Sebagai warga negara yang baik wajib mematuhi dan melaksankan kewajiban
yang telah diatur dalam peraturan-peraturan. Demikian juga dengan pembayaran
pajak, satiap warga negara yang disebut dengan wajib pajak harus melakukan
kewajibannya membayar pajak yang telah ditentukan dengan persentase yang telah
diatur dalam peraturan yang berlaku. Sebuah pajak dapat dikatakan sebagai
konstribusi wajib kepada negara yang terutang baik pribadi maupun badan yang sesuai
dalam undang-undang dimana digunakan sebagai keperluan negara bagi kemakmuran
rakyat. Berkaitan dengan pajak penghasilan merupakan sebuah pajak yang dipungut
berdasarkan penghasilan yang diperoleh wajib pajak, maka yang dimaksud dengan
pajak penghasilan orang pribadi merupakan sebuah pajak yang dipungut kepada wajib
pajak atas dasar penghasilan orang tersebut.
Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Orang pribadi
atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak terwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean adalah
pengusaha.
Pada dasarnya sebuah pajak penghasilan dikenal sebagai Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25 atau PPh 25 adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan,
perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif,
Proporsional, atau regresif. Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak
penghasilan sudah terdapat pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya
pungutan yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 sebelum
Masehi. Pengenalan pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu
undang-undang sebagai income tax baru dapat ditemukan di iggris pada tahun 1799.
Di Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth
pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah “A person’s faculty, personal
faculties, and abilities”. Pajak penghasilan bertujuan untuk dasar keadilan,
penyederhanaan, dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dalam rangka
meningkatkan kepatuhan wajib pajak, maka untuk beberapa hal dilaksanakan atau
diberlakukan pajak final, diantaranya pajak penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan bangunan. Pajak penghasilan atas tanah dan atau bangunan bersifat final
dimaksudkan sebagai berikut:
Adanya pajak penghasilan yang bersifat final, wajib pajak pribadi tidak mengalami
kesulitan untuk menghitung pajaknya dan bagi administrasi pajak mudah menguji
perhitungan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. Sementara untuk wajib pajak
badan, tidak dapat tarif yang berbeda-beda, sehingga dapat mendukung lagi
kesederhanaan dan kemudahan seperti disebutkan diatas.
Berlakunya pajak penghasilan bersifat final, maka tingkat penghasilan yang sama
dari manapun diterima atau diperoleh wajib pajak.
Adapun pajak penghasilan orang pribadi yaitu pajak yang dikenakan kepada subjek
pajak orang pribadi berdasarkan pendapatan atau perolehan yang diterima dalam
suatu tahun pajak.
Pada dasarnya sebuah pajak memiliki objek pajak dan subjek pajak. Dimana sebuah
subjek pajak merupakan perorangan maupun badan yang telah ditetapkan oleh
undang-undang menjadi subjek pajak. Subjek pajak penghasilan orang pribadi
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu subjek pajak orang pribadi dalam negeri
dan subjek pajak pribadi luar negeri. Seperti yang telah dijelaskan diatas, subjek
pajak dalam negeri merupakan orang pribadi yang berdomisili atau berada di
indonesia lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu dua
belas bulan dan orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
memiliki niat bertempat tinggal di Indonesia. Sementara subjek pajak luar negeri
merupakan orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
dan orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Berikut merupakan perbedaan Wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri:
Sebuah objek pajak dapat dikatakan sebagai sumber pendapatan yang akan
dikenakan pajak dimana telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang
berlaku sesuai dengan jenis pajaknya. Terkait dalam hal ini, objek pajak penghasilan
orang pribadi merupakan penghasilan atau perolehan di mana setiap penambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak berasal dari dalam
negeri maupun luar indonesia da n dapat digunakan untuk keperluan konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan.
1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatat Cara
Perpajakan Sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No. 28
Tahun 2007.
2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
3) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang penentuan Tanggal
Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran
Pajak dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak serta Ttata
Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Bagian Penghasilan Sehubungan dengan pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan
Pajak Penghasilan.
5) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/20099 sebagaimana telah
diubah dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21/26.
(1) Langkah Pertama: Identifikasi Jenis Penghasikan yang Dikenakan PPh Final
Penghasilan yang sudah dikenalkan Pajak Penghasilan Final tidak dihitung lagi
PPh nya dalam SPT Tahunan. Demikian juga PPh Final yang sudah dipotong atau
dibayar tidak akan dikreditkan dalam SPT Tahunan. Beberapa jenis penghasilan
yang dikenakan PPh Final di antaranya adalah bunga deposito/tabungan, hadiah
undian, laba dari transaksi penjualan tanah/bangunan dan penghasilan dari
transaksi penjualan saham bursa efek.
(2) Langkah Kedua: Identifikasi Penghasilan yang Bukan Objek Pajak
Ada beberapa jenis penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
berdasarkan Pasal 4 Ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan di antaranya
adalah bantuan, sumbangan dan warisan. Penghasilan-penghasilan ini tidak
dikenakan Pajak Penghasilan sehingga harus kita keluarkan dari daftar penghasilan
yang menjadi dasar perhitungan Pajak Penghasilan.
(3) Langkah Ketiga: Identifikasi Jenis Penghasilan selain Penghasilan yang Dikenakan
PPh Final dan Penghasilan yang Bukan Objek Pajak.
Penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dan juga yang bukan termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak inilah merupakan dasar kita melakukan
perhitungan pajak penghasilan dalam satu tahun pajak yang akan dituangkan
dalam SPT Tahunan PPh Orang pribadi.
(4) Langkah Keempat: Identifikasi Jenis Penghasilan yang Objek Pajak Tidak Final
Setelah kita mendapatkan penghasilan yang merupakan objek pajak tetapi
tidak final sebagai dalam langkah ketiga, maka selanjutnya kita identifikasikan
pengasilan-penghasilan ini kedalam tiga jenis penghasilan yaitu sebagai berikut:
a. Penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas
b. Penghasilan dari pekerjaan
c. Penghasilan lain-lain
(5) Langkah Kelima: Hitung Penghasilan Neto Masing-masing Jenis Penghasilan.
Penghasilan neto tiap-tiap jenis penghasilan dihitung dengan cara penghasilan
bruto dikurangi dengan pengurangan atau biaya. Masing-masing jenis penghasilan
berbeda jenis pengurangnya. Pada penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas,
pengurangannya adalah biaya0biaya usaha yang terkait usaha/pekerjaab bebas
seperti biaya pegawai, biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan
atau biaya sewa. Perhatikan juga dalam bagian ini biaya yang dapat dibebankan
(deductible) dan biaya yang tidak dapat dibebankan (non deductible). Pada
penghasilan dari pekerjaan, pengurangannya adalah iuran penisun/THT yang
berasal dari gaji dan biaya jabatan. Sementara itu penghasilan lain-lain, seperti
dividen, komisi atau hadiah pengurangannya adalah biaya yang terkait dengan
perolehan penghasilan tersebut.
(6) Langkah Keenam: Jumlahkan Seluruh Penghasilan Neto
Penghasilan neto masing-masing jenis penghasilan kita jumlahkan (termasuk
penghasilan istri yang digabung dan penghasian anak yang belum dewasa).
(7) Langkah Ketujuh: Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan kena pajak diperoleh dari total penghasilan neto kurang dengan
zakat atas penghasilan, kompensasi kerugian dan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).
(8) Langkah Kedelapan: Hitung Pajak Penghasilan Terutang
Pajak Penghasilan (PPh) terutang dihitung dengan cara mengalikan penghasilan
kena pajak dengan tarif pasal 17 atau tarif umum.
Selain tahapan yang digunakan dalam perhitungan pajak penghasilan orang pribadi
maka juga perlu mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
perhitungan pajak penghasilan orang pribadi sebagai berikut:
a. Wajib Pajak Luar Negeri yang melaksanakan usaha atau melaksanakan suatu
kehiatan melalui badan usaha tetap yang ada di Indonesia.
b. Wajib Pajak Luar Negeri lainnya yang tidak menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui suatu bentuk badan usaha tetap.
2. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26
Berikut penjelasan mengenai dasar pengenaan dan pemotongan pajak
penghasilan.
a) Dasar Penganaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 sebagai berikut.
1) Penghasilan kena pajak yang berlaku:
- Pegawai tetap
- Penerima Pensiun berkala
- Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam satu bulan kalender
melebih Rp2.025.000,00.
- Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang
menerima imbalan bersifat kesinambungan.
2) Jumlah Penghasilan yang melebihi Rp450.000,00 sehari, yang berlaku bagi
pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian,
upah mingguan, upah satuan atau upah borongan sepanjang penghasilan
kumulatif yang diterima dalam satu bulan kalender belum melebihi
Rp8.200.000,00.
3) Lima Puluh Persen dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bukan
pegawai sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 huruf C yang
menerima imbalan yang tidak bersifat kesinabungan.
4) Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang pajak
penghasilan.
b) Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 26
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 26 yaitu jumlah penghasilan bruto.
7. Biaya Jabatan
Biaya jabatan merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan. Biaya jabatan ini biasanya khusus untuk pegawai tetap dan
merupakan komponen pengurangan pendapatan bruto wajib pajak. Besarnya biaya
jabatan ditentukan 5% dari penghasilan bruto wajib pajak dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Jumlah maksimal yang diperkenankan sebesar Rp6.000.000,00 setahun.
b) Jumlah maksimal biaya jabatan Rp500.000,00 sebulan.
PPh 21 Salma
= (Rp50.000.000,00 x 5%) + (Rp75.500.000,00 – Rp50.000.000,00 x 15%)
Pada dasarnya pembayaran pajak ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Secara manual dan secara online. Dengan adanya pilihan pembayaran tersebut maka
dapat membantu dalam proses pembayaran sesuai dengan kebutuhan wajib pajak,
jika tidak memungkinkan dalam pembayaran langsung maka dapat memilih
pembayaran secraa online. Prosedur pembayaran pajak orang pribadi tersebut sebgaai
berikut: