Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PKN DI SEKOLAH DASAR UNTUK


KELAS RENDAH MAUPUN KELAS TINGGI”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Natasyah Br Sitepu (1193311045)


Putra dwi andika (1193311046)
Sindy Boturan Lbn Toruan (1193311066)
Stefani Malau (1193311051)
Vevi Terya Hutajulu (1193311053)
Yana Faudhani (1193311063)

Kelas : Ekstensi H-PGSD 2019

Mata Kuliah : Pembelajaran Pkn di SD

Dosen Pengampu : Waliyul Maulana Siregar, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS


ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan pkn sd dan makalah ini
dapat digunakan sebagai bahan diskusi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Pembelajaran PKN SD Bapak Waliyul Maulana Siregar S.Pd., M.Pd. yang
telah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga mempermudah penulis
dalam memahami materi pada perkuliahan ini. Penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada beliau yang telah memberikan instruksi dan memandu sehingga hal
tersebut turut membantu penulis dalam menyelesaikan makalah, serta kepada semua
pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Medan, Oktober 2021

Penulis

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...….1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………...…1


B. Rumusan Masalah………………………………………………………………....2
C. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………....3

A. Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning) dalam Pembelajaran PKN…..3


B. Model Pembelajaran Social Inquiry dalam Pembelajaran PKN………………….5
C. Model Pembelajaran Service Learning dalam Pembelajaran PKN………………12
D. Model Pembelajaran Portofolio / Project Citizen dalam Pembelajaran PKN……14

BAB III PENUTUP………………………………………………………………...17

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….17
B. Saran……………………………………………………………………………....17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sekarang jauh lebih berkompeten dalam menjalani proses


pendidikan yang jauh lebih efektif sehingga peran seorang guru yang tidak hanya
kreatif mampu menunjang proses belajar mengajar yang memenuhi kriteria penilaian
dan juga tujuan pembelajaran agar tercapainya proses pendidikan yang menjadi dasar
pengethuan bagi calon penerus bangsa ini. Untuk itu, seorang guru harus menguasai
paling tidak pengelolaan kelas dengan menggunakan model-model pembelajaran yang
efektif dan tepat sesuai dengan kemampuan dan karakter siswa, khususnya pada
zaman millenial seperti sekarang ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pembelajaran model model dalam pengajaran di keas perlu ditingkatkan, dengan
begtu akan berpengaruh pada pengetahuan juga pemahaman siswa yang menjadi
tanggung jawab seorang guru.

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan
kepada setiap guru untuk dapat menjawab peranyaan tentang bagaimana seharurnya
mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar.
Guru akan memilki kompetensi mengajar jika guru paling tidak memilki pemahaman
dan peneraan secara taktis sebagai model belajar serta hubungannya dengan belajar
disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang bertolak dan bermuara pada
kebutuhan sebagai guru maka makalh ini disajikan tentang bebagai model belajar
mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar.

Pembelajaran dengan memanfaatkan komputer yang terhubung ke internet,


bukanlah sebuah trend atau sekedar gaya hidup, tetapi pengintegrasian pemanfaatan
komputer yang terhubung ke internet ke dalam proses pembelajaran adalah sebuah
tuntutan sekaligus tantangan. Di era 1990-an sebelumnya kurang begitu dikenal istilah
pembelajaran jarak jauh (distance learning), kelas virtual (virtual class), home
schooling, tetapi kini di abad 21, istilah-istilah itu menjadi program unggulan
dibanyak lembaga dan dibanyak negara.

1
Penggunaan teknologi komputer yang makin meluas dalam dunia pendidikan
tentu akan membawa konsekuensi, salah satunya adalah pergeseran paradigma
pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher center) menjadi berpusat pada siswa
(student center), dari siswa lebih banyak mendengar ceramah-ceramah gurunya
menjadi banyak berbuat atau beraktivitas. Idealnya di dalam proses pembelajaran
siswa yang seharusnya lebih banyak beraktivitas dalam proses pembelajaran bukan
gurunya, karena yang belajar itu sebenarnya siswa bukan guru. Web blog sebagai
salah satu media pembelajaran berbasis internet merupakan salah satu bentuk
penerapan teknologi komputer ke dalam proses pembelajaran, melalui web blog siswa
lebih banyak berbuat, belajar secara mandiri dan berlangsungnya proses pembelajaran
benar-benar berpusat pada siswa, peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas e-learning dan mengemas konten-konten bahan ajar untuk
diletakkan didalam web blog.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?


