Anda di halaman 1dari 9

NAMA : NUR AFIFA MOKODOMPIS

NIM : PO0220219026
KASUS : Diabetes Melitus

LAPORAN DM

1. Pengertian
DM merupakan penyakit metabolik yang terjadi oleh interaksi berbagai faktor: genetik,
imunologik, lingkungan dan gaya hidup.12 Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.13 Pernyataan ini selaras dengan IDF
(2017) yang menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat
meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak mampu memproduksi banyak hormon
insulin atau kurangnya efektifitas fungsi insulin.14 Menurut American Diabetes Association (ADA)
diabetes sangatlah kompleks dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis secara berlanjut dengan
strategi pengontrolan indeks glikemik berdasarkan multifaktor resiko.(Fajar, 2016)

2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association 2018 dibagi dalam 4
jenis yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada
DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level
protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis. Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi
virus atau
rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel
penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I,
pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan
insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka
penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan
mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi
insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain.19 Gejala pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan
asimptomatik. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah
raga secara teratur biasanya penderita brangsur pulih. Penderita juga harus mampu
mepertahannkan berat badan yang normal. Namun pada penerita stadium akhir kemungkinan akan
diberikan suntik insulin. 15
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan sindrom
genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM.17 Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau
bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali
pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan
dengan Diabetes Melitus Gestasional DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana
intoleransi

3. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan tetapi dominan
genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi,
2011). Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain :

a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya kegagalan
pada sel Bmelepas insulin.
b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen yang mampu
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang diproses secara
berlebih, obesitas dan kehamilan.
c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat

4. Tanda dan gejala


Gejala yang muncul pada penderita diabetes mellitus diantaranya 16 :
a. Poliuri (banyak kencing) Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila
kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang tinggi akan dikeluarkan
melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar glukosa darah maka ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang banyak. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam jumlah banyak.
b. Polidipsi (banyak minum) Polidipsi terjadi karena urin yang dikeluarkan banyak, maka penderita
akan merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum.
c. Polifagi (banyak makan) Polifagi terjadi karena berkurangnya kemampuan insulin mengelola kadar
gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar yang berlebihan.
d. Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan energi
lain dalam tubuh seperti lemak(Fajar, 2016).
5. Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin itu
sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin terikat pada
reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari terikatny ainsulin tersebut maka, akan terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes
mellitus tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal
tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam
mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus
terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk disekresikan . Pada pasien atau penderita yang
toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan
tersebut, serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit
meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes
Melitus Tipe II ini.
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama adalah terjadinya
hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki
peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan
faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar
asam lemak bebas.
Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang berupakan
ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah
akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat(selama bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan,
iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur
(jika kadar glukosanya sangat tinggi.). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
DM tipe 1 DM tipe 2

Sel Beta Prancreas hancur Sel Beta Prancreas Rusak

Defisiensi Insulin

Anabolisme Proses Liposis Meningkat penurunan pemakaian


Glukosa

Kerusakan Pada Gliserol asam lemak bebas


Antibodi Hiperglikemia

Kekebalan Tubuh
aterosklerosis katogenesis Poliphagi viskolita
darah

neoropati sensori perife ketoasidosi Polidipsi


s aliran Darah
melambat

klien merasa sakit pada Poliurea


luka
Ischemic jaringan

Ketidakstabilan
kadar gula darah

Nekrosis Luka

Perfusi perifer tidak


Nyeri Akut efektif
ganggren

Gangguan integritas
aktivitas terganggu
kulit/jaringan

Intoleransi aktivitas
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
1) Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM,adalah:


a) Jumlah sesuai kebutuhan
b) Jadwal diet ketat
c) Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J yaitu:
a) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau ditambah
b) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
c) Jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori diet DM
harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
2) Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya
b) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
d) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik

3) Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya. Misalnya
mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel mengenai diabetes
4) Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara (edukasi,pengaturan
makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan obat obatan
5) Pemantauan gula darah Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan
untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar
diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
6) Melakukan perawatan luka

b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan pasien
dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang
digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral
gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap
harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda
dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan
risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut
usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan
dalam terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan
penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi
penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja
singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah
bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua
jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai
dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal
dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun
demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
2) Obat Antidiabetik Oral
a) Sulfonilurea Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD
generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena
adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat
berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah.
Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena
metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide
dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit
tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien diabetes geriatri.
Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin dari
fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
b) Golongan Biguanid Metformi
Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan
tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut
usia karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan.
Pasien lanjut usia harus memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum
kretinin yang rendah disebakan karena massa otot yang rendah pada
orangtua.
c) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose Obat ini merupakan obat oral yang
menghambat alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang
mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks. Sehingga
mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan peningkatan
glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan obat
yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang
mengalami diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat
membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita
sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut
tidak menjadi masalah klinis.
d) Thiazolidinediones Thiazolidinediones
memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek
insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah
terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan
hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung.
Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .

7. Pengkajian keperawatan
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama untuk
mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan
data. Pengumpulan data antara lain meliputi
a. Biodata
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku,
alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama , biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
Pada pasien post debridement ulkus kaki diabetik yaitu nyeri 5 – 6 (skala 0 - 10)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke
IGD sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah
menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga dari pasien yang menderita penyakit
Diabetes Mellitus karena DM ini termasuk penyakit yang menurun.
c. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien dan keluarga
mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu
makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit , mencatat
konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin, kelelahat/
keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas
secara mandiri
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan selama tidur
(sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengetahui tentang
penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak percaya
diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya, kecemasan yang
muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi , komunikasi, car
berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah selama sakit, ketaatan
dalam berdo’a dan beribadah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada balutan. Tanda-tanda vital
pasien (peningkatan suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi
2) Sistem pernapasan Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat anesthesia yang
diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi fowler untuk mengurangi atau
menghilangkan sesak napas
3) Sistem kardiovaskuler Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
4) Sistem pencernaan Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa
bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan, bising usus, berat
badan.
5) Sistem musculoskeletal Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini
karena pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4 dapat menyerang
sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena ulkus karena
nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output yang
tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk membuka jaringan mati
yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.

7. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :
a. Nyeri akut
b. Kerusakan integritas kulit
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, M. (2018) ‘Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang Kirana Rumah Sakit
Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes’, (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).
Varena, M. (2019) ‘Karya Tulis Ilmia Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus’, p. 121.

Anda mungkin juga menyukai