Pembimbing I
Djaka Badranaya, S.Ag., M.E
ABSTRACT
Keywords: Poverty, Special Autonomy Funds, Education, Income Per Capita, Random Effect
Model (REM).
PENDAHULUAN
Mewujudkan kesejahteraan bagi penduduk merupakan salah satu tujuan negara
Indonesia. Dalam melihat kesejahteraan di Indonesia dapat digambarkan oleh tingkat
kemiskinan penduduk di Indonesia. Salah satu hambatan yang dihadapi Indonesia dalam
mewujudkan pembangunan nasional salah satunya yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan
merupakan permasalahan yang selalu dihadapi oleh negara-negara berkembang di dunia,
terutama bagi Indonesia. Namun negara-negara maju pun masih mengalami masalah
kemiskinan walaupun tidak sebesar negara berkembang. Berbagai upaya dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Namun jumlah penduduk
miskin di Indonesia masih cukup banyak, berikut merupakan jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada tahun 2013-2017.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin
di Indonesia Tahun 2013-2017
Dana Otsus
6
5
4
3
2
1
0
Dana Otsus
Tahun ke tahun Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Papua selalu meningkat. Pada
tahun 2013 Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Papua mencapai 5.74 tahun, pada tahun
2014 meningkat menjadi 5.76 tahun, pada tahun 2015 meningkat menjadi 5.99 tahun, dan
pada tahun 2016 meningkat menjadi 6.15. Pada tahun 2017 rata-rata lama sekolah di
Provinsi Papua mencapai 6.27 tahun. Berikut merupakan nilai Rata-Rata Lama Sekolah di
Provinsi Papua pada tahun 2013-2017.
Tabel 5
Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Papua
Tahun 2013-2017 (dalam tahun)
Rata-Rata Lama
Tahun Sekolah
2013 5.74
2014 5.76
2015 5.99
2016 6.15
2017 6.27
Sumber: BPS Papua,2019
Dengan rata-rata lama sekolah mencapai angka 6.27 tahun pada tahun 2017, Provinsi
Papua masih jauh dari program yang dicanangkan pemerintah pusat yaitu Program Wajib
Belajar 12 tahun. Meskipun mengalami peningkatan setiap tahunnya namun masih menjadi
pekerjaan rumah bagi Provinsi Papua dalam meningkatkan sumber daya manusia melalui
pendidikan.
Dalam teori lingkaran kemiskinan yang dikemukakan oleh Nurkse, lingkaran
kemiskinan merupakan suatu rangkaian kondisi yang saling mempengaruhi suatu keadaan
dimana suatu negara akan tetap miskin dan membuat sulit untuk mencapai pembangunan
yang lebih baik. Kemampuan pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
terutama kebutuhan pokok merupakan cerminan dari pendapatan per kapita di suatu wilayah
(Todaro:2012). Berikut merupakan pendapatan per kapita di Provinsi Papua.
Tabel 6
Pendapatan Per Kapita di Provinsi Papua Tahun 2013-2016
(dalam juta)
2013 38.62
2014 39.27
2015 41.42
2016 44.42
Sumber: BPS Papua,2019
Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran suatu wiayah,
dimana jika semakin besar pendapatan per kapita maka semakin baik tingkat kesejahteraan
masyarakat di suatu wilayah dan juga sebaliknya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka penelitian ini akan
membahas mengenai pengaruh Dana Otonomi Khusus, Pendidikan, dan Pendapatan Per
Kapita terhadap Kemiskinan (Studi Kasus: Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Periode 2011-
2017).
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan, maka tujuan ingin dicapai dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh Dana Otonomi Khusus, Pendidikan, dan
Pendapatan Per Kapita terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Periode
2011-2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis model data panel.
Ruang lingkup penelitian ini meliputi tahun 2011 sampai tahun 2017 dan meliputi seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua. Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
anggaran Dana Otonomi Khusus, data Persentase Penduduk Miskin sebagai indikator dari
variabel Kemiskinan, data Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) sebagai indikator dari variabel
Pendidikan, dan data Pendapatan Per Kapita.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan skala tahunan.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik
(BPS), Badan Pusat Statistik Papua, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Provinsi Papua, dan
Kementrian Keuangan.
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Tabel 10
Hasil Regresi Data Panel
Weighted Statistics
3. Uji Hipotesis
Terdapat tiga uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji koefisien
determinasi, uji t (uji parsial), dan uji F (uji simultan).
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi merupakan uji yang menjelaskan seberapa besar
proporsi variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 11
Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.613483
Adjusted R-squared 0.607656
Hasil dari uji koefisien determinasi diatas menunjukkan bahwa nilai dari
Adjusted R-Squared yaitu sebesar 0.607656. Dapat disimpulkan bahwa variabel
independen (Dana Otonomi Khusus, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per
Kapita) dapat menjelaskan variabel dependen (Kemiskinan) pada seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua sebesar 60.7%. Sedangkan sisanya yaitu 39.3%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.
b. Uji t-Statistic
Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen terhadap
variabel dependen.
Tabel 12
Uji t-Statistik
c. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap varabel dependen.
Tabel 13
Uji F
F-statistic 105.2846
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil regresi Random Effect Model diatas, didapatkan nilai F-statistic
sebesar 105.2846 dengan nilai Probabilitas sebesar 0.0000 pada signifikansi 5% atau
0.05. Nilai Probabilitas F-statistic menunjukkan nilai sebesar 0.0000, maka nilai
Probabilitas F-statistic lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05
(0.0000<0.05). Disimpulkan bahwa variabel independen (Dana Otonomi Khusus,
Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Kemiskinan) pada seluruh Kabupaten/Kota
Provinsi Papua.
PEMBAHASAN
1. Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dana Otonomi Khusus berhubungan
negatif terhadap kemiskinan pada seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Papua, hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien variabel DOK (Dana Otonomi Khusus) yaitu sebesar -
1.048779. Hal ini dapat diartikan setiap peningkatan Dana Otonomi Khusus yang
dialokasikan maka akan menurunkan persentase penduduk miskin pada seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua.. Variabel Dana Otonomi Khusus juga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan pada seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua, hal ini dapat dilihat dari nilai Probabilitas t-Statistic sebesar 0.0235.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh
(Monika:2018) yang menunjukkan bahwa Dana Otonomi Khusus berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap kemiskinan. Namun agar penyaluran Dana Otonomi
Khusus efektif terhadap pengentasan kemiskinan, maka perlu ada perbaikan pada
sumber daya manusia. Hal yang senada juga ditunjukkan oleh penelitian yang telah
dilakukan oleh (Musliadi:2013) yang menyatakan bahwa Dana Otonomi Khusus
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap perubahan kemiskinan.
Hal ini sejalan dengan tujuan diberikannya Dana Otonomi Khusus kepada
wilayah otonomi yaitu diharapkan dengan adanya pemberian Dana Otonomi Khusus
maka akan meningkatkan kesejahteraan, percepatan pembangunan ekonomi, dan
kemajuan masyarakat Papua dalam rangka kesetaraan dengan provinsi lain di
Indonesia.
PENUTUP
Berdasarkan hasil yang telah dibahas sebelumnya untuk mengetahui pengaruh Dana
Otonomi Khusus, Pendidikan, dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Periode 2011-2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Dana Otonomi Khusus
(DOK) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan (KEM) di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Hal ini berarti variabel Dana Otonomi Khusus (DOK)
memiliki dampak yang positif dalam menurunkan Kemiskinan di Kabupaten/Kota
Provinsi Papua. Namun pengurangan kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua
tidak sebanding dengan peningkatan Dana Otonomi Khusus yang cukup besar pada
setiap tahunnya.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Rata-Rata Lama Sekolah
(RLS) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan (KEM) di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Hal ini berarti variabel Rata-Rata Lama Sekolah
(RLS) memiliki dampak yang positif dalam menurunkan Kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pendapatan Per Kapita
(PPK) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan (KEM) di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Hal ini berarti variabel Pendapatan Per Kapita (PPK)
memiliki dampak yang positif dalam menurunkan Kemiskinan di Kabupaten/Kota
Provinsi Papua.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama/simultan variabel Dana
Otonomi Khusus (DOK), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Pendapatan Per Kapita
(PPK) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kemiskinan (KEM) di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, penulis memiliki beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
a. Berdasarkan hasil penelitian, Dana Otonomi Khusus dapat menurunkan kemiskinan
di Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Jadi, pemerintah harus mengoptimalkan
anggaran Dana Otonomi Khusus yang cukup besar agar kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua semakin menurun dan penggunaan Dana Otonomi
Khusus harus tepat sasaran agar anggaran yang cukup besar tidak sia-sia. Dana
Otonomi Khusus belum memiliki pengaruh yang optimal dalam pengentasan
kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua karena Dana Otonomi Khusus
memiliki banyak peruntukkan seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan,
kesahatan, afirmasi lembaga keagamaan, dll sehingga pengentasan kemiskinan tidak
maksimal. Jadi, Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Papua harus lebih banyak
menggunakan Dana Otonomi Khusus peruntukkannya untuk pengentasan
kemiskinan.
b. Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan dapat menurunkan kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Pemerintah harus bisa meningkatkan dan
memperbaiki tingkat pendidikan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua karena masih
banyak Kabupaten di Provinsi Papua yang tingkat pendidikannya sangat rendah.
Pemerintah harus memberikan fasilitas pendidikan yang baik hingga ke pelosok-
pelosok daerah agar para siswa dapat belajar dengan baik dan terwujudnya
pemerataan. Pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan melalui
pendidikan formal dan informal.
c. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan per kapita dapat menurunkan kemiskinan
di Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Kedepannya pemerintah daerah harus dapat
meningkatkan PDRB yang diimbangi dengan pemerataan pendapatan hingga
keseluruh golongan masyarakat. Pemerintah daerah harus mengoptimalkan potensi-
potensi yang dimiliki daerah agar PDRB meningkat sehingga pendapatan per kapita
juga akan meningkat.