Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

TOILET TRAINING

OLEH :
ADE FERDINA ADY
NIM. 2013142010080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


STIKES YARSI SUMATERA BARAT
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad Saw.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis ingin menyampaikan terima


kasih semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
Allah SWT membalas amal baiknya. Amin.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal inidapat menambah wawasan kita khususnya bagi penulis. Memang
makalah ini masih jauh darisempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter
uretra untuk mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol
rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut
Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembangkan kontrol kandung
kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet training
ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24
bulan (Hidayat, 2005).

Kemampuan anak untuk buang air sendiri di toilet merupakan salah satu
tahap perkembangan yang penting menuju kemandirian. Membantu anak
dalam toilet training kadang-kadang menjadi tantangan bagi orangtua dan
pengasuh. Keberhasilannya diukur dari seberapa jauh anak mengerti penggunaan
toilet untuk buang air, bukan dari kemahiran penguasaan proses belajarnya.
Caranya bisa bermacam-macam. Kuncinya adalah kepekaan untuk mengenali
isyarat dan kesiapan anak untuk belajar, konsistensi, serta tidak dipaksakan.

Tidak ada usia yang pasti untuk memulai toilet training pada seorang


anak. Kesiapannya dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang secara
umum timbul sekitar usia 18 bulan sampai 2,5 tahun.
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar.Beberapa ahli
berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18
bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan
bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalah
menirukan orang tuanya. (Rahmi, 2008 ).

3
Dalam melakukan pelatihan buang air kecil danbesar pada anak
membutuhkan persiapan baiksecara fisik maupun secara intelektual melalui
persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air
kecil secara mandiri. Pada toilet training selain melatih batita mengontrol buang
air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat
batita melakukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi
tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi
pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air
besar dan air kecil. Dengan alasan diatas, penulis membuat makalah tentang
Toilet Training.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian toilet training ?


2. Bagaimana tahapan toilet training pada anak ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mendukung toilet training pada anak ?
4. Apa saja Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training ?
5. Apa saja Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training ?

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami pengertian toilet training


2. Mengetahui tahapan toilet training pada anak
3. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung toilet training pada anak
4. Mengetahui Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training
5. Mengetahui Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Toilet training pada anak merupakan suatu usahauntuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar
(Hidayat, 2005). Menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek
penting dalam perkembangan anak usia toddler yang harus mendapat perhatian
orang tua dalam berkemih dan defekasi. Dan toilet training juga dapat menjadi
awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa untuk
melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar
(Harunyahya, 2007).

Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usiatoddler, kemampuan sfingter


uretra untuk mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol
rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut
Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembangkan kontrol kandung
kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet training
ini dapat berlangsung pada fasekehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24
bulan (Hidayat, 2005).

2.2. Tahapan Toilet Training

Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa tahapan


seperti membiasakan menggunakan toilet pada anak untuk buang air,dengan
membiasakan anak masuk ke dalam WCanak akan cepat lebih adaptasi. Anak
juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan pakaian lengkap dan
jelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan secara rutin kepada anak ketika
anak terlihat ingin buang air.

5
Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu – waktu tertentu setiap hari,
terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan, ini bertujuan agar anak
dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali enkopresis (mengompol)
dalam masa toilet training itu merupakan hal yang normal. Anak apabila berhasil
melakukan toilet training maka orang tuadapat memberikan pujian dan jangan
menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan dengan baik( Pambudi, 2006).

Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3langkah yaitu melihat


kesiapan anak, persiapandan perencanaan serta toilet training itu sendiri:

1. Melihat kesiapan anak

Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu
yang tepat bagi orang tua untuk melatih toilet training .Sebenarnya tidak
patokan umur anak yangtepat dan baku untuk toilet training karena setiap
anak mempunyai perbedaan dalam halfisik dan proses biologisnya. Orang tua
harus mengetahui kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dilatih buang air
dengan benar. Para ahli menganjurkan untuk melihat beberapa tanda kesiapan
anak itu sendiri, anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum
menjalani toilet training. Bukan orang tua yang menentukan kapan anak harus
memulai proses toilet training akan tetapi anak harus memperlihatkan tanda
kesiapan toilet training ,hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang
tidak diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat
toilet.

2. Persiapan dan perencanaan

Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan. Hal


yang perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut gunakan istilah yang mudah
dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku buang air besar (BAB)
/buang air kecil (BAK) misalnya poopoo untuk buang air besar (BAB) dan
peepee untuk buang air kecil (BAK). Orang tua dapat memperlihatkan

6
penggunaan toilet pada anaksebab pada usia ini anak cepat meniru tingkah
laku orang tua. Orang tua hendaknya segera mungkin mengganti celana anak
bila basah karena enkopresis (mengompol) atau terkenakotoran, sehingga
anak akan merasa risih bila memakai celana yang basah dan kotor. Meminta
pada untuk memberitahu atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila ia ingin
buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak mampu
mengendalikan dorongan buang air maka jangan lupa berikan pujian pada
anak (Farida, 2008).

Beberapa tanda ia sudah siap belajar antara lain:

1. Ia mampu menirukan Anda dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar,


misalnya mengikuti Anda ke kamar mandi.
2. Ia mampu mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta
ataupun tidak.

3. Ia mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak.

4. Ia sudah mampu berjalan dan duduk dengan baik.

5. Ia mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar).

6. Ia mampu melepas dan mengenakan pakaiannya.

Selain itu ada juga persiapan dan perencanaan yang lain seperti:

a. Mendiskusikan tentang toilet training dengan anak

Orang tua bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak


kecil memakai popok dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang
tua juga bias membacakan cerita tentang cara yang benar dan tepat ketika
buang air.

b. Menunjukkan penggunaan toilet

7
Orang tua harus melakukan sesuai dan jenis kelamin anak ( ayah
dengan anak laki – laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga
bisa meminta kakaknya untuk menunjukkan pada adiknya bagaimana
menggunakan toilet dengan benar (disesuaikan juga dengan jenis
kelamin).

c. Membeli pispot yang sesuai dengan kenyamanan anak

Pispot ini digunakan untuk melatih anak sebelum ia bisa dan


terbiasa untuk duduk ditoilet. Anak bila langsung menggunakan toilet
orang dewasa, ada kemungkinan anak akan takut karena lebar dan terlalu
tinggi untuk anak atau tidak merasa nyaman. Pispot disesuai dengan
kebutuhan anak, diharapkan dia akan terbiasa dulu buang air dipispotnya
baru kemudian diarahkan ke toilet sebenarnya. Orang tua saat hendak
membeli pispot usahakan untuk melibatkan anak sehingga dia bisa
menyesuaikan dudukan pispotnya atau bisa memilih warna, gambar atau
bentuk yang ia sukai.

d. Pilih dan rencanakan metode reward untuk anak

Suatu proses panjang dan tidak mudah seperti toilet training ini,
sering kali dibutuhkan suatu bentuk reward atau reinforcement yang bisa
menunjukkan kalau ada kemajuan yang dilakukan anak dengan sistem
reward yang tepat. Anak juga bias melihat sendiri kalau dirinya bisa
melakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa yang sudah terjadi
tuntutan untuknya sehingga hal ini akan menambah rasa mandiri dan
percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode peluk cinta serta pujian di
depan anggota keluarga yang lain ketika dia berhasil melakukan sesuatu
atau mungkin orang tuabisa menggunakan sistem stiker / bintang yang
ditempelkan dibagian ” keberhasilan”anak.

3. Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

8
a. Membuat jadwal untuk anak

Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu
dengan tepat kapan anaknya biasa buang air besar (BAB) atau buang air
kecil (BAK). Orang tua bisa memilih waktu selama 4 kali dalam sehari
untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore dan malam bila orang tua tidak
mengetahui jadwal yang pasti BAK ( buang air kecil ) atau BAB (buang
air besar) anak.

b. Melatih anak untuk duduk di pispotnya

Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan segera
menguasai dan terbiasa untuk duduk dipispot dan buang air disitu.
Awalnya anak dibiasakan dulu untuk duduk dipispotnya dan ceritakan
padanya bahwa pispot itu digunakan sebagai tempat membuang kotoran.
Orang tua bias memulai memberikan reward nya ketika anak bisa duduk
dipispotnya selama 2 – 3 menit misalnya ketika anak bias menggunakan
pispotnya untuk BAK maka reward yang diberikan oleh orangtua harus
lebih bermakna dari pada yang sebelumnya.

c. Orang tua menyesuaikan jadwal yangdibuat dengan kemajuan yang


diperlihatkan oleh anak .

Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak buang air kecil (BAK) di
popoknya maka esok harinya orang tua sebaiknya membawa anak ke
pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tua melihat bahwa beberapa
jam setelah buang air kecil (BAK) yang terakhir anak tetap kering
bawalah dia ke pispot untuk buang air kecil (BAK). Hal yang terpenting
adalah orang tua harus menjadi pihak yang proaktif membawa anak ke
pispotnya jangan terlalu berharap anak akan langsung mengatakan pada
orang tua ketika dia ingin buang air besar (BAB) atau buang air kecil
( BAK).

