Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang: Kerk (NHK) Sayap Kanan Gereformeed Juga Kerinduan Untuk Ikut Serta Dalam
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang: Kerk (NHK) Sayap Kanan Gereformeed Juga Kerinduan Untuk Ikut Serta Dalam
PENDAHULUAN
peran misionaris yang datang dan melaksanakan misi di Pulau Jawa. Para
Kerk (NHK) sayap kanan Gereformeed juga kerinduan untuk ikut serta dalam
melaksanakan tugas misi di Pulau Jawa, mereka bekerja sama dengan pemerintah
kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan
persinggungan antara nilai-nilai Kristen dan nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki
dibangun pemerintah Hindia Belanda dan kaum misionaris dapat ikut ambil
bagian di dalamnya. Lingkungan tersebut antara lain berupa: rumah sakit, sekolah,
dan pemerintahan. Nilai-nilai Kristen yang mulai dikenal oleh kaum pribumi
1
S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa, Jilid 1, (Yogyakarta: Taman
Pustaka Kristen dan Salatiga: Lembaga Studi dan Pengembangan, 2009), 112.
2
Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa., 112.
1
membawa dampak sebagian kaum pribumi mulai menghayati dan menerima nilai-
Gereja Kristen Jawa. Para misionaris masih tetap mempunyai peran sangat
menjadi calon-calon guru Injil yang akan membantu para misionaris dalam
Jawa, tidak dapat dipungkiri bahwa Pendeta Jemaat maupun Penatua dan Diaken
masih dilakukan oleh orang Belanda namun kaderisasi bagi kaum pribumi untuk
berkelanjutan3.
Jawa membawa konsekuensi jemaat yang hadir dalam ibadah di Gereja Kristen
Jawa tidak saja kaum pribumi namun juga para pegawai berbagai profesi (dokter,
orang Belanda di Gereja Kristen Jawa dapat dilihat pada interior gedung gereja
jawa. Jika masih ada gedung gereja Jawa yang belum mengalami pembaruan dan
renovasi total maka interior Eropa kelihatan pada desain ruang gereja, posisi
3
S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa Jilid 1: Di Bawah Bayang-bayang
Zending (1968-1948),(Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2009), 356
2
mimbar yang simetris dengan ruang kanan kiri mimbar untuk duduk para penatua
yang bertugas. Kaderisasi yang dilakukan oleh para misionaris juga membawa
hasil berdirinya Gereja Kristen Jawa di desa-desa dan pada awalnya para guru
pendidikan tertentu.
Keberadaan Gereja Kristen Jawa yang pada awalnya memang ada peran
Belanda maupun budaya Jawa tumbuh bersama dalam terang nilai-nilai iman
Kristen. Identitas Gereja Kristen Jawa tidak cukup jika hanya dilihat dari bahasa
pengantar atau bahasa yang digunakan dalam Alkitab adalah bahasa Jawa, pakaian
Gereja Kristen Jawa harus dicari melalui penelusuran mengenai para misionaris
yang menyampaikan misi kepada kaum pribumi dan kemudian dari mereka
baru dalam kehidupan mereka selanjutnya. Misi apa yang dibawa oleh para
misioner sehingga ada kaum pribumi mau mengambil risiko menerima nilai-nilai
Kekristenan.
berkebangsaan Belanda yang bersamaan waktu pada saat itu Indonesia dijajah
3
dalam mengangkat harkat atau martabat orang pribumi untuk memperoleh
Perbaikan kehidupan sosial kaum pribumi yang dilakukan oleh para misionaris
dan kesehatan sekaligus juga menjadi kesempatan bagi kaum pribumi untuk
mencari tahu nilai-nilai yang dibawa para misionaris dalam menjalankan misi
mereka. Penerimaan secara ikhlas oleh pribumi atas misi yang dilaksanakan para
misionaris diikuti dengan kesediaan membuka hati mereka untuk menerima nilai-
realitas bahwa Ratu dan Parlemen Belanda secara pasti mengetahui hancurnya
sosial kaum pribumi setelah kekayaan alam, dan sumber daya manusia diperas
habis untuk kemakmuran rakyat dan negeri Belanda. Tindakan kemanusiaan yang
dapat dilakukan Ratu dan Parlemen Belanda adalah mengutus para misionaris ke
pekerjaan, dan kesehatan. Para misionaris dipilih Ratu dan Parlemen Belanda
karena posisi mereka netral dalam politik di negeri Belanda sehingga dapat
4
Arif, Syaiful. "Misi Kristen dan Dampaknya bagi Kemajemukan: Pandangan IPTh.
Balewiyata Malang." Harmoni 13.1 (2014): 77-89.
4
misionaris sepengetahuan Ratu dan Parlemen Belanda dan sekaligus juga ada
muatan misi yang harus dilakukannya maka para misionaris tersebut mendapatkan
parlemen Belanda sehingga ketika Belanda menjadi kaya raya dan makmur
Belanda. Sementara pemerintah kolonial Hindia Belanda juga mulai tidak taat
kaum pribumi agar Pemerintah Belanda tidak mendapat tekanan dan dikucilkan
dalam negeri: menjaga agar tidak terjadi perpecahan antara parlemen dan
pemerintahan kolonial yang akan sangat merugikan Belanda jika sampai terjadi 5.
Indonesia sebagai misionaris adalah ahli hukum yang membawa misi menegakkan
yang dikirim adalah para ahli infrastruktur dan pertanian maupun perkebunan
meskipun para ahli tersebut di Hindia Belanda sudah ada tetapi sudah mulai korup
5
S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa, Jilid 1, (Yogyakarta: Taman
Pustaka Kristen dan Salatiga: Lembaga Studi dan Pengembangan, 2009), 105-120; Suwitadi
Kusumo, Dilogo., dkk. Satu Abad (100 Tahun) GKJ Margoyudan Surakarta Meniti Laman, &
Menatap Masa Depan 30 April 1916-30 April 2016 (Surakarta: Majelis GKJ Margoyudan
Surakarta, 2016), 34-75, 133-136.
5
untuk memperkaya diri sendiri. Ahli infrastruktur maupun perkebunan yang
ternyata, bukan ahli hukum, ahli infrastruktur, maupun ahli perkebunan yang
(Indonesia) sudah pasti mereka juga akan melakukan tindakan memperkaya diri.
Itulah sebabnya pilihan untuk misionaris jatuh pada kaum agamawan Belanda
yang dari hasil pekabaran injil tersebut salah satunya lahir GKJ.
Peran serta Gereja Kristen Jawa (GKJ) dalam masyarakat dapat dicapai
sosial dengan tetap berlandaskan nilai-nilai kristiani. Oleh sebab itu di GKJ perlu
memiliki identitas yang jelas di tengah kehidupan masyarakat yang ada. Penelitian
yang mengarahkan atau terkait dengan topik identitas GKJ, mencakup substansi
Jawa6.
orang Jawa atau sering disebut etnis Jawa. Dengan perkembangannya di tengah-
tengah masyarakat yang memiliki budaya jawa, ternyata Gereja Kristen Jawa
dengan pola pelayanan yang dilakukan belum memiliki pemahaman yang sama
6
Yuwono, Emmanuel Satyo. "Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas Orang
Kristen Jawa dalam Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur." HUMANIKA 16.1 (2016): 93-113
6
terkait dengan identitasnya. Padahal Gereja Kristen Jawa tersebar di berbagai
kajiannya di GKJ dari beberapa bidang kajian sosial budaya humaniora tentang
Yesus Kristus dalam pemaknaan orang Jawa, GKJ dan perkembangan teknologi,
Surakarta. Padahal konteks identitas ini juga berkembang dalam konteks gereja
Kristen Jawa Margoyudan8 hingga hari ini dalam tradisi Jawa yang berkolaborasi
dengan tradisi gereja yang ditransfer dari Eropa khususnya Belanda. Oleh
karenanya studi ini berfokus pada dualisme bahkan identitas tersebut dalam
7
Kristriyanto. "Yesus Kristus Juru Ruwat Manusia: Sebuah Pendekatan
Semiotikadalam Gereja Kristen Jawa." Kurios 4.1 (2018): 39-55., Arif, Syaiful. "Misi Kristen dan
Dampaknya bagi Kemajemukan: Pandangan IPTh. Balewiyata Malang." Harmoni 13.1 (2014): 77-
89. Yuwono, Emmanuel Satyo. "Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas Orang Kristen
Jawa dalam Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur." HUMANIKA 16.1 (2016): 93-113.,
Prasetyo, Dwi, and Khafiizh Hastuti. "Penerapan Haversine Formula pada Aplikasi Pencarian
Lokasi dan Informasi Gereja Kristen di Semarang Berbasis Mobile." Universitas Dian
Nuswantoro (2014).
8
Lihat dan Bandingkan, Suwitadi Kusumo, Dilogo., dkk. Satu Abad (100 Tahun) GKJ
Margoyudan Surakarta Meniti Laman, & Menatap Masa Depan 30 April 1916-30 April 2016
(Surakarta: Majelis GKJ Margoyudan Surakarta, 2016), 34-75, 133-136.
7
memahami identitas Kekristenan yang berkembang di gereja ini tepatnya di GKJ
identitas utama, dan juga merangkul identitas-identitas lain untuk ada dalam
dominasi gereja Kristen tanah jawa. Bahkan yang sudah pindahpun untuk
beberapa alasan tertentu masih memiliki solidaritas dan identitas sebagai jemaat
Margoyudan karena gedung gereja sebagai cagar budaya memiliki daya tarik yang
kuat terhadap pengalaman, dan berbagai memori hidup yang kuat dalam
persekutuan individu yang pernah berjemaat di gereja ini sehingga mereka masih
merasa bagian dari identitas Margoyudan hingga saat ini dengan berbagai
percampuran di dalamnya.
8
1.4 Urgensi Dan Relevansi Penelitian
Margoyudan.
metode merupakan suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau
kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkontek yang
memiliki pemahaman yang sama yaitu meletakkan metode sebagai alat untuk
data dari latar alami sebagai sumber langsung dengan keterlibatan instrumen
9
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama, 1973),16.
10
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), 11.
9
masalah yang diteliti dengan menggambarkan sesuatu masalah atau keadaan
dalam masyarakat atau kelompok tertentu pada saat sekarang berdasarkan fakta
a.1. Observasi
untuk mengamati tingkah laku dan kegiatan setiap setiap orang atau dalam skala
langsung, baik dengan mencatat dan merekam secara terstruktur ataupun semi
terstruktur. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang
a.2. Wawancara
penanya dan pribadi yang lain menjawab pertanyaan, kedua memiliki kesepakatan
11
Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta:Raja Grafindo Perkasa,
2007), 20
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2011), 8-25.
10
kepercayaan, motif, dan informasi mengenai segala sesuatu yang ditetapkan
tujuannya.13
atau belum tersaji di beberapa sumber, dapat dilengkapi. Dan wawancara tidak
hanya dilakukan satu kali, tentu diawali dengan kesepakatan, maka wawancara
dapat berlangsung beberapa kali dan dengan narasumbernyapun juga tidak hanya
satu saja, melainkan beberapa orang untuk dapat menjangkau keakuratan data dari
penelitian ini.
Selain itu untuk menunjang penelitian ini juga dilakukan studi dokumen
terkait data sejarah dan berbagai literatur yang memperlengkapi penelitian ini
terutama tentang sejarah pekabaran Injil khusus di wilayah GKJ dan terlebih lagi
GKJ Margoyudan.
Lokasi yang saya pilih adalah Gereja Kristen Jawa Margoyudan, dan
sumber data dari beberapa tokoh-tokoh Gereja Kristen Jawa Margoyudan. Ada
Jawa Margoyudan?, GKJ Margoyudan ini merupakan Gereja GKJ yang tertua di
kota Sala, yaitu 100 tahun, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi
dan data terkait dengan judul dan penelitian ilmiah yang akurat.
Secara garis besar tesis ini ditulis dalam beberapa bab, yaitu: Bab 1
13
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humaniku,2010), 118.
11
dan berbagai persoalan yang menjadi fokus pelayanan GKJ mula-mula, rumusan
Landasan Teori. berisi tentang teori-teori identitas. Bab 3 merupakan hasil dari
rekonstruksi. Bagian ini berisi tentang gambaran khusus terkait teori identitas
yang dibahas dengan hasil temuan di lapang. Bagian terakhir dari tulisan ini
12