Abstrak
A. Pendahuluan
Uraian pada bagian pendahuluan ini mendeskripsikan aspek
historis proses pengemasan makanan yang dimulai di perancis sekitar
abad ke 18, yang diharapkan dapat memberikan gambaran kepada kita
semua bahwa pada dasamya industry pengolahan makanan dalam
kemasan telah berlangsung sangat lama akan tetapi pada saat ini masih
banyak juga dijumpai permasalahan di seputar keamanan makanan
kemasan tersebut, seperti rusaknya kadar gizi, ketahanan makanan
yang terkadang tidak sesuai dengan petunjuk dalam kemasan dan
masalah Iainnya.
Ketika Nicholas Appert pertama kali membuka pabrik makanan
dalam kaleng yang disterilkan, seolah olah industry pangan telah
167
168
B. Pengemasan Makanan
Dalam industri pengolahan makanan, pengemasan merupakan
muara akhir dari serangkaian proses produksi yang tidak hanya
n
bertujuan untuk mengawetkan produk makanan tersebut, tetapi juga
a
untuk keperluan pendistribusian. Berbagai teknik pengemasan telah
berkembang pesat pada saat ini, seperti kemasan dengan variasi
1
1
atmosfir, kemasan aseptik, kemasan transportasi dengan suhu rendah
1
dan sebagainya.
r Dalam bahasa sederhana pengemasan makanan pada dasamya
t merupakan sebuah upaya untuk memberikan semacam wadah bagi
makanan tertentu yang telah ditentukan jumlahnya secara rapi, kuat
dan mampu melindungi isi didalamnya dari berbagai kerusakan.
t Sudarmaji (1993) mendefenisikan kemasan sebagai : (a) sebuah seni,
ilmu dan teknologi dalam penyiapan bahan untuk pengangkutan dan
3 penjualan, (b) sebuah usaha untuk memastikan pengangkutan produk
1
yang aman sampai ke konsumen, dan (c) upaya melindungi bahan yang
1 I
, T '
dijual, dan harus menjual apa yang dilindungi.
t Secara umum tujuan pengemasan adalah melindungi produk
1 makanan agar tidak rusak, dan untuk kepentingan sebuah proses
1 produksi yang berorientasi komersial, maka tujuan tersebut bertambah
dengan mempertimbangkan faktor kemudahan penyimpanan,
I distribusi, pemakaian dan garansi kepada konsumen. Buckle (1978)
t menjelaskan fungsi pengemasan makanan sebagai berikut :
I (a) Mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroba pembusuk, ataupun
I kontaminator lain, seperti udara, debu, dan lain - lain, terhadap
i makanan yang telah dikemas yang terlebih dahulu telah
,, dibersihkan.
(b) Menjamin keberlangsungan proses pengemasan (handling,
pengisian, penutupan, processing) secara lancer, efektif dan
ekonomis.
(c) Memenuhi kepentingan konsumen, seperti kemudahan menutup
dan membuka kemasan, dan factor lain seperti transportasi, dan
penyimpanan. Hal tersebut berkaitan dengan perencanaan bentuk,
ukuran dan berat setiap unit kemasan.
170
C. Bahan Kemasan
Menurut Winarno (1994), pada dasamya bahan kernasan
makanan sebagai sebuah produk komersial terdiri dati tiga jenis, yaitu
kaleng, plastic, dan gelas,
a) Bahan Kemasan Kaleng
Bahan kemasan kaleng dibuat dari bahan Electrolyte Tin Plate
(ETP), Tin Free Steel (TFS) dan Aluminium. Spesifikasi kaleng
ditentukan oleh dua kebutuhan, yaitu kekuatan wadah dan daya
simpan yang dimiliki produk dalam kaleng. Kebutuhan akan kekuatan
kaleng perlu disesuaikan dengan beberapa hal yaitu keceplltan jalur
pengolahan, keadaan dan kondisi alat penutup kaleng, atrnosfir, aliran
uap air, kevakuman yang banyak mempengaruhi pendinginan dengan
tekanan, serta cara penanganan pasca proses (tinggi tumpukan dan
jenis karton). Sedangkan kebutuhan terhadap daya simpan isi kaleng
ditentukan oleh daya korosif produk, lapisan timah putih atau tin free
steel, sifat basic steelnya, plate surface treatment dan jenis organic
coating.
Kemasan kaleng baik bagian luar maupun daIam harus
memenuhi beberapa persyaratan daya taha korosi. Korosi oleh suatu
produk disebabkan adanya hubungan atau kontak langsung antara
produk dan permukaan kaleng serta cara pengalengan. Berdasarkan
kepekaan terhadap korosi, jenis produk yang akan dikalenglwl dapat
.dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu : (a) sangat korosif, contohnya:
red fruits cherries, raspberries, (b) medium korosif, contohnya apel,
171
..~I
\
.
