Anda di halaman 1dari 21

EPIDEMILOGI GIZI

MASALAH GIZI DI INDONESIA

YOPPI CANDDRA MENDROFA


(P01031120078)
III B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2021
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan gizi
sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih akan
menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi
sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi
penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status
gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk
memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.
Menurut Depkes RI 2009, UU No. 17 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025, salah satu upaya pemerintah dalam menangani
masalah gizi yaitu dengan meningkatkan sumber daya manusia yang dilakukan dengan
peningkatan pembangunan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat melalui peningkatan
status gizi keluarga, yaitu dengan cara peningkatan pelayanan gizi melalui program Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI).
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) merupakan suatu keluarga yang berperilaku gizi
seimbang yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Suatu
keluarga dikatakan KADARZI apabila keluarga tersebut telah berprilaku baik dalam
menerapkan perilaku gizi seimbang yaitu meliputi sikap dan praktek keluarga dalam
mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hidup sehat. Perilaku KADARZI yang
diharapkan terwujud minimal dengan menerapkan lima indikator, yaitu menimbang berat
badan secara teratur, memberikan anak hanya ASI Eksklusif, makan beraneka ragam,
menggunakan garam beryodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai dengan
anjuran (Depkes RI, 2007).

1.2. Tujuan
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemilogi Gizi
- Agar mengetahui masalah gizi di Indonesia
- Agar mengetahui penyebab terjadinya masalah gizi
- Agar mengetahui ciri-ciri masalah gizi
BAB II
Isi

A. Pengertian
Apakah saudara pernah mendengar kata-kata status gizi? Mungkin saudara sering datang
ke Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) untuk memberikan bimbingan pelaksanaan pelayanan
kepada ibu-ibu kader. Salah satu kegiatan di Posyandu adalah melakukan penimbangan bayi
atau balita. Berat badan bayi atau balita kemudian di plot pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui apakah bayi atau balita tersebut tumbuh. Kegiatan menimbang dan
mengeplot dalam KMS ini merupakan salah bentuk kegiatan menilai status gizi.
Sebelum Saudara membahas tentang status gizi, ada baiknya Saudara pahami terlebih
dahulu beberapa konsep/pengertian. Terdapat beberapa konsep/pengertian yang harus
Saudara pahami, pengertian/konsep ini saling berhubungan dan berkaitan satu dengan
lainnya. Konsep-konsep tersebut adalah:
 Nutrient atau zat gizi, adalah zat yang terdapat dalam makanan dan sangat diperlukan
oleh tubuh untuk proses metabolisme, mulai dari proses pencernaan, penyerapan
makanan dalam usus halus, transportasi oleh darah untuk mencapai target dan
menghasilkan energi, pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, proses
biologis, penyembuhan penyakit, dan daya tahan tubuh.
 Nutritur/nutrition/gizi, adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh (intake) dari makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan proses
metabolisme tubuh.
 Nutritional status (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya.
 Indikator status gizi, adalah tanda-tanda yang dapat diketahui untuk menggambarkan
status gizi seseorang. Seseorang yang menderita anemia sebagai tanda bahwa asupan
zat besi tidak sesuai dengan kebutuhannya, individu yang gemuk sebagai tanda
asupan makanan sumber energi dan kandungan lemaknya melebihi dari kebutuhan.
Dari beberapa pengertian di atas, dalam memahami status gizi tidak bisa melupakan
konsep-konsep tersebut di atas karena saling mempengaruhi. Oleh karena itu pemahaman
yang mendalam terhadap keempat konsep tersebut menjadi dasar penting sebelum memulai
mempelajari status gizi
Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara asupan
gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik.
Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada usia,
jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan tinggi badan. Kebutuhan protein antara anak balita
tidak sama dengan kebutuhan remaja, kebutuhan energi mahasiswa yang menjadi atlet akan
jauh lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet. Kebutuhan zat besi pada wanita usia
subur lebih banyak dibandingkan kebutuhan zat besi laki-laki, karena zat besi diperlukan
untuk pembentukan darah merah (hemoglobin), karena pada wanita terjadi pengeluaran darah
melalui menstruasi secara periodik setiap bulan.
Kelebihan asupan gizi dibandingkan dengan kebutuhan akan disimpan dalam bentuk
cadangan dalam tubuh. Misal seseorang yang kelebihan asupan karbohidrat yang
mengakibatkan glukosa darah meningkat, akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan
adiposa tubuh. Sebaliknya seseorang yang asupan karbohidratnya kurang dibandingkan
kebutuhan tubuhnya, maka cadangan lemak akan diproses melalui proses katabolisme
menjadi glukosa darah kemudian menjadi energi tubuh.
Anak yang berat badannya kurang disebabkan oleh asupan gizinya yang kurang, hal ini
mengakibatkan cadangan gizi tubuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan dan aktivitas tubuh.

1. Gizi Kurang
Kekurangan gizi (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika
tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan oleh tubuh
untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Malnutrisi bisa terjadi karena tubuh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama.
Tanda tubuh mengalami kekurangan gizi pada tahap awal tidak terlalu jelas, sehingga banyak
orang tidak menyadari bahwa tubuhnya mulai kekurangan gizi. Yuk, kita simak apa saja
tanda-tanda tubuh kekurangan gizi. Jangan sampai kamu kekurangan gizi hingga mengalami
masalah kesehatan.
Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Gizi
Saat tubuh kekurangan gizi, ada beberapa tanda yang dapat muncul, yaitu:
 Penurunan berat badan.
 Mudah lelah.
 Konsentrasi menurun.
 Gusi dan mulut sering luka atau nyeri.
 Kulit dan rambut kering.
 Jaringan lemak dan otot di dalam tubuh berkurang.
 Pipi dan mata cekung.
 Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, seperti di perut, wajah atau kaki
 Mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.
 Proses penyembuhan luka menjadi lambat.
 Mudah kedinginan.
 Perubahan mood atau suasana hati.
 Kehilangan selera makan.
 Mudah terjatuh karena otot melemah.
Penyebab kurang gizi
Kekurangan gizi dapat terjadi ketika kamu tidak menjalani pola makan yang sehat. Selain itu,
kekurangan gizi bisa juga disebabkan oleh kondisi kesehatan yang membuat tubuh tidak bisa
menyerap nutrisi dari makanan dengan baik, atau membuat kamu tidak nafsu makan.
Ada juga beberapa hal lain yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi, yaitu:
 Menjalani diet terlalu ketat, karena bisa membuat kamu kekurangan kalori dan
berbagai nutrisi penting.
 Mengalami gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia.
 Menderita penyakit yang membuat nafsu makan terganggu, seperti penyakit hati,
HIV/AIDS, atau kanker.
 Memiliki kondisi yang membuat tubuh sulit mencerna atau menyerap nutrisi,
misalnya penyakit radang usus dan cacingan.
 Menderita disfagia atau kesulitan untuk menelan.
 Menderita gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan skizofrenia.
 Mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak dan terlalu sering, karena
dapat mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi pada tubuh.
 Menjalani pengobatan yang dapat menurunkan nafsu makan, seperti kemoterapi,
konsumsi obat tekanan darah, atau obat tiroid.
 Masalah ekonomi, kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi, atau tinggal di daerah
yang kekurangan makanan.
Jika tubuhmu sudah tampak sangat kurus, ada baiknya kamu mencoba cara
menggemukkan badan atau menambah berat badan dengan memperbaiki pola makan atau
mendapatkan suplemen dari dokter.
Untuk menghindari kekurangan gizi, kamu disarankan untuk mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang tiap harinya. Makanan tersebut terdiri dari sayur dan buah, susu dan
produk olahannya, juga makanan sumber karbohidrat (nasi, kentang, roti, sereal atau pasta),
lemak sehat, dan protein (daging, telur, ikan, atau kacang-kacangan).
Kekurangan gizi bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga
lansia. Untuk mengetahui apakah tubuhmu mengalami kekurangan gizi atau tidak, kamu
dapat berkonsultasi ke dokter gizi. Dokter akan menghitung indeks massa tubuhmu dan
melakukan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mengetahui status gizimu. Setelah itu,
dokter akan memberikan pengaturan pola makan yang sehat, sesuai dengan kondisimu.

a. Kwashiorkor (kurang protein)


Secara spesifik, kwashiorkor diartikan sebagai kondisi kekurangan atau bahkan ketiadaan
asupan protein. Padahal, protein merupakan jenis nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh,
salah satunya adalah untuk memperbaiki dan membuat sel-sel baru.
Kwashiorkor ditandai dengan pembengkakan di bagian bawah kulit atau edema akibat
terlalu banyaknya cairan dalam jaringan tubuh. Pembengkakan tersebut dapat muncul di
seluruh bagian tubuh, tetapi umumnya di kaki. Selain pembengkakan, anak yang mengalami
kwashiorkor juga mengalami gejala atau tanda lainnya, seperti:
 Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah warna menjadi putih
atau kuning kemerahan seperti rambut jagung
 Muncul ruam atau dermatitis
 Lebih rewel
 Terlihat lesu dan selalu mengantuk
 Gangguan tumbuh kembang, termasuk berat dan tinggi tidak bertambah
 Perut membesar
 Infeksi yang terjadi terus menerus akibat lemahnya kekebalan tubuh
 Kuku pecah dan rapuh
 Penurunan massa otot
 Diare
Pada kasus yang lebih parah, penderita kwashiorkor juga dapat mengalami syok karena
dehidrasi berat. Kondisi ini perlu segera mendapat penanganan medis oleh dokter di rumah
sakit.

b. Marasmus (kurang asupan energi dan protein)


Jika kwashiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan protein meski asupan energinya
cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk
makronutrien, yang mencakup karbohidrat, lemak, dan protein.
Berikut ini adalah ciri-ciri fisik anak yang menderita marasmus:
 Kekurangan berat badan
 Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak
 Pertumbuhan terhambat
 Kulit kering dan rambut rapuh
 Terlihat lebih tua dari usianya
 Tidak berenergi dan tampak tidak bersemangat atau lesu
 Diare kronis
Selain itu, penderita marasmus rentan mengalami infeksi akut, seperti infeksi saluran
pernapasan dan gastroenteritis, serta infeksi kronis seperti tuberkulosis.
Tak hanya dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam penyakit, kondisi
malnutrisi energi protein juga dapat mengancam nyawa. Meski telah ditangani, tetapi anak-
anak yang pernah mengalami kwashiorkor dan marasmus tetap berisiko mengalami

komplikasi kesehatan.

c. Stunting
Pernah dengar stunting Sebagian orang mungkin asing dengan istilah tersebut, Stunting
adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya, Di
Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup
banyak Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2
tahun, Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2
tahun.
Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak,
rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan keberhasilan
pendidikan, Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan menurunkan
produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan
dan kesenjangan dimasyarakat.
Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mengatakan "Ajarkan
ke anak-anak kita, kalau nanti bila mereka atau istri mereka mengandung, harus hamil yang
direncanakan." "Berikan kasih sayang, makan makanan dengan gizi yang baik agar anaknya
tidak stunting, jadi anak yang cerdas dan berkualitas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga
dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017. Angkanya mencapai 36,4
persen. Namun, pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus
menurun hingga 23,6 persen, Dari data yang sama, diketahui pula stunting pada balita di
Indonesia pun turun menjadi 30,8 persen. Adapun pada Riskesdas 2013, stunting balita
mencapai 37,2 persen, Perlu diketahui bahwa riskesdas memang dirilis setiap lima tahun
sekali. Sedangkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang antara lain disebabkan gizi
buruk, Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik
pertumbuhan standar dunia. Atau dalam bahasa yang lebih umum adalah kuntet. Dari
Riskesdas 2018 itu, sangat pendek mencapai 6,7
Penurunan angka stunting di Indonesia adalah kabar baik, tapi belum berarti sudah bisa
membuat tenang. Maklum, bila merujuk pada standar WHO, batas maksimalnya adalah 20
persen atau seperlima dari jumlah total anak balita.
"Stunting diyakini akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan. Situasi ini jika tidak diatasi segera maka dapat
dipastikan Indonesia tidak mampu bersaing menghadapi tantangan global pada masa depan,"
kata seorang juru bicara Konsepsi-NTB, Dr Muh Taqiuddin,
Penyebab Stunting
Stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua
faktor- faktor berikut:
 Kurang gizi kronis dalam waktu lama
 Retardasi pertumbuhan intrauterine
 Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
 Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
 Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak
 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan
 Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal
(setelah melahirkan)
 Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
 Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa
asupan makanan saat ini tidak memadai, Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di
masa lalu seorang.Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi
lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes,
hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Gejala Stunting
 Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
 Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
 Berat badan rendah untuk anak seusianya
 Pertumbuhan tulang tertunda
Mencegah Stunting
Mencegah Stunting akibat asupan gizi yang kurang dapat dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai, Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana
jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik.
Pencegahan Stunting bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
 Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan untuk
perkembangan otak anak.
 Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari.
 Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang cukup.
Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari
pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun,
Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan
memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang
Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi
kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran, Sedangkan gejala
jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner,
hipertensi, dan osteoporosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia 1.000
hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu
hamil, Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga
dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya, , pada saat bayi telah lahir, penelitian
untuk mencegah Stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi
pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan, Anak yang mendapat asupan
protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih
tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori Anak usia 6
sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan.
Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat
badan, Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali
mencicipi, "Ternyata hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai 01.00 malam.
Dia (hormon) bekerja kalau tidur nyenyak. Dengan cara itu anak bisa tinggi," Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sekitar 37,2 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun
mengalami stunting. Kementerian Kesehatan dengan dukungan Millennium Challenge
Account- Indonesia (MCA-I), melalui Program Hibah Compact Millennium Challenge
Corporation (MCC) melakukan Kampanye Gizi Nasional Program Kesehatan dan Gizi
Berbasis Masyarakat (PKGBM). Salah satu intervensi dalam program PKGM adalah tentang
perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi Nasional
(KGN). Program KGN di wilayah OKI dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh,
seperti melakukan aktifasi posyandu-posyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak,
mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur
yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI
Eklusif.
Banyaknya anak stunting akan memengaruhi kualitas generasi muda Indonesia di
masa mendatang, maka dari itu orang tua wajib memperhatikan tumbuh kembang anak
sebelum terlambat.

d. Anemia
Anemia defisiensi besi terjadi karena tubuh kekurangan zat besi, sehingga jumlah sel
darah merah yang sehat berkurang dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Sel darah merah
atau disebut hemoglobin dibentuk oleh zat besi. Hemoglobin di dalam sel darah merah
dibutuhkan tubuh untuk mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh organ
tubuh. Hemoglobin juga berperan dalam pembuangan karbondioksida dari sel-sel tubuh ke
paru-paru.
Faktor Risiko Anemia Defisiensi Besi
 Jenis Kelamin. Wanita lebih rentan terkena anemia defisiensi besi terutama pada pada
masa kehamilan.
 Pola makan, kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi sangat
berpotensi terkena anemia defisiensi besi.
 Donor darah, apabila dilakukan terlalu sering dapat menjadi salah satu penyebab
terkena anemia defisiensi besi.
Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Beberapa penyebab terjadinya anemia defisiensi besi, antara lain:
 Sel sabit. Anemia sel sabit disebabkan faktor genetik. Sel sabit disebabkan oleh sel
darah merah yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik untuk
membawa oksigen ke seluruh tubuh.
 Malnutrisi. Kurangnya konsumsi zat besi dalam menu makanan sehari-hari. Kurang
konsumsi makanan kaya zat besi seperti hati, bayam, tahu, brokoli, ikan, dan daging
merah, menjadi penyebab anemia defisensi besi.
 Talasemia. Kondisi ini termasuk penyakit genetik yang menyebabkan pengidapnya
memproduksi hemoglobin yang cacat dan mudah rusak.
 Masa kehamilan. Pada masa ini, ibu hamil sangat berisiko terkena anemia defisiensi
besi.
 Wanita hamil yang rutin mengonsumsi suplemen penambah zat besi secara rutin.
 Menstruasi yang berlebihan. Penyebab umum terjadinya anemia defisiensi besi adalah
menstruasi atau haid yang berlebihan saat masa produktif atau subur.
 Makanan atau minuman penghambat penyerapan besi. Kebiasaan mengonsumsi teh,
kopi, dan cokelat, dapat mengakibatkan terhambatnya penyerapan zat besi.
 Obat-obatan yang menghambat penyerapan zat besi. Obat sakit maag dapat
mengganggu proses penyerapan zat besi atau yang dikenal sebagai antasida dan
proton pump inhibitor.
 Efek samping obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS). Dalam jangka panjang
pemakaian ibuprofen dan aspirin secara terus-menerus dapat menyebabkan
pendarahan saluran cerna yang berakibat anemia.
 Malabsorpsi. Malabsorpsi adalah kondisi tidak terserapnya nutrisi dengan baik,
termasuk zat besi.
 Infeksi cacing tambang. Cacing ini termasuk parasit yang hidup dalam usus halus
manusia. Cacing tambang mencerna dan menyerap sel darah merah dari dinding usus
halus pengidapnya.
 Perdarahan yang disebabkan oleh kecelakan motor atau mobil yang membuat
seseorang kehilangan banyak darah.
 Donor darah. Terlalu sering mendonorkan darahnya dan dalam jumlah yang besar bisa
menyebabkan anemia.
 Seseorang dengan pola makan vegetarian yang tidak mengonsumsi daging lebih
berisiko mengalami anemia defisiensi besi.
Gejala Anemia Defisiensi Besi
Beberapa gejala anemia defisiensi besi, antara lain:

 Mudah dan cepat lelah.


 Emosi kurang stabil.
 Kurang berenergi saat beraktivitas.
 Pucat.
 Sesak napas.
 Sulit memusatkan pikiran dan berkonsentrasi.
 Pusing dan sakit kepala
 Kaki dan tangan terasa dingin
 Sensasi kesemutan pada kaki.
 Lidah membengkak atau terasa sakit.
 Mudah terserang infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun.
 Sakit dada.
 Jantung berdebar cepat.
 Kuku menjadi mudah patah.
 Rambut mudah rontok.
 Napsu makan menurun.
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan untuk mengetahui:
 Jumlah sel darah merah di bawah normal.
 Jumlah sel darah merah yang lebh rendah dari normal.
 Nilai hemoglobin di bawah normal.
 Tingkat feritin di bawah normal.
Komplikasi Anemia Defisiensi Besi
Penyebab dari anemia defisiensi besi salah satunya adalah adanya pendarahan. Jika
tidak dilakukan tindakan medis, pengidap akan mengalami komplikasi yang serius, termasuk
gagal jantung dan tertundanya perkembangan janin bagi ibu hamil.
Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
 Meningkatkan asupan makanan yang kaya zat besi seperti hati ayam, daging merah,
dan bayam.
 Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C untuk membantu
penyerapan zat besi.
 Mengonsumsi suplemen zat besi dalam bentuk tablet secara rutin dua sampai tiga kali
dalam sehari.
 Transfusi sel darah merah (RBC) pada anemia defisiensi besi berat.
 Hindari makanan, minuman, dan obat-obatan yang berpotensi menghambat
penyerapan zat besi.
 Menghindari makanan tinggi kalsium secara berlebih seperti susu dan yoghurt, karena
dapat menghambat penyerapan zat besi.
 Mencegah tukak lambung akibat penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid dalam
jangka waktu yang panjang.
 Menghilangkan infeksi parasit dengan mengobati infeksi cacing tambang agar dapat
meningkatkan nutrisi dan mengobati anemia.
 Mengobati talasemia dengan mengontrol tingkat hemoglobin dalam darah untuk
menjaga anemia tidak bertambah berat.
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Pada bayi dan anak, pencegahan dilakukan dengan memberikan ASI atau susu
formula yang sudah difortifikasi zat besi selama satu tahun pertama. Setelah satu tahun
pertama, jangan memberikan susu lebih dari 700 mililiter per hari. Konsumsi susu yang
berlebihan akan menggantikan makanan lain yang kaya akan kandungan zat besi. Pada bayi
di bawah satu tahun, pemberian susu sapi murni tidak dianjurkan, karena susu sapi murni
bukan sumber zat besi yang baik untuk bayi. Pada wanita hamil, konsumsi suplemen
penambah zat besi secara rutin.
Pada orang dewasa, lakukan pencegahan dengan menghindari makanan dan minuman
yang dapat menghambat penyerapan zat besi, serta dengan mengonsumsi makanan dan
minuman kaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.

e. Xerophthalmia (kurang Vit A)


Xerophthalmia adalah penyakit mata akibat kekurangan vitamin A yang ditandai dengan
mata kering. Tanpa pengobatan, penyakit ini cenderung berkembang semakin parah seiring
berjalannya waktu, bahkan hingga menyebabkan kerusakan serius pada kornea mata.
Penyebab utama dari terjadinya xerophthalmia adalah kekurangan vitamin A yang
dibutuhkan untuk memberi nutrisi pada bagian mata, termasuk lapisan bening di permukaan
mata (kornea). Tanpa vitamin A, pelumas bola mata juga akan berkurang, sehingga mata
menjadi kering.
Gejala Xerophthalmia
Gejala xerophthalmia awalnya ringan, namun akan bertambah parah jika asupan
vitamin A penderita tidak kunjung terpenuhi. Kekurangan vitamin A dapat membuat
konjungtiva, yaitu selaput tipis yang melapisi kelopak mata dan bola mata, menjadi kering,
tebal, hingga berkerut. Hal inilah yang memicu munculnya gejala awal xerophthalmia.
Kondisi tersebut akan dirasakan sebagai gejala mata kering oleh penderitanya. Gejala
yang akan dirasakan oleh penderita xerophthalmia akibat mata kering adalah:
 Mata terasa gatal.
 Seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam mata.
 Rasa pedih atau terbakar di mata.
 Mata merah.
 Rabun senja.
 Penglihatan menjadi kabur.
 Mata lebih sensitif terhadap cahaya.
Saat xerophthalmia bertambah parah, maka akan muncul jaringan kornea mata yang
melepuh atau disebut dengan bintik Bitot. Jika dibiarkan, kondisi mata penderita dapat
menjadi semakin parah, ditandai dengan munculnya luka memborok atau ulkus kornea. Hal
tersebut berbahaya karena bisa menimbulkan kebutaan permanen pada penderita.
Anak-anak merupakan golongan yang cukup rentan mengalami xerophthalmia. Oleh
karena itu, kebutuhan vitamin A pada anak harus tercukupi. Selain melalui makanan, orang
tua perlu membawa anak ke posyandu saat bulan pemberian vitamin A secara gratis, yaitu
bulan Februari dan bulan Agustus, untuk mendapatkan suplemen vitamin A.
Perlu diketahui, anak yang sedang terkena campak juga berisiko terkena xerophthalmia.
Segera bawa ke dokter jika muncul gejala campak, seperti adanya ruam pada kulit, agar
campak cepat teratasi dan xerophthalmia bisa dicegah.
Penyebab Xerophthalmia
Xerophthalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Perlu diketahui, tubuh tidak
dapat memproduksi vitamin A sendiri. Dalam kondisi normal, vitamin A bisa didapat dari
makanan, baik dari makanan hewani maupun nabati.
Xerophthalmia lebih rentan dialami oleh anak-anak dan wanita hamil karena
keduanya membutuhkan lebih banyak vitamin A. Selain itu, orang yang mengalami gangguan
penyerapan vitamin A juga berisiko terkena xerophthalmia. Ada beberapa kondisi lain yang
membuat tubuh seseorang lebih sulit menyerap vitamin A, antara lain:
 Menderita penyakit diare kronis, cystic fibrosis, giardiasis, penyakit Celiac, dan
sirosis hati.
 Menjalani pengobatan terapi nuklir tiroid untuk pengobatan kanker tiroid.
 Mengalami kecanduan alkohol.
Suplemen vitamin A bertujuan untuk menghilangkan rabun senja dan membantu mata
kembali memproduksi cairan untuk melumasi mata. Jika xerophthalmia menyebabkan kornea
penderita rusak, maka dokter akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
selanjutnya. Kemudian, ada kemungkinan mata pasien akan ditutup untuk melindungi mata
hingga luka lepuh yang diderita benar-benar sembuh. Selain mendapatkan suplemen vitamin
A, penderita perlu menjalani perbaikan gizi dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan
vitamin A, seperti:
 Makanan hewani, seperti hati sapi, ayam, salmon, tuna, makerel, susu, keju, yoghurt,
dan telur.
 Makanan nabati yang meliputi sayuran bayam, selada, dan wortel, serta buah-buahan,
seperti jeruk, pepaya, dan semangka.
 Xerophthalmia perlu ditangani dengan tepat karena berisiko menyebabkan kerusakan
mata yang semakin parah. Bila xerophthalmia terus berlanjut dan tidak ditangani
dengan tepat, maka akan terjadi kerusakan saraf dan jaringan mata hingga
menyebabkan kebutaan permanen.
Pencegahan Xerophthalmia
Xerophtalmia dapat dicegah dengan memastikan bahwa kebutuhan vitamin A harian
tercukupi, terutama melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Jika diperlukan, seseorang
yang memiliki gangguan penyerapan vitamin A, seperti pecandu alkohol, serta penderita
cystic fibrosis dan sirosis hati, dapat mengonsumsi suplemen vitamin A sesuai anjuran
dokter.
Asupan vitamin A per hari yang dibutuhkan tergantung dari usia dan jenis kelamin.
Pria dewasa membutuhkan asupan harian vitamin A sebanyak 3000 unit, sedangkan wanita
dewasa membutuhkan sebanyak 2310 unit vitamin A per hari. Untuk wanita hamil kebutuhan
harian vitamin A adalah 2565 unit. Asupan vitamin A harian yang diperlukan anak-anak
adalah sekitar 2000 unit untuk anak usia di bawah 13 tahun, 1320 unit untuk usia di bawah 8
tahun, serta 1000 unit untuk usia 1-3 tahun.
Untuk mengurangi risiko anak Anda terkena xerophthalmia, Anda juga dapat
membawa anak yang masih berusia 0-5 tahun ke posyandu secara rutin, terutama untuk
mengikuti program pemberian vitamin A dari pemerintah.

f. Pengertian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu permasalahan gizi
yang ada tidak hanya di Indonesia melainkan di dunia. Penyebab timbulnya GAKY adalah
karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus dalam jangka waktu
yang lama.
Pada tahap ringan, penyakit gondok tidak dianggap sebagai permasalahan yang
memerlukan penanganan secara serius dan mendesak. Padahal, apabila tidak mendapat
perhatian yang serius gondok dapat mengakibatkan timbulnya kretin dengan kelainan yang
menyertainya seperti adanya gangguan perkembangan saraf, mental, fisik serta psikis.
Akibat negatif GAKY yang lain dilihat dari pengembangan sumber daya manusia adalah
gangguan saraf pusat yang berdampak pada kecerdasan. Setiap penderita GAKY akan
mengalami defisit IQ point. GAKY terjadi ketika kebutuhan yodium tidak terpenuhi sehingga
menyebabkan sintesis hormon tiroid terganggu. Hal ini mengakibatkan terjadinya
serangkaian kelainan fungsional dan perkembangan pada tubuh.
WHO, UNICEF dan International Council for Control of Iodine Deficiency Disorders
(ICCIDD) merekomendasikan kebutuhan yodium perhari 90 µg pada anak usia 0-59 bulan,
120 µg pada usia 6-12 tahun dan 150 µg pada usia diatas 12 tahun serta kebutuhan tertinggi
pada wanita hamil dan menyusui sebesar 250 µg.
Bila asupan yodium tidak terpenuhi sesuai yang direkomendasikan, kelenjar tiroid tidak
akan mampu mensintesis hormon tiroid dalam jumlah yang cukup, sehingga menyebabkan
kadarnya dalam darah menjadi rendah (hipotiroid). Hal ini menjadi faktor yang berpengaruh
pada gangguan perkembangan otak dan efek berbahaya lainnya.
Penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
GAKY disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
 Faktor konsumsi makanan sumber yodium yaitu makanan yang dikonsumsi kurang
mengandung yodium,.
 Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap timbulnya kasus-
kasus baru GAKY. Faktor lingkungan yang terpenting adalah goitrogenik terutama
kelompok pertama adalah thiosianat yang terdapat pada ubi kayu, jagung, rebung, ubi
jalar, buncis, kol, rebung, sawi, dan selada air. Kelompok kedua adalah tiourea,
tionamida, tioglikosida, bioflavonoid, dan disulfida alifatik yang terdapat dalam
sorgum, kacang-kacangan, kacang tanah, bawang merah, dan bawang putih.
Konsumsi zat goitrogenik akan menghambat penyerapan yodium dalam tubuh.
Konsumsi makanan yang mengandung goitrogenik dalam frekuensi sering akan
menyebabkan terjadinya GAKY.
 Faktor kelebihan yodium, unsur kelumit, dan status gizi pada umumnya.
 Faktor pengetahuan tentang garam yodium yaitu pengetahuan mengenai pengertian,
manfaat, cara penggunaan, cara penyimpanan, dan akibat kekurangan yodium.
 Faktor genetik, dan;
 Penggunaan keluarga berencana (KB) hormonal yang akan berpengaruh terhadap
fungsi tiroid.
Dampak Gangguang Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Defisiensi yodium mempunyai banyak dampak utama pada pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Dampak-dampak tersebut secara bersama disebut Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Salah satu tanda klasik seseorang yang mengalami defisiensi
yodium adalah goiter atau pembesaran kelenjar gondok dan dapat terjadi pada semua usia,
bahkan pada bayi baru lahir.
Dampak yang paling serius dari GAKY adalah gangguan pada perkembangan janin.
Yodium yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan otak (brain damage) yang
bersifat irreversibel. Kekurangan yodium berat selama kehamilan meningkatkan risiko bayi
lahir mati, aborsi, dan kelainan kongenital. 28 Selain itu juga menyebabkan kretinisme, yang
ditandai dengan retardasi mental berat yang disertai dengan perawakan pendek, tuli-bisu, dan
spastisitas.
Asupan yodium juga berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Penelitian 5 negara di
Asia menyatakan bahwa konsumsi garam beryodium berhubungan dengan peningkatan berat
badan per usia dan lingkar lengan atas bayi.
Upaya Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Mengingat masalah GAKY terutama disebabkan karena lingkungan yang miskin
sumber yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan pada suplementasi yodium baik
secara oral, melalui garam beryodium maupun secara parentral melalui preparat yodium dosis
tinggi. Kegiatan GAKY yang dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Upaya Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk wanita umur 0 – 35 tahun,
pria 0 – 20 tahun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, pemberian ini terutama kepada
penduduk di daerah endemik berat dan sedang.
2. Upaya Jangka Panjang
Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan GAKY jangka panjang. Program
untuk meyodisasi garam konsumsi dimulai tahun 1975, dan pelaksanaan program mulai tahun
1980 dikelola oleh perindustrian. Tujuan dari program ini adalah semua garam yang
dikonsumsi oleh masyarakat baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium
tersedia diseluruh wilayah Indonesia.

2. Kelebihan Gizi
Sebagian besar orang mengaitkan malnutrisi dengan kekurangan gizi. Padahal malnutrisi
juga bisa berwujud kelebihan gizi. Gizi lebih terjadi ketika pemasukan kalori dan energi yang
dikeluarkan tidak seimbang. Atau ketika seseorang terlalu banyak mengonsumsi zat gizi
tertentu, seperti protein atau lemak. Hal ini kemudian memicu overweight atau obesitas.
Perlu dipahami bahwa overweight tidak sama dengan obesitas. Overweight adalah
kelebihan berat badan, sedangkan obesitas adalah penumpukan lemak berlebih di dalam
tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Anda dapat mengetahui status gizi Anda dengan
melihat Indeks Massa Tubuh (IMT).
Cara menghitung IMT adalah Berat Badan / (Tinggi Badan x Tinggi Badan). Misalnya: BB =
50 kg dan TB = 158 cm, maka IMT = 50 / (1.58 x 1.58) = 20.
Apabila hasilnya < 18.5 kg/m2 artinya underweight (di bawah normal), 18.5-24.9 kg/m2
normal, 25-27 kg/m2 overweight, dan > 27 kg/m2 masuk dalam kategori obesitas. Jika
seseorang memiliki IMT yang menunjukkan ia overweight dan tidak ada usaha untuk
menurunkan berat badannya, hal ini bisa berkembang menjadi obesitas.
Faktor terjadinya kelebihan gizi dan bahayanya:
Ada banyak faktor yang menyebabkan gizi lebih terjadi, antara lain genetik, aktivitas
fisik, kurangnya pemahaman tentang makanan bergizi seimbang, sering mengonsumsi
makanan yang serba instan dan fast food, serta dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi. Di
zaman yang berkembang pesat seperti ini, tidak hanya orang dewasa yang mengalami gizi
lebih, melainkan juga anak-anak.
Pada keadaan gizi berlebih, jumlah lemak di dalam tubuh akan meningkat sehingga
menyebabkan perubahan metabolisme lemak dan gula dalam skala besar. Baik anak-anak
maupun orang dewasa, kelebihan gizi tidak selamanya baik. Bertubuh subur tidak
menandakan Anda hidup makmur. Justru tubuh Anda yang seperti itu akan menjadi sarang
penyakit.
Lemak-lemak yang ada di dalam tubuh akan membentuk plak di dalam pembuluh
darah yang akan memengaruhi aliran darah ke seluruh organ. Apabila plak itu terlepas dan
menyumbat ke organ jantung, serangan jantung pun akan terjadi. Begitu juga jika menyumbat
ke otak, maka stroke akan terjadi.
Selain memicu penyakit-penyakit yang berbahaya, kelebihan gizi juga membuat
seseorang mengalami gangguan psikologis. Bertubuh besar dan gemuk akan menjadi
perbincangan banyak orang, membuat seseorang merasa tidak percaya diri, menjadi antisosial
dan bila dibiarkan bisa berujung depresi.
Menangani kelebihan gizi
Lalu, apa yang harus dilakukan apabila ternyata Anda mengalami gizi lebih?
Hal yang pertama, Anda harus mengatur pola makan. Pola makan yang dianjurkan
adalah 3 kali makan besar diselingi dengan 2 camilan. Setiap kali Anda makan besar, kurangi
jumlah karbohidrat yang masuk dan perbanyak sayuran, konsumsi makanan yang berprotein,
dan tentu saja buah-buahan. Batasilah makanan manis, asin, dan berlemak.
Selanjutnya, cobalah untuk lebih rajin bergerak dan berolahraga. Olahraga yang
disarankan minimal 3 kali dalam seminggu dengan durasi 30-40 menit per sesi. Ketiga, Anda
harus cukup minum air putih dan kurangilah kopi, teh, maupun alkohol.
Jadi, gizi lebih tidak menunjukkan bahwa Anda hidup makmur, sehat, dan bahagia.
Segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik, sama halnya dengan keadaan kelebihan gizi.
Justru dengan gizi lebih, banyak sekali penyakit yang mengintai. Mari terapkan pola hidup
sehat mulai sekarang, dan jangan segan untuk berkonsultasi dengan dokter gizi jika memang
membutuhkan.

3. Besaran Masalah Berdasarkan Riset


Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT dan
Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia mengalami
perbaikan yang signifikan. Sebagai contoh provinsi NTT penurunan prevalensi stunting
sebanyak 9.1%, hampir 2 % pertahun penurunan, hal ini menunjukkan upaya multisektor
yang terkonvergensi pusat dan daerah. Penderita gizi buruk tentu tidak akan lepas dari
pantauan tenaga kesehatan, dimana pun kasusnya tenaga kesehatan dibentuk untuk selalu
siaga membantu perbaikan gizi penderita.
Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang (Underweigth) perbaikan itu terjadi berturut–
turut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik menjadi 17,7% 2018. Prevalensi stunting dari
37,2% turun menjadi 30,8%, dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi
10,2%.
“Dalam perhitungan data kasus gizi buruk harus diambil dari indeks berat badan menurut
tinggi badan (BBTB) atau yang disebut sangat kurus sesuai standar WHO yang disertai
dengan gejala klinis,” jelas Dirjen Kesehatan Masyarakat Kirana Pritasari, di Jakarta (30/1).
Ia menegaskan, intervensi terhadap masalah gizi terutama di wilayah Indonesia bagian
Timur sudah ditangani atau diintervensi oleh tenaga gizi di Puskesmas. Hasil Riset Tenaga
Kesehatan (Risnakes) tahun 2017, Tenaga Gizi di seluruh Indonesia sudah memenuhi 73,1%
Puskesmas.
Kirana menjelaskan, untuk 26,1% Puskesmas yang belum memiliki Tenaga Gizi
utamanya di daerah terpencil dan sangat terpencil, Kementerian Kesehatan memiliki program
Nusantara Sehat. Nusantara Sehat terdiri dari tenaga – tenaga kesehatan seperti dokter, dokter
gigi, tenaga gizi, perawat, bidan, tenaga farmasi, sanitarian, analis kesehatan dan tenaga
kesehatan masyarakat yang dilatih untuk ditempatkan di Puskesmas selama 2 tahun.
Bentuk intervensi untuk pemulihan gizi buruk yaikni dengan pemberian makanan
tambahan. Kementerian Kesehatan sudah mendistribusikan makanan tambahan berupa
Biskuit dengan kandungan kaya zat gizi ke seluruh Puskesmas di Indonesia termasuk wilayah
Timur.
Selain itu, dilakukan juga kegiatan surveilans gizi yang dimulai dari masyarakat di
Posyandu, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan. Pengumpulan data individu yang teratur akan
bisa mendeteksi secara dini masalah gizi yang dihadapi, sehingga analisis dan intervensi yang
dilakukan akan tepat sasaran dan tepat waktu.
Upaya lain dalam mencegahan masalah gizi adalah dengan perubahan perilaku
masyarakat. Komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah sudah tertuang dalam regulasi
yang dikeluarkan oleh pemerinta pusat dan Pemerintah Daerah.
Di wilayah Indonesia Timur sudah ada 10 Kabupaten yang menerbitkan regulasi
Komunikasi Perubahan Perilaku dalam rangka pencegahan stunting dan masalah gizi lainnya.

BAB III
Penutup

Gizi dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan latar belakang sosial budaya yang
berhubungan dengan pola makan dan nutrisi. Nutrisi yang tidak adekuat dalam lima tahun
pertama kehidupan berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental
dan otak yang bersifat irreversible. Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi adalah
status gizi. Status gizi balita mencerminkan tingkat perkembangan dan kesejahteraan
masyarakat dalam suatu negara serta berhubungan dengan status kesehatan anak di masa
depan.
Status adalah posisi yang didefinisikan secara social yang diberikan kepada kelompok
atau anggota orang lain. Sedangkan gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, seperti menghasilkan energy, membangun dan memelihata jaringan
serta mengatur proses-proses kehidupan. Sedangkan status gizi merupakan keadaan tubuh
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zaat-zat gizi.
Status gizi juga dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh
ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat
sel tubuh agar berkembang dan berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh
sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai