1
PT. BUANA ARCHICON
(empat belas) hari kalender setelah SPMK diterbitkan. Pada waktu Kick of
Meeting, Penyedia Jasa menyampaikan Rencana Kerja Terinci mengenai
semua tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dan akan digunakan sebagai
acuan pengendalian kemajuan pelaksanaan pekerjaan sehingga pelaksanaan
pekerjaan dapat selesai sesuai dengan jangka waktu kontrak.
Personel Team Leader dan tenaga ahli yang ditugaskan dalam pekerjaan ini
telah disepakati oleh pengguna jasa.
2
PT. BUANA ARCHICON
j. Memperhatikan usulan lainnya baik dari Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi/Kabupaten/Kota maupun Bappeda.
k. Mengumpulkan informasi langsung di lapangan dari penduduk sekitar
tentang kondisi dan tanda-tanda alam.
l. Mengumpulkan data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap
penting.
m.Tracking alinyemen awal ke lapangan dan dikaji apakah trase/alinyemen
tersebut memerlukan penggeseran karena melewati bangunan ibadah,
sekolah, pabrik, daerah pemukiman padat, dll.
a. Jalan Utama
b. Overpass / underpass dan jembatan
c. Lokasi dan bentuk simpang susun
d. Perlintasan saluran
e. Perlintasan irigasi
f. Perlintasan utilitas
g. Akses simpang susun
Berdasar analis awal, Penyedia Jasa dapat menyajikan metode penelitian dan
perencanaan yang akan diterapkan berikut dengan penetapan review
alinyemen yang akan dipilih. Sebelum melakukan Survei Lapangan untuk
topografi, geoteknik, dan hidrologi, maka Penyedia Jasa harus
mempresentasikan hasil tracking trase rencana di lapangan kepada Pengguna
Jasa. Setelah mendapatkan persetujuan Wakil Pengguna Jasa, Penyedia Jasa
3
PT. BUANA ARCHICON
dapat menentukan kebutuhan, jenis, dan jumlah survei topografi, geoteknik,
dan hidrologi.
Kebutuhan jenis, jumlah, dan lokasi survei geoteknik, dan hidrologi harus
mendapatkan persetujuan dari wakil Pengguna Jasa.
Survei Topografi
Data topografi berupa Peta Situasi Digital akan diserahkan oleh Pengguna Jasa
kepada penyedia jasa setelah penandatanganan kontrak untuk digunakan
sebagai dasar kajian awal. Penyedia jasa wajib melakukan pengukuran
topografi yang lebih detail sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Lingkup pekerjaan survei topografi antara lain sebagai berikut.
4
PT. BUANA ARCHICON
- Interchange dengan lebar pengukuran 2x25 m dan sesuai dengan
desain teknis
- Box Culvert untuk saluran eksisting dan Jembatan Sungai
pengukuran 200 m hulu dan 200 m hilir, serta lebar 20 m dari tepi
abutment
- Lokasi-lokasi yang terindikasi diperlukan tambahan ROW atau Rumija
akibat ketentuan teknis, Persimpangan sebidang, persilangan tol
dengan jalan eksisting, sungai, utilitas (termasuk pengukuran trase,
posisi dan elevasi utilitas) dll.
7) Ketentuan pekerjaan Survei Topografi sebagai berikut:
Survei Topografi dimaksudkan untuk pengecekan data yang diberikan oleh
Pengguna Jasa. Pengukuran topografi dilakukan secara Terestris di area
rencana Jalan Tol Ruas Betung – Tempino - Jambi Seksi 1 Sta. -0+700 s/d
Sta. 44+000, dimana pengukuran situasi dilakukan sesuai dengan cakupan
yang telah ditentukan.
Hasil dari Survei ini adalah : (I) Peta Topografi lokasi rencana Jalan Tol
Ruas Betung – Tempino - Jambi Seksi 1 Sta. -0+700 s/d Sta. 44+000 Skala
1:1000, (II) Profil Memanjang (long section) sepanjang rencana center line,
serta beberapa informasi tambahan yang diperlukan. Kegiatan ini meliputi:
a) Tracking
Trase Metode yang digunakan adalah dengan memasukkan koordinat
trase rencana ke dalam GPS Navigasi, kemudian mencari posisinya di
lapangan dengan cara tracking GPS. Tahapan tracking trase
merupakan tahapan survei pendahuluan, sehingga nantinya diperoleh
data di lapangan berupa informasi obyek-obyek yang bisa menjadi
kendala ketika pengukuran situasi.
b) Pengecekan dan Pengukuran Titik Pengikat (Reference Point, BM) dan
Titik Pemeriksa (Control Point, CP)
Titik pengikat (Reference Point, BM) adalah titik atau titik-titik yang
diketahui posisi horizontal dan/atau ketinggiannya dan digunakan sebagai
rujukan atau pengikat untuk penentuan posisi titik yang lainnya. Dengan
mengetahui arah, sudut, jarak, dan/atau beda tinggi suatu titik terhadap titik
5
PT. BUANA ARCHICON
pengikat, maka dapat ditentukan koordinat dan/atau ketinggian titik
bersangkutan.
Titik pemeriksa (Control Point, CP) adalah titik atau titik-titik yang diketahui
posisi horizontal dan atau ketinggiannya yang digunakan sebagai
pemeriksa hasil ukuranukuran yang dimulai dari suatu titik pemeriksa dan
diakhiri pada titik pemeriksa yang sama atau titik pemeriksa yang lain.
Dengan demikian titik pengikat juga bisa berfungsi sebagai titik pemeriksa.
• Pemasangan Patok
Pemasangan patok Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) di di luar
area konstruksi baik main road atau jalur rencana, tetapi masih terletak di
dalam ROW rencana trase. Patok BM dan CP tersebut dipasang secara
berpasangan pada awal hingga akhir setiap 2,0 (dua) km atau di antara
BM dan CP Eksisting. BM terbuat dari konstruksi beton bertulang ukuran
20 x 20 x 100 cm3 dan CP terbuat dari paralon diisi beton ukuran 4” x 100
cm. Untuk keperluan pengukuran dapat ditambahkan lagi patok CP yang
lebih rapat serta harus ditambahkan patok bantu di sepanjang jalan
dengan jarak tertentu, tergantung dari medan dan kemudahan
pengukuran.
• Pengukuran Titik Kontrol.
- Pengukuran koordinat X,Y dengan metode pengamatan GPS
Titik Kontrol dijadikan sebagai acuan dalam pengukuran topografi di
setiap rencana lokasi yang telah ditentukan. Koordinat X, Y Titik Kontrol
sebagai Titik Kerangka Utama ditentukan dengan pengukuran GPS
Geodetik dual frequency dengan teknik pengamatan secara Relative
Static Positioning dengan sistem jaring segitiga/terikat sempurna dari
titik referensi BIG, Desain GPS sedemikian rupa sehingga setiap titik
6
PT. BUANA ARCHICON
dapat terhubung. Koordinat X dan Y setiap Titik Kontrol diperoleh dari
pengolahan sesi-sesi pengamatan GPS secara Network Processing.
• Pemasangan patok
Patok Titik Patok Perapatan yang terdekat yang terletak di antara 2 BM
dan/atau CP terdekat harus saling terlihat satu sama lain. Patok Titik
Patok Perapatan dipasang di luar area konstruksi baik main road atau
jalur rencana, tetapi masih terletak di dalam ROW. Patok Titik Patok
Perapatan terbuat balok kayu ukuran 4 cm × 6 cm × 50 cm, yang dicat
kuning dan dipasang paku payung di sisi sebelah atas patok kayu. Patok
harus tampak di atas permukaan tanah setinggi 20 cm dan diberi tanda
berupa kayu/tongkat berbendera warna merah yang ditancapkan di
dekatnya agar mudah ditemukan.
9
PT. BUANA ARCHICON
Pengukuran situasi dilakukan dengan cara pengukuran cross section
setiap 25 m dengan lebar koridor 150 m ( 75 m di sebelah kiri dan 75 m
di sebelah kanan centerline) sepanjang trase rencana mainroad dan
akses Jalan Tol Ruas Betung – Tempino - Jambi Seksi 1 Sta. -0+700
s/d Sta. 44+000 sepanjang ± 58 km. Selain itu, harus diukur detail
topografi dan spot height (detail tinggi) pada obyek-obyek alam atau
buatan setiap terdapat perubahan tinggi/ elevasi yang lebih dari 1 meter
di sepanjang jalur pengukuran.
f) Pendetailan pengukuran situasi
Pendetilan pengukuran situasi dilakukan secara terestrial pada lokasi :
(i) lokasi bangunan struktur, (ii) lokasi-lokasi yang terindikasi diperlukan
tambahan ROW atau Rumija akibat ketentuan teknis, serta (iii) lokasi
persimpangan sebidang, persilangan tol dengan jalan eksisting, sungai,
utilitas (termasuk pengukuran trase, posisi dan elevasi utilitas) dll,
seperti yang telah dicantumkan pada ketentuan Lingkup pekerjaan
survei topografi point ke-5. Pengukuran persilangan jalan dan sungai
eksisting yang dilakukan adalah di dalam koridor 200 m di sebelah
kanan dan kiri sepanjang centerline.
Pendetailan pengukuran situasi pada lokasi ke-(i) s/d ke-(iii)
menggunakan metode tachymetri dimana pengikatan nilai koordinat
dilakukan terhadap referensi BM, CP, dan titik Patok Perapatan
terdekat.Ketentuan pendetilan pengukuran situasi pada lokasi ke-(i) s/d
ke-(iii) mengacu pada Peraturan Kepala BIG Nomor 15 tahun 2014
mengenai Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar untuk skala 1 : 500
yaitu :
- Toleransi untuk ketelitian Horizontal (X, Y) sebesar 10 cm
- Toleransi untuk ketelitian Vertikal (Z) sebesar 25 cm
g) Penggambaran peta situasi.
Hasil penggambaran berupa peta situasi skala 1:1000 (satu banding
seribu) dengan interval Kontur Minor 1 meter dan interval Kontur Major
5 meter. Penggambaran peta situasi menggunakan data masukan
sebagai berikut:
- Data cross section setiap 25 m dengan koridor 150 m hasil dari
pekerjaan pengukuran topografi pada point (e), dan
10
PT. BUANA ARCHICON
- Data topografi dari pekerjaan pendetilan topografi pada point (f)
Semua yang tampak di lapangan akan digambarkan dalam peta situasi
detail, termasuk didalamnya badan jalan termasuk bahu jalan,
bangunan/gedung, bangunan air, batas lansekap, batas ROW, detail
lain seperti Menara Listrik Tegangan Tinggi dan tinggi jalur kabel listrik,
bangunan fasilitas lain seperti pipa gas, pipa minyak, pipa PAM dan
lain-lain.
Dalam survei ini sekaligus dilaksanakan survei jaringan jalan yaitu
menginventarisasi situasi, panjang jalan, lebar perkerasan, lebar bahu,
trotoar, median, drainase, persimpangan-persimpangan dengan jalan
lain, bangunan - bangunan pelengkap jalan, jembatan, gorong-gorong,
lebar damija, tataguna lahan, dan lain-lain yang berada dalam daerah
pengawasan jalan. Apabila berdasarkan hasil klarifikasi oleh Penyedia
Jasa, diperlukan adanya penambahan panjang Jalan Tol, bangunan
struktur, ROW atau Rumija, persilangan dengan jalan, sungai, pipa, dll,
maka Penyedia Jasa dimungkinkan untuk mengajukan penambahan
kuantitas pekerjaan pengukuran topografi secara terestrial.
11
PT. BUANA ARCHICON
hujan terdekat (Radius < 17 km 2) kecuali ditentukan lain oleh Pengguna
Jasa.
• Hujan harian minimum 20 tahun terakhir dari BMKG, Kementerian PUPR,
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian dll., minimum 2 stasiun curah
hujan kecuali ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.
• Debit Sungai Harian minimum 10 tahun terakhir dari Kementrian PUPR,
Dinas Pekerjaan Umum, atau ditentukan lain oleh Pengguna Jasa
• Peta RTRW skala 1:50.000; 1:250.000 dari Bapeda Kabupaten/Provinsi.
b. Survei Lapangan (Data Primer) meliputi :
• Survei Jejak Banjir (Lokasi, tinggi genangan, lama genangan), dilakukan
dengan survei lapangan dan wawancara dengan masyarakat sekitar dan
dokumentasi.
• Pengukuran debit sungai sesaat (2 kali per titik pengukuran) minimal pada
sungai yang berpengaruh besar pada suatu ruas Jalan Tol, untuk
penghitungan debit banjir rencana dalam penentuan muka air banjir,
dilakukan pada rencana jembatan/cross drain.
• Pengukuran Bathimetri minimal 100m hulu dan hilir.
• Pengukuran penampang basah pada daerah hulu dan hilir sepanjang 250
m dari as jalan, pada setiap jarak 50 m.
• Pengamatan bahan hanyutan pada sungai terutama saat banjir, dilakukan
dengan pengamatan visual dan dokumentasi, minimal pada sungai yang
berpengaruh besar pada suatu ruas Jalan Tol.
Data hidrologi (curah hujan, penampang sungai dan tinggi banjir lapangan)
disediakan oleh Pengguna Jasa. Penyedia Jasa melakukan kajian terhadap
data yang diberikan oleh Pengguna Jasa dan melengkapi kekurangan data
untuk perencanaan RTA. Lingkup kegiatan perencanaan RTA hidrologi dan
drainase meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Melakukan review terhadap data hidrologi (curah hujan, penampang sungai
dan tinggi banjir lapangan) yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Apabila
terdapat kekurangan data, Penyedia Jasa wajib melengkapi data tersebut
dengan melakukan tinjauan lapangan.
12
PT. BUANA ARCHICON
c. Melengkapi kekurangan data untuk menghitung elevasi muka air banjir
rencana antara lain catchment area dan debit sungai.
d. Identifikasi daerah aliran sungai dan curah hujan rencana yang
mempengaruhi muka air banjir.
e. Melakukan perhitungan analisis hidrologi (hujan rencana, debit banjir dengan
kala ulang tertentu, dan muka air banjir kala ulang tertentu).
f. Merencanakan sistem drainase jalan dan lingkungannya dengan tidak
merubah fungsi dan kondisi lahan sekitar proyek.
g. Perencanaan bangunan konstruksi drainase seperti kolam resapan, gorong-
gorong, cross drain, selokan samping, dan konstruksi drainase lainnya.
h. Identifikasi aspek drainase khusus yang memerlukan perhatian seperti
misalnya untuk daerah rawan banjir, rawan longsor, atau rawan
penggerusan.
Maksud survei ini adalah untuk mengetahui secara rinci kondisi tanah dengan
melakukan identifikasi visual, uji lapangan (boring, sondir, test pit, DCP test,
dll.) dan laboratorium (indeks properti tanah, konsolidasi, CBR tanah dll).
Pekerjaan ini dilakukan untuk menunjang perhitungan/analisis teknis
perencanaan badan jalan (galian dan timbunan), perkerasan jalan dan pondasi
bangunan struktur & bangunan penunjang lainnya dengan tujuan untuk
mendapatkan desain komponen-komponen konstruksi jalan yang aman dan
ekonomis. Penyelidikan tanah dengan pengeboran, harus dilakukan dengan
metode dry continous coring, sehingga tingkat ketergangguan tidak terlalu
besar dan tidak diijinkan mengunakan metode wash boring. Metode pengujian
SPT diutamakan menggunakan tipe Automatic Hammer, sehingga tinggi jatuh
hammer dapat diatur sesuai standar yang ada.
Pengujian SPT menggunakan Drop Hammer dan Rope and Pulley harus
dengan persetujuan Pengguna Jasa karena hasil uji metode sangat dipengaruhi
oleh berat dan tinggi jatuh hammer serta tergantung terhadap master bornya.
Hal tersebut berbeda dengan Automatic Hammer yang pukulannya telah diatur
sedemikian rupa, sehingga memenuhi standar pengujian yang berlaku. Oleh
karenanya, hasil pengujian SPT (Nvalue) dengan Drop Hammer harus dikoreksi
13
PT. BUANA ARCHICON
terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Sampel hasil pengeboran harus
disimpan oleh Penyedia Jasa sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila akan
dilakukan pembuangan sampel, maka Penyedia Jasa harus mendapatkan
persetujuan Pengguna Jasa terlebih dahulu. Pelaksanaan pengujian dan
pengambilan sampel tanah harus pada titik lokasi pengujian yang sudah
disetujui oleh Pengguna Jasa. Apabila Penyedia Jasa melakukan pengujian
pada titik yang tidak sesuai dengan lokasi yang disetujui, maka Penyedia Jasa
wajib melakukan pengujian tanah ulang tanpa adanya biaya tambahan serta
bila Penyedia Jasa keberatan atau tidak bersedia melaksanakan pengujian
ulang, maka Pengguna Jasa berhak menunjuk Pihak Lain untuk melaksanakan
pengujian ulang dengan biaya ditanggung Penyedia Jasa.
Bila sebagian data geoteknik sudah disediakan oleh Pengguna Jasa maka
Penyedia Jasa wajib melakukan kajian dengan melakukan klarifikasi / korelasi
data yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Apabila dipandang perlu, Penyedia
Jasa dapat mengajukan usulan penyelidikan tanah tambahan untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa.
14
PT. BUANA ARCHICON
• Elevasi muka air tanah harus dicatat dan diinformasikan pada boring log.
• Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa berhak untuk mengoptimalkan
jenis dan jumlah pengujian meliputi antara lain:
- Jenis pengujian tanah (boring) yang dilakukan pada suatu struktur
dapat bervariasi, misalnya pada satu pilar dilakukan pengeboran
tanah, uji SPT, pengambilan sampel dan uji laboratorium,
sementara di pilar yang lain hanya dilakukan pengeboran, uji SPT,
pengambilan sampel tanpa dilakukan uji laboratorium.
15
PT. BUANA ARCHICON
sample atau tes pit dari tiap jenis lapisan tanah sampai pada rencana
elevasi subgrade.
• Pengujian laboratorium yang dilakukan meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
- Indeks properti (termasuk Atterberg Limit Test, Sieve analisis test,
Unconfined Compression Test, Direct Shear Test dan Consolidation
Test),
- Triaksial UU dan triaksial UU Saturated
- Compaction Test (standard proctor)
- CBR soaked dan CBR unsoaked
Pada akhir pemboran, elevasi muka air tanah harus dicatat dan
diinformasikan pada boring log. Pengujian laboratorium yang dilakukan
meliputi, tetapi tidak terbatas pada :
16
PT. BUANA ARCHICON
e. Penyelidikan tanah pada lokasi struktur box culvert dengan dimensi minimal
3×3 m dilakukan Pengujian sondir (cone penetretion test) untuk
mendapatkan besarnya daya dukung tanah.
f. Melakukan test pit pada daerah quarry atau pada material yang akan dipakai
untuk common borrow material. Pengujian laboratorium meliputi, tetapi tidak
terbatas pada:
• Indeks properties (termasuk Atterberg Limit Test, Sieve analisis test)
• Triaksial UU dan triaksial UU Saturated
• Compaction Test (standard proctor)
• CBR soaked dan CBR unsoaked
• Uji Minerologi untuk mengetahui kandungan mineral pada tanah (jika
diperlukan).
g. Bila terdapat daerah gambut maka harus dilakukan:
• Pengujian boring (dry continuous coring) setiap 200 m sampai kedalaman
tanah keras dengan nilai N-SPT > 30 terjadi sampai 3 kali berturut-turut
atau maksimal kedalaman 30 m. Pengambilan sampel pada daerah
gambut setiap kedalaman 2 (dua) meter dan untuk lapis di bawahnya
diambil sampel setiap kedalaman 4 (empat) meter atau akan ditentukan
kemudian oleh Wakil Pengguna Jasa. Pengujian laboratorium untuk
daerah gambut meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
- Indeks properties (termasuk Moisture Content, Unit Weight, Specific
Gravity, Unconfined Compression Test, Direct Shear Test),
- Triaksial UU dan Triaksial UU Saturated.
- Pengujian Sifat Kimia Tanah (Kadar Abu, Kadar serat, Kadar organik,
Kadar keasaman (PH), Chloride and sulfide content)
- In situ water content
- Unconfined Compressive strength of soilbinder mixture
- Pengujian permeabilitas tanah/pasir yang berada dibawah lapisan
tanah gambut
- Keterangan:
o Contoh tanah gambut harus diuji kadar abu dan uji konsolidasi
selama 30 hari untuk mendapatkan parameter penurunan hingga
secondary dan tertiary consolidation.
17
PT. BUANA ARCHICON
o Pada kasus timbunan di atas lapisan napal/clayshale, perlu
dilakukan uji tambahan yang terdiri dari uji mineralogi, X-ray
Diffraction dan slake durability test.
o Pengujian laboratorium pada tanah gambut harus diuji oleh
laboratorium yang setara dengan Soilens.
- Pengujian Sondir (cone penetretion test) setiap 200 m sampai
kedalaman tanah keras atau nilai qc 200 kg/cm2.
h. Untuk Survei Jalan:
• Untuk rencana jalan tanpa memerlukan timbunan tanah yang tinggi (< 1
m) dan tanah dasar tidak terendam air maka cukup dengan DCP setiap 25
m.
• Untuk rencana jalan dengan tanah dasar yang diperkirakan daerah
endapan dan muka air tanah tinggi atau sesuai instruksi Pengguna Jasa
maka dilakukan pengujian hand boring hingga kedalaman 6 m, dengan
pengambilan contoh material setiap kedalaman 2 m
• Untuk daerah tanah lunak dengan kedalaman > 3 m maka diperlukan
pengujian boring (dry continuous coring) sampai nilai SPT > 20, setiap
jarak 250 m. Untuk tanah sangat lunak hingga lunak perlu ditambahkan
Vane Shear Test (VST) dengan interval 250 m.
18
PT. BUANA ARCHICON
- Teknis
Kriteria teknis untuk perencanaan akan mengacu kepada fungsi jalan yang
ditetapkan, terkait dengan masalah keamanan pemakai jalan yang diatur
dalam persyaratan geometrik dan kekuatan struktur untuk menerima beban
rencana , kelayanan struktural harus memenuhi kelayakan untuk
penggunaan struktur jembatan sesuai beban lalu lintas rencana, bahan
struktur dipilih sesuai kondisi lingkungan agar keawetan tetap terpelihara dan
pemilihan struktur yang mudah pelaksanaannya akan menghindari
keterlambatan pelaksanaan ataupun peningkatan biaya konstruksi.
- Ekonomis
- Estetika
Batas ruang bebas horizontal dan vertical dari jalan tol dan jalan raya mengikuti
ketentuan dalam Peraturan Menteri PU No. 19/PRT/M/2011 Tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan teknis Jalan Pasal 16 (6).
MakaTinggi ruang bebas sebesar 5,10 m dipakai untuk jalan tol, jalan arteri dan
jalan kolektor, untuk jalan lokal adalah 4,60 m.
Untuk lintasan listrik yang berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra
Tinggi (SUTT) dan (SUTET) mengikuti ketentuan Peraturan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 18 tahun 2015.
Perencanaan konsep Jalan Tol Betung – Tempino – Jambi dibuat berdasarkan
hasil studi terhadap batasan-batasan kondisi alam di sekitar rencana jalan tol.
Perencanaan alinemen horizontal dan alinemen vertikal dibuat dengan
mempertimbangkan faktor-faktor geometrik, struktur, hidrologi, drainase,
kepentingan Pemerintah Daerah di sekitar lokasi proyek, serta faktor-faktor lain
yang terkait secara komprehensif.
a. Keamanan dan kenyamanan dari pergerakan lalu lintas dengan volume yang
besar padakecepatan yang tinggi harus dapat dipertahankan, yaitu dengan
cara memenuhi persyaratan-persyaratan geometrik dari kecepatan rencana
yang telah ditentukan.
1) Alinemen Horizontal
Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal
(sementara kondisi sebenarnya adalah bidang permukaan bumi), dengan
demikian perencanaan alinemen horizontal jalan adalah perencanaan
situasi/plan dari suatu ruas jalan. Alinemen horizontal sebuah ruas jalan terdiri
dari bagian-bagian jalan yang lurus dan bagian-bagian jalan pada lengkung
(tikungan).
Bagian Lurus
Bagian Lurus
Bagian Lengkung
21
PT. BUANA ARCHICON
a. Sedapat mungkin menghindari fasilitas-fasilitas umum, seperti sekolah, rumah
sakit, tempat ibadah, pemakaman dan perkantoran pemerintah.
b. Sedapat mungkin menghindari kawasan pabrik
c. Sedapat mungkin menghindari kawasan permukiman yang padat dan sawah
beririgasi teknis.
2) Alinemen Vertikal
Perencanaan alinemen vertikal adalah perencanaan potongan memanjang /
profile dari suatu ruas jalan.
Batasan batasan utama dalam perencanaan alinemen vertikal adalah
perpotongan alinemen vertikal dengan fasilitas-fasilitas eksisting, seperti jalan,
rel KA, sungai, saluran irigasi dan lain sebagainya.
Acuan dasar dan batasan-batasan dalam perencanaan alinemen vertikal antara
lain:
Kemiringan Normal = 2 %
Besarnya radius didapat dari nilaitengah e (mis: radius untuk e 3%
22
PT. BUANA ARCHICON
didapat dari e = 2.50% sampai 3.50%). e
maks = 8 %
Super
elevas Jari-jari Lengkungan (m)
i
(%) 100 kpj 80 kpj 60 kpj 40 kpj
415 <R 255 <R 135 <R 55 <R
8
R< 500 R< 325 R< 180 R< 80
500 <R 325 <R 180 <R 80 <R
7
R< 595 R< 405 R< 240 R< 105
595 <R 405 <R 240 <R 105 <R
6
R< 720 R< 500 R< 305 R< 145
720 <R 500 <R 305 <R 145 <R
5
R< 895 R< 635 R< 395 R< 190
895 <R 635 <R 395 <R 190 <R
4
R< 1170 R< 840 R< 535 R< 265
1170 <R 840 <R 535 <R 265 <R
3
R< 1665 R< 1210 R< 785 R< 390
1665 <R 1210 <R 785 <R 390 <R
2 200
R< 5000 R< 3500 R< 0 R< 800
3) Alinemen Vertikal
Layanan jasa konsultasi ini mencakup penyusunan Rencana Teknis Akhir Jalan
Tol Ruas Betung – Tempino - Jambi Seksi 1, dimana salah satu kajian teknis
yang akan segera dilakukan Konsultan adalah melakukan kajian tentang
kecepatan rencana yang mencakup seluruh paket, dengan mengacu kepada
Ketentuan Peraturan Menteri PU No. 19/PRT/M/2011 Tentang
PersyaratanTeknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan dalam Pasal 4,
dimana hasilnya diharapkan bisa diterapkan di masing-masing Seksi disertai
batas Stasiun yang jelas.
Kajian kecepatan rencana meliputi batasan-batasan kriteria desain yang akan
diusulkan yang mencakup: Radius minimum yang diterapkan, dengan spiral
23
PT. BUANA ARCHICON
maupun tanpa spiral dan Gradient maximum yang bisa diterapkan untuk masing-
masing desain kecepatan.
Proses kajian, saat ini sedang dilaksanakan, dimana pada tahap awal Konsultan
akan melakukan kajian terhadap “Basic Design” dengan membuat “Strip Map”,
dimana dari hasilnya bisa diketahui batasan geometrik yang diterapkan pada
“Basic Design”.
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk merencanakan dan
mengkorelasikan semua bentuk-bentuk fisik suatu jalan yang mempengaruhi
jalannya kendaraan, kecepatan rencana dipilih sesuai dengan basic design yaitu
100km/jam.
Kecepatan rencana akan berkaitan langsung dengan elemen-elemen geometrik
lainnya, seperti jarak pandang henti, alinemen horizontal, alinemen vertikal,
superelevasi dan lebar jalan.
Pemilihan kecepatan rencana yang telah diterapkan pada rencana Jalan Tol
Ruas Betung – Tempino – Jambi Seksi 1 akan merujuk pada KepMen
353/KPTS/2001 seperti terlihat pada Tabel 3.x.
24,9%)
Pegunungan
80 60
(Lereng melintang >25%)
Sumber: KepMen 353/KPTS/2001
Dari kondisi terrain dan lokasi dalam perkotaan serta sinkronisasi dengan
rencana jalan tol yang akan terkoneksi, maka kecepatan rencana yang akan
24
PT. BUANA ARCHICON
diterapkan pada Jalan Tol Ruas Betung – Tempino – Jambi Seksi 1 adalah 100
km/jam.
25
PT. BUANA ARCHICON
2) Perencanaan Box culvert Metodologi dan prinsip prinsip perencanaan
struktur Box culvert
a. Modelisasi struktur
b. Dasar dan data perencanaan
c. Pembebanan
d. Check floating
e. Analisis mekanika teknik
f. Analisis beton bertulang
26
PT. BUANA ARCHICON
normal 40,00 meter. Dengan bentang ini bisa dipenuhi dengan PC I-Girder. Pada
kondisi jembatan miring (Skew) 23º, diperlukan bentang jembatan selebar 40,50
meter.
Dari kajian di atas, Konsultan mengajukan alternative tipe Girder yang akan
digunakan, khususnya untuk bentang dibawah 40,00 meter.
Lampiran- (x).
A. Lebar Jembatan
Lebar jembatan overpass masing-masig tipe, direncanakan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34 tahun 2006 tentang jalan dan
dengan mengakomodasi rencana pengembangan oleh Pemda setempat.
B. Panjang Jembatan
Panjang dan konfigurasi bentang jembatan overpass yang ekonomis,
berdasarkan kajian sebagai berikut:
27
PT. BUANA ARCHICON
- PC I Girder: 30+30 m
POTONGAN
1.
MEMANJANG
28
PT. BUANA ARCHICON
KAJIAN TIPE BANGUNAN ATAS JEMBATAN OVERPASS
UNTUK BENTANG 22 M
1 POTONGAN MELINTANG
LEBIH SULIT
2 METODA PELAKSANAAN MUDAH - Cetakan Lebih Sulit
- Erection Lebih Berat
Berdasarkan
6 panjang bentang yang Itelah ditetapkan di atas,
REKOMENDASI II makan dilakukan
kajian terhadap tipe-tipe bangunan atas yang mungkin bisa diterapkan, yaitu:
- PC I – Girder
Dari kajian tersebut direkomendasikan menggunakan PC I-Girder dengan
alasan sebagai berikut:
- Biaya lebih murah
- Pelaksanaan mudah dan cepat
- Estetika cukup bagus
29
PT. BUANA ARCHICON
Tipe abutment yang digunakan adalah tipe pile cap dan tipe dinding cantilever,
tergantung dari ketinggian elevasi tanah asli dan elevasi rencana.
E. Pilar Jembatan
Tipe pilar jembatan overpass yang digunakan adalah tipe Wall Hammer Head.
30
PT. BUANA ARCHICON
Gambar 3.x. Tipikal Potongan Memanjang Jembatan Overpass Jalan Desa
3. Jembatan Underpass
Lebar jembatan underpass yang menghubungkan jalan eksisting / lokal yang
terpotong oleh jalan tol adalah sesuai dengan lebar jalan eksisting tersebut
dengan mengakomodasi pengembangan oleh Pihak Pemda setempat.
Sedangkan lebar jembatan underpass yang memotong sungai adalah adalah
sesuai dengan lebar jalan tol.
Pada tahap awal, jalan tol yang dibangun 2 lajur lalu lintas untuk masing-masing
arah, sesuai dengan pentahapan konstruksi agar lebih murah berdasarkan
kebutuhan yang mengacu pada perkembangan lalu lintas.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka lebar jembatan underpass pada
tahap awal untuk masing-masing arah adalah sebagai berikut:
31
PT. BUANA ARCHICON
- Beton parapet tepi = 2 x 0,50m = 1,00 m
- Bahu dalam = 1 x 1,50m = 1,50 m
- Lajur lalu lintas = 2 x 3,60m = 7,20 m
- Bahu Luar = 1 x 3,00m = 3,00 m
Total = 12,70 m
4. Box Underpass
32
PT. BUANA ARCHICON
HSS yang sering dipakai diantaranya HSS Nakayasu, HSS ITB I dan HSS
SNYDER.
Untuk pembanding dilakukan dengan drainase module dengan menggunakan
hujan menerus 3 harian terbesar, jika lokasi diperkirakan memerlukan pond/
tampungan banjir sementara.
3. Survei Lapangan
Dalam pekerjaan Survei Hidrologi, Konsultan akan menyelidiki hal-hal seperti
dibawah ini:
a. Survai terhadap gejala arah aliran, tinggi muka air banjir, dan persilangan
antara aliran air dengan rencana jalan tol.
b. Catchment area dari setiap sungai dan aliran air, dan dampak timbunan dan
galian terhadap arah aliran akan dipelajari secara cermat dengan
33
PT. BUANA ARCHICON
menggunakan peta topografi dan pemeriksaan langsung dilokasi pekerjaan
untuk menetapkan perencanaan penanggulangan banjir.
c. Menginventarisasi data-data jaringan saluran irigasi dan drainase persawahan
yang memotong rencana trase jalan tol.
d. Menginventarisasi rencana tata guna lahan yang terkait terhadap rencana
bangunan persilangan (gorong-gorong, talang dan jembatan).
e. Melakukan estimasi lapangan terhadap elevasi banjir antara lain Normal
Water level dan High Water Level yang pernah terjadi sepanjang koridor
rencana jalan tol serta pada kawasan yang mempengaruhinya.
Hasil dari survei hidrologi digunakan sebagai acuan untuk menghitung curah
hujan rencana, intensitas curah hujan dan debit banjir rencana serta disesuaikan
terhadap periode ulang yang digunakan.
Lingkup pekerjaan survei drainase meliputi:
a. Menyelidiki dan memperkirakan daerah mana yang diperlukan bangunan
drainase;
b. Menyelidiki Sistem drainase yang sudah ada (pipa-pipa drainase, gorong-
gorong, jaringan irigasi, selokan samping, dan lain sebagainya) akan diperiksa
dan dipelajari untuk menyediakan;
Fasilitas drainase yang memadai (apakah diperlukan perubahan dimensi
berdasarkan dampak rencana jalan tol);
Kecepatan aliran yang memadai untuk menghindari pengendapan pada
daerah datar dan menghilangkan penggerusan dan erosi didaerah curam;
c. Survai drainase diperlukan untuk melengkapi hasil analisis master plan
drainase yang di dapat dari survai pendahuluan;
d. Memprediksi penempatan rencana saluran-saluran baru yang akan terbentuk
akibat adanya jalan tol antara lain saluran median, saluran samping,
pengumpul saluran dan kaki timbunan;
34
PT. BUANA ARCHICON
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase
juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas. Drainase adalah suatu cara pembuangan kelebihan
air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1).
Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan
air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan
resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:
a. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi
air tanah.
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
4) Menurut Konstruksi
a. Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan.
b. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.
37
PT. BUANA ARCHICON
Gambar 3.x. Tipikal Single Box Culvert
39
PT. BUANA ARCHICON
Perkiraan lalu lintas pada jalan tol diperhitungkan terutama untuk keperluan
perhitungan perkerasan dan pentahapan pembangunan. Selain itu perkiraan lalu
lintas pada gerbang tol diperlukan untuk desain plaza tol, geometric jalan akses
serta manajemen dan rekayasa lalu lintas pada simpang sebidang pertemuan
dengan jalan nasional.
Dengan melihat system jaringan jalan yang ada dimana Betung merupakan
simpul lalu lintas (menuju Sekayu, Jambi dan Palembang), gerbang tol Betung
akan melayani lalu lintas yang memiliki asal/tujuan di sekitaran perkotaan Betung
dan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin. Tidak menutup kemungkinan
kendataan dari dan menuju Lubuk Linggau juga menggunkan gerbang tol ini,
mengingat rute melalui Indralaya, Prabumulih dan Muara Enim relatif lebih jauh.
INPUT ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS EVALUATIF ANALISIS PRESKRIPTIF
40
PT. BUANA ARCHICON
- Data lainnya diluar yang disebutkan diatas yang dinilai berpengaruh
secara strategis terhadap rencana pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera
b. Survei Lapangan
Survei lapangan ini merupakan rangkaian survei lalu lintas yang perlu
dilakukan untuk mendukung kajian lalu lintas. Survei lapangan yang perlu
dilakukan antara lain:
- Survei Penghitungan Volume Lalu Lintas Terklasifikasi (Classified Traffic
Counting Survei) Survei ini bertujuan untuk mendapatkan besaran volume
lalu lintas eksisting yang melintas pada suatu ruas jalan, dilakukan
dengan durasi minimal 7 x 24 jam.
- Survei Penghitungan Volume Lalu Lintas Terklasifikasi pada
persimpangan (Intersection Classified Traffic Counting Survei) Survei ini
bertujuan untuk mendapatkan besaran volume lalu lintas eksisting pada
masing-masing lengan di Simpang Betung untuk mengetahui distribusi
pergerakan kendaraan yang terjadi di simpul/persimpangan tersebut.
Survey dilakukan dengan durasi minimal 7 x 24 jam atau untuk
mendapatkan pergerakan kendaraan pada saat peak dan off-peak.
- Survei Asal Tujuan Perjalanan (Origin-Destination Survei), dengan
menggunakan metode road side interview, survei ini bertujuan untuk
mendapatkan pola pergerakan yang terjadi di suatu wilayah dengan
keluaran berupa Matriks Asal Tujuan Perjalanan. Penentuan titik survei
dilakukan sedemikian rupa dengan mencermati kondisi di wilayah studi
dan kecenderungan pergerakan yang mungkin terjadi terkait dengan
layanan gerbang tol Betung.
- Survei Waktu Perjalanan dan Tundaan (Travel Time and Delay) Survei ini
bertujuan untuk mendapatkan kondisi kinerja jaringan jalan eksisting yang
terjadi pada koridor yang sejajar dengan rencana pembangunan jalan tol
sebagai dasar analisis shifting dan pembebanan jaringan jalan
- Survei Kesediaan dan Kemampuan Membayar (Willingness to Pay / WTP
dan Avalability to Pay/ATP) Survei wawancara yang bertujuan untuk
mengetahui keinginan dan kemampuan membayar tol dari pihak
pengguna jalan (road user), termasuk pendapat pengguna jalan (road
user) terhadap nilai waktu (Value of Time). Hasil survei WTP dan ATP
41
PT. BUANA ARCHICON
diperlukan guna menganalisa kesesuaian tarif tol serta melihat
probabilitas pemilihan rute didasarkan tarif Rencana dan jasa layanan
yang didapatkan pengguna jalan.
Asal Tujuan Perjalanan (Road untuk mengetahui besaran lalu lintas yang terdiversi ke jalan tol, serta jumlah
Side Interview) kendaraan yang keluar masuk di gerbang tol
Survey Kecepatan/Waktu Mengetahui waktu perjalanan jalan eksisting, sehingga dalam pemodelan dapat
tempuh (Moving Car Observer) diketahui manfaat penghematan waktu jalan tol
Wawancara ATP/WTP/Stated Mengetahui probabilitas pengguna jalan berpindah ke jalan tol serta keinginan
Preference membayar sesuai jasa layanan yang didapatkan
Inventarisasi (kapasitas, pusat Mengetahui geometric jalan eksistingh, perlengkapan jalandan fasilitas
kegiatan, tundaan) keselamatan untuk evaluasi kinerja dan perencanaan simpang sebidang
44
PT. BUANA ARCHICON
Selanjutnya MAT yang dihasilkan dibebankan ke jaringan jalan untuk melihat
penyebaran dari jumlah perjalanan yang ada dalam MAT ke dalam model
jaringan jalan yang sudah dibuat. Hasil dari pemodelan harus divalidasi dan
dibandingkan dengan data hasil observasi langsung di lapangan guna
menjamin tingkat akurasi model tersebut
Rencana tata guna lahan Prediksi Demografi
masa mendatang sesuai zona dan Sosio Ekonomi
TIP tipe A paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas umum, meliputi Pusat
Anjungan Tunai Mandiri dengan fasilitas isi ulang kartu tol, toilet, klinik
kesehatan, bengkel, warung atau kios, minimarket, musholla, stasiun pengisian
bahan bakar umum (SPBU), restoran, ruang terbuka hijau dan sarana tempat
parkir.
TIP tipe B paling sedikit dilengkapi dengan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
umum meliputi Pusat Anjungan Tunai Mandiri dengan fasilitas isi ulang kartu tol,
toilet, klinik kesehatan, bengkel, warung atau kios, minimarket, musholla,
restoran, ruang terbuka hijau dan sarana tempat parkir.
47
PT. BUANA ARCHICON
TIP tipe C paling sedikit dilengkapi dengan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
umum meliputi toilet, klinik kesehatan, bengkel, warung atau kios, minimarket,
musholla, restoran, ruang terbuka hijau dan sarana tempat parkir. TIP tipe C
hanya dioperasikan pada masa libur panjang, libur lebaran/natal, dan tahun baru.
Kebutuhan luasan lahan untuk area TIP, diatur dengan kketentuan sebagai
berikut:
a. TIP tipe A mimiliki luas paling sedikit 6 ha (enam hektar) dengan lebar paling
sedikit 150 m (serratus lima puluh meter);
b. TIP tipe B memiliki luas peling sedikit 3 ha (tiga hektar) dengan lebar peling
sedikit 100 m (seratus meter);
c. TIP tipe C memiliki luas paling sedikit 2.500 m² (dua ribu lima ratus meter
persegi) dengan lebar paling sedikit 25 m (dua puluh lima meter).
Untuk Rencana Jalan Tol Betung – Tempino – Jambi Seksi 1, lokasi TIP satu
pasang tipe A pada Sta. ± 24+750.
48
PT. BUANA ARCHICON
- Rambu larangan
- Rambu perintah
- Rambu petunjuk
b. Papan tambahan
Papan tambahan adalah papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut
dari suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan, dan
ketentuan lainnya yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu-lintas jalan.
c. Warna dasar dan lambang rambu
- Rambu peringatan: warna dasar kuning dengan lambang atau tulisan
berwarna hitam.
- Rambu larangan: warna dasar putih dengan tepi berwarna merah dengan
pengecualian apabila ada garis serong berwarna merah lambang dan atau
tulisan berwarna hitam, kecuali kata-kata tulisan warna merah.
- Rambu perintah: warna dasar biru dengan lambang atau tulisan berwarna
putih.
- Rambu petunjuk
• Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas
wilayah suatu daerah, situasi jalan, serta tempat khusus, warna
dasar biru.
• Rambu petunjuk pendahulu jurusan, jurusan dan penegas jurusan
yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain
kota, daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan
dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan atau
tulisan warna putih.
• Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata
dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang dan atau
tulisan warna putih.
- Papan tambahan: warna dasar putih dengan tulisan dan bingkai berwarna
hitam.
d. Penempatan rambu
49
PT. BUANA ARCHICON
- Rambu ditempatkan disebelah kiri menurut arah lalu-lintas, di luar jarak
tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu-lintas
- Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa, sehingga mudah terlihat
dengan jelas bagi pemakai jalan dan tidak merintangi lalu-lintas
kendaraan atau pejalan kaki
- Dengan pertimbangan teknis tertentu, sesuatu rambu dapat ditempatkan
di sebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan.
e. Bentuk dan lambang rambu
Bentuk dan lambang rambu dapat dilihat pada gambar dalam lampiran
Keputusan Menteri Perhubungan No. PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu
Lalu lintas.
Marka Jalan
a. Jenis, Bentuk Dan Ukuran
Jenis, bentuk, warna dan ukuran marka Jalan Tol yang sama dengan marka
jalan pada umumnya sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 67 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2014 tentang Marka
Jalan.
Jenis, bentuk, warna dan ukuran marka Jalan Tol yang lain, adalah marka
panah yang berfungsi mengarahkan pengemudi untuk pindah lajur pada
lokasi penyempitan / pengurangan lajur.
b. Jenis Material
- Jenis material marka Jalan Tol adalah material thermoplastik bercampur
glassbeads dan memenuhi persyaratan AASHTO M 249-79 (1990) atau
yang setaraf.
- Glassbeads yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan AASHTO
M 247 atau yang setaraf.
c. Spesifikasi
Spesifikasi marka di Jalan Tol sebagaimana yang tercantum dalam standar
desain tersebut diatas.
50
PT. BUANA ARCHICON
Analisis perencanaan sistem penerangan jalan mencakup perencanaan jalan
umum (PJU) pada tempat-tempat yang dibutuhkan, sumber tenaga listrik dari
PLN, dan area kuat penerangan untuk PJU.
53
PT. BUANA ARCHICON
5. Spesifikasi alat dan bahan
6. Jenis dan tahapan pekerjaan
7. Menyusun Jadwal Kerja Rinci, Daftar Personel dan Daftar Peralatan
Kontraktor
8. Metode penilaian hasil pekerjaan
3.3. PELAPORAN
3.3.1. UMUM
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Sistem Penyajian Laporan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut.
1. Laporan Pedahuluan
Dalam laporan pendahuluan memuat informasi antara lain:
a. Perhitungan kebutuhan survei tambahan berdasarkan data dan perencanaan
Basic Design yang diberikan pengguna jasa kepada Penyedia Jasa yang
meliputi data topografi, data penyelidikian tanah dan perencanaan geoteknik,
data hidrologi, data perencanaan geometri, data perencanaan perkerasan,
data perencanaan struktur, data perhitungan kuantitas dan data pekerjaan
lainnya.
b. Gambaran umum lokasi studi dan data eksisting.
c. Metodologi kerja dan analisis yang akan diterapkan.
d. Program kerja dan jadwal pelaksanaan.
e. Metode survei/jadwal survei dan pengumpulan data.
f. Form-form survei lapangan yang akan digunakan.
3. Laporan Antara
Dalam Laporan Antara memuat informasi antara lain:
a. Review data dan perencanaan Basic Design berdasarkan data yang
diberikan oleh Pengguna Jasa kepada penyedia jasa yang meliputi data
topografi, data penyelidikan tanah dan perencanaan geoteknik, data
hidrologi, data perencanaan geometri, data perencanaan perkerasan,
perencanaan struktur, data perhitungan kuantitas, dan data pekerjaan
lainnya beserta rekomendasi tindak lanjutnya.
b. Laporan Kriteria Desain.
c. Hasil survei topografi yang disajikan dalam bentuk peta topografi dengan
skala sesuai dengan ketentuan yang ada.
d. Analisis Perencana Hidrologi (Muka Air Banjir Maksimum)
e. Laporan Pemodelan hasil survei geolistik.
f. Analisis data geologi dan penggambaran data geologi.
g. Video drone dan foto dokumentasi.
h. Perencanaan awal geometri Jalan Tol.
55
PT. BUANA ARCHICON
Laporan Antara akan dipresentasikan pada Rapat Antara dan hasil pembahasan
dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
4. Laporan Geoteknik
Dalam laporan Antara memuat informasi antara lain berupa hasil survei
penyelidikan tanah dan laboratorium. Laporan Geoteknik akan dipresentasikan
pada Rapat Geoteknik dan hasil pembahasan dituangkan dalam Berita Acara
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
56
PT. BUANA ARCHICON
Model dibuat dalam bentuk 3D menggunakan software original yang
compatible dengan Software Autodesk Civil 3D Software Infraworks, dan
Software Revit. Data diberikan berupa format extension “.dwg”, ”.xml”, “.ifc”,
serta native format.
h. Perhitungan kuantitas dan biaya dibuat dalam bentuk 5D Volume & Cost
Estimation menggunakan software original yang compatible dengan Software
Revit, Software Civil3D, dan Software Microsoft Excel. Data diberikan berupa
format extension “.xlsx“ serta native format.
i. Simulasi dan Rencana Jadwal Pelaksanaan Konstruksi 4D Schedulling
menggunakan software original yang compatible dengan Software Navisworks
dan Software Infraworks. Data diberikan berupa format extension “.mpp” atau
“.xer” serta native format.
j. Laporan Perencanaan Gerbang, Fasilitas Kantor Gerbang dan Lansekap.
k. Manual pemeliharaan jalan dan bangunan.
l. Laporan dan gambar metode konstruksi.
m.Dokumen Teknik.
Draft Laporan Akhir disusun sebagai Laporan Hasil Akhir Sementara sekaligus
sebagai bahan presentasi akhir untuk mendapatkan masukanmasukan dari
instansi-instansi terkait.
57
PT. BUANA ARCHICON
- Karakteristik dan intensitas tata guna lahan eksiting maupun kondisi yang
akan datang;
- Hasil Pelaksanaan Pengumpulan data;
• Hasil monitoring dan inventarisasi pusat-pusat kegiatan yang beraktivitas
tinggi.
• Hasil inventarisasi jaringan jalan yang menimbulkan bangkitan
perjalanan yang sangat tinggi dan membebani jalan di sekitarnya.
• Hasil inventarisasi prasarana dan fasilitas pendukung lalu lintas.
• Hasil survei volume lalu lintas pada simpang.
• Hasil survei antrian, tundaan di persimpangan.
- Hasil pengolahan data:
• Analisis terhadap factor pertumbuhan yang terjadi di wilayah studi
• Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang terklasifikasi pada jenis
kendaraan sesuai dan besaran volume potensial tol
• Kinerja jaringan jalan eksisting dan proyeksinya dimasa mendatang
• Distribusi pergerakan kendaraan pada masing-masing lengan di
persimpangan berikut kinerja persimpangan yang terjadi disaat ini.
• Hasil analisis dampak yang diakibatkan jalan tol terhadap jaringan jalan
eksisting terutama pada persimpangan sebidang jalan tol.
• Rekomendasi terhadap penataan, manajemen dan rekayasa lalu lintas
serta upaya-upaya untuk meminimalkan titik konflik pada lokasi
persimpangan sebidang antara jalan tol dengan jalan non tol sampai
dengan akhir masa konsesi jalan tol.
• Penyediaan data-data yang nantinya digunakan sebagai dasar desain
simpang sebidang dalam Detail Engineering Design (DED).
• Analisis data penunjang lainnya untuk tahapan pemodelan transportasi.
- Kajian Kebijakan Publik:
• Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah;
• Peta lokasi yang memuat jenis bangunan, rencana pembangunan
infrastruktur jalan tol;
• Kondisi fisik sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan di
sekitar lokasi rencana pembangunan infrastruktur jalan tol;
• Kondisi lalu lintas dan pelayanan angkutan jalan yang ada di sekitar
lokasi rencana pembangunan infrastruktur jalan tol.
58
PT. BUANA ARCHICON
7. Ringkasan Eksekutif
a. Ringkasan Eksekutif disusun konsultan sebagai resume/ikhtisar dari pokok-
pokok temuan konsultan yang tertuang di dalam Laporan Akhir sebagai bahan
pertimbangan untuk Pengambil Keputusan.
b. Berita Acara persetujuan RTA oleh BPJT dan Dirjen Bina Marga serta
lampirannya.
59
PT. BUANA ARCHICON