Dibuat Untuk Memenuhi Tugas individu keperawatan anak
Dosen Pembimbing : Dr. Ketjuk Herminaju, SST, SPd, MM
Disusun Oleh:
Wahyu Kurnia Damayanti (A1R19034)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2020/2021 A. Pengertian Bermain Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun pengembangan imajinasi pada anak. Bermain merupakan hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Di bawah ini merupaka pengertian bermain menurut para ahli, yaitu sebagai berikut: Menurut Piaget (Mayesty, 1990: 42) Piaget menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang diulang-ulang yang menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri sendiri. Buhler dan Danziger (Roger dan Sawyers, 1995: 95) Berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan. Hurlock (Rita Kurnia: 2011: 2) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Dockett dan Fleer (2000: 41-43) Bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Brooks & Elliot (1971) Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Anggani Sudono Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak Mayke S. Tedjasaputra Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan – perasaan tertekan, dll Berdasarkan beberapa pengertian bermain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela dengan ataupun tanpa mempergunakan alat, sebagai pengalaman belajar untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan kemampuan dalam diri (anak) yang dapat menimbulkan kesenangan/kepuasan.
B. Fungsi dan Manfaat Bermain
Bagi seorang anak bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permaianan. Melaui kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu. Kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain antara lain: 1. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya. 2. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati) 3. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dan rasa keingintahuannya 4. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya. C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permainan Faktor - faktor yang mempengaruhi permainan anak Menurut Hurlock (1995: 327) faktor- faktor yang mempengaruhi permainan pada anak usia dini adalah: a) Kesehatan. Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan. b) Perkembangan motorik. Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. c) Intelegensi. Pada setiap usia, 27 anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata. d) Jenis kelamin. Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak. e) Lingkungan. Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. f) Status sosioekonomi. Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal sepertu bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi 28 terhadap mereka. g) Jumlah waktu bebas. Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih. h) Peralatan Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
D. Karakteristik dan klasifikasi dari bermain
a). Karakteristik Bermain Karakteristik Bermain George W Maxim (dalam Satya, 2006) mengemukakan lima karakteristik yang dapat diidentifikasi dalam bermain yaitu : 1. Motivasi interinsik, aktivitas bertujuan untuk kesenangan dan motivasi datang dari dalam diri anak 2. Penekanan pada proses bukan hasil 3. Perilaku nonliteral, anak-anak menggunakan kekuatan yang luar biasa untuk berpura-pura selama bermain 4. Kebebasan 5. Kesenangan. Sedangkan karakteristik bermain yang dikemukakan oleh Mary Mayesky antara lain: 1. Bagian alami dalam kehidupan anak, orang dewasa tidak dapat mengemukakan bagaimana anak bermain 2. Langsung pada diri sendiri 3. Aktivitas kreatif bukan hasilnya 4. Aktivitas total 5. Sesuatu yang sensitif bagi anak sedangkan menurut Menurut Hurlock (2000), terdapat beberapa karakteristik permainan anak. A. Bermain dipengaruhi tradisi. B. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. C. Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia. D. Permainan masa kanak-kanak berubah dan tidak formal menjadi formal. b). Klasifikasi Bermain Menurut Wong, et al (2008), bermain dapat dikategorikan berdasarkan isi dan karakteristik sosial. 1. Berdasarkan Isi Permainan Berdasarkan isi permainan, bermain diklasifikasikan dan dijabarkan sebagai berikut: Bermain afektif sosial (social affective play), merupakan permainan yang menunjukan adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau dengan orang lain Permainan yang biasa dilakukan adalah “ci luk ba”, berbicara dan memberi tangan untuk digenggam oleh bayi sambil tersenyum/tertawa (Wong, et al, 2008) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play), permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak yang diperoleh dari lingkungan, seperti lampu, warna, rasa, bau, dan tekstur. Kesenangan timbul karena seringnya memegang alat permainan (air, pasir, makanan). Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik bermain sehingga sukar dihentikan (Erfandi, 2009). Permainan keterampilan (skill play) akan meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus, seperti memegang, memanipulasi, dan melatih untuk mengulangi kegiatan permainan tersebut berkali-kali (Wong, et al, 2008). Permainan (games) adalah jenis permaianan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini biasa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang tradisional maupun yang modern. Misalnya, ular tangga, congklak, puzle, dan lain-lain (Supartini, 2004). Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupted behaviour), dimana anak pada saat tertentu sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, bungku-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya yang digunakannya sebagai alat permainan (Supartini, 2004). Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play), Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak bercelot sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya atau kakaknya. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi terhadap peran orang tertentu (Wong, et al, 2008). 2. Berdasarkan Karakteristik Sosial Supartini (2004) menyebutkan beberapa jenis permainan yang menggambarkan karakteristik sosial, diantaranya onlooker play dan solitary play. Onlooker play merupakan permainan dimana anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya. Sedangkan pada solitary play, anak tampak berada dalam kelompok permainannya, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya. Selain itu Wong, et al (2008), membagi permainan berdasarkan karakteristik sosial menjadi parallel play dan associative play. Pada parallel play, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler. Sedangkan, pada associative play sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin dengan tujuan permainan tidak jelas. Contoh, bermain boneka, bermain hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan. Terdapat juga, cooperative play, dimana aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas. Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memastikan bola ke gawang lawan mainnya (Erfandi, 2009). E. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Perkembangan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dan teori Mildred yang mengatakan perkembangan bermain anak dengan perkembangan sosialnya.Sedangkan Pandangan Hurlock perkembangan bermain terjadi melalui tahapan dan memiliki karakteristik yang berbeda diantaranya sebagai berikut: 1. Tahap Eksplorasi Bila anak-anak diberikan benda atau alat yang baru dikenalnya, pertama-tama mereka mencari tahu, mengamati, menyelidiki apa yang dapat dilakukan benda atau alat tersebut. 2. Tahap Alat Permainan (toy stage) Usia prasekolah anak bermain dengan mainan dan menganggap dapat berkomunikasi degannya, seperti dengan manusia, anak bercakap-cakap dan dengan boneka yang disebutnya anaknya atau teman sekolahnya. 3. Tahap Bermain (play stage) Ditahap ini anak sudah tahu berbagai jenis permainan bersama maupun sendiri dengan alat permainan seperti bermain games, bermain ular tangga dan olah raga. 4. Tahap Melamun (daydream stage) Tahap ini anak sudah merasa besar dan tidak cocok lagi dengan bermain mobil- mobilan atau bermain dengan boneka, kecuali boneka empuk dan lucu untuk di peluk-peluk di kamar sambil tidur