Pancasila Sebagai Dasar Negara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Nama : Indah Armelia

NIM : 2131510626
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen : Budi Saryanto, S.Sos, M.M.
Tugas Gmeet 09 Oktober ’21 - Topik 5

Soal :
No.1 - Jelaskan mengapa Pembukaan UUD 1945 memuat dasar falsafah negara Pancasila dan
batang tubuh UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal
ini menjadi rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.

Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap
hal dalam konteks penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan,
perundang-undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya. Maka dapat disimpulkan jika
hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya
formal. Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar bersifat fundamental dan Universal bagi
manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut
akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praktis / kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa
maupun Negara, maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas
sehinga merupakan suatu pedoman.
Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma positif. Pancasila
memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan Pembukaan UUD 1945
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.
Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan material. Artinya UUD 1945
merupakan kaidah hukum negara Indonesia, yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber
dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum Indonesia
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 terdiri atas pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.
Pembukaan UUD 1945 : Terdiri atas empat Alinea yang merupakan pokok kaidah fundamental atau
norma dasar. Pokok – pokok pikiran yang terkandung di dalamnya :
 Alinea I : Mencerminkan keyakinan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, perikemanusiaan
dan perikeadilan. Konsekuensi logis adalah penghapusan segala bentuk penjajahan di muka bumi.
(Berkaitan dengan Pancasila Sila ke – 2 : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dan Sila ke
– 5 : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
 Alinea II : Menegaskan cita nasional, cita kemerdekaan, bersatu berdaulat adil makmur.
(Berkaitan dengan Pancasila Sila ke – 3 : Persatuan Indonesia)
 Alinea III : Memuat pernyataan kemerdekaan untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas.
Serta pengakuan yang didasarkan atas keyakinan yang kuat bahwa pada hakekatnya kemerdekaan
Negara Indonesia adalah takdir, kehendak, rahmat, dan sekaligus amanat dari Tuhan Yang Maha
Kuasa yang harus dijaga dan dipertahankan.
(Berkaitan dengan Pancasila Sila ke – 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa)
 Alinea IV : Memberikan arahan tentang tujuan Negara, susunan Negara, sistem pemerintahan
Negara dan sadar Negara.
(Berkaitan dengan Pancasila Sila ke – 4 : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan)

Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan uraian
terinci atau perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang 1945.
Pembukaan mempunyai hubungan langsung dengan batang tubuh, ini disebabkan pembukaan yang
mengandung sumber pokok-pokok pikiran yang menjiwai pasal-pasal yang terdapat pada batang tubuh.
Hal ini berarti bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan dijelmakan ke dalam
batang tubuh, yakni pasal-pasalnya.

No.2 - Bagaimanakah tantangan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia di era keterbukaan
informasi dan komunikasi sekarang ini.

Dalam era reformasi dewasa ini yang diikuti dengan demokratisasi di berbagai bidang tanpa dilandasi
dengan etika yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri mengakibatkan demokrasi itu terdistorsi ke arah
brutalisme, konflik fisik dan sentimen primordial. Proses demokrasi dan otonomi daerah tanpa disertai
dengan etika kebangsaan yang bersumber pada local wisdom bangsa Indonesia, yaitu filosofi dasar
Pancasila maka akan berakibat hancurnya Negara dan bangsa Indonesia.
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat, secara langsung maupun tidak langsung
mengakibatkan suatu perubahan pada berbagai bangsa di dunia. Dalam hubungan seperti ini cita-cita,
ideologi, budaya serta jati diri suatu bangsa mendapatkan suatu tantangan yang luar biasa beratnya.
Contohnya : Perubahan global ini akan membawa suatu perubahan ideologi partikular menjadi ideologi
universal. Ideologi liberal dengan prinsip-prinsip pasarnya dalam ekonomi yang dikenal dengan
Kapitalisme telah menjadi ideologi yang paling unggul.
Kekuatan global dengan kekuasaan nasional di berbagai Negara, mengakibatkan suatu tarik menarik
kepentingan, yang lazimnya dikembalikan pada dominasi kekuatan ekonomi. Hal inilah yang dihadapi BI
pada abad sekarang ini dimana terjadi tarik menarik kepentingan bahkan seringkali nampak adanya
pemaksaan terhadap kekuasaan nasional. Negara Kapitalis yang akan menguasai dunia. Kapitalis telah
mengubah masyarakat satu persatu menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi
sebagian besar bangsa di dunia.

Oleh karena itu bilamana bangsa Indonesia tidak memiliki keyakinan filosofis yang kuat bukannya tidak
mungkin bangsa Indonesia akan terombang-ambing arus kekuatan trans-nasional. Kondisi global
membawa manusia untuk senantiasa berwawasan dan berpikir global, namun pada sisi lain muncullah
gerakan Tribalisme, yaitu suatu perkembangan masyarakat yang mengarah pada fanatisme primordial,
sukuisme, kesetiaan pada semua kelompok, etnisitas, budaya, agama, kepercayaan bahkan profesi.

Anda mungkin juga menyukai