4 FORD Panduan Pembuatan Kebijakan
4 FORD Panduan Pembuatan Kebijakan
KERJASAMA ANTARA:
FORD FOUNDATION
dengan
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Jakarta 2013
I. PENDAHULUAN
Pada prinsipnya, berdasarkan bidang yang diatur, regulasi dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori:
• Regulasi ekonomis mengatur kerangka bagi pelaku ekonomi, perusahaan, dan pasar
(misalnya, persaingan usaha yang sehat dan pembatasan monopoli)
• Regulasi sosial merumuskan standar kesehatan, keselamatan, lingkungan hidup,
dan mekanisme perwujudannya (misalnya, perlindungan lingkungan)
• Regulasi administratif berkenaan dengan formalitas dan administrasi pemerintah,
atau sering disebut ‘red tape’ (misalnya, berbagai lisensi)
2
dari penerapan suatu aturan sehingga peraturan tersebut tidak akan menyelesaikan
masalah. Di tingkat daerah, proses perencanaan ini tertuang dalam Program Legislasi
Daerah (Prolegda).
Perlu diingat bahwa Prolegda bukan sekedar daftar judul Perda karena secara substantif
Prolegda harus mampu mencerminkan visi, misi dan arah kebijakan yang hendak
dicapai sesuai dengan rencana pembangunan daerah dan nasional. Beberapa substansi
Prolegda dapat dilihat dibawah ini:
Substansi Prolegda
1. Latar belakang masalah dan tujuan penyusunannya, termasuk keterkaitan dengan
perundang-undangan lainnya (vertikal/horizontal).
2. Sasaran yang akan diwujudkan oleh pembuatan perda(Panjang, menengah, pendek)
3. Pokok-pokok pikiran dan lingkup yang akan diatur
4. Jangkauan arah pengaturan (siapa yang akan terpengaruh dan mempengaruhi dengan
adanya aturan)
3
II.5. Prolegda, Naskah Akademik dan Regulatory Impact Assessment (RIA)
Untuk mendukung tercapainya sebuah Prolegda dengan substansi yang baik, maka
diperlukan sebuah naskah akademik. Pada Pasal 33 UU No.12 Tahun 2012, yang menjadi
dasar hukum dari keberadaan naskah akademik, disebutkan bahwa penyusunan naskah
akademik yang baik adalah melalui kajian. Melalui kajian diharapkan akan mampu
terjawab sejumlah pertanyaan seputar apa materi pokok yang harus diatur, bagaimana
keterkaitan dengan regulasi (vertikal – horizontal), siapa unit terkait yang terlibat, dan
target waktu/prioritasnya. Naskah akademik yang dihasilkan pun nantinya adalah
menjabarkan poin-poin dari prolegda. Jabaran ini yang nantinya tercermin dalam pasal-
pasal di sebuah perda. Beberapa hal yang mendasari pentingnya naskah akademik
menjadi dasar bagi pembentukan Perda adalah:
Setelah melalui sejumlah proses tahapan, termasuk tahapan RIA, dalam perumusan
prolegda oleh pemerintah daerah dapat dilanjutkan dengan melakukan pengisian form
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2011
(lihat tabel di bawah).
Status Unit/ Target Pe-
Tentang Materi Pelak-
No Jenis Instansi nyampaian Ket.
(Judul) Pokok Baru Ubah sanaan
Terkait (Tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4
Keterangan Tabel:
1. Nomor urut pengisian.
2. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.
3. Penamaan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.
4. Materi muatan pokok yang akan diatur.
5. Peraturan tersebut baru.
6. Peraturan tersebut hanya perubahan.
7. Peraturan tersebut merupakan delegasi/ perintah dan peraturan yang lebih tinggi.
8. Unit kerja/instansi terkait dengan materi muatan peraturan yang disusun
9. Tahun penyelesaian kapan? .
10. Hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan Peraturan Daerah dan Keputusan
Kepala Daerah
Seperti telah disebutkan diatas, untuk menghasilkan suatu regulasi yang baik, maka
diperlukan naskah akademik yang dapat mendukung hal tersebut. Agar naskah
akademik yang dihasilkan berkualitas, dapat digunakan metode Regulatory Impact
Assessment (RIA).
KONSULTASI PUBLIK
Ada tiga tahapan proses RIA, yaitu: Pre RIA, RIA Process, Post RIA. Untuk Pre RIA,
kegiatan yang termasuk didalamnya adalah pemetaan keseluruhan regulasi yang telah
ada dan penetapan prioritas kajian. Pemetaan keseluruhan regulasi yang telah ada ini
5
dilakukan agar di dapat gambaran besar mengenai peraturan perundangan yang sudah
ada untuk hal yang akan di regulasikan. Dengan adanya gambaran besar dari peraturan
yang sudah ada, maka dapat ditentukan seperti apa regulasi yang akan dibuat termasuk
skala dan jenis regulasinya.
Setelah tahapan Pre RIA, maka dilakukan proses RIA. Proses RIA sendiri, terdiri dari 7
tahapan yang terdiri dari:
Terdapat tujuh langkah dalam melakukan Regulatory Impact Assessment (RIA) baik
dalam membuat kebijakan maupun dalam melakukan tinjauan kebijakan. Tahapan
pelaksanaan tersebut adalah:
6
Formulation of Problems
Implementation Strategy
Identification of Goals
Cost-Benefit Analysis
Selection of Actions
Action Alternatives
PUBLIC CONSULTATION
Affected parties?
7
Selalu Ingat akan 2 hal:
Beberapa hal yang juga harus diidentifikasi ketika melakukan perumusan masalah
adalah:
a. Siapakah pihak yang terpengaruh?
Identifikasi pihak yang terpengaruh termasuk jumlah (populasi) dan berapa
besar pengaruh tersebut.
b. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap masalah?
Perumusan masalah yang baik harus memperhatikan persepsi dari berbagai
pihak (stakeholders).
Dengan melihat persepsi berbagai stakeholders, ada beberapa manfaat:
a. Memastikan bahwa masalah tersebut memang benar-benar ada (real) dan
bukan hanya sekedar ‘persepsi’ (anggapan) terhadap satu masalah.
b. Menentukan tingkat keseriusan masalah yang ada, khususnya dari sudut
pandang stakeholder.
Harus selalu ingat untuk tidak mengarahkan pada ‘metode’ untuk mengatasi masalah
Tidak boleh mengarahkan atau menekankan pada metode untuk mengatasi
masalah, seperti mengarahkan bahwa suatu masalah hanya bisa dipecahkan melalui
penerbitan regulasi.
8
III.4.2. Bagaimana Mengidentifikasi Tujuan Kebijakan?
Tujuan kebijakan dilakukan untuk mengetahui sasaran yang ingin dicapai melalui
penerbitan suatu kebijakan. Suatu kebijakan memang untuk memecahkan masalah,
namun jika masalah yang terjadi cukup pelik dan rumit, maka dalam keadaan demikian,
kebijakan pemerintah biasanya dibuat memang hanya ditujukan untuk mengatasi
sebagian dari masalah yang dihadapi. Selain itu, juga perlu dilihat apakah pemerintah
memiliki kewenangan mengeluarkan kebijakan tersebut dan apakah kebijakan tersebut
konsisten dengan undang-undang dan peraturan lainnya.
Ada beberapa pertanyaan yang menjadi acuan untuk mengidentifikasi tujuan kebijakan
yang akan diterapkan yaitu:
Desired behavior?
9
pula peluang untuk menyusun suatu kebijakan yang sukses. Biasanya, terhadap
sekelompok orang yang berbeda mungkin diperlukan kebijakan (alternatif/solusi)
yang berbeda.
e. Perilaku yang dikehendaki
Pada tahap ini, harus diterjemahkan tujuan kebijakan kedalam perubahan perilaku
yang diinginkan. Selain itu, perlu juga ditetapkan seberapa besar perubahan perilaku
yang diinginkan. Pertanyaan ini mendorong pembuat kebijakan untuk melihat
realitas sehingga target perubahan perilaku dapat dicapai.
10
Apabila peraturan diperlukan, apa saja model pilihannya? Membuat baru atau
merevisi atau do nothing? Peraturan level nasional atau lokal?
Beberapa contoh alternatif non regulasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Instrumen Contoh
Pengeluaran • Membeli komoditas tertentu untuk menjaga kestabilan
pemerintah harga
11
Instrumen Contoh
• Hibah untuk menutup biaya yang timbul karena menanam
varietas padi baru
• Subsidi untuk membeli peralatan untuk mengurangi polusi
Pinjaman & • Penjaminan pinjaman untuk menutup biaya riset dan
penjaminan pengembangan atas teknologi atau produk baru
pinjaman • Pinjaman untuk membantu biaya pelatihan dan pendidi-
kan pekerja
User charges • Fee atas pembuangan limbah (sesuai dengan jumlah yang
dibuang)
• Fee atas konsumsi air minum
Kepemilikan BUMN
pemerintah
Persuasi • Mendorong kode etik bagi asosiasi waralaba
• Program kesadaran lingkungan hidup
• Promosi penggunaan produksi dalam negeri
Asuransi • Asuransi atas kompensasi pekerja
• Asuransi liability bagi professional
Dalam screening ini kita menghilangkan alternatif yang secara jelas ‘layak untuk
dieliminir’, dan memilih beberapa alternatif yang superior untuk dievaluasi lebih lanjut.
Pertimbangan yang sering digunakan dalam screening alternatif adalah:
12
Pada akhir proses screening, analis akan membuat kesimpulan alternatif manakah
yang layak untuk di analisis lebih lanjut. Evaluasi dilakukan melalui dua cara yaitu
kualitatif dan kuantitatif (scoring) untuk menunjukkan kesimpulan akhir dari evaluasi
berdasarkan berbagai kriteria tersebut.
Analisis Biaya Manfaat penting karena menjadi dasar utama pemilihan alternatif dan
alat untuk mengklarifikasi apakah identifikasi masalah dan tujuan penerapan regulasi
yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tepat.
Manfaat dari suatu alternatif yang akan diusulkan, digambarkan dalam bentuk
pengurangan atau hilangnya suatu masalah yang menjadi dasar dirumuskannya
alternatif tersebut. Manfaat juga terkadang muncul secara tidak langsung. Jumlah jenis
13
manfaat masing-masing alternatif regulasi yang sedang dipertimbangkan mungkin
berbeda dan setiap alternatif mungkin menghasilkan manfaat yang berganda. Oleh
karena itu, ketika mengidentifikasikan manfaat, harus dengan mengidentifikasi seluruh
manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari setiap alternatif regulasi yang
sedang dipertimbangkan.
Ada dua kemungkinan masalah yang muncul pada saat memperkirakan manfaat:
1. Sulit untuk menemukan data yang dikehendaki, khususnya pada manfaat yang tidak
dapat di kuantifisir. Solusi terhadap masalah ini adalah memanfaatkan semaksimal
mungkin data yang tersedia. Jika tidak tersedia data yang secara langsung mengukur
manfaat, cari data yang dapat menjadi substitusi atau proksi terhadap manfaat yang
ingin diketahui.
2. Masalah kedua muncul ketika harus dilakukan penilaian kualitatif yang bersifat
normatif (value judgments).
Ada beberapa langkah dalam menentukan siapa yang mendapat manfaat dari
masing-masing alternatif, yaitu:
a. Tentukan berapa jumlah (populasi) masing-masing kelompok penerima manfaat
Lakukan identifikasi kelompok penerima manfaat baik dari masyarakat
umum, dunia usaha dan juga Pemerintah
Catatan: Jika kelompok yang akan memperoleh manfaat tidak dapat
diidentifikasi, kemungkinan regulasi yang direncanakan masih bersifat
premature • kumpulkan informasi sebanyak mungkin
Review data untuk memperkirakan jumlah orang atau pihak yang akan
menerima manfaat
b. Perhatikan beneficiaries (penerima manfaat langsung & tidak langsung)
Klasifikasikan penerima manfaat kedalam dua kategori: penerima manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung.
c. Konfirmasi daftar manfaat kepada para penerima manfaat
Konfirmasikan ulang daftar penerima manfaat tersebut.
14
Alasan :
1. Jika disetujui oleh masing-masing pihak, maka daftar manfaat akan lebih
meyakinkan dan pihak-pihak yang belum dimasukkan dapat diidentifikasi
dan dimasukkan sebagai pihak penerima manfaat.
2. Jika pihak penerima tidak yakin dengan daftar penerima tersebut, maka
daftar tersebut harus dipertimbangkan lagi. Jika kelompok penerima tidak
dapat diyakinkan bahwa mereka menerima manfaat, alternatif regulasi yang
direncanakan tidak diperlukan lagi.
** Jika tetap sulit juga, gunakan data kualitatif, dan dibuatkan catatan pada bagian
akhir laporan
15
Langkah 4: Mengukur baseline dari setiap indikator (tanpa tindakan)
Di tahap ini, seharusnya sudah ditetapkan indikator-indikator apa yang akan
digunakan untuk mengukur manfaat yang sudah diidentifikasi pada Langkah 1
Bandingkan perkiraan nilai masing-masing indikator dengan dan tanpa regulasi.
(nilai manfaat = nilai manfaat yang diperoleh setelah regulasi diterapkan - nilai
manfaat pada saat regulasi belum diterapkan)
Jika pemerintah tidak melakukan tindakan apa-apa, maka nilai indikator yang
digunakan akan sama dengan nilai indikator tersebut pada saat ini.
Dalam rangka untuk mengisolasi pengaruh yang diperkirakan untuk masing-
masing alternatif, harus diperkirakan nilai indikator yang digunakan dengan
dan tanpa masing-masing alternatif tersebut
Contoh:
Di Majene, untuk mengukur peningkatan produktivitas, diperlukan satu titik
waktu untuk memulai pengukuran peningkatan. Data yang diambil dari satu titik
waktu ini lah yang kemudian menjadi data dasar untuk menghitung peningkatan
produktivitas kakao. Simulasi perhitungan tersebut dilakukan untuk masing-
masing indikator.
Selalu Ingat !!
Manfaat muncul kalau regulasi yang diterapkan dipatuhi. Dengan kata lain, tanpa
adanya kepatuhan terhadap regulasi akan menyebabkan tidak terealisasinya
manfaat yang diperkirakan. Oleh karena itu, dalam hal ini, harus realistis dalam
memperkirakan seberapa besar persentase tingkat kepatuhan pihak yang diatur
Catatan:
Jika besar manfaat dan biaya setiap tahun sama, gunakan perhitungan untuk satu
tahun saja. Jika kasus nya berbeda, dalam artian, biaya harus dikeluarkan pada
tahun-tahun awal penerapan kebijakan, sementara manfaat baru akan dirasakan
beberapa tahun setelah kebijakan berjalan. Pada kasus seperti ini, perlu digunakan
rentang waktu yang lebih panjang dan juga teknik diskonto untuk angka yang
digunakan.
16
lebih baik dari alternatif lain.
3. Kurangi alokasi waktu dan dana untuk alternatif yang biayanya jelas melebihi
manfaat.
4. Jika analisis yang dilakukan memperlihatkan bahwa satu alternatif secara
jelas lebih baik dari yang lain, alokasikan lebih sedikit waktu dan dana untuk
analisis alternatif tersebut karena jelas manfaatnya melebihi biayanya. Pada
saat apa yang harus dilakukan sudah menjadi jelas, tidak banyak lagi gunanya
mengumpulkan informasi tambahan.
Catatan:
• Biarkan analisis yang telah dilakukan mengarah pada rekomendasi yang tepat
bukan sebaliknya.
• Pastikan untuk selalu menggunakan pandangan yang luas, dan tanyalah pada
diri sendiri apakah asumsi yang digunakan sudah sesuai sepanjang proses
analisis.
• Jika ditemukan ketidakpastian ketidakpastian mengenai nilai aktual dari satu
atau lebih variabel yang digunakan dalam model analisis, lakukan analisis
sensitivitas.
Analisis Sensitivitas
Jika dalam suatu kesimpulan yang diperoleh adalah hasil perhitungan yang sensitif
terhadap perubahan suatu variabel tertentu, maka layak untuk dipertimbangkan
untuk melakukan analisis sensitivitas kembali untuk mencoba untuk mendapatkan
hasil perkiraan yang lebih akurat. Jika perlu dilakukan diskonto terhadap
perhitungan yang telah dilakukan, maka analisis sensitivitas harus dilakukan
berdasarkan nilai yang telah didiskonto.
17
Jika manfaat tidak bisa dinilai, dalam artian manfaat tersebut intangible, gunakanlah
proksi yang didasarkan pada barang dan jasa yang dipasarkan.
Tidak ketinggalan beberapa hal yang harus ada dalam ringkasan hasil
analisis adalah::
Tuliskan siapa mendapatkan apa pada setiap tahun
Catat manfaat yang belum terkuantifikasi dan berikan penilaian terbaik
Laporkan asumsi-asumsi yang anda gunakan dan catatan tentang akurasi
perkiraan yang dilakukan.
Secara sederhana biaya dari sesuatu dapat didefinisikan sebagai berapa yang
dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu tersebut yang berbentuk manfaat.
18
mereka setuju dengan yang kita perkirakan.
Langkah 3: Putuskan bagaimana caranya mengukur biaya. Pilih indikator untuk
mengukur biaya dari tahun ke tahun selama rentang waktu yang ditentukan.
Langkah 4: Tetapkan dasar perbandingan (baseline). Perkirakan apa yang akan terjadi
terhadap berbagai indikator yang digunakan seandainya regulasi tidak diterapkan
(keadaan status quo). Perkiraan ini akan menjadi dasar perbandingan untuk melihat
pengaruh diterapkannya suatu regulasi. Dalam banyak kasus, keadaan sebelum
diterapkannya regulasi dapat digunakan sebagai data dasar perbandingan (baseline).
Namun tidak jarang, lebih masuk akal jika diperkirakan kondisi tidak akan tetap
seperti sekarang seandainya regulasi tidak diterapkan. Kondisi yang terjadi dapat
menjadi lebih buruk atau lebih baik dari kondisi sekarang jika regulasi tidak
diterapkan.
Langkah 5: Perkirakan apa yang akan terjadi. Lakukan prediksi terhadap perubahan
masing -masing indikator jika regulasi diterapkan.
Langkah 6: Konversikan semaksimal mungkin berbagai ukuran biaya ke dalam unit
yang sama sehingga dapat dibandingkan.
Langkah 7: Ringkaskan hasil yang telah diperoleh dengan menyebutkan, untuk
masing-masing alternatif, biaya yang ditanggung, oleh siapa, kapan, dan bagaimana
jika dibandingkan dengan baseline (data dasar).
Akuntan akan melihat biaya regulasi tersebut dalam bentuk berapa besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh masing-masing pihak yang terkena dampak regulasi dalam
melakukan penyesuaian untuk memenuhi ketentuan regulasi tersebut. Ekonom berpikir
lebih jauh mengenai apa yang harus dikorbankan oleh masing-masing pihak (dampak).
Untuk usulan alternatif yang cakupannya kecil, mungkin kita bisa berpikir seperti
seorang akuntan. Namun untuk usulan-usulan yang besar, cakupan dalam berpikir juga
mungkin harus lebih luas seperti halnya seorang ekonom. Biaya biasanya merupakan
bagian yang lebih mudah diidentifikasi, paling tidak jika digunakan konsep akuntansi,
dibandingkan dengan manfaat suatu regulasi. Satu hal yang harus selalu diingat dalam
analisis biaya adalah menghindari terjadinya perhitungan ganda.
19
III.4.4.2.2. Apa yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis biaya?
20
harus diperkirakan walaupun regulasi bersifat cost recovery, dimana misalnya
pengguna fasilitas diharuskan untuk membayar. Besarnya penerimaan dari
pembayaran tersebut dapat dimasukkan dalam manfaat.
Di tahap ini, seharusnya sudah cukup banyak informasi dan data yang dikumpulkan
untuk setiap alternatif tindakan yang dipertimbangkan. Untuk masing-masing
alternatif, telah diperkirakan nilai manfaat dan biaya untuk setiap tahun dalam rentang
waktu analisis yang telah ditetapkan. Demikian juga pihak yang menanggung biaya
dan mendapatkan manfaat, seharusnya juga sudah dapat diidentifikasi. Karena adanya
unsur ketidakpastian, maka beberapa perkiraan dapat disajikan dalam bentuk kisaran.
Selain itu, mungkin juga telah diidentifikasi beberapa manfaat dan biaya yang sulit
untuk dikuantifikasi.
a. Melakukan Diskonto
Nilai manfaat dan biaya tergantung dari kapan para pihak menerima manfaat dan
harus membayar biaya tersebut, maka perlu dilakukan terlebih dahulu netralisasi
pengaruh waktu sebelum membandingkan manfaat dan biaya tersebut. Melakukan
diskonto dapat dianggap sebagai mengkonversi seluruh manfaat dan biaya ke data
dasar yang sama sehingga dapat dibandingkan.
21
tidak diperlukan. Cukup digunakan tahun yang mana saja untuk membandingkan
manfaat dan biaya atau satu alternatif dengan alternatif lainnya.
Jika kesimpulan yang didapat tidak begitu pasti, mungkin perlu dipertimbangkan
apakah mengumpulkan data lebih banyak akan dapat meningkatkan tingkat
keyakinan dari kesimpulan yang didapat. Artinya apakah mungkin tingkat
ketidakpastian variabel kunci yang digunakan dikurangi atau ujilah keakuratan
asumsi-asumsi utama yang mendasari kesimpulan dari analisis yang dilakukan.
22
asumsi tertentu sehingga kesimpulannya tidak begitu meyakinkan, maka jelaskan
hal-hal tersebut.
Jika dilakukan diskonto, laporkan semua perkiraan manfaat dan biaya dalam nilai
sekarang dan harus dilakukan analisis sensitivitas berdasarkan nilai yang sudah di
diskonto tersebut.
Untuk memilih alternatif tindakan yang terbaik dilakukan analisis manfaat dan biaya
terhadap masing-masing alternatif. Dibawah ini adalah tabel analisis manfaat dan biaya
dari masing-masing alternatif berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Besarnya
manfaat atau biaya ditunjukkan/diukur dengan indeks skor dengan skala -3 sampai
dengan 3. Angka positif menunjukkan manfaat yang didapat oleh setiap stakeholder,
dan angka negatif menunjukkan biaya/kerugian yang ditanggung oleh stakeholders.
Sementara angka 0 (nol) menunjukkan tidak ada biaya maupun manfaat (netral) untuk
23
indikator yang dimaksud, atau kondisinya tidak berubah. Semakin besar angka berarti
semakin besar manfaat yang diperoleh, dan semakin kecil angka berarti biaya yang
ditanggung semakin besar, seperti terlihat pada tabel di bahwa ini.
Ringkasan dari analisis biaya dan manfaat dari masing-masing alternatif yang relevan
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
24
Kelompok/ Alternatif Tindakan
Manfaat atau Biaya
Stakeholders I II III IV
5. Tingkat kualitas dan kuantitas kakao -1 2 2 2
6. Akses terhadap permodalan/keuangan -1 2 3 1
7. Stabilitas dan standarisasi harga kakao -1 2 3 0
Petani
8. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan -1 3 3 2
9. Biaya modal produksi 0 -1 -1 -1
10. Akses informasi harga dan informasi lainnya -1 0 3 0
1. Kemudahan mendapatkan biji kakao -1 1 -1 1
2. Kualitas dan kuantitas kakao -1 2 2 2
Pedagang
3. Standar harga kakao 1 -1 -2 -1
pengumpul
4. Keuntungan/laba 1 1 -1 1
5. Biaya operasional -1 -1 -2 -1
1. Kemudahan (akses informasi) & kepastian
-1 3 3 1
mendapatkan bahan baku
2. Kualitas dan kuantitas kakao -1 2 2 2
Perusahaan 3. Informasi standar harga kakao 0 0 0 0
4. Keuntungan/laba -1 2 3 2
5. Biaya operasional -1 1 1 1
6. Akses informasi lainnya -1 0 3 0
Total -24 43 51 42
Di dalam pembuatan kebijakan, setiap Rancangan Peraturan atau kebijakan harus dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat agar masyarakat dapat memberikan masukan
baik secara lisan maupun tulisan. Hal yang mendasari dilakukannya Konsultasi Publik
dalam setiap pembuatan kebijakan adalah Pemerintah (regulator) tidak memiliki
informasi yang sempurna mengenai persepsi publik terhadap permasalahan yang akan
dipecahkan dan kemungkinan apa yang akan terjadi seandainya regulasi diberlakukan.
Konsultasi dengan banyak pihak akan meningkatkan kualitas regulasi yang dihasilkan.
Para pihak yang terkait (stakeholders) memiliki posisi yang beragam. Stakeholder utama
adalah pihak yang akan terkena pengaruh dari suatu kebijakan. Stakeholder sekunder
25
Pengalaman di negara industri menunjukkan bahwa, pelembagaan konsultasi
publik merupakan mekanisme efektif untuk mengidentifikasi berbagai
potensi konflik dan membangun konsensus. Mempelajari berbagai metode
konsultasi dari luar merupakan sumber berharga bagi pimpinan daerah untuk
membangun pemerintahan yang partisipatif. Indonesia memiliki pengalaman
praktek “musyawarah”, yang perlu terus diperkaya. UU 34/2004, Ombudsman,
merupakan contoh indikator penting tumbuhnya pemerintahan yang partisipatif
dan transparan.
adalah institusi perantara dalam proses implementasi. Stakeholder kunci adalah pihak
yang dapat mempengaruhi hasil dalam proses penyusunan regulasi. Pada akhirnya
Pemerintahlah (eksekutif dan legislatif) yang pada akhirnya mengambil keputusan
akhir dan yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Konsultasi publik berguna
untuk menutup gap antara kebijakan dan harapan publik. Di dalam proses RIA sendiri,
konsultasi publik melingkupi keseluruhan tahapan.
Rencana konsultasi harus dipersiapkan secara tertulis di luar proses RIA. Rencana
ini harus dianggap sebagai dokumen yang fleksibel dan selalu dapat dirubah sesuai
dengan perkembangan informasi yang diperoleh dari partisipan. Rencana konsultasi
paling tidak harus mencakup daftar pihak-pihak yang akan dikonsultasi, mekanisme
konsultasi dan daftar informasi atau isu yang direncanakan akan dikonsultasikan
kepada masing-masing pihak.
Konsultasi dengan pihak terkait dapat dan harus dilakukan dengan berbagai mekanisme
baik formal maupun informal. Pilihan metode yang dapat dilakukan antara lain:
Publikasi draft regulasi dengan permohonan untuk memberikan masukan terhadap
draft tersebut.
Publikasi draft RIAS dengan permohonan kepada pembaca untuk memberikan
masukan.
27
Pertemuan dengan pengamat ahli, pihak yang akan terkena akibat regulasi, dan
masyarakat umum. Pertemuan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
seperti pertemuan kecil informal atau formal dan besar seperti seminar dan
simposium.
Penunjukan badan konsultasi yang terus menerus dikonsultasi selama proses RIA.
Publikasi draft RIA yang relevan di internet dengan permohonan kepada pembaca
untuk memberikan komentar melalui email.
Kualitas Partisipasi
Konsultasi dalam konteks RIA tidak selalu mudah. Banyak orang dan kelompok yang
tidak mempercayai pemerintah secara umum. Pada mulanya, kelompok-kelompok
terkait mungkin belum mempunyai pengalaman keterlibatan yang banyak dalam
proses RIA dan tidak begitu memahami bagaimana informasi yang mereka berikan
akan diperlakukan. Oleh karena itu, perlu terlebih dahulu dibangun rasa saling percaya
sehingga kelompok-kelompok terkait tersebut dengan sukarela mau berpartisipasi
secara penuh dalam proses RIA.
28
OECD telah mengkompilasi beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman
mereka melakukan proses konsultasi untuk RIA. Secara ringkas, pelajaran yang dapat
diambil adalah bahwa konsultasi perlu dijadikan proses interaktif yang terjadi sepanjang
pelaksanaan RIA. Beberapa pelajaran yang perlu diperhatikan adalah:
Konsultasi harus dimulai sesegera mungkin.
Partisipan pada proses konsultasi harus diberikan informasi sedini mungkin
tentang draf regulasi yang sedang dipertimbangkan dan tentang RIA yang sedang
dilakukan.
Tim pelaksana RIA harus proaktif dalam menemukan orang dan kelompok yang
relevan untuk berpartisipasi dalam konsultasi.
Dalam rangka membangun rasa saling percaya antara partisipan dengan tim RIA,
konsultasi harus dirancang lebih sebagai sebuah dialog yang berkelanjutan dan
bukan sebagai sebuah pertemuan tunggal.
Konsultasi seharusnya merupakan proses yang transparan; mereka yang
berpartisipasi dan bagaimana mereka berpartisipasi harus menjadi informasi yang
dapat diakses oleh publik selama proses RIA berlangsung dan dilaporkan dalam
RIAS.
29
Contoh Konsultasi Publik
Dibawah ini disajikan tabel ringkas yang memuat hal-hal yang harus diperhatikan dalam
konsultasi publik yang akan dilakukan untuk mendukung implementasi alternative
kebijakan pemecahan masalah kakao di Majene
KONSULTASI PUBLIK
b) Pihak mana saja yang memiliki 1. Staff Ahli Bupati Bidang Pertanian
pengetahuan yang luas atas 2. KTNA
permasalahan yang sedang 3. Perguruan Tinggi/Akademisi
dibahas? 4. Pegiat/LSM
30
KONSULTASI PUBLIK
a) Apakah ada publikasi atas hasil Publikasi atas hasil konsultasi publik dibuat
konsultasi publik dalam bentuk “RIA Statement” baik berupa
hardcopy maupun dipublikasikan melalui
media cetak, disebarkan dalam diskusi
public secara langsung maupun di media
elektronik.
Regulasi sebaik apapun tidak ada gunanya jika tidak dapat diterapkan. Tingkat
keberhasilan penerapan akan mempengaruhi seberapa besar manfaat yang diperkirakan
akan dapat terealisasi. Ini semua bergantung pada tingkat kepatuhan. Dalam analisis
RIA, perkiraan persentase tingkat kepatuhan ini harus diperhitungkan. Bisa saja
alternatif dengan tingkat manfaat besar akan terkalahkan oleh alternatif dengan tingkat
manfaat kecil, karena perbedaan tingkat kepatuhan.
31
SELALU INGAT !!
Karena proses implementasi tidak semudah yang diasumsikan, maka perlu dirumuskan
strategi yang perlu diikuti dalam implementasi alternatif terpilih. Faktor-faktor yang
harus dijadikan fokus perhatian dalam perumusan strategi implementasi adalah:
Mekanisme penerapan yang dapat digunakan untuk alternatif terpilih berdasarkan
pada:
• Analisis kemungkinan alasan-alasan untuk ketidakpatuhan;
• Review daftar berbagai kemungkinan mekanisme penerapan untuk masing-
masing alternatif regulasi maupun non-regulasi.
Beberapa jenis mekanisme yang dapat digunakan untuk memaksa atau mendorong
kelompok target mematuhi regulasi yang akan diterapkan antara lain:
Peringatan secara verbal ataupun tertulis;
Tilang;
Sanksi administrasi;
Peningkatan beban regulasi (seperti tuntutan pembuatan laporan yang lebih ketat,
inspeksi yang lebih intensif, atau pengenaan tambahan biaya untuk tambahan
pemeriksaan);
Penalti keuangan;
Pengumuman kepada publik pihak-pihak yang tidak patuh;
Sanksi dalam hal perijinan (seperti skorsing, pencabutan, dan tidak dapat
memperbaharui ijin);
Tuntutan pidana.
Selain sanksi dan penalti yang disebutkan di atas, strategi untuk meningkatkan derajat
kepatuhan harus juga mempertimbangkan kemungkinan penggunaan imbalan dan
insentif untuk kepatuhan secara sukarela. Pilihan insentif yang dapat dipertimbangkan
antara lain:
Pengurangan jumlah pemeriksaan;
Penawaran pemotongan terhadap penalti;
32
Penyederhanaan terhadap perijinan bagi perusahaan yang mempunyai catatan baik
dalam memenuhi berbagai ketentuan;
Pemberian penghargaan berdasarkan tingginya tingkat kepatuhan.
Di Majene, agar implementasi pilihan alternative dapat berjalan dengan baik maka
dirumuskan beberapa hal terkait strategi implementasi yang tercantum dalam tabel
ringkas dibawah ini:
STRATEGI IMPLEMENTASI
1. Apakah mekanisme yang digunakan untuk alternatif tindakan terpilih?
a) Regulasi atau non regu- Regulasi dalam bentuk peraturan daerah (perda)
lasi?
b) Bagaimana analisis per- • Para pihak (stakeholders) diyakini patuh terha-
sepsi tingkat kepatuhan? dap kebijakan yang dibuat, karena kebijakan
ini berasal dari aspirasi stakeholder dari
bawah (Bottom Up).
• Adanya kesadaran bersama untuk menyele-
saikan permasalahan yang dihadapi oleh para
petani kakao di Majene.
c) Bagaimana analisis biaya Berdasarkan analisis biaya dan manfaat, kebijakan
manfaat? ini dapat disimpulkan lebih besar manfaat dari-
pada biaya.
2. Apakah jenis sanksi yang di- Untuk mendorong tingkat kepatuhan terhadap
gunakan untuk mendorong aturan, sanksi yang diberikan bisa berupa sanksi
kepatuhan? administratif. Bahkan, jika diperlukan, sanksi
pidana juga bisa dikenakan bagi para pelanggar.
3. Bagaimana bentuk sosialisasi • Konsultasi Publik (FGD atau pertemuan infor-
yang dilakukan untuk men- mal) kepada para pihak terkait.
dorong kepatuhan? • Pemaparan hasil/hearing/audiensi dengan
Bupati atau DPRD.
• Publikasi dilakukan melalui media cetak mau-
pun elektronik.
a) Bagaimana efektifitas so-
Efektif
sialisasi yang dilakukan?
b) Bagaimana intensitas sos-
7 kali
ialisasi yang dilakukan?
33
IV. PERATURAN DAERAH RAMAH INVESTASI
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, selain mekanisme perencanaan yang baik, sebuah
kebijakan juga harus memiliki substansi yang baik. Untuk menghasilkan suatu perda
yang ramah investasi maka secara substansi harus memenuhi dua kriteria, yakni Kriteria
Umum dan Kriteria Khusus perda yang ramah invenstasi.
A. Kriteria umum
Yang dimaksud dengan kriteria umum adalah kriteria-kriteria yang harus ada dalam
semua perda yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan aktivitas
investasi ataupun usaha di daerah. Beberapa kriteria yang termasuk dalam kriteria
umum ini adalah:
1. Kesesuaian dengan kebutuhan
•• Mengatur hanya sesuai kebutuhan yang akan diatur sehingga perda yang
dihasilkan benar-benar sesuai dengan tujuan dan sasaran.
•• Dapat dilaksanakan, dalam artian, perda tersebut harus memperhitungkan
efektivitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan baik secara
filosofis, yuridis maupun sosiologis.
•• Bermanfaat dan berdaya guna, hal ini dikarenakan perda dibuat karena
kondisi dimasyarakat membutuhkan pengaturan. Tidak hanya itu perda
juga diharapkan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Substansi/Penulisan yang baik
•• Penulisan substansi secara baik, penggunaan bahasa yang sederhana dan
tidak menimbulkan multi tafsir. Memiliki kejelasan rumusan dalam hal
bahasa hukum, terminologi, dan mudah dimengerti.
•• Relevansi acuan yuridis dan mengacu pada peraturan atau undang-undang
yang mengatur obyek yang sama
•• Kemutakhiran (up-to-date) acuan yuridis, dalam artian harus mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang paling mutakhir
•• Kelengkapan yuridis, dalam artian bahwa perda harus memiliki kelengkapan
secara material mengenai apa saja yang harus diatur dalam sebuah perda
(konten minimal). Selain itu harus ada kejelasan obyek maupun subyek
yang diatur.