9
d. Buatlah bagan untuk anak supaya diabisa melihat sejauh mana kemajuan
yang bisa dicapainya dengan stiker yang lucu dan warna – warni, orang
tua bisa meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut dibagan itu.
Anak akan tahu bahwa sudah banyak kemajuan yang dia buat dan orang
tua bisa mengatakan padanya orang tua bangga dengan usaha yang telah
dilakukan anak (Dr Sears, 2006).

2.3. Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak

1. Kesiapan Fisik

a. Usia telah mencapai 18-24 bulan

b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam

c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan

d. Mempunyai kemampuan motorik halusseperti membuka celana dan


pakaian

2. Kesiapan Mental

a. Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi

b. Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih

c. Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku


orang lain

3. Kesiapan Psikologis

a. Dapat jongkok dan berdiri di toilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu

b. Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap kebiasaan orang


dewasa dalam BAK dan BAB

10
c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat dicelana
dan ingin segera diganti

4. Kesiapan Anak

a. Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan devekasi

b. Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk latihan berkemih dan


devekasi pada anaknya

c. Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga yang berarti


(Perceraian)

2.4. Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training

1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam

2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol

3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan
kata-kata pup

4. Sudah mampu memberi tahu bila celana ataupopok sekali pakainya sugah
basah dan kotor

5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahudengan cara memegang alat
kelamin atauminta ke kamar mandi

6. Bias memakai dan melepas celana sendiri

7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok


saat merasa BAB dan BAK

11
8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang
sekitarnya

9. Minta diajari menggunakan toilet

10. Mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu

2.5. Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training (Thomson, 2003)

1. Rasa takut akan siraman air toilet adalah biasa, namun dapat mengganggu
latihan memakai toilet

2. Bagi beberapa anak rasa takut akan toilet membuatnya menahan trauma buang
airbesar

3. Anak yang sudah dilatih dapat mengalami kemunduran dan mulai buang air
lagi ditempat yang tidak seharusnya

4. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendiri (anak tidak rela apabila fesesnya di
siram). Baginya prestasi buang air besar adalah prestasi menakjub kan dan
anak sangat bangga bisa melakukannya.

5. Ada tahap ketika anak merasa tertarik dengan bagaimana anak yang jenis
kelaminnya berbeda buang air kecil.

2.6. Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18 –36 Bulan

Anak –anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat dari
kemampuan psikologi,kemampuan fisik dan kemampuan kognitif.

1. Kemampuan psikologi anak mampu melakukan toilet training sebagai


berikut :anak tampak kooperatif, anak memiliki waktu kering periodenya
antara 3 – 4 jam, anak buang air kecil dalam jumlahyang banyak, anak sudah
menunjukkan keinginan untuk buang air besar dan buangair kecil dan waktu
untuk buang air besardan kecil sudah dapat diperkirakan dan teratur.

12
2. Kemampuan fisik dalam melakukan toilet training yaitu anak dapat duduk
atau jongkok tenang kurang lebih 2 –5 menit, anak dapat berjalan dengan
baik,anak sudah dapat menaikkan dan menurunkan celananya sendiri, anak
merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai yang basah atau
kotor,anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap kebiasaan ke
kamar mandi, anakdapat memberitahu bila ingin buang air besar atau kecil,
menunjukkan sikap kemandirian,anak sudah memulai proses imitasi atau
meniru segala tindakan orang, kemampuan atau ketrampilan dapat mencontoh
atau mengikuti orang tua atau saudaranya dananak tidak menolak dan dapat
bekerja sama saat orang tua mengajari buang air.

3. Kemampuan kogitif anak bila anak sudah mampu melakukan toilet training
seperti dapat mengikuti dan menuruti instruksi sederhana, memiliki bahasa
sendiri seperti

4. peepee untuk buang air kecil dan poopoo untuk buang air besar dan anak
dapat mengerti reaksi tubuhnya bila ia ingin buang air kecil atau besar dan
dapat memberitahukan bila ingin buang air ( Nadira, 2006).

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar
(Hidayat, 2005). Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3 langkah yaitu
melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu
sendiri. Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak : Kesiapan
Fisik, Kesiapan Mental, Kesiapan Psikologis

3.2. Saran

Anak sudah harus diajarkan tentang toilet training sejak masih umur 18 bulan
agar anak terbiasa melakukan BAK & BAB pada tempatnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

T. Sutjihati sumantri, hj., M.Si., P.Si (2014), Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung:
PT Refika Aditama

Dinas Pendidikan prov. Jawa barat, (2013). Pembelajaran Bina Diri Untuk Peserta
Didik tunagrahita tingkat SDLB.

Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,


jakarta: fokus media

www/http/TTC program

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training

15

Anda mungkin juga menyukai