Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Manajemen Mutu

Prodi / Semester / Peminatan : S1 Kesmas / III B Non Reguler / AKK

Dosen Pengampu : Dami Yanthi, SKM, M.Kes J

NAMA : MEKI PRANATA

NIM : 19012030

1. Jelaskan prinsip tentang mutu dan konsep mutu?

Jawab : "Prinsip- prinsip manajemen mutu" adalah seperangkat mendasar


keyakinan, norma, aturan dan nilai- nilai yang diterima sebagai benar dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk
manajemen mutu. Prinsip Manajemen Mutu dapat digunakan sebagai dasar
untuk memandu peningkatan kinerja organisasi.

2. Jelaskan dimensi dan karakteristik mutu ?


Jawab :
Mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan dimensi ini bisa
dianalisis apakah suatu produk itu bermutu ataukah tidak. Ada delapan dimensi
mutu, seperti yang dinyatakan oleh Garvin dalam M. N. Nasution (2001) bahwa
delapan dimensi mutu adalah sebagai berikut:
- Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin
membeli suatu produk. 
-  Features, merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi
dasar, berkaitan dengan pilihan dan pengembanganya. 
- Kehandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk
berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi
tertentu.
- Konformansi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan pelanggan. 
- Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk.
Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. 
- Kemampuan pelayanan (Service ability), merupakan karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta
akurasi dalam perbaikan.
- Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang
bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 
- Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan
dengan perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk, seperti
meningkatkan harga diri.
Menurut Goetsch dan Davis, ada sepuluh karakteristik Total Qality Management,
yaitu sebagai berikut (Tjiptono, 2003:15):

- Fokus pada pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun


pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan
kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan
pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 
- Obsesi terhadap kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang
ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan
pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya
berdasarkan perspektif. 
- Pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan
TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang
didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan
dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan. 
- Komitmen jangka panjang. TQM merupakan suatu paradigma baru dalam
melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru
pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna
mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan
sukses. 
- Kerjasama tim. Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali
diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut
agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam organisasi yang
menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan
dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-
lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. 
- Perbaikan secara berkesinambungan. Setiap produk dan atau jasa dihasilkan
dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/
lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-
menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat. 
- Pendidikan dan pelatihan. Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang
menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.
Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak
berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam
era persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang
diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang
dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian
profesionalnya. 
- Kebebasan yang terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut
dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul
karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari
pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
- Kesatuan tujuan. Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka
perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha
dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini
tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak
manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja. 
- Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya
keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif,
karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang
langsung berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan rasa memiliki
dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang
harus melaksanakannya.

3. Jelaskan bagaimana metode pengukuran kepuasan pelanggan ?

Jawab :

Menurut Kotler dan Keller (Tjiptono, 2014: 369-370), untuk mengukur


kepuasan pelanggan ada empat metode yaitu sebagai berikut :

Sistem keluhan dan saran

Setiap perusahaan yang berpusat pada pelanggan hendaknya memberi


kesempatan kepada pelanggannya untuk menyampaikan keluhan, kritik dan
saran kepada perusahaan.

Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai media seperti kotak saran, telepon
layanan konsumen, dan kartu komentar.

Dari informasi tersebut, perusahaan dapat dengan cepat memperbaiki


masalah-masalah yang ada sehingga tidak lagi mengganggu kenyamanan
pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa perusahaan.

Ghost atau mystery shopping

Ghost atau mystery shopping dapat dijalankan dengan cara mempekerjakan


beberapa orang yang berfungsi sebagai pelanggan potensial perusahaan dan
pesaing.
Tujuannya untuk menggali informasi mengenai kekuatan dan kelemahan
perusahaan itu sendiri dan perusahaan pesaing.

Selain itu tugas ghost shoppers juga untuk mengetahui secara langsung


bagaimana kinerja karyawan.

Lost customer analysis

Perusahaan sewajarnya dapat menghubungi dan menanyakan kepada


pelanggan yang telah berhenti membeli produk atau jasa dan beralih kepada
pesaing, agar perusahaan dalam mengetahui permasalahan dan dapat
segera memperbaikinya.

Survei kepuasan pelanggan

Sebagian besar perusahaan melakukan penelitian melalui survei untuk


mengukur kepuasan pelanggan.
Dengan metode ini, perusahaan dapat memperoleh tanggapan dan umpan
balik dari pelanggan.

4. Jelaskan bagaimana cara pemecahan masalah dalam gugus kendali mutu ?

Metode pemecahan masalah dalam GKM secara umum dikenal dengan


menggunakan tujuh (7) perangkat alat dan delapan (8) langkah pemecahan.

A. Tujuh (7) Perangkat Alat dalam GKM

1. Stratifikasi (Pengelompokan)
Stratifikasi adalah usaha untuk menguraikan dan mengklasifikasikan
persoalan menjadi kelompok-kelompok atau golongan sejenis atau menjadi
unsur tunggal dari persoalan, sehingga persoalan menjadi lebih sederhana
dan mudah dimengerti serta untuk menghindari salah intrepretasi.

2. Lembar Periksa (Lembar Data)


Lembar periksa/data merupakan lembaran (sheet) yang digunakan untuk
mencatat kegiatan atau kejadian (data) dengan format tertentu yang sudah
disiapkan terlebih dahulu. Pengisi data tinggal memberikan tanda pada kolom
yang sudah disediakan.

Fungsi dari lembar periksa ini selain memudahkan dalam pemeriksaan juga
dalam pembuatan rekapitulasi dan analisis terhadap masalah yang muncul.

3. Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk menampilkan data dengan tujuan untuk
mengetahui suatu penyebab yang memberikan pengaruh yang paling besar
terhadap akibat. Dengan demikian bisa segera dilakukan langkah-langkah
perbaikan berdasarkan skala prioritas, yaitu penyebab yang paling besar
pengaruhnya terhadap akibat.

4. Diagram Ishikawa (tulang ikan)


Diagram ini digunakan untuk mengggambarkan hubungan antara sebab dan
akibat dari suatu kegiatan. Dengan diagram Ishikawa kita dapat menjabarkan
berbagai macam penyebab, mulai dari penyebab yang paling dekat dengan
akibat (masalