian tanaman
tertarik pada nyala lampu, zat yang baunya
contoh yang diambil sebagai sampel
mirip feromon betina dan perangkap bau serta
sebanyak 85 (delapan puluh lima) batang.
aroma. Salah satu perangkap bau dan aroma
Dari luasan petak pengamatan ditarik garis
adalah tape yang dimanfaatkan untuk menarik
secara diagonal dan diambil 5 (lima) titik yang
serangga agar berkerumun (Anonim, 2012).
masing-masing berisi 17 batang tanaman.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
Kerusakan tanaman akibat serangan
mencoba memanfaatkan suspensi tape
kumbang ambrosia dihitung dengan cara
singkong sebagai perangkap dalam
melihat perubahan fisik pada batang yaitu
mengendalikan hama tersebut yang
berupa adanya lubang-lubang bekas gerekan
dipadukan dengan pengendalian
pada batang. Setiap tanaman diamati dan
menggunakan insektisida. Dalam hal ini
ditentukan skala/nilai/skornya berdasarkan
insektisida yang digunakan adalah insektisida
gejala serangan hama seperti yang
sintetis dan insektisida alami.
dikemukakan oleh Natawiria (1986).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dosis suspensi tape singkong dan
14
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
Tabel 1. Penentuan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan kumbang ambrosia per
tanaman contoh
15
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
Tabel 2. Cara menentukan persentase kerusakan tanaman akibat serangan kumbang ambrosia
pada tanaman
Intensitas serangan (%) Kondisi tanaman
0 Sehat
1 - 25 Ringan
26 - 50 Sedang
51 - 75 Berat
76 – 100 Sangat berat
Untuk melihat pengaruh perlakuan, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut apabila hasil
dilakukan perhitungan terhadap jenis analisis keragaman berpengaruh nyata
kumbang yang masuk kedalam perangkap sampai sangat nyata dengan uji BNJ. Untuk
sesuai perlakuan, selanjutnya diamati di mengetahui tingkat ketelitian digunakan
laboratorium untuk melihat kumbang jantan koefisien keragaman (KK).
dan kumbang betina. Selanjutnya data diolah
dengan menggunakan analisis keragaman,
Tabel 3. Intensitas serangan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa umur 2 tahun
Pada Tabel 3 terlihat bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada plot IV yaitu 52,94 %,
sedangkan yang terendah terlihat pada plot III yaitu 23,52 %. Hasil pengamatan intensitas
serangan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa umur 2 tahun disajikan juga dalam bentuk
histogram pada Gambar 1.
16
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
58
54
50
Intensitas serangan
42
38
34
30
26
22
18
14
10
6
2
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5
Gambar 1. Intensitas serangan kumbang ambrosia pada tanaman krasikarpa
Tabel 4. Pengaruh dosis suspensi tape dan jenis insektisida terhadap jumlah populasi
kumbang ambrosia.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa untuk kumbang rata-rata 3.72. Interaksi antara
perlakuan dosis suspensi tape singkong perlakuan dosis suspensi tape singkong dan
meskipun berpengaruh tidak nyata, secara jenis insektisida meskipun berpengaruh tidak
tabulasi terlihat bahwa perlakuan D2 (dosis 10 nyata, namun secara tabulasi angka kematian
cc) menunjukkan angka yang lebih tinggi atau tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan D2J1
menunjukkan hasil yang lebih baik (Kombinasi perlakuan Suspensi tape
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. singkong dosis 10 cc dengan jenis insektisida
Untuk perlakuan jenis insektisida, dari hasil uji Thuricide). Data pengaruh dosis suspensi
BNJ perlakuan J1 (jenis insektisida Thuricide) tape, jenis insektisida, dan interaksi antara
menunjukkan angka kematian kumbang kedua perlakuan terhadap jumlah populasi
ambrosia yang lebih tinggi yaitu 5.7 dan kumbang ambrosia ditampilkan dalam bentuk
berbeda nyata dengan perlakuan J2 (jenis histogram pada Gambar 2, 3, dan 4.
