Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulis dalam menyusun makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan pkn sd dan makalah ini
dapat digunakan sebagai bahan diskusi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………....3
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….17
B. Saran……………………………………………………………………………....17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan
kepada setiap guru untuk dapat menjawab peranyaan tentang bagaimana seharurnya
mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar.
Guru akan memilki kompetensi mengajar jika guru paling tidak memilki pemahaman
dan peneraan secara taktis sebagai model belajar serta hubungannya dengan belajar
disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang bertolak dan bermuara pada
kebutuhan sebagai guru maka makalh ini disajikan tentang bebagai model belajar
mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar.
1
Penggunaan teknologi komputer yang makin meluas dalam dunia pendidikan
tentu akan membawa konsekuensi, salah satunya adalah pergeseran paradigma
pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher center) menjadi berpusat pada siswa
(student center), dari siswa lebih banyak mendengar ceramah-ceramah gurunya
menjadi banyak berbuat atau beraktivitas. Idealnya di dalam proses pembelajaran
siswa yang seharusnya lebih banyak beraktivitas dalam proses pembelajaran bukan
gurunya, karena yang belajar itu sebenarnya siswa bukan guru. Web blog sebagai
salah satu media pembelajaran berbasis internet merupakan salah satu bentuk
penerapan teknologi komputer ke dalam proses pembelajaran, melalui web blog siswa
lebih banyak berbuat, belajar secara mandiri dan berlangsungnya proses pembelajaran
benar-benar berpusat pada siswa, peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas e-learning dan mengemas konten-konten bahan ajar untuk
diletakkan didalam web blog.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Baso (2017 : 66) Media PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk
Pembelajaran PKn SD. Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu anda
ketahui. Fungsi pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi
kedua media adalah sebagai sumber belajar. Baso (2017 : 68) Kedua fungsi utama
tersebut yaitu : 1) Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya
tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang
waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media
akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan
media. 2) Media pembelajaran sebagai sumber belajar. Sekarang kita menelaah media
sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut
berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia,
buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.
Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru
dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat
memperkaya wawasan siswa. Media pembelajaran PKn hendaknya dirancang agar
sesuai dengan materi pembelajaran PKn, mengingat materi pembelajaran PKn
memiliki cakupan materi yang cukup luas. Media pembelajaran yang dirancang harus
dapat mewakili dan menjelaskan materi-materi yang besifat abstrak, misalnya pada
materi Wawasan Nusantara. Sebelum mengajarkan tentang Wawasan Nusantara
terlebih dahulu harus diperlihatkan tentang Nusantara itu sendiri malalui sebuah peta.
Baso (2017 : 79) Media pembelajaran dalam PKn harus dapat menstimulus
lahirnya proses pembelajaran yang aktif dan kreatif. Dalam pedoman pelaksanaan
kegiatan belajar PKn SD, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk media
PKn yaitu:
4
Baso (2017 : 79) beberapa jenis media yang dapat digunakan atau
dikembangkan dalam pembelajaran PKn, antara lain:
1. Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matriks, gambar, data, dan lain-lain.
2. Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model benda contoh Gerak, sikap
dan perilaku, seperti simulasi, bermain peran, role playing Cerita, kasus yang
mengundang dilema moral.
Menurut Hamalik (2001: 219), inkuiri sosial (social inquiry) adalah metode
belajar yang mengharuskan siswa untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa
bantuan khusus. Sedangkan menurut Sudjana (2004: 154) metode belajar inkuirisosial
akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif, serta mempermudah dan
meperlancar kegiatan belajar mengajar. Faturrohman dan Sutikno (2007: 160)
menyatakan bahwa inkuiri dilatarbelakangi oleh anggapan seorang pendidikan
bahwasiswa merupakan subjek dan objek yang telah memiliki ilmu pengetahuan.
Inkuirisosial merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Proses utama dari
inkuiri sosial ini terletak dalam diri siswa. Metode inkuiri dipandang sebagai proses
pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu
yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.
