Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas B.indonesia

Dosen pembimbing :

Tuti Masitoh, M.Pd

Disusun oleh :

Ilma Tartila

Ida nurfikah

Sindy anisa

Vida aulia

Ai irma

Suci sulistiawati

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI DIII KEBIDANAN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas, selain itu juga
bertujuan menambah wawasan tentang Sejarah Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan ini.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya 06 maret 2020

Hormat kami

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1


B. Tujuan penulisan........................................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa Prakemerdekaan................... 4-5


B. Sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan............... 6
C. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa indonesia .......... 7-8
D. Sejarah perkembangan EYD.................................................................................... 9-11
E. Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi................................................... 12
F. Fungsi dan kedudukan Bahasa indonesia............................................................... 13
G. Lingua franca ........................................................................................................ 13-18

BAB III PENUTUP .................................................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 19
B. Saran ..................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami
sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia
terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau
etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa
penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi
bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa
transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang
digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan, mengapa bahasa melayu
dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia yang merupakan suatu hal
yang menggembirakan. Dibandingkan dengan bahasa lain yang dapat dicalonkan
menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa jawa (yang menjadi bahasa ibu bagi sekitar
setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu merupakan bahasa yang kurang
berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk
kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai diseberang Sumatera.
Namun justru karena pertimbangan itu jugalah pemilihan bahasa jawa akan selalu
dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.
Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih berterima dari pada bahasa
jawa, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti
diketahui, bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan
beberapa yang bersifat gramatikal.
Faktor yang paling penting adalah juga kenyataannya bahwa bahasa
melayu mempunyai sejara yang panjang sebagai ligua France. Pada tahun 1928
bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun tersebut
para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan

1
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan
melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya  pada
tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.
Karena itu tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa,
dengan kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia.
Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa.
Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa
pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di
Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini
penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan
3. Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkermbangan bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan)
5. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
reformasi
6. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
 
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
prakemerdekaan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa
pascakemerdekaan ?
3. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan
bahasa Indonesia ?

2
4. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang
Disempurnakan) ?
5. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi ?
6. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia ?
7. Apa itu Lingua Franca ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa


Prakemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari
berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
 Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380
 Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
 Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
 Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
 Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai :


1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan
hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar Indonesia
4. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar
pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

4
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia,
oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928).
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi
bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa
bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa
Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-
Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang
jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya
Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa

5
tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-
negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan
dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di
seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901,
Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada
tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

B. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa


Pascakemerdekaan
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin
berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau,
antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia
oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda
berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur
yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa

6
Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia
di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945,
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan
bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia, (pasal 36). Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan
masyarakat indonesia.

C. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa


Indonesia
1. Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang
bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum
terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat
untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan
abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan
penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat
utama untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
2. Serikat Islam.
Serikat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya
bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan
politik juga. Sejak berdirinya, serikat islam yang bersifat non kooperatif
dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak pernah mempergunakan
bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
3. Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaka ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur,
pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.

7
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa
Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk
membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat
sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang
dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita
bangsanya.
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa
melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan
dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang
diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu
tahun 1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta.
Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi
perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan
sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa
dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan
nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, serikat islam, dan Jon
Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah
untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung
dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober
1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang
menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal

8
sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar
atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah
pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang
sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai simbol
kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak
yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-
cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi
media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra
Indonesia baru.

D. Sejarah Perkembangan EYD


Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut
disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga
ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan
dipergunankan dalam komonikasi sehari hari.
Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan
bahsa Indonesia terdiri dari :
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles
Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata
bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui
pemerintah kolonial pada tahun 1901.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya
harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai.
Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

9
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-
kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.

2. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama
edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini
mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku
sejak tahun 1901.
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak,
rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2,
ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:


1. huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.
2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘)
ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-
barat2-an.
4. awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah,
tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa
jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972
Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa
Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri

10
menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di
depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.

3. Ejaan Yang Disempurnakan


Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama
telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien
Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri.
Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas
yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan
Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan
Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi
dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku
panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah”.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
1. ‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
2. ‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
3. ‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
4. ‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → saying

11
5. ‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
6. ‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
7. ‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
8. awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’
pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.

E. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi


Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers) :
1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat
kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan


ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi,
proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah
Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan
maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari
kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris
dan Bahasa Indonesia.

F. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:
1. Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya)
2. Bahasa nasional
3. Bahasa resmi

12
4. Bahasa budaya dan Bahasa ilmu
5. Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
6. Pendidikan
G. Lingua Franca
Lingua franca adalah kata serapan yang berasal dari bahasa italia. Lingua
atau dalam bahasa inggris Language sama dengan Bahasa dalam Bahasa
Indonesia, sedangkan franca dalam bahasa Indonesia adalah pergaulan. Dengan
kata lain Lingua franca (bahasa Latin yang artinya adalah "bahasa bangsa
Franka") adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah "bahasa pengantar"
atau "bahasa pergaulan" di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang
berbeda-beda. Ayatrohaedi menerjemahkan istilah ini dengan istilah basantara,
dari kata "basa" atau "bahasa" dan "antara".

Sebagai contoh Indonesia memiliki suku bangsa yang tersebar di seluruh


penjuru negeri dengan hampir tiap suku bangsa memiliki bahasa suku atau bahasa
daerah yang berbeda antara suku satu dengan suku lainnya.

Perbedaan bahasa daerah menjadi jurang pemisah antara suku satu dan
suku lain karena sulitnya berkomunikasi. Perbedaan bahasa itulah yang akhirnya
diputuskan bahwa harus ada satu bahasa yang harus dimengerti oleh semua suku
di semua daerah di Indonesia. Maka diperkenalkanlah bahasa Indonesia yang
menjadi penghubung bahasa penghubung suku satu dan lainnya.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para
pemuda dari berbagai suku dan berbagai daerah atau pelosok Nusantara
berkumpul dalam suatu rapat dan semuanya berikrar (1) bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad


bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada
tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa

13
nasional. . Dab sejak saat itulah bahasa Indonesia mulai dikenal di seluruh pelosok
Bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia digunakan oleh presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno


ketika menyatakan kemerdekaan Negara Indonesia 63 tahun silam tepatnya
tanggal 17 Agustus 1945. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai
bahasa negara tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV,
Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain,


menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu
sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di
Kepulauan Nusantara melainkan hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
bukti-bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan
Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka 686 M (Bangka Barat), Karang Brahi
berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada
zaman Sriwijaya saja karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti
berangka tahun 683 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka 942 M yang
juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa


kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu dipakai
sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara. Bahasa Melayu dipakai
sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara.

14
Informasi dari seorang ahli sejarah Tiongkok, I-Tsing, yang belajar agama
Buddha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang
bernama Koen-louen (I-Tsing:63, 159), Kou-luen (I-Tsing: 183), K'ouen-louen
(Ferrand, 1919), Kw'enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun'lun (Parnikel,
1977:91, K'un-lun (Prentice, 1978: 19), yang berdampingan dengan Sansekerta.
Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di
Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari


peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M, maupun hasil-
hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat
Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar kepelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin


berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai
di daerah-daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan


mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi

15
bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928).

Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia


dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan
majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah


mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa Negara.

Lingua Franca Sendiri tidak hanya berkembang di Indonesia. Lingua


Franca berkembang di seluruh dunia. Kini Hampir setiap Negara di dunia
memiliki “Lingua Franca” Masing Masing.

Seperti Halnya Indonesia, yang memiliki bahasa dari suku suku yang
berbeda, bumi dengan leiuh dari 100 negara di atasanya memiliki bahasa berbeda
beda. Dan tentusaja bahasa tersebut berbeda beda, namun ada beberapa Negara
yang memiliki bahasa yang sama.

Bahasa Indonesia dalam sejarahnya dikandidatkan sebagai bahasa


intenasional penghubung antar Negara di dunia bersama Bahasa Inggris, dan
Bahasa Melayu. Namun karena penggunanya yang hanya di asia tenggara maka
ditetapkanlah bahasa inggris sebagai bahasa penghubung internasional atau
Lingua Franca.

Hingga kini Bahasa inggris menjadi bahasa wajib yang harus dipelajari
oleh setiap Negara di dunia. Karena semua hal yang berhubungan Negara lain
menggunakan bahasa Inggris, Bahkan dengan Negara tetangga kita Malaysia
dengan bahasanya 28% hampir sama dengan Bahasa Indonesia kita menggunakan
bahasa inggris.

Sedikit tentang bahasa melayu, Cikal bakal dari bahasa Indonesia adalah
bahasa melayu. bahasa Melayu telah digunakan sebagian besar masyarakat di
wilayah Nusantara selama belasan abad. Lebih-lebih di pusat-pusat perdagangan,
bahasa Melayu merupakan bahasa resmi perniagaan. Para pedagang asing pun

16
mengikuti aturan ini. Karena itu, secara de facto, bahasa Melayu telah menjadi
lingua franca di wilayah Nusantara.

Bahasa Melayu mudah diterima masyarakat multikultur karena, antara


lain, tidak mengenal strata sosial ketat alias egaliter. Hal ini berbeda dengan
bahasa Jawa yang mengandaikan tingkatan kelas sosial tertentu dalam pilihan
istilah, frasa, maupun tata cara pengucapannya. Pujian Rahman kepada Bung
Karno tidak lain lantaran sang proklamator tersebut berperan besar dalam
mengawal proses pembahasan materi UUD 1945 hingga disahkan pada 18
Agustus 1945. Konstitusi negara ini memuat bab bahasa negara, bahasa Indonesia,
yang berbasiskan bahasa Melayu.

Tapi, sayang, di usia satu abad lebih bahasa Indonesia seperti tidak
mendapat apresiasi sepenting anggapan para pendahulu bangsa. Masih banyak
kenyataan ragam praktik berbahasa (lisan maupun tulis) Indonesia yang tidak
mengindahkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), terutama di ranah formal. Para
profesional, misalnya, sering menunjukkan kebanggaan mereka dalam
menggunakan istilah asing, padahal sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia.

Yang lebih menyedihkan, praktik semacam itu juga dilakukan lembaga-


lembaga pemerintah. Misalnya, penggunaan istilah aanwijzing (Belanda) pada
dokumen tender. Lantaran istilah ini saja, jutaan orang di negeri ini "dipaksa"
untuk menggunakan istilah yang bisa jadi tidak mereka ketahui makna dan asal-
usulnya itu. Tidakkah lebih mengesankan bila aanwijzing diganti dengan kata
"penjelasan".

"Fenomena aanwijzing" hanyalah satu contoh dari dinamika


pengembangan bahasa Indonesia yang selalu kedodoran dalam menghadapi
akselerasi perubahan di berbagai bidang beserta konsekuensi-konsekuensi
linguistiknya. Keterbatasan penguasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
di lingkungan aparatur pemerintah bisa jadi merupakan salah satu pemicu tindak
kekerasan, seperti sering dilakukan petugas Satuan Polisi Pamong Praja, atau

17
militer di masa lalu. Bila mereka berkapasitas berbahasa Indonesia yang benar,
niscaya mampu berkomunikasi secara baik pada saat bernegosiasi.

Momentum Kebangkitan Indonesia di awal abad ke-20 telah memberikan


pelajaran penting tentang etos berbahasa lingua franca yang mampu melahirkan
semangat keindonesiaan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang
tumbuh pada masa sesudah Budi Utomo, seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah,
atau Nahdlatul Ulama, untuk sekadar menyebut beberapa, memiliki semangat
kebangsaan yang pekat. Muhammadiyah, misalnya, memiliki kontribusi yang
tidak kecil dalam memasyarakatkan penggunaan bahasa Indonesia (Melayu)
melalui sekolah-sekolah modern sejak 1918.

Kebangkitan Indonesia yang sudah berusia lebih dari satu abad ini bisa
kita simpulkan sebagai sebuah penyegaran pemahaman bahasa persatuan
Indonesia. Meminjam filsuf Jerman, Gadamer (1900-2002), pemahaman adalah
kejadian yang bersifat linguistik, dialektikal, dan historis.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa
Indonesia) karena :
 Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia,
bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
 Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam
bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan
bahasa halus).
 Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan
sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

B. Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan
terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi
bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai
generasi penerus mampu untuk membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini,
agar tidak mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Nunny Sulistianty Idris, M.Pd, Sejarah Bahasa Indonesia.pdf, FPBS UPI,
2013, Jakarta
Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia,
http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-
bahasa_9.htmlV
diakses pada Jumat, 04 maret 2016 pukul 09:31
Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html, diakses pada Jumat, 04 Maret 2016 pukul 10.00
Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html,
diakses pada Jumat, 06 Maret 2019 pukul 08.00

20

Anda mungkin juga menyukai