•• Konsistensi antar pasal dan ketepatan muatan materi di dalam
3. Keadilan
•• Menjamin semua pihak sama dimuka hukum. Tidak boleh ada aturan yang
membedakan perlakuan terhadap subyek perda apalagi bersifat suku, ras,
agama dan golongan.
•• Mencantumkan secara jelas hak-hak dan kewajiban subjek perda sehingga
ada kepastian hukumnya. Muatan yang terkandung dalam perda
harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat.
•• Memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi
khusus daerah dan budaya.
4. Keterbukaan
•• Perda membuka partisipasi masyarakat/stakeholder tidak hanya dalam
pembuatan namun pada saat implementasi.
34
•• Perda harus mudah diakses masyarakat untuk memperoleh informasi
penting dalam pengambilan keputusan
•• Tidak menghalangi akses masyarakan untuk mengakses sumber daya
ekonomi
5. Persaingan yang sehat
•• Membuka kesempatan bagi semua lapisan masyarakat, menghindarkan
dari praktik persaingan tidak sehat, dan memperhatikan perlindungan
terhadap konsumen
6. Insentif untuk dunia usaha
•• Memuat insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dalam
mengembangkan usahanya di daerah (keringanan pajak dan atau retribusi,
kemudahan perijinan, permodalan atau insentif sarana dan prasarana)
7. Efisiensi
•• Dapat memberikan setidaknya 3 efisiensi bagi investor maupun Pemda,
yaitu: Efisiensi biaya, SDM dan efisiensi birokrasi
8. Manajemen konflik yang baik
•• Adanya mekanisme penyelesaian sengketa antar pihak secara jelas, cepat,
murah mengikat dan terukur.
B. Kriteria Khusus
Adapun kriteria khusus yang dimaksud adalah kriteria-kriteria yang dikhususkan
untuk jenis-jenis perda yang berhubungan dengan ekonomi. Dalam hal ini terdapat
empat jenis perda ekonomi seperti dibawah ini:
PERDA EKONOMI
Perda Pungutan (pajak & Perda Perencanaan Perda Anggaran Perda SOTK
retribusi) dan perijinan Daerah (RTRW, Pendapatan dan
1. Muatan perda pu- RPJMD, dll) Belanja Daerah 1. M u a t a n
ngutan, jenis-jenis 1. Penyusunan RPJMD (APBD) materi yang
pungutan, dan besa- mengacu pada1. Memuat penge- diatur terkait
ran tarif disesuaikan RPJMN dengan sahan APBD besaran dan
dengan ketentuan UU memperhatikan fak- yang akan di- ukuran SKPD
No.28/2009. tor berikut: gunakan untuk di daerah.
2. Muatan perda peri- • Potensi daerah tahun anggaran 2. Perda SOTK
zinan dan ketentuan • Tingkat eksosbud berjalan. didasarkan
mengenai perizinan masyarakat 2. M u a t a n pada PP No.
disesuaikan dengan • Daya dukung perda APBD 41 Tahun
ketentuan UU No. lingkungan mengacu pada 2007 tentang
25/2007 tentang Pe- Permendagri Pedoman
nanaman Modal. 2. Perda RTRW berisi- No. 27/2013 Organisasi
3. Memuat insentif ke- kan rencana ren- dan PP 71/2010 Perangkat
pada masyarakat dan cana pengaturan (PSAP). Daerah.
dunia usaha dalam tata ruang suatu 3. Perda APBD
mengembangkan usa- daerah dengan harus efisien,
hanya di daerah (ker- mengacu pada UU berbasis kinerja
inganan pajak dan atau No. 26/2007 dan mendorong
retribusi, kemudahan pertumbuhan di
perijinan, permodalan daerah tsb.
atau insentif sarana
dan prasarana)
35
Contoh-Contoh Perda Ramah Investasi:
Untuk melaksanakan perda ramah investasi, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Efektifitas Perda, pelaksanaan perda harus efektif (tepat sasaran) dalam
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam masyarakat dan bukan malah
menambah maslah baru.
b. Kesesuaian dengan pelaksanaan di lapangan, pelaksanaan perda ramah investasi
harus konsisten dan konsekuen dengan apa yang sudah diatur di dalam perda
tersebut, dengan pelaksanaan di lapangan.
c. Tingkat kepatuhan masyarakat, pelaksanaan perda ramah investasi harus dapat
mengatur investor dan masyarakat dalam mengurangi atau menghilangkan
pelanggaran yang terjadi dan juga mengurangi jenis-jenis pelanggarannya.
Beberapa dampak yang timbul dari penerapan perda ramah investasi adalah sebagai
berikut:
a. Dampak sosial, berupa terjadinya keteraturan dalam masyarakat, terciptanya
lapangan kerja yang luas, penurunan tingkat kemiskinan dan lain sebagainya.
b. Dampak ekonomi, berupa peningkatan ekonomi, peningkatan investasi, tumbuhnya
perekonomian dan lain sebagainya.
c. Dampak hukum, berupa adanya penurunan angka permasalahan sengketa,
penurunan angka kejahatan dan lain sebagainya.
36
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Regional Autonomy Watch
Gd. Permata Kuningan Lt.10
Guntur Setiabudi, Jakarta Selatan 12980
Phone: +62 21 8378 0642/53, Fax.: +62 21 8378 0643