2. Bagaimana model pembelajaran berbasis web (e-learning) dalam pembelajaran
PKn?
3. Bagaimana model pembelajaran social inquiry dalam pembelajaran PKn?
4. Bagaimana model pembelajaran service learning dalam pembelajaran PKn?
5. Bagaimana model pembelajaran portofolio / project citizen dalam pembelajaran
PKn?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Supaya lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran,


bagaimana model dari pembelajaran berbasis web (e-learning), pembelajaran social
inquiry, model pembelajaran service learning, model pembelajaran portofolio / project
citizen dalam pembelajaran PKn.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning) dalam Pembelajaran PKN

Model pembelajaran merupakan tingkatan tertinggi dalam kerangka


pembelajaran karena mencakup keseluruhan tingkatan. Lingkupnya yaitu keseluruhan
kerangka pembelajaran karena memberikan pemahaman dasar atau filosofis dalam
pembelajaran. Dalam model pembelajaran, terdapat strategi yang menjelaskan
operasional, alat, atau teknik yang digunakan siswa dalam prosesnya. Selanjutnya, di
dalam strategi pembelajaran ada metode pembelajaran yang menjelaskan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tingkatan ini memiliki fungsi untuk
menjelaskan hubungan dari kerangka pembelajaran tersebut.

Menurut Arends (1997), Istilah model pembelajaran mengarah pada


pendekatan tertentu terhadap instruksi yang terdiri dari tujuan, sintaks (pola urutan
atau alur), lingkungan, dan sistem pengelolaan secara keseluruhannya. Instruksi yang
dimaksud adalah segala ketentuan yang dimaksudkan untuk dikerjakan, dalam hal ini
adalah siswa. Menurut Arends, seperangkat instruksi ini perlu memenuhi berbagai
komponen agar dapat menjadi kesatuan model pembelajaran yang utuh dan berfungsi
dengan baik untuk siswa.

Menurut Adi (2000), Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual


yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam hal ini penentuan model
pembelajaran tidak lepas dari mempertimbangkan tujuan pembelajaran.
Kesinambungan model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran cenderung akan
mempermudah dalam penyusunan model pembelajaran secara menyeluruh. Ketika
keduanya sinkron dan penggambaran keseluruhannya sudah jelas, penyusunan strategi
dan metode pembelajaran bisa menjadi lebih mudah.Fungsi media pembelajaran PKn
yakni memberikan pemahaman dan memperlihatkan hal-hal atau benda yang terdapat
dalam materi pelajaran , agar materi yang disampaikan lebih nyata, siswa tidak
menghayal mengenai hal-hal yang abstrak dan diharapkan siswa lebih mudah
memahami materi pelajarannya.

3
Baso (2017 : 66) Media PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk
Pembelajaran PKn SD. Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu anda
ketahui. Fungsi pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi
kedua media adalah sebagai sumber belajar. Baso (2017 : 68) Kedua fungsi utama
tersebut yaitu : 1) Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya
tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang
waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media
akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan
media. 2) Media pembelajaran sebagai sumber belajar. Sekarang kita menelaah media
sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut
berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia,
buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.

Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru
dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat
memperkaya wawasan siswa. Media pembelajaran PKn hendaknya dirancang agar
sesuai dengan materi pembelajaran PKn, mengingat materi pembelajaran PKn
memiliki cakupan materi yang cukup luas. Media pembelajaran yang dirancang harus
dapat mewakili dan menjelaskan materi-materi yang besifat abstrak, misalnya pada
materi Wawasan Nusantara. Sebelum mengajarkan tentang Wawasan Nusantara
terlebih dahulu harus diperlihatkan tentang Nusantara itu sendiri malalui sebuah peta.

Baso (2017 : 79) Media pembelajaran dalam PKn harus dapat menstimulus
lahirnya proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Dalam pedoman pelaksanaan
kegiatan belajar PKn SD, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk media
PKn yaitu:

1) Membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan harapan,


2) Memuat nilai atau moral kontras,
3) Diambil dari dunia kehidupan nyata,
4) Menarik minat dan perhatian siswa, dan
5) Terjangkau oleh kemampuan belajar siswa.

4
Baso (2017 : 79) beberapa jenis media yang dapat digunakan atau
dikembangkan dalam pembelajaran PKn, antara lain:

1. Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matriks, gambar, data, dan lain-lain.
2. Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model benda contoh Gerak, sikap
dan perilaku, seperti simulasi, bermain peran, role playing Cerita, kasus yang
mengundang dilema moral.

B. Model Pembelajaran Social Inquiry dalam Pembelajaran PKN

Menurut Hamalik (2001: 219), inkuiri sosial (social inquiry) adalah metode
belajar yang mengharuskan siswa untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa
bantuan khusus. Sedangkan menurut Sudjana (2004: 154) metode belajar inkuirisosial
akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif, serta mempermudah dan
meperlancar kegiatan belajar mengajar. Faturrohman dan Sutikno (2007: 160)
menyatakan bahwa inkuiri dilatarbelakangi oleh anggapan seorang pendidikan
bahwasiswa merupakan subjek dan objek yang telah memiliki ilmu pengetahuan.
Inkuirisosial merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Proses utama dari
inkuiri sosial ini terletak dalam diri siswa. Metode inkuiri dipandang sebagai proses
pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu
yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.

Asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri sosial menurut Hamalik (2001:


220) adalah:

 Keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan


dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis,
 Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka
berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan,
 Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri
dan discovery menambah motivasi dan memajukan partisipasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada metode


inkuiri sosial, guru tidak hanya menjadi pembimbing, tetapi juga guru sebagai sumber

5
informasi data yang diperlukan dalam membuat hipotesis.Selain itu, pada metode ini
siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan
kreatifitas dalam pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Maka dari itu,
dengan metode inkuiri sosial siswa akan menemukan pengetahuan baru yang lebih
tinggi tarafnya sekalipun siswa mungkin tidak dapat merumuskannya secara lengkap.
Banyak pengetahuan dipelajarinya dengan memperoleh bimbingan yang lengkap,
bahkan dengan memberitahukan aturan-aturan itu sendiri. Akan tetapi, pengetahuan
yang ditemukan sendiri memberi kemampuan yang lebih tinggi dan akan diingat
dalam jangka waktu yang lebih lama.

a. Tujuan Model Inkuiri Sosial

Tujuan utama pengajaran inkuiri sosial adalah menyediakan peralatan atau


cara bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam
memecahkan masalah. Apabila berpikir merupakan tujuan pendidikan, maka cara
yang harus dipikirkan ialah untuk membantu mengembangkan kemampuan individual.
Perhatian utama pada inkuiri sosial ialah pengembangan proses mental seperti
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan
mengklasifikasi data yang relevan, menafsirkan data, menguji hipotesis, dan sampai
pada suatu kesimpulan, inkuiri sosial meminta siswa untuk berkembang secara bebas.
Siswa ditingkatkan kemampuannya untuk dapat menemukan sesuatu secara sistematis,
mengembangkan, mengaplikasikan dalam kehidupannya.

Menurut Yusuf dkk (2013:81) tujuan atau kegunaan inkuiri sosial dalam
mengajar, yaitu:

1. Mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan


masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah.
3. Membina dan mengembangkan rasa ingin tahu, penalaran dan cara berpikir
obyektif, baik secara individual maupun kelompok.
4. Dapat menangkap matra kognitif maupun efektif.

Atas dasar pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari inkuiri sosial
adalah mengembangkan kemampuan intelektual siswa dengan melalui proses berpikir.

6
Dengan melihat tujuan dari model inkuiri sosial di atas, maka dalam hal ini guru tidak
berperan sebagai sumber belajar secara penuh akan tetapi guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator.

Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan dengan tindakan instruksional


tertentu dinamakan dampak instruksional. Adapun dampak instruksional dalam
inkuiri sosial adalah:

1) Dapat melakukan penelitian masalah-masalah sosial.


2) Dapat mengembangkan tanggung jawab dalam perbaikan masyarakat.

Sedangkan tujuan yang merupakan hasil ikutan dari instruksional tertentu


dinamakan dampak penyerta. Dampak penyerta yang dapat dicapai melalui inkuiri
sosial adalah:

 Akan timbul rasa hormat para siswa terhadap martabat semua orang.
 Para siswa akan memliliki sikap toleran terhadap orang lain.
 Para siswa akan membiasakan berperilaku yang diharapkan oleh masyarakat.

b. Jenis-Jenis Inkuiri Sosial

Pada dasarnya setiap model inkuiri memiliki karakteristik secara umum, yaitu
adanya usaha dari guru untuk merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk
pertanyaan, adanya proses pemecahan masalah baik secara individual, kelompok
maupun klasikal, selain itu metode yang dipergunakan dalam inkuiri bersifat terbuka,
yaitu dengan cara tanya jawab, diskusi ataupun kegiatan lain di dalam maupun di luar
sekolah (kelas).