5
informasi data yang diperlukan dalam membuat hipotesis.Selain itu, pada metode ini
siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan
kreatifitas dalam pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Maka dari itu,
dengan metode inkuiri sosial siswa akan menemukan pengetahuan baru yang lebih
tinggi tarafnya sekalipun siswa mungkin tidak dapat merumuskannya secara lengkap.
Banyak pengetahuan dipelajarinya dengan memperoleh bimbingan yang lengkap,
bahkan dengan memberitahukan aturan-aturan itu sendiri. Akan tetapi, pengetahuan
yang ditemukan sendiri memberi kemampuan yang lebih tinggi dan akan diingat
dalam jangka waktu yang lebih lama.
Menurut Yusuf dkk (2013:81) tujuan atau kegunaan inkuiri sosial dalam
mengajar, yaitu:
Atas dasar pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari inkuiri sosial
adalah mengembangkan kemampuan intelektual siswa dengan melalui proses berpikir.
6
Dengan melihat tujuan dari model inkuiri sosial di atas, maka dalam hal ini guru tidak
berperan sebagai sumber belajar secara penuh akan tetapi guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator.
Akan timbul rasa hormat para siswa terhadap martabat semua orang.
Para siswa akan memliliki sikap toleran terhadap orang lain.
Para siswa akan membiasakan berperilaku yang diharapkan oleh masyarakat.
Pada dasarnya setiap model inkuiri memiliki karakteristik secara umum, yaitu
adanya usaha dari guru untuk merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk
pertanyaan, adanya proses pemecahan masalah baik secara individual, kelompok
maupun klasikal, selain itu metode yang dipergunakan dalam inkuiri bersifat terbuka,
yaitu dengan cara tanya jawab, diskusi ataupun kegiatan lain di dalam maupun di luar
sekolah (kelas).
7
diterapkan dengan melalui prosedur dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) siswa mengajukan pertanyaan yang kontroversial dengan sistem
kepercayaan atau dengan nilai-nilai yang berlaku, atau bisa juga dengan cara siswa
mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban; (2) guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya melacak atau menyelidiki hingga siswa memahami atau
dapat menjawab sendiri kesimpulan dari pertanyaan yang kontroversial.
Penerapan inkuiri bebas, prosedur inkuiri sudah mulai diterapkan secara utuh,
artinya siswa dituntut untuk merumuskan masalah sendiri kemudian memecahkannya
dengan menggunakan langkah yang sistematis.Pemecahan masalah merupakan jenis
inkuiri yang cukup kompleks baik ditinjau dari jenis pertanyaannya maupun dalam
prosedur pelaksanaannya.
- Guide Inquiry, Model inkuiri terbimbing ini diterapkan dalam pembelajaran dengan
cara siswa tidak diharuskan untuk dapat merumuskan masalah sendiri untuk
dipecahkan, akan tetapi masalah disajikan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Kemudian dengan pertanyaan yang diajukan itu, siswa dibimbing untuk
memperoleh jawabannya, permasalahan yang diajukan itu didasarkan kepada
pengalaman-pengalaman atau hasil pengamatan langsung.
8
- Modified Inquiry, Untuk model inkuiri yang dimodifikasi, walaupun permasalahan
itu guru yang menentukan, tetapi untuk menemukan jawabannya siswa dituntut untuk
dapat memecahkannya melalui prosedur penelitian. Dengan demikian jawaban yang
dikemukakan oleh siswa tidak hanya didasarkan kepada pengalaman siswa, tetapi
didasarkan kepada data hasil dari pengamatan dan analisisnya.
- Free Inquiry, Adapun untuk inkuiri bebas dapat diterapkan secara utuh prosedur
inkuirinya. Artinya siswa sendiri sudah dituntut untuk dapat merumuskan masalah
kemudian pemecahan masalahnya dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah sistematis.
Dalam pengajaran PKn, proses inkuiri dapat dilakukan melalui tahapan yang
sistematis.Inkuiri merupakan suatu strategi untuk menekankan kepada proses
pemecahan masalah. Menurut James Bank dalam Suniti (2001:58) inkuiri sosial dapat
dilakukan melalui tujuh langkah yaitu:
Merumuskan masalah,
Merumuskan hipotesis,
Mendefinisikan istilah,
Mengumpulkan data,
Penyajian dan analisis data,
Menguji hipotesis, dan
Memulai inkuiri baru.
Orientasi,
Hipotesis,
Definisi,
Eksplorasi,
9
Pembuktian, dan
Generalisasi.
Pada tahap orientasi para siswa dengan bantuan guru mengambil dan
menetapkan suatu masalah sosial yang akan dijadikan pokok pembahasan kelas.
Masalah sosial dapat diambil dari masalah kehidupan masyarakat yang sedang hangat
dibicarakan, dari suasana perselisihan yang terjadi di dalam kelas atau sekolah dari
masalah yang ada dalam bahan bacaan atau dari sumber-sumber lain. Masalah yang
dijadikan pokok harus betul-betul mengandung persoalan yang memerlukan
pemecahan, dan mengundang seluruh siswa untuk mengadakan pembuktian empirik
sehingga memperoleh jawaban atau pemecahannya.Dengan bantuan guru masalah itu
kemudian dirumuskan dan dikembangkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan,
dan diadakan pembatasan ruang lingkup masalah yang lebih khusus sehingga para
siswa dalam mengadakan pembuktiannya lebih terarah.
Untuk menguji hipotesis apakah sudah memenuhi syarat atau tidak, para siswa
lebih dahulu harus mengadakan pemahaman bersama tentang istilah-istilah yang ada
dalam hipotesis.Tahap definisi, pada tahap ini para siswa mengadakan pembahasan
10
pengertian istilah-istilah yang ada dalam hipotesis, sehingga semua siswa memiliki
pengertian yang sama, dan mereka dapat saling membicarakan masalah pokok bahan
bahasan mereka. Oleh karenanya setiap kata dan kalimat yang digunakan dalam
perumusan masalah harus jelas dan harus didasarkan pada pengalaman yang dapat
diuji.
- Tahap eksplorasi, pada tahap ini para siswa mulai mengadakan pengujian hipotesis
dengan logika deduksi dan menghubungkan hipotesis dengan implikasinya serta
dengan asumsi-asumsinya.Apabila telah teruji ketepatan hipotesisnya dengan dasar
logika, maka tahap berikutnya dapat dilanjutkan dengan melakukan pembuktian
dengan fakta-fakta. Namun apabila kurang tepat maka hipotesis lain harus disusun
(tahap kedua) dan diadakan pendefinisian (tahap ketiga).
- Tahap pembuktian, pada tahap ini tiap siswa melakukan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan angket (apabila memungkinkan). Obyek yang akan
diwawancarai harus ditentukan dahulu bersama dengan bantuan guru. Demikian pula
data apa yang akan dikumpulkan harus sudah jelas sesuai dengan tujuan pembuktian
hipotesis. Setelah data terkumpul, diadakan analisis data dan dihubungkan dengan
hipotesisnya.Demikianlah hipotesis diuji secara empirik.Apakah hipotesis itu diterima
atau ditolak adanya.
- Tahap generalisasi, pada tahap akhir ini adalah mengadakan generalisasi, yaitu
menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan
masalah.Generalisasi hendaknya disusun secara sederhana agar para siswa dapat
memahaminya dengan jelas.
Jika terdapat dua hipotesis atau lebih menunjukkan hasil pembuktian yang
sama-sama dapat diterima, maka hipotesis-hipotesis itu harus dipertahankan bersama,
dan dengan alternatifnya apakah menguntungkan atau tidak harus diidentifikasi
secermat mungkin.
