20.0.123.0.02.116 I Wayan Widana - Tugas Hukum Islam-Perbandingan Hukum Waris

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH HUKUM ISLAM

Perbandingan Hukum Waris di KUH Perdata dan Hukum Waris Islam

Oleh:
I Wayan Widana
NIM: 20.0.123.0.02.116

Prodi Sarjana (S-1) Ilmu Hukum


Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta
Denpasar
2021
1

Perbandingan Hukum Waris di KUH Perdata dan Hukum Waris Islam

Hukum waris merupakan salah satu bagian Hukum Perdata di Indonesia. Di Indonesia mengenai hukum waris belum terdapat
kodifikasi. Hal ini berarti bahwa berbagai golongan penduduk Indonesia masih berlaku hukum waris yang berbeda-beda seperti hukum
waris barat (sesuai ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/KUH Perdata), hukum waris Islam dan hukum waris adat.
(Simanjuntak, 2015:209)
Pembahasan dan diskusi ini hanya membatasi perbandingan pengaturan hukum waris yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata) dengan hukum waris Islam menurut hukum Islam (Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991
Penyebarluasan tentang Kompilasi Hukum Islam/KHI). Hukum Waris dalam KHU Perdata diatur pada Buku Kedua BAB XII-BAB
XVIII (Pasal 830-Pasal1130). Sementara pada Kompilasi Hukum Islam, Hukum Waris diatur pada Buku Kedua Pasal 174-Pasal 214).
Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia.
Hukum waris pada hakikatnya mengatur mengenai tata cara peralihan harta kekayaan dari seorang yang meninggal dunia atau pewaris
kepada para ahli warisnya. (Simanjuntak, 2015:212)
Di dalam kewarisan ini, terdapat tiga unsur yaitu:
a. Adanya orang yang meninggal dunia (pewaris)
b. Adanya harta kekayaan yang ditinggalkan
c. Adanya ahli waris (Simanjuntak, 2015:212)
Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan. Ahli Waris adalah orang yang menggantikan
kedudukan pewaris dalam bidang hukum kekayaan, karena meninggalnya si pewaris dan berhak menerima harta peninggalan pewaris.
Sedangkan Harta Warisan adalah keseluruhan harta kekayaan yang berupa ativa dan pasiva yang ditinggalkan oleh si pewaris setelah
dikurangi dengan semua utangnya. (Simanjuntak, 2015:211).
2

Tabel Perbandingan Hukum Waris di KUH Perdata dan Hukum Waris Islam
(dikompilasikan dari berabgai sumber)

No Aspek Hukum Waris di KUH Perdata Hukum Waris Islam


1 Sumber hukum KUH Perdata Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Asas Hukum waris KUHPerdata berasas persamaan Hukum waris Islam berasas ketauhidan, berasas
secara absolut, dan berasas peralihan secara ijbari, berasas keadilan berimbang, berasas
otomatis. (Harahap & Ansori, 2011:x) personalitas keislaman, dan berasas tasaluh.
(Harahap & Ansori, 2011:x)

2 Syarat mewaris karena Tidak terlihat persyaratan mewaris karena Pewaris dan ahli waris harus beragama Islam.
agama perbedaan agama. Dapat disimpulkan apabila Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 171
terjadi pewarisan tidak melihat agama dari ahli b:“Pewaris adalah orang yang pada saat
warisnya. Sehingga semua memperoleh harta waris meninggalnya atau dinyatakan meninggal
karena dilindungi Legitime Portie (Pasal 913 berdasarkan putusan Pengadilan, beragama Islam,
KUHPerdata). (Ariphia & Prabandari, 2019:889) meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.”

Pasal 171 c: “Ahli waris adalah orang yang pada


saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau hubungan perkawinan dengan
pewaris,beragama Islam dan tidak terhalang
hukum untuk menjadi ahli waris”

Di dalam Kompilasi Hukum Islam tidak mengatur


secara tertulis mengenai pembagian kepada ahli
waris non muslim mewarisi harta dari pewaris
muslim. Namun hakim seringkali memberikan
wasiat wajibah untuk diberikan kepada ahli waris
non muslim merujuk yurisprudensi
No.368.K/AG/1995. Salah satu perkara No.
086/PDT.P/2016/PA.JS penetapan pemberian
wasiat wajibah. (Ariphia & Prabandari, 2019:889)
3