/
I\
,,
..' enamel
•• J;
' .. '
174
1
4 CJ 3
• -
4 .5 6 7
2 3 5
Gambar 3.
Urutan gambar proses pembuatan kaleng lembar ganda tipe DWI
II 21 •
4 III
~ 131
141
DIAMETER LEBAR
- ~ lil
• • ~ Gl
I 51 • ::I
II:
0:{
oJ
<--
• • • , ( 61
191 •. •, •, ,
• • I BI
,
• • •
'" J
• - I 71
I
4. Batas pegas bagian atas (Top spring line)
5. Badan (side wall)
6. Batas pegas bagian bawah (bottom spring line)
7. Dasar
8. Tumit (hell)
9. Stippling
176
c) Kemasan Plastik
Kemasan plastic mulai diperkenalkan sejak tahu 1900-an. Bahan
kemasan plastic dibuat dan disusun melalui proses yang disebut
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang
tersusun sambung menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer.
Kemasan plastic mempunyai beberapa keunggulan yaitu
sifatnya kuat tetapi ringan, inert, tidak karatan, dan bersifat
thermoplastic (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan
kemasan ini adalah adanya sifat - sifat monomer dan molekul kecillain
yang terkandung dalam plastic yang dapat melakukan migrasi ke
dalam bahan makanan yang dikemas.
177
7. OTHER
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER di bawah segitiga. Untuk jenis plastik 7 Other ini terdapat 4
macam, yaitu : SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile
butadiene styrene), PC (polycarbonate), dan
Nylon. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap
reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan
yang telah ditingkatkan sehingga merupakan salah satu bahan
plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan
ataupun minuman. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer,
pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat
gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan
lego dan pipa.
PC atau Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas
anak batita (sippy cup), botol minum poIikarbonat, dan kaleng
kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.
Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berbahaya bagi kesehatan sehingga
dianjurkan untuk tidak digunakan sebagai tempat makanan
ataupun minuman. Ironisnya banyak botol susu yang terbuat dari
PC dan sangat mungkin mengalami proses pemanasan untuk tujuan
sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave,
atau dituangi air mendidih atau air panas.
d) SteriIisasiKomersial
Menurut Winamo (1994) keamanan dan stabiIitas makanan
dalam kaleng secara teknis sangat tergantung pada dua faktor utama,
yaitu efisiensi penutupan kaleng sehingga menghasilkan penutupan
yang hermetic, dan seberapa jauh efisiensi proses sterilisasi panas
dalam menginaktifkan mikroba yang menjadi penyebab potensial
kebusukan makanan dalam kaleng. Efisiensi proses sterilisasi panas
bertujuan untuk menghasilkan makanan kaleng yang berada dalam
kondisi steril komersiaI.
181
f) Penutup
Berkembangnya teknologi pengemasan makana sebagai akibat
tuntutan konsumen dalam memenuhi sebagian hajat pemenuhan gaya
hidupnya dicermati juga meroberikan pengaruh negative berkaitan
dengan kualitas keamanan yang dikemas terhadap kesehatan tubuh,
dan juga terhadap lingkungan sebagai akibat adanya sampah atau sisa
bahan kemasan yang non biodegradable.
Meskipun telah berdiri Yayasan Lembaga Konsumen dan
adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, namun pada
183
I
!
Daftar Pustaka
Femina (No.4 lXX, [anuari 1992). Kantung Plastik Berguna Tapi Menjadi
Masalah. Jakarta
F.G. Winamo. (1994). Sterilisasi Komersial Produk Pangan. Jakarta: PT.
Gramedia
Slamet Sudarmaji. (1993). Pengantar Pengemasan Bahan Makanan.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Totok Amrin. (1999). Mengemas Camilan Untuk Wiraswasta. Yogyakarta :
Kanisius.
oew.usu.ac.idjcoursej j thp_407_handouCkemasan_logam.pdf
ocw.usu.ac.idjcoursej j thp_407_handout_kemasan_gelas.pdf
SEKILAS TENTANG PENULIS
1. Drs. Soiman, MA
Dosen Fakultas Dakwah IAIN-SU
4. Rubino, M.Ag
Dosen Fakultas Dakwah lAIN-SU
5. Dra. Rusni, MA
Dosen Fisipo1 USU
7. Muaz Tanjung, MA
Dosen Faku1tas Dakwah lAIN-SU
184
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
MAJALAH ILMIAH WARTA DHARMAWANGSA
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
I
I
- Hasil pembahasan
- Kesimpulan atau ringkasan
- Daftar pus taka
- Sekilas tentang penulis
1.2. Karya ilmiah konseptual (non penelitian).
Sistimatika penulisan :
- [udul
- Abstraksi dan disertai dengan kata kunci
- Pendahuluan
- Bagian inti atau permasalahan
- Kesimpulan atau ringkasan
- Daftar pustaka
- Sekilas tentang penulis
185
186