11
C. Model Pembelajaran Service Learning dalam Pembelajaran PKN
12
Melayani yang bermanfaat adalah melayani hal-hal yang nyata-nyata terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Tee (2005a) mengatakan bahwa pembelajaran harus
terkait erat dengan masalah-masalah dan tugas-tugas nyata. Dengan demikian,
pembelajaran yang dilakukan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi sendiri atau membantu melayani oranglain dalam menyelesaikan masalahnya.
Dengan service learning, peserta didik diajarkan untuk melakukan suatu perubahan
nyata dari sekedar menerima ilmu untuk diri sendiri menjadi ilmu untuk membantu
orang lain.
Melihat segi-segi positif y ang ada pada kegiatan melayani, diharapkan dengan
menerapkan strategi service learning, peserta didik dapat lebih memiliki kepedulian
terhadap oranglain, karena ‘jiwa melayani’ selalu ditanamkan dan dipraktikkan setiap
hari dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya masalah ketidakpedulian yang
sering terlihat di antara peserta didik dewasa ini, maka perubahan dalam kegiatan
pembelajaran menjadi mendesak karena: 1) melalui kegiatan pembelajaran peserta
didik dapat dipengaruhi dan dibentuk, dan 2 ) kegiatan pembelajaran terjadi setiap
hari, berarti apa yang dilakukan setiap hari akan menjadi kebiasaan peserta didik.
13
untuk melayani orang lain dalam rangka meningkatkan kepedulian. Karena perubahan
pikiran itulah yang akan me mpengaruhi apa yang dilakukan selanjutnya (Meyer,
2013). Untuk dapat belajar dengan baik pada saat di kelas maupun di masyarakat,
peserta didik perlu memiliki sikap belajar yang benar.
Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk
mewujudkan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan model
project citizen. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jayadiputra, E. (2015, hlm. 13)
bahwa project citizen dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PKn
dengan proses belajar konstruktif yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir.
Prinsip pembelajaran menggunakan model Project Citizen dimulai dengan prinsip
belajar siswa aktif dimana pembelajaran berjalan dengan baik jika didukung oleh
keaktifan dari setiap siswa. Selama pembelajaran berlangsung dibutuhkan kerjasama
yang baik antara sesama siswa dalam menjalani setiap langkah-langkah pembelajaran
yang ada sehingga terbentuk pembelajaran yang sesuai harapan. Adanya keterlibatan
siswa secara langsung dengan permasalahan di dunia nyata menjadikan pembelajaran
ini bermakna untuk siswa bagi kehidupan selanjutnya.
Dasar pemikiran Project Citizen terletak pada satu kerangka yang terdiri atas
lima bagian tentang gagasan pendidikan dan politik. Demokrasi memerlukan
pemerintahan sendiri dan karenanya memerlukan keterlibatan aktif dan
berpengetahuan warga negara dalam kehidupan berwarga negara (Branson,1999:2-3).
14
Para siswa harus belajar bagaimana menjadi terlibat dalam kehidupan berwarga
negara dengan terlibat di dalamnya, yaitu dengan menyandang kewarganegaraan yang
bertanggung jawab dan efektif (Branson,1999:8-11).
15
5. Menyajikan portofolio (show-case), Setelah portofolio kelas selsai, kelas dapat
menyajikan dalam kegiatan show-case (gelar kasus) kegiatan ini akan
memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada siswa dalam hal
menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka
agar dapat memahami dan menerima gagasan tersebut.
6. Merefleksikan pengalaman belajar, Merefleksikan pengalaman belajar adalah
bagian evalusi terhadap pengalaman belajar siswa, untuk menghindari jangan
sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang
sudah siswa miliki.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
https://penerbitdeepublish.com/model-pembelajaran/
https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-project-
citizen/
https://media.neliti.com/media/publications/192554-ID-pengembagan-e-learning-
https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-pembelajaran-inkuiri-
sosial/pendidikan-kewarg.pdf
Ulafah, Santi Nanda, Hamid Solihin. Model Project Citizen Dalam Pembelajaran
PKN Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Antologi UPI
5 no 1
18