Jenis-jenis inkuiri sosial dalam tiga macam yaitu:

a) Metode Socratic (The Socratic Method)

Metode ini diterapkan dengan mempergunakan teknik bertanya dari guru


kepada siswa yang diarahkan untuk memperoleh konsep atau kesimpulan yang
digunakan untuk memberikan rangsangan agar siswa belajar. Metode Socratic ini

7
diterapkan dengan melalui prosedur dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) siswa mengajukan pertanyaan yang kontroversial dengan sistem
kepercayaan atau dengan nilai-nilai yang berlaku, atau bisa juga dengan cara siswa
mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban; (2) guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya melacak atau menyelidiki hingga siswa memahami atau
dapat menjawab sendiri kesimpulan dari pertanyaan yang kontroversial.

b) Diskusi Terbimbing (The Controlled or Guided Discussion)

Dalam diskusi terbimbing menggunakan cara melalui dialog atau diskusi


dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Prosedur
yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) kepada
siswa diberikan informasi mengenai topik yang dapat diambil dari bacaan, film,
gambar; (2) mendorong siswa untuk menggambar atau menangkap prinsip atau
kesimpulan dari topik yang disajikan melalui pertanyaan-pertanyaan.

c) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Penerapan inkuiri bebas, prosedur inkuiri sudah mulai diterapkan secara utuh,
artinya siswa dituntut untuk merumuskan masalah sendiri kemudian memecahkannya
dengan menggunakan langkah yang sistematis.Pemecahan masalah merupakan jenis
inkuiri yang cukup kompleks baik ditinjau dari jenis pertanyaannya maupun dalam
prosedur pelaksanaannya.

Proses pemecahan masalah dapat dilakukan secara kelompok maupun secara


individual yang harus didukung oleh data yang jelas dan pasti. Oleh sebab itu
pelaksanaannya bisa lebih lama dibandingkan dengan model yang pertama dan kedua.
Secara ringkas diuraikan pada penjelasan berikut ini:

- Guide Inquiry, Model inkuiri terbimbing ini diterapkan dalam pembelajaran dengan
cara siswa tidak diharuskan untuk dapat merumuskan masalah sendiri untuk
dipecahkan, akan tetapi masalah disajikan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Kemudian dengan pertanyaan yang diajukan itu, siswa dibimbing untuk
memperoleh jawabannya, permasalahan yang diajukan itu didasarkan kepada
pengalaman-pengalaman atau hasil pengamatan langsung.

8
- Modified Inquiry, Untuk model inkuiri yang dimodifikasi, walaupun permasalahan
itu guru yang menentukan, tetapi untuk menemukan jawabannya siswa dituntut untuk
dapat memecahkannya melalui prosedur penelitian. Dengan demikian jawaban yang
dikemukakan oleh siswa tidak hanya didasarkan kepada pengalaman siswa, tetapi
didasarkan kepada data hasil dari pengamatan dan analisisnya.

- Free Inquiry, Adapun untuk inkuiri bebas dapat diterapkan secara utuh prosedur
inkuirinya. Artinya siswa sendiri sudah dituntut untuk dapat merumuskan masalah
kemudian pemecahan masalahnya dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah sistematis.

c. Langkah-Langkah Inkuiri Sosial

Dalam pengajaran PKn, proses inkuiri dapat dilakukan melalui tahapan yang
sistematis.Inkuiri merupakan suatu strategi untuk menekankan kepada proses
pemecahan masalah. Menurut James Bank dalam Suniti (2001:58) inkuiri sosial dapat
dilakukan melalui tujuh langkah yaitu:

 Merumuskan masalah,
 Merumuskan hipotesis,
 Mendefinisikan istilah,
 Mengumpulkan data,
 Penyajian dan analisis data,
 Menguji hipotesis, dan
 Memulai inkuiri baru.