3 Nilai keadilan Hukum waris menurut KUHPerdata memiliki nilai Hukum waris Islam mempunyai nilai keadilan lebih
keadilan yang lebih menekankan persamaan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan faktor-
absolut antara sesama manusia, baik laki-laki faktor sosio-kultural yang memang memperlihatkan
maupun perempuan. (Harahap & Ansori, 2011:x) adanya perbedaan status dan kewajiban antara laki-
laki dengan kaum perempuan. (Harahap & Ansori,
2011:x)
4 Pembagian waris Pasal 852 (2) KUHPerdata, seseorang mewaris
karena kedudukannya sendiri dalam susunan Pembagian waris terdapat pada Pasal KHI:
keluarga si pewaris mempunyai posisi yang Pasal 176 bagian anak perempuan dan laki laki
memberikannya hak untuk Pasal 177 bagian ayah
mewaris. Haknya tersebut adalah haknya sendiri, Pasal 178 bagian Ibu
bukan menggantikan orang lain dan tiap ahli waris Pasal 179 bagian duda
mendapat bagian yang sama besar. Pasal 180 bagian janda
Pasal 182 saudara
Pasal 852 (2): (Ariphia & Prabandari, 2019:889-890)
“Mereka mewaris kepala demi kepala, jika dengan
si meninggal mereka bertalian keluarga dalam
derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak
karena diri sendiri.”

Dalam ketentuan BW ditetapkan orang-orang yang


berhak mendapatkan harta warisan atau yang
disebut sebagai hak mutlak (legitieme portie)

Golongan I
meliputi keluarga dalam garis lurus ke bawah,
meliputi anak-anak beserta keturunan mereka
beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau
yang hidup paling lama.

Golongan II
meliputi anggota keluarga dalam garis lurus keatas
yaitu, orang tua (ayah dan ibu) serta saudara, baik
laki-laki maupun perempuan.

Golongan III
meliputi kakek dan nenek si pewaris baik dari
pihak ayah maupun dari pihak ibu.

Golongan ke IV
4

meliputi anggota dalam garis ke samping dan sanak


keluarga lainnya sampai derajat keenam. (Ariphia
& Prabandari, 2019:880-890)

5 Pengurangan/pengeluaran Tidak mengenal pengurangan/pengeluaran- Apabila pewaris meninggal dunia maka harta
harta warisan pengeluaran harta warisasan dan semua bagian ahli tersebut memperhatikan hak yang berhubungan
waris adalah sama, tidak membedakan apakah hak dengan harta warisan, apakah harta warisan tersebut
anak, suami/istri atau Ibu-Bapak dan lain-lain. sudah dikurangi untuk merawat jenazahnya,
(Hasanudin, 2015:iv) membayar hutang dan wasiat, setelah bersih baru
dibagi kepada ahli waris. Kemudian dibedakan
antara ahli waris yang satu dengan ahli waris yang
lain. (Hasanudin, 2015:iv)
6 Kewajiban membayar Ahli waris diwajibkan membayar hutang-hutang Tanggung jawab ahli waris merupakan tanggun
hutang pewaris pewaris. Baik ahil waris menurut undang-undang jawab moral. Artinya tanggung jawab ahli waris
maupun ahli waris testamenter akan memperoleh hanya sebatas kekayaan pewaris. Ahli waris tidak
segala hak dan kewajiban pewaris. (Hasanudin, dapat dituntut secara hukum atas beban hutang yang
2015:iv) dipikul pewaris. (Hasanudin, 2015:iv)
7 Porsi warisan KUHPerdata memandang sama hak dan kewajiban Hukum waris Islam tidak memperhatikan segi
antara laki-laki dan perempuan, sehingga tidak ada persamaan porsi tetapi lebih memperhatikan
perbedaan porsi warisan yang diterima laki-laki perbedaan hak dan kewajiban antara laki- laki
dengan perempuan dalam sistem pewarisan. dengan perempuan. Perbedaan porsi warisan yang
(Harahap & Ansori, 2011:x) diterima laki-laki lebih besar dari perempuan (2:1)
karena adanya perbedaan kewajiban yang dipikul
laki- laki lebih besar daripada perempuan. (Harahap
& Ansori, 2011:x)

8 Kedudukan tentang ahli Dirumuskan pada Pasal 841-848 KUHPerdata. Dirumuskan secara tentatif dalam Pasal 185 ayat (1)
waris pengganti KHI.
Bagian yang akan diperoleh ahli waris yang
menggantikan kedudukan ayahnya persis sama Hak yang diperoleh ahli waris pengganti itu belum
dengan bagian yang seharusnya diperoleh ayahnya tentu sama dengan hak orang yang digantikan, dan
seandainya ayahnya masih hidup dari pewaris. juga tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris
(Saputra, 2018:i) yang sederajat dengan yang diganti, tetapi mungkin
berkurang. (Saputra, 2018:i)

9 Kedudukan janda sebagai


ahli waris (Restiana,
2009:108)
1. Kedudukan Janda 1. Janda berhak mewaris seluruh harta warisan. 1. Janda mewaris bersama orang tua dan
sebagai ahli waris saudarasaudara pewaris.
5

dalam hal pewaris tidak


meninggalkan anak

2. Besarnya bagian 2. Besarnya bagian warisan untuk Janda 2. Besarnya bagian warisan sudah ditentukan, yaitu
warisan untuk Janda dipersamakan dengan bagian seorang anak sah ½ atau ¼ untuk Janda pria dan ¼ atau 1/8 untuk
sebesar kepala demi kepala. Janda wanita.

3. Bagian warisan untuk 3. Tidak membedakan besarnya bagian warisan 3. Membedakan besarnya bagian warisan untuk
Janda pria dan Janda untuk Janda pria maupun Janda wanita, jadi Janda pria dan Janda wanita, Janda pria mendapat
wanita semuanya mempunyai hak bagian warisan yang bagian warisan 2 (dua) kali lebih besar daripada
sama. Janda wanita.

4. Bagian warisan terkait 4. Asas perkawinan monogami, sehingga 4. Asas perkawinan monogami dapat disimpangi
dengan asas pembagian warisan hanya untuk seorang Janda. dengan poligami, sehingga Janda wanita yang
perkawinan lebih dari seorang mendapat bagian warisan
sebesar ¼ atau 1/8 harta warisan dan dibagi antara
para Janda wanita

5. Bagian warisan untuk 5. Bagian warisan untuk Janda tidak boleh melebihi 5. Tidak membedakan bagian warisan untuk Janda
perkawinan kedua bagian terkecil seorang anak tiri dan tidak lebih dari perkawinan pertama atau yang lain.
dari ¼ bagian harta warisan

10 Yang tidak berhak Menurut Pasal 838 KUH Per, yang tidak Ahli waris yang tidak patut dan tidak
mewaris patut mewaris itu adalah: berhak mendapatkan warisan dari pewaris
1. Mereka yang telah dihukum karena karena sesuatu alasan tertentu, yaitu ahli
dipersalahkan membunuh atau waris yang membunuh pewaris, orang
mencoba membunuh si pewaris. murtad, dan orang kafir.
2. Mereka yang dengan putusan hakim Menurut Pasal 173 KHI, seorang terhalang
pernah dipersalahkan telah memfitnah menjadi ahli waris apabila dengan
si pewaris yang terancam dengan putusnya Hakim yang telah mempunyai
hukuman penjara 5 tahun atau hukuman kekuatan hukum yang tetap, dihukum
yang lebih berat. karena:
3. Mereka yang dengan kekerasan atau
perbuatan telah mencegah pewaris
6

untuk membuat atau mencabut surat 1. Dipersalahkan telah membunuh atau


wasiatnya. mencoba membunuh atau menganiaya
4. Mereka yang telah menggelapkan, berat terhadap pewaris.
merusak, atau memalsukan surat wasiat 2. Dipersalahkan secara memfitnah telah
pewaris. (Simanjuntak, 2015:227) mengajukan pengaduan, bahwa pewaris
telah melakukan suatu kejahatan yang
diancam dengan hukuman 5 tahun
penjara atau hukuman yang lebih berat.
(Simanjuntak, 2015:251-252)
Daftar Pustaka
Ariphia, M. D., Wisnaeni, F., & Prabandari, A. P. (2019). Perbandingan Pengaturan Pemberian
Waris Pada Ahli Waris Non Muslim Di Indonesia Dan Malaysia. Notarius, 12(2), 883-
899.

Harahap, T. S., & Anshori, A. G. (2011). Perbandingan Hukum Waris Islam dengan Hukum
Waris KUHPerdata Dipandang dari Sisi Keadilan (Doctoral dissertation, [Yogyakarta]:
Universitas Gadjah Mada).
Hasanudin, N. (2015). Perbandingan Pembagian Waris Menurut Kitab-Undang-Undang Hukum
Perdata (Bw) Dan Pembagian Waris Menurut Hukum Islam (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Palembang).
Restiana, E. Y. (2009). Perbandingan Pembagian Warisan untuk Janda Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan Hukum Waris Islam.
Saputra, M. W. (2018). Analisis Perbandingan Hukum Tentang Ahli Waris Pengganti Ditinjau
dari Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).
Simanjuntak, P.N.H. (2015). Hukum Perdata Indoneisa. Jakarta. Prenada Media Group

Peraturan Perundang-Undangan dan Sumber Lainnya


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Peraturan Presiden Nomor1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

Anda mungkin juga menyukai