insektisida Manuver) dengan angka kematian
17
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
0
D1 D2 D3 D4
7
Jumlah Kumbang
6
5
(ekor)
4
3
2
1
0
J1 J2
Jenis insektisida
35
Jumlah Kumbang (ekor)
30
25
20
15
10
5
D1J1 D2J1 D3J1 D4J1 D1J2 D2J2 D3J2 D4J2
Kombinasi perlakuan dosis tape singkong dan jenis insektisida
Gambar 4. Pengaruh kombinasi perlakuan dosis suspensi tape singkong dan jenis
insektisida terhadap jumlah populasi kumbang ambrosia
Berdasarkan hasil penlitian di ketahui 40%. Pada penelitian ini intensitas serangan
bahwa gejala kerusakan tanaman hanya kumbang ambrosia tersebut lebih tinggi lagi.
terlihat pada batang tanaman dengan ciri Intensitas serangan yang tertinggi terdapat
khas batang berlubang dan pada sisi lubang pada plot 4 yaitu 52,94 %, namun persentase
terdapat bekas gerekan hama berwarna tertinggi pada tanaman ditemukan pada plot 5
coklat kehitaman yang diakibatkan oleh hama yaitu ada tanaman yang terserang dengan
penggerek batang yaitu kumbang ambrosia kriteria serangan termasuk dalam kategori 4
dengan intensitas serangan berkisaran antara (sangat berat) yang pada batang tersebut
ringan sampai berat yaitu berkisar antara ditemukan 32 lubang bekas gerekan kumbang
29,41% sampai 52,94%. Angka ini hampir ambrosia, selain itu ada juga yang masuk
sama dengan hasil inventarisasi intensitas kategori serangan 3 (berat) yang pada batang
serangan kumbang ambrosia sebelumnya tersebut terdapat 23 sampai 25 lubang bekas
oleh perusahaan pada PT. Bumi Mekar Hijau gerekan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tetapi pada plot lain, yaitu intensitas serangan pada Lampiran D.
kumbang ambrosia yang dinilai cukup tinggi Intensitas serangan hama pada
yaitu berkisar antara 30% sampai dengan tanaman krasikarpa umur 2 tahun dalam
18
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
penelitian ini tergolong ringan sampai berat. perkembangan serangga hama sangat
Menurut Aluyah (2011), bagi hama, tanaman dipengaruhi oleh kualitas dan kua`tgntitas
adalah merupakan makanan (sumber energi), makanan. Apabila makanan yang cocok
tempat berlindung, tempat bertelur dan tersedia cukup, maka perkembangan populasi
berkembang biak. Hama cendrung untuk serangga meningkat dan sebaliknya.
memilih tanaman inangnya berdasarkan sifat- Dalam hal jamur sebagai makanan,
sifat yang dimiliki oleh tanaman inang Corporate People Development and
tersebut, antara lain sifat morfologis (ukuran Relation (2012) menyatakan bahwa jamur
daun, bentuk, warna, kekerasan jaringan diinokulasikan kejaringan tanaman oleh
tanaman, adanya rambut/bulu pada bagian kumbang betina pada saat membuat lubang
tanaman) dan sifat kimia (adanya zat untuk meletakkan telur. Saat telur menetas
beracun, zat penarik, dan lain-lain). menjadi larva, larva langsung menemukan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama terjadi pakannya yaitu jamur. Kumbang betina yang
karena interaksi antara ketiga unsur yaitu telah kawin membuat lubang secara
tanaman, hama, dan lingkungan yang dapat horizontal hingga mencapai bagian xylem
disebut sebagai segi tiga hama. tanaman. Setelah itu, lubang dibuat secara
Menurut Corporate People Development vertikal, luasnya sesuai dengan yang
and Relation(2012), sebenarnya kumbang dibutuhkan untuk tempat hidup dan makan
ambrosia tidak memakan jaringan tanaman keturunannya. Ruangan yang dibuat ini
yang ditempati. Lubang yang dibuat pada disebut ruang pembiakan. Kumbang selalu
jaringan tanaman hanya digunakan untuk membawa makanannya yaitu jamur sebagai
tempat berlindung dan berkembang biak, dan satu-satunya pakan untuk dirinya sendiri dan
yang membahayakan adalah sebagai tempat keturunannya. Tanaman yang diserang dapat
menanam jamur untuk makanannya dan menjadi mati terutama pada tanaman yang
keturunannya. Setelah mencapai fase imago, masih muda, karena jamur yang dibawa
kumbang akan keluar dan mencari tanaman tersebut menginfeksi tanaman inangnya.
baru untuk berkembang biak. Apabila dilihat dari intensitas
Dalam kondisi faktor lingkungan yang serangan yang berkisar antara ringan sampai
terus mendukung maka intensitas serangan berat pada lokasi penelitian, maka lingkungan
semakin meningkat. Sebaliknya apabila yang sangat mendukung perkembangan
faktor lingkungan sudah tidak lagi hama Ambrosia perlu dimanipulasi, sehingga
mendukung, maka intensitas serangan tidak pengendalian hama yang perlu dilakukan
lagi bertambah meningkat. Sesuai dengan adalah pengendalian hama terpadu. Menurut
pendapat Untung (1984), bahwa kehidupan Untung (1990), bahwa hama dapat diatasi
hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dengan memadukan beberapa teknik
faktor lingkungan. Apabila keseimbangan pengendalian yang sesuai setelah melakukan
lingkungan dapat dipertahankan secara ideal, monitoring populasi atau intensitas serangan
seperti halnya pada ekosistem hutan alam, hama yang bersangkutan. Pada lokasi
yang interaksi antara faktor-faktor lingkungan penelitian pengendalian hama terpadu yang
menghasilkan ekosistem yang tidak dapat dilakukan adalah terutama pada pada
terganggu, maka gangguan hama dan saat kegiatan pemeliharaan tanaman,
penyakit dapat ditekan sampai pada tingkat misalnya dengan mengurangi kelembaban di
minimum. Pada penelitian yang dilakukan, pertanaman dengan kegiatan pemangkasan,
waktu pengamatan adalah pada bulan Juni penjarangan, dan lain-lain dipadukan dengan
sampai dengan Juli 2014, dan berdasarkan kegiatan pengendalian kimiawi dengan
data curah hujan yang didapat bulan-bulan insektisida.
tersebut termasuk kategori bulan kering, yaitu Berdasarkan hasil pengamatan dan
rata-rata 12,75 ml dengan rata-rata hari hujan perhitungan, jumlah seluruh kumbang
4,5 hari hujan tiap bulannya, namun ambrosia yang didapat dari seluruh plot
diasumsikan kumbang ambrosia mulai masuk penelitian adalah 150 ekor, yang terdiri dari
ke jaringan batang krasikarpa adalah pada 77 ekor jenis kelamin jantan dan 73 ekor jenis
bulan-bulan sebelumnya yang jumlah curah kelamin betina. Menurut Borror (1992), sex
hujannya cukup tinggi. Pada bulan tersebut ratio yaitu perbandingan jenis jantan dan
perkembangan jamur yang dibawa oleh betina pada serangga umumnya 1:1. Pada
kumbang untuk makanannya dan beberapa serangga sex rationya bisa
keturunannya juga meningkat karena mencapai 1 : 3. Apabila makanan cukup
tingginya kelembaban udara. Dengan banyak daya reproduksi jenis betina makin
meningkatnya populasi jamur maka tinggi. Pada hasil penelitian ini perbandingan
perkembangan populasi kumbang ambrosia antara jantan dan betina kumbang ambrosia
mulai dari telur, larva, pupa, dan imago juga yang didapat adalah lebih kurang seimbang
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yaitu dalam perbandingan 1 : 1.
Aluyah (2011), bahwa makanan merupakan Berdasarkan hasil analisis keragaman
sumber gizi bagi hama. Kehidupan dan diketahui perlakuan dosis suspensi tape
19
SYLVA VIII – 1 : 13 - 20, Mei 2019 P-ISSN 2301 – 4164
E-ISSN 2549 - 5828
20