Selain dari pendapat para ahli di atas, mengenai langkah-langkah model


inkuiri sosial, Joyce (2000:110) mengemukakan bahwa langkah-langkah penerapan
inkuiri sosial pada pokoknya adalah:

 Orientasi,
 Hipotesis,
 Definisi,
 Eksplorasi,

9
 Pembuktian, dan
 Generalisasi.

Pada tahap orientasi para siswa dengan bantuan guru mengambil dan
menetapkan suatu masalah sosial yang akan dijadikan pokok pembahasan kelas.
Masalah sosial dapat diambil dari masalah kehidupan masyarakat yang sedang hangat
dibicarakan, dari suasana perselisihan yang terjadi di dalam kelas atau sekolah dari
masalah yang ada dalam bahan bacaan atau dari sumber-sumber lain. Masalah yang
dijadikan pokok harus betul-betul mengandung persoalan yang memerlukan
pemecahan, dan mengundang seluruh siswa untuk mengadakan pembuktian empirik
sehingga memperoleh jawaban atau pemecahannya.Dengan bantuan guru masalah itu
kemudian dirumuskan dan dikembangkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan,
dan diadakan pembatasan ruang lingkup masalah yang lebih khusus sehingga para
siswa dalam mengadakan pembuktiannya lebih terarah.

Pada tahap hipotesis ini hendaknya hipotesis dirumuskan secara


jelas.Kemungkinan dari satu masalah hipotesisnya lebih dari satu. Fungsi perumusan
hipotesis adalah untuk memberikan arahan atau acuan dalam usaha penemuan
pemecahan masalah melalui pengujian terhadap unsur-unsur yang ada dalam masalah,
dan melihat sejauh mana hubungan masalah dengan pemecahan yang akan ditentukan.
Oleh karena itu kemungkinan akan ditemukan pula lebih dari satu cara pemecahannya.

Untuk hipotesis yang telah dirumuskan, hendaknya memiliki syarat-syarat


sebagai berikut:

1. Validitasnya, yaitu ketepatan hipotesis sebagai suatu kejelasan atau acuan


pengujian selanjutnya.
2. Kontabilitasnya, yaitu kesesuaian hipotesis dengan generalisasi dan pengalaman
siswa maupun guru yang telah diperoleh sebelumnya.
3. Memiliki relevansi dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi agar dapat
diadakan pembuktian. Hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris.

Untuk menguji hipotesis apakah sudah memenuhi syarat atau tidak, para siswa
lebih dahulu harus mengadakan pemahaman bersama tentang istilah-istilah yang ada
dalam hipotesis.Tahap definisi, pada tahap ini para siswa mengadakan pembahasan

10
pengertian istilah-istilah yang ada dalam hipotesis, sehingga semua siswa memiliki
pengertian yang sama, dan mereka dapat saling membicarakan masalah pokok bahan
bahasan mereka. Oleh karenanya setiap kata dan kalimat yang digunakan dalam
perumusan masalah harus jelas dan harus didasarkan pada pengalaman yang dapat
diuji.

- Tahap eksplorasi, pada tahap ini para siswa mulai mengadakan pengujian hipotesis
dengan logika deduksi dan menghubungkan hipotesis dengan implikasinya serta
dengan asumsi-asumsinya.Apabila telah teruji ketepatan hipotesisnya dengan dasar
logika, maka tahap berikutnya dapat dilanjutkan dengan melakukan pembuktian
dengan fakta-fakta. Namun apabila kurang tepat maka hipotesis lain harus disusun
(tahap kedua) dan diadakan pendefinisian (tahap ketiga).

- Tahap pembuktian, pada tahap ini tiap siswa melakukan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan angket (apabila memungkinkan). Obyek yang akan
diwawancarai harus ditentukan dahulu bersama dengan bantuan guru. Demikian pula
data apa yang akan dikumpulkan harus sudah jelas sesuai dengan tujuan pembuktian
hipotesis. Setelah data terkumpul, diadakan analisis data dan dihubungkan dengan
hipotesisnya.Demikianlah hipotesis diuji secara empirik.Apakah hipotesis itu diterima
atau ditolak adanya.

- Tahap generalisasi, pada tahap akhir ini adalah mengadakan generalisasi, yaitu
menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan
masalah.Generalisasi hendaknya disusun secara sederhana agar para siswa dapat
memahaminya dengan jelas.

Jika terdapat dua hipotesis atau lebih menunjukkan hasil pembuktian yang
sama-sama dapat diterima, maka hipotesis-hipotesis itu harus dipertahankan bersama,
dan dengan alternatifnya apakah menguntungkan atau tidak harus diidentifikasi
secermat mungkin.

11
C. Model Pembelajaran Service Learning dalam Pembelajaran PKN

Perkembangan teknologi di samping membawa dampak positif juga membawa


dampak negatif bagi banyak orang, termasuk bagi peserta didik. Salah satu
perwujudan dari dampak tersebut yaitu sikap kurang peduli terhadap sesama, karena
terlalu asyik dengan berbagai jenis alat-alat elektronik (gadget) yang dimiliki. Terlalu
asyik dengan gadget membuat banyak hal terlupakan atau terabaikan, misalnya lupa
makan, lupa belajar, tidak peduli p ada orang lain, dan sebagainya. Jika hal ini terjadi,
berarti manusia dikuasai oleh teknologi. Padahal, sebenarnya teknologi diciptakan
untuk membantu kehidupan manusia. Tetapi ketika manusia tidak bisa
mengendalikannya, maka yang terjadi justru sebaliknya, manusia dijajah oleh
teknologi, seperti pada kasus yang dibahas di atas.

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu peserta


didik mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, peserta
didik dapat berkembang menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, tidak sekedar
diberi pelajaran dan selesai pada jenjang pendidikan tertentu. Bermanfaat bukan
berarti sibuk dengan berbagai kegiatan mengerjakan pekerjaan sekolah saja. Menjadi
bermanfaat disini juga bukan sekadar suatu harapan klise atau normatif, tetapi benar-
benar ada kegiatan melayani dalam rangka meningkatkan kepedulian, yang didesain
untuk ditanamkan dan dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan
penanaman dan kegiatan mempraktikkan dari hari ke hari dalam kegiatan
pembelajaran, diharapkan sedikit demi sedikit akan menghasilkan suatu kepedulian
terhadap orang lain, terlebih yang membutuhkan uluran tangan.

Ada beberapa hal yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran


untuk mengantisipasi permasalahan diatas, antara lain: service learning, team learning,
giving skill, (Jamal dkk., 2009) dan lain-lain. Dalam kajian ini, akan dikupas salah
satu di antaranya untuk mengarahkan peserta didik pada pengalaman menjadi
bermanfaat, yaitu service learning. Service learning merupakan cara mengajar dan
belajar yang menghubungkan antara tindakan positif dan bermakna di masyarakat
dengan pembelajaran akademik, perkembangan pribadi dan tanggung jawab sebagai
warga masyarakat (Maurice, 2010). Service learning dipilih karena didalamnya ada
unsur ‘kegiatan melayani’ yang merupakan roh untuk mengembangkan orang, seperti
yang dikatakan Maxwell (2013) bahwa servanthood is the soul for developing people.

12
Melayani yang bermanfaat adalah melayani hal-hal yang nyata-nyata terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Tee (2005a) mengatakan bahwa pembelajaran harus
terkait erat dengan masalah-masalah dan tugas-tugas nyata. Dengan demikian,
pembelajaran yang dilakukan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi sendiri atau membantu melayani oranglain dalam menyelesaikan masalahnya.
Dengan service learning, peserta didik diajarkan untuk melakukan suatu perubahan
nyata dari sekedar menerima ilmu untuk diri sendiri menjadi ilmu untuk membantu
orang lain.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Youth Leadership Council


and Harris Interacitve (2006) bahwa: sampai remaja, peserta merasakan manfaat pada
saat mereka berpartisipasi dalam kegiatan service learning; hal ini terlihat dari
dampak positif dalam keterlibatan sehari-hari, dalam menuntun ilmu yang lebih tinggi,
pengembangan karir, dan dalam hubungan pribadi. Penelitian lain adalah yang
dilakukan oleh Astin (2000) dalam Higher Education Research Institute tentang
dampak service learning pada kemajuan peserta didik dalam bidang hasil akademik,
nilai-nilai, kepemimpinan, karir, dan rencana untuk tetap melayani setelah pendidikan
tinggi.

Melihat segi-segi positif y ang ada pada kegiatan melayani, diharapkan dengan
menerapkan strategi service learning, peserta didik dapat lebih memiliki kepedulian
terhadap oranglain, karena ‘jiwa melayani’ selalu ditanamkan dan dipraktikkan setiap
hari dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya masalah ketidakpedulian yang
sering terlihat di antara peserta didik dewasa ini, maka perubahan dalam kegiatan
pembelajaran menjadi mendesak karena: 1) melalui kegiatan pembelajaran peserta
didik dapat dipengaruhi dan dibentuk, dan 2 ) kegiatan pembelajaran terjadi setiap
hari, berarti apa yang dilakukan setiap hari akan menjadi kebiasaan peserta didik.

Pada saat melakukan service learning di masyarakat, peserta didik


menggunakan talenta mereka untuk menghibur orang lain, misalnya bagi yang pandai
main gitar bisa menghibur dengan mengajak bernyanyi bersama atau bagi yang
pandai menggambar bisa menghibur dengan mengajari mereka yang tidak bisa
menggambar, dll. Dengan cara belajar seperti ini, secara tidak langsung peserta didik
dibimbing untuk mempraktikkan bagaimana mengubah pikiran mereka dari sekedar
menerima hal-hal akademis di dalam kelas, menjadi menggunakan hal-hal akademis

13
untuk melayani orang lain dalam rangka meningkatkan kepedulian. Karena perubahan
pikiran itulah yang akan me mpengaruhi apa yang dilakukan selanjutnya (Meyer,
2013). Untuk dapat belajar dengan baik pada saat di kelas maupun di masyarakat,
peserta didik perlu memiliki sikap belajar yang benar.

D. Model Pembelajaran Portofolio / Project Citizen dalam Pembelajaran PKN

Menurut Budimansyah (2009 : 1) Project Citizen adalah satu intructioanal


treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan dan
watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong
keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil (civil society). Program
tersebut mendorong para siswa untuk terlibat secara aktif denganorganisasi-organisai
pemerintah dan masyarakat sipil untuk memecahkan satu persoalan di sekolah atau di
masyarakat dan untuk mengasah kecerdasan sosial dan intelektual yang penting bagi
kewarganegaraan demokratis yang bertanggung jawab.

Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk
mewujudkan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan model
project citizen. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jayadiputra, E. (2015, hlm. 13)
bahwa project citizen dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PKn
dengan proses belajar konstruktif yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir.
Prinsip pembelajaran menggunakan model Project Citizen dimulai dengan prinsip
belajar siswa aktif dimana pembelajaran berjalan dengan baik jika didukung oleh
keaktifan dari setiap siswa. Selama pembelajaran berlangsung dibutuhkan kerjasama
yang baik antara sesama siswa dalam menjalani setiap langkah-langkah pembelajaran
yang ada sehingga terbentuk pembelajaran yang sesuai harapan. Adanya keterlibatan
siswa secara langsung dengan permasalahan di dunia nyata menjadikan pembelajaran
ini bermakna untuk siswa bagi kehidupan selanjutnya.

Dasar pemikiran Project Citizen terletak pada satu kerangka yang terdiri atas
lima bagian tentang gagasan pendidikan dan politik. Demokrasi memerlukan
pemerintahan sendiri dan karenanya memerlukan keterlibatan aktif dan
berpengetahuan warga negara dalam kehidupan berwarga negara (Branson,1999:2-3).

14
Para siswa harus belajar bagaimana menjadi terlibat dalam kehidupan berwarga
negara dengan terlibat di dalamnya, yaitu dengan menyandang kewarganegaraan yang
bertanggung jawab dan efektif (Branson,1999:8-11).

Karena para siswa tersebut menggali masalah-masalah yang ada di komunitas


mereka sendiri, maka mereka banyak mendapat kesempatan untuk
mempertimbangkan tentang hal-hal yang mendasar dalam inti demokrasi, seperti hal-
hal yang meliputi hak individu dan kepentingan bersama, peraturan yang disepakati
kelompok mayoritas dan hak kaum minoritas, dan kebebasan serta persamaan
(Branson,1999:6). Project Citizen dimaksudkan untuk diterapkan terutama oleh para
siswa sekolah menengah atau usia-usia remaja pradini (berusia sekitar 10-15 tahun),
tetapi program tersebut juga digunakan oleh older adolescents (anak remaja yang
menginjak dewasa) di beberapa sekolah. Project Citizen mengganggap kaum muda
sebagai sumber kewarganegaraan, sebagai anggota yang berharga dari komunitasnya
yang bernilai yang gagasan dan tenaganya dapat secara nyata dicurahkan pada
masalah-masalah kebijakan publik (Branson:5-6).

Budimansyah (2009: 33) menetapkan lima langkah pembelajaran project


citizen sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi Masalah, Guru dan siswa mendiskusikan tujuan dan mencari


masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat. Dalam mencari masalah ini
tentunya tidak boleh lepas dari tema atau pokok bahasan yang akan dikaji.
2. Memilih masalah sebagai bahan kajian kelas, Berdasarkan perolehan hasil
wawancara dan temuan informasi tersebut, kelompok kecil supaya membuat
daftar masalah, yang selanjutnya secara demokratis kelompok ini supaya
menentukan masalah yang akan dikaji.
3. Mengumpulkan informasi, Masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan
berdiskusi serta mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan
memberikan banyak informasi sesuai dengan masalah yang akan dikaji.
4. Mengembangkan portofolio kelas, Portofolio yang di kembangkan meliputi dua
bagian, yaitu: (1) bagian penayangan, yaitu portofolio yang akan ditayangkan
sebagai bahan presentasi kelas pada saat show-case, dan (2) bagian dokumentasi,
yaitu portofolio yang disimpan pada sebuah map (binder), yang berisi data dan
informasi lengkap setiap kelompok portofolio.

15
5. Menyajikan portofolio (show-case), Setelah portofolio kelas selsai, kelas dapat
menyajikan dalam kegiatan show-case (gelar kasus) kegiatan ini akan
memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada siswa dalam hal
menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka
agar dapat memahami dan menerima gagasan tersebut.
6. Merefleksikan pengalaman belajar, Merefleksikan pengalaman belajar adalah
bagian evalusi terhadap pengalaman belajar siswa, untuk menghindari jangan
sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang
sudah siswa miliki.

Adapun kelebihan model pembelajaran project citizen, antara lain:

1) Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari


waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
2) Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang
mereka telah kerjakan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran.
3) Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Membantu guru mengklasifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran

Adapun kekurangan project citizen anatara lain:

1. Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.


2. Analisis terhadap pembelajaran project citizen masih relatif baru sehingga masih
banyak guru, orang tua, dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahami.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran yang digunakan pada kelas rendah yaitu pembelajaran


tematik. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang
dikembangkan melalui suatu “tema” yang didalamnya terkandung kompetensi dasar
dan materi yang saling berkaitan antar mata pelajaran berdasarkan hasil analisis
kompetensi dasar dari masing-masing mata pelajaran. Pada kelas rendah ini, peran
guru dalam mengajar masih terlibat sepenuhnya untuk mendampingi peserta didiknya.
Sedangkan di kelas tinggi yaitu menggunakan pembelajaran portofolio. Pembelajaran
portofolio ini, guru tidak terlibat secara penuh dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Guru hanya bersifat membimbing dan memfasilitasi apa yang diperlukan siswa-siswa
secara demokratis mengidentifikasi, merumuskan sampai mencari berbagai solusi
tentang kebijakan publik yang ada di lingkungan hidupnya.

B. Saran

Kepada semua guru kelas diharapkan agar dapat mengembangkan proses


pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik untuk belajar, sehingga timbul
minatnya untuk belajar. Khusus dalam pembelajaran PKn diharapkan guru lebih dapat
menggunakan model-model pembelajaran bervariatif dan menyenangkan, misalnya
model PBL sehingga tujuan PKn dapat tercapai sepertihalnya mengembangkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini karena dari hasil penelitian telah
menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran bervariatif yang didukung
oleh minat belajar tinggi secara simultan dapat mengembangkan kemampuan anak
dalam berpikir. Dengan demikian hasil penelitian ini telah mampu merubah
pandangan peserta didik bahwa mata pelajaran PKn bukan merupakan mata pelajara
hafalan dan membosankan, akan tetapi sebagai mata pelajaran yang menantang dan
mengaktifkan peserta didik dalam belajar.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://penerbitdeepublish.com/model-pembelajaran/

https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-project-
citizen/

https://media.neliti.com/media/publications/192554-ID-pengembagan-e-learning-

https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-pembelajaran-inkuiri-
sosial/pendidikan-kewarg.pdf

Kholid Fathoni. (2013). Teknologi WEB. Diakses dari http://lecturer.eepis-


its.edu/~kholid/PJJ/Teknologi-Web/Bulan1/MateriBulan1-17032013.pdf pada tanggal
5 Oktober 2021, Jam 20.00 WIB

Nusanti, Irene. 2014. “Strategi Service Learning Sebuah Kajian untuk


Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran” dalam PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Volume 20 (hlm. 251-260)

Ulafah, Santi Nanda, Hamid Solihin. Model Project Citizen Dalam Pembelajaran
PKN Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Antologi UPI
5 no 1

18

Anda mungkin juga menyukai