Hak-Hak Perempuan Dan Peraturannya
Hak-Hak Perempuan Dan Peraturannya
Hak Asasi Perempuan, yaitu hak yang dimiliki oleh seorang perempuan, baik karena ia
seorang manusia maupun sebagai seorang perempuan, dalam khasanah hukum hak asasi
manusia dapat ditemui pengaturannya dalam berbagai sistem hukum tentang hak asasi
manusia.
UU No. 7 tahun 1984 tentang ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan. UU tersebut secara jelas mengadopsi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan CEDAW (Convention On The Elimination of All
Forms Of Discrimination Against Women)
Jenis – jenis Hak – hak perempuan yang dilindungi antara lain:3 • Perempuan dan
Kemiskinan; • Pendidikan dan Pelatihan Perempuan; • Perempuan dan Kesehatan; • Tindakan
Kekerasan Terhadap Perempuan; • Perempuan dan Konflik Bersenjata; • Perempuan dan
Ekonomi; • Perempuan dalam kekuasaan dan Pengambilan keputusan; • Mekanisme
kelembagaan bagi kemajuan perempuan; • Hak Asasi Perempuan; • Perempuan dan Media
Massa; • Perempuan dan Lingkungan hidup; • Anak Perempuan
Pedoman dan Larangan
Pasal 5 PERMA 3/2017 menegaskan bahwa dalam pemeriksaan perempuan berhadapan
dengan hukum, hakim tidak boleh:
Lebih lanjut, dalam mengadili perkara perempuan berhadapan dengan hukum hakim
harus memperhatikan hal-hal berikuti ini: (Pasal 6 Perma No. 3/2017)
Adapun tugas dari Komnas Perempuan sesuai Pasal 4 Perpres Nomor 65 Tahun
2005 adalah:
1) Hak dalam ketenagakerjaan Setiap perempuan berhak untuk memiliki kesempatan kerja
yang sama dengan laki-laki.Hak ini meliputi kesempatan yang sama dari proses seleksi,
fasilitas kerja, tunjangan, dan hingga hak untuk menerima upah yang setara.Selain itu,
perempuan berhak untuk mendapatkan masa cuti yang dibayar, termasuk saat cuti
melahirkan. Perempuan tidak bisa diberhentikan oleh pihak pemberi tenaga kerja dengan
alasan kehamilan maupun status pernikahan.
2) Hak dalam bidang kesehatan Perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan bebas
dari kematian pada saat melahirkan, dan hak tersebut harus diupayakan oleh
negara.Negara juga berkewajiban menjamin diperolehnya pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan KB, kehamilan, persalinan, dan pasca-persalinan.
3) Hak yang sama dalam pendidikan Seperti salah satu poin perjuangan RA Kartini, setiap
perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan, dari tingkat
dasar hingga universitas.Harus ada penghapusan pemikiran stereotip mengenai peranan
laki-laki dan perempuan dalam segala tingkatan dan bentuk pendidikan, termasuk
kesempatan yang sama untuk mendapatkan beasiswa.
4) Hak dalam perkawinan dan keluarga Perempuan harus ingat bahwa ia punya hak yang
sama dengan laki-laki dalam perkawinan.Perempuan punya hak untuk memilih suaminya
secara bebas, dan tidak boleh ada perkawinan paksa. Perkawinan yang dilakukan
haruslah berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihakDalam keluarga, perempuan
juga memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, baik sebagai orang tua terhadap
anaknya, maupun pasangan suami-istri.
5) Hak dalam kehidupan publik dan politik Dalam kehidupan publik dan politik, setiap
perempuan berhak untuk memilih dan dipilih.Setelah berhasil terpilih lewat proses yang
demokratis, perempuan juga harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah hingga implementasinya
Pertama, Convention on The Political Rights of Women (UN 1952) yang telah diratifikasi
oleh RI dengan UU No.68 Tahun 1958 tentang : Persetujuan Konvensi Hak-Hak Politik
Kaum Wanita (Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No. 1653), dan
disetujui DPR dalam rapat pleno terbuka ke-82 tanggal 30 Juni 1958, hari Senin P 336/1958.
Di dalam pasal 2 UU No.68/1958 tersebut berbunyi : “Kalimat terakhir Pasal VII dan Pasal X
seluruhnya konsepsi hak-hak politik kaum wanita dianggap sebagai tidak berlaku bagi
Indonesia dan direservasi oleh Indonesia”. Kedua, Convention on The Elimination of
Discrimination of All Forms of Discrimination Against Women (UN 1979) - Konvensi
CEDAW, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Dengan
disahkannya Konvensi CEDAW, pada tanggal 24 Juli 1984 dengan UU No.7 Tahun 1984,
maka Indonesia sebagai negara peserta berkewajiban untuk mengimplementasikannya dalam
perundang-undangan nasional. Dalam UU No.7 Tahun 1984, Indonesia mereservasi pasal 29
ayat 1 tentang : Penyelesaian Perselisihan mengenai Penafsiran atau Penerapan Konvensi.
Dalam salah satu pertimbangan pada pembentukan Konvensi CEDAW bahwa :
memperhatikan Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (DUHAM), HAM
menegaskan asas mengenai tidak dapat diterimanya diskriminasi dan menyatakan bahwa
semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak, dan bahwa tiap orang
berhak atas semua hak dan kebebasan, tanpa perbedaan apapun, termasuk perbedaan
berdasarkan jenis kelamin.