Anda di halaman 1dari 7

Tugas 1

Pendidikan Agama Islam

Jawaban :

1. “kesatuan dalam perbedaan” Dalam Bineka Tunggal Ika


persatuan dalam keragaman juga dapat diartikan sebagai “berbeda, tetapi
tetap satu”. Selama era kemerdekaan Indonesia, semboyan ini mempunyai
sebuah makna yang lebih besar dan menjadi salah satu berdirinya NKRI.
Sekarang semboyan ini digunakan sebagai menyatukan dalam perbedaan
agama, bahasa, suku, dan budaya yang menjadi milik negara Indonesia.
Meskipun merupakan dalam kata yang begitu sederhana, dalam semboyan ini
begitu sangat terkait erat dengan kepulauan itu sendiri, sehingga dapat dengan
mudah menyatukan bangsa yang mempunyai sebuah wilayah yang begitu luas.

“perbedaan dalam kesatuan” Dalam Bineka Tunggal Ika

Dengan adanya sebuah perbedaan yang sangat besar antara daerah-daerah di


wilayah Indonesia, Indonesia perlu dipersatukan dalam beberapa cara. Di mana
dalam semboyan Indonesia ialah dapat menyatukan daerah dengan latar
belakang dan cerita yang berbeda untuk masing-masing daerah.

Bukan hanya itu, tetapi semboyan tersebut begitu sangat penting sebagai
tonggak pencapaian tujuan dalam bangsa, itulah semboyan yang dibawakan
dengan burung garuda yang menyimbolkan dalam sebuah tujuan nasional dalam
Pancasila.

Bhinneka Tunggal Ika adalah begitu sangat penting bagi masyarakat dan bangsa
Indonesia, di mana semboyan ini dianggap sebagai negara pemersatu.
semboyan ini mempunyai sebuah tujuan yang begitu sangat baik untuk semua
orang di Indonesia. Tujuan pertama merupakan sebagai menyatukan suatu
bangsa. Ini tentu saja tidak asing, dalam mengingat bahwa tujuan utama nya
pada Bhineka ini merupakan menyatukan orang Indonesia sejak kemerdekaan.

Dalam membangun persatuan dan kesatuan Negara Indonesia kita harus bisa
mewujudkan kebersamaan, saling bahu-membahu,dan hidup rukun. Karena, itu
semua merupakan wujud keserasian dan keselarasan dalam masyarakat yang
menjadi faktor pendukung untuk mencapai kemajuan dan kejayaan bangsa
Indonesia. Apabila diantara masyarakat Indonesia masih belum menghargai
perbedaan keragaman budaya yang ada, hal tersebut tidak dapat diwujudkan.
Kebersamaan, saling bahu-membahu, dan hidup rukun akan terwujud jika setiap
masyarakat Indonesia mampu menerima keragaman budaya dan tidak menutup
diri dari keragaman yang ada.
Jadi, kemajemukan Indonesia bukanlah sebagai penghalang masyarakat
Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan Negara Indonesia untuk
mencapai kemajuan dan kejayaan Negara Indonesia. Karena di Indonesia,
walaupun masyarakat Indonesia berbeda-beda, tetapi tetap satu jua yaitu
menjadi negara kesatuan.

2. kebebasan yang diatur dalam islam

a) Kebebasan berekspresi
Berfikir dan berpendapat merupakan potensi dasar yang sebaiknya
dikembangkan oleh manusia. Dengan kata lain, Islam mengajarkan
bahwa setiap manusia memiliki hak untuk berpendapat, yang itu tidak
dapat dipisahkan dari potensi sekaligus perintah Allah SWT agar manusia
senantiasa berfikir. Dalam hal berpendapat kemudian Allah SWT
memberikan penjelasannya dalam surat Asy Syura: 38 yang berbunyi:

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya


dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka….”.

Lewat surat tersebut dapat dipahami bahwa Islam sangat mengenal


konsep musyawarah, yang tentu didalamnya terdapat menyampaikan
pendapat bahkan adu argumen.

b) Kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat


kebebasan berpikir dan kebebasan menyatakan pendapat adalah dua hal
yang berbeda walaupun keduannya mempunyai korelasi yang sangat
erat. Kebebasan berpikir adalah proses mempertanyakan, menguji,
mengkritisi bahkan menjungkirbalikkan kebenaran-kebenaran yang sudah
mapan selama ini berdasarkan tingkat keilmuan seseorang. Ia bebas
mempertanyakan apa saja yang dianggap “tabu” sekalipun untuk mencari
kebenaran sementara yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian
kebebasan berpikir adalah langkah awal untuk menyatakan pendapat
atau pikiran secara bebas.
Untuk menjaga dan menjamin kebebasan berpikir memang manusia
sebagai makhluk sosial harus juga memperhatikan etika agar
kebersamaan sosial tetap bisa berjalan dengan baik. Etika berpendapat
mengatur apa yang baik dan apa yang buruk. Kita bebas berpikir dan
berpendapat tapi apakah yang kita pikirkan tersebut berguna bagi
masyarakat  itu sendiri.

c) Kebebasan beragama
Setiap orang berhak atas kebebasan beragama atau berkepercayaan.
Konsekwensinya tidak seorang pun boleh dikenakan pemaksaan yang
akan mengganggu kebebasannya untuk menganut atau memeluk
suatu agama atau kepercayaan pilihannya sendiri. 
kebebasan beragama atau yang  sering diungkapkan dengan
kemaslahatan agama. Syariat Islam menjamin terpeliharanya kelima hak
pokok yang diberikan Allah SWT kepada manusia bagi terciptanya
kemaslahatan kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
Jaminan ini melandasi hubungan antar warga masyarakat atas dasar
sikap saling menghormati yang akan menimbulkan sikap tenggang dan
saling mengerti antara satu dengan yang lain. Terlepas dari sejarah yang
mencatat penindasan, kepicikan pandangan dan kezaliman yang pernah
terjadi terhadap kelompok minoritas agama, sejarah umat manusia
membuktikan bahwa toleransi adalah bagian inheren bagi kehidupan
manusia itu sendiri.

d) Kebebasan bermusyawarah
Islam telah menganjurkan musyawarah dan memerintahkannya dalam
banyak ayat dalam al-Qur'an, ia menjadikannya suatu hal terpuji dalam
kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara; dan menjadi
elemen penting dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam sifat-sifat
dasar orang-orang beriman dimana keIslaman dan keimanan mereka
tidak sempurna kecuali dengannya, ini disebutkan dalam surat khusus,
yaitu surat as syuura, Allah berfirman:

“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya


dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. as Syuura: 38)

Perintah Allah kepada rasulnya untuk bermusyawarah dengan para


sahabatnya setelah tejadinya perang uhud dimana waktu itu Nabi telah
bermusyawarah dengan mereka, beliau mengalah pada pendapat
mereka, dan ternyata hasilnya tidak menggembirakan, dimana umat Islam
menderita kehilangan tujuh puluh sahabat terbaik, di antaranya adalah
Hamzah, Mush'ab dan Sa'ad bin ar Rabi'. Namun demikian Allah
menyuruh rasulnya untuk tetap bermusyawarah dengan para sahabatnya,
karena dalam musyawarah ada semua kebaikan, walaupun terkadang
hasilnya tidak menggembirakan.

e) Kebebasan berpindah tempat


hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW., bersama para sahabat beliau dari Makkah ke Madinah. Tujuannya
tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah SWT., berupa
akidah dan syariat Islam.
Perintah berhijrah juga tertulis dalam perintah Allah SWT,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah
dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS al-Baqarah: 218).
Berhijrah bisa bermakna bertekad untuk mengubah diri demi meraih
rahmat dan keridhaan Allah SWT. Selain itu, hijrah juga diartikan sebagai
salah satu prinsip hidup. Seseorang dapat dikatakan hijrah jika telah
memenuhi dua syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada
sesuatu yang ditujunya (tujuan).

3. Pengertian dan sejarah demokrasi 

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip


utama demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang
berbicara tentang musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-
Hujurat: 13 (tentang persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104
(tentang kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang
kebebasan berpendapat) dst. 
Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin, agama dan demokrasi
memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari
pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki
dialeketikanya sendiri. Namun begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi
agama untuk berdampingan dengan demokrasi. 
Dalam realitas sejarah Islam memang ada pemerintahan otoriter yang dibungkus
dengan baju Islam seperti pada praktik-praktik yang dilakukan oleh sebagian
penguasa Bani ‘Abbasiyyah dan Umayyah.  Tetapi  itu bukan alasan untuk
melegitimasi  bahwa Islam agama yang tidak demokratis. Karena sebelum itu
juga ada eksperimen demokratisasi dalam sejarah Islam, yaitu pada masa Nabi
dan khulafaurrasyidin. Dalam setiap masyarakat terdapat pemimpin dan yang
dipimpin, penguasa dan rakyat, serta muncul stratifikasi sosial yang berbeda.
Demikian pula pada zaman  pra-Islam (Jahiliyyah) muncul kelas sosial yang
timpang, yaitu kelas elit-penguasa dan  kelas bawah yang tertindas. Kelas bawah
ini seringkali menjadi ajang penindasan dari kelompok elit. Pada masa jahiliyah
kekuasaan dan konsep kebenaran milik penguasa. 

4. Nilai demokrasi dalam islam menurut Huwaydi dan Muhammad Dhiya


al-Din Rais

Nilai-niiai demokrasi yang bisa digali dari sumber Islam yang kompatibel dengan
nilai-nilai demokrasi seperti dikemukakan oleh Huwaydi dan Muhammad Dhiya
al-Din Rais adalah :
a) keadilan dan musyawarah;
b) kekuasaan di pegang penuh oleh rakyat;
c) kebebasan adalah hak penuh bagi semua warga Negara;
d) persamaan di antara sesama manusia khususnya persamaan di depan
hukum;
e) keadilan untuk kelompok minoritas;
f) undang-undang di atas segala-galanya;
g) pertanggung jawaban penguasa kepada rakyat.
Oleh karena itu, seperti dikatakan Ahmad Syafii Maarif, mayoritas umat Islam
menerima demokrasi sebagai bagian dari nilai yang prinsip-prinsipnya sesuai
dengan Islam. Dan karena itu pula umat Islam harus berusaha untuk mendorong
terjadinnya demokrasi di dalam bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

5. Hak asasi manusia dalam Islam beserta ayat al-Qur’an yang berkaitan

Al-Qur‟an sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah meletakkan
dasar dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran
mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Hal ini dapat dilihat ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam al-Qur‟an, antara lain:
a) Hak Hidup
Hak hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.
Untuk menjamin keberlangsungan hidup dengan tentram dan damai, Islam
menerapkan hukum Qishash sebagai balasan untuk pembunuh yang
melenyapkan nyawa manusia atau membuat manusia lainnya cacat. Allah
yang memberi manusia hidup dan mati sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
al-Hijr/15 : 23.

“Dan sungguh, Kamilah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami


(pulalah) yang mewarisi.”

contoh hukum-hukum yang ditetapkan yang berhubungan dengan hak hidup,


di antaranya:
 Haram membunuh sesama manusia, di dalam Q.S. AlAn‟am/6 : 151.
 Memberlakukan hukum Qishash dalam pembunuhan: Q.S. Al-
Baqarah/2 : 178.
 Haram bunuh diri dengan alasan apapun: Q.S. AnNisa‟/4 : 29.
 Melarang berspekulasi dengan nyawa. Q.S. Al-Baqarah/2 : 195.
 Boleh melakukan peperangan bila diserang musuh: Q.S.Al-Hujarat: 9.

b) Hak untuk merdeka (bebas)


perbudakan, dan kekangan merupakan salah satu hak asasi manusia untuk
dihargai dan dihormati. Kemerdekaan adalah salah satu cara manusia untuk
memperoleh kemuliaan hidup.
Dalam al-Quran hak untuk merdeka mencakup beberapa aspek, yaitu:
1. Kemerdekaan kemanusian meliputi; Tidak ada perbudakan dalam
Islam: Q.S. al-Mulk/67 : 23. , Manusia berhak hidup merdeka di tanah
airnya: Q.S. al-Hajj : 39, Wajib melawan penjajah yang menguasai
tanah air denagn semena-mena: Q.S. al-Qashas/28 : 5, dan Wajib
membantu bangsa yang ditindas dengan semena-mena oleh
penjajah: Q.S. an-Nisa‟/4 : 75
2. Kemerdekaan beragama meliputi, Manusia tidak boleh taklid buta
dalam memahami agama: Q.S. al-Baqarah/2 : 170, dan Kebebasan
dalam beragama. Q.S. al-Baqarah/2 : 256.
3. Kemerdekaan memperoleh ilmu pengetahuan. Q.S. azZumar:17-18.
4. Kemerdekaan berpolitik. Q.S. Ali Imran/3 : 159.
5. Kemerdekaan sosial
6. Kemerdekaan kemasyarakatan
7. Kemerdekaan adabiah (moral)

c) Hak mendapatkan ilmu (pendidikan)


Manusia dilebihkan penciptaannya oleh Allah dengan akal fikiran untuk
berfikir. Menurut Quraisy Syihab dalam bukunya “Wawasan al-Quran”
mengatakan :
”bahwa manusia menurut Al-Quran, memiliki potensi untuk memperoleh ilmu
dan mengembangkannya seizin Allah.”
Karena itu, sangat banyak ayat yang memerintahkan manusia menempuh
berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Menurut pandangan Al-Quran
seperti diisyaratkan wahyu pertama ilmu terdiri dari dua macam, pertama;
ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai “ilmu ladunni” seperti
firman Allah dalam Q.S. Al-Kahfi/18 : 65. kedua, ilmu yang diperoleh karena
usaha manusia, dinamai “ilmu kasbi”.
Banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran yang berbicara tentang ilmu dan
kewajiban mencari ilmu di antaranya adalah Q.S. al- Alaq/96 : 1-5, Q.S. al-
Qalam/68 : 1, dan Q.S. at-Thur/52 : 1-3. Di samping itu juga ditemukan dalam
hadis-hadis Rasulullah SAW di antaranya yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi;
Artinya: Anas ra. Berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang
keluar untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga kembali”.

d) Hak Kehormatan Diri


Secara asasi setiap manusia mempunyai kehormatan diri. Dapat dikatakan
bahwa anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada manusia adalah
kehormatan diri. Dalam Q.S. al-Isra‟/17 : 70 Allah SWT berfirman:

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rizki dari segala yang baik-
baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna.”

Musthafa Husni Assiba‟i juga menulai bahwa: Ayat di atas adalah suatu nash
yang jelas dan terang yang menerangkan bahwa manusia adalah semulia-
mulia makhluk yang diciptakan Allah SWT di atas permukaan bumi ini.
Dijelaskan pula bahwa kemuliaan diri adalah merupakan hak yang utama
setiap manusia dan bahwa kemuliaannya itu terjalin menjadi satu dengan
sifat kemanusiaan itu sendiri. Oleh sebab itu apabila hak kemuliaan diri itu
terhapus atau dihalang-halangi, maka masyarakat yang di situ ia hidup,
bukanlah lagi suatu masyarakat yang harmonis, dan bahagia.

e) Hak Memiliki
Ketika Islam menetapkan bahwa bagi setiap orang itu harus mempunyai hak
hidup, hak kemerdekaan, hak berilmu, hak kehormatan diri dan di waktu
Islam menetapkan di samping semuanya itu bahwa segala sesuatu yang ada
di alam semesta ini adalah diperuntukkan guna kepentingan seluruh umat
manusia sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Q.S. al-Jatsiah/45 :
12-13 sebagai berikut:

“Allah-lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar


di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian
karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-
Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benra terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”

Hak memiliki sebagaimana di sebutkan pada ayat di atas bukan berarti hak
mutlak yang hanya dimiliki oleh individu tertentu guna memanfaatkan alam
yang telah diciptakan Allah, akan tetapi ada suatu sistem yang harus dipatuhi
manusia bahwa dalam suasana kehidupan yang merdeka dan terhormat
manusia berlomba-lomba bekerja untuk mendapatkan sesuatu tuntuk
kelangsungan hidupnya di dunia ini.

SUMBER :

BMP MKDU4221/3SKS/MODUL1-9 https://www.kompasiana.com/

https://anggitrizkianto.medium.com/kebebasan-berpendapat-dalam-islam-239bba5bf617

https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/11/29/655533/kebebasan-berpikir-dan-menyatakan-
pendapat/

https://republika.co.id/berita/od3qi3396/kebebasan-beragama-menurut-alquran-suatu-kajian-tafsir-
tematik

https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/chain/Masyarakat_Muslim/id_06_masyarakat_muslim.p
df

https://diskominfotik.bengkaliskab.go.id/web/detailopini/8641/2018/09/13/hijrah-itu-memang-bukan-
hanya-bermakna-berpindah-tempat#:~:text=HIJRAH.,beliau%20dari%20Makkah%20ke%20Madinah.

https://media.neliti.com/media/publications/240340-hak-asasi-manusia-ham-dalam-islam-
c8066bfe.pdf

Anda mungkin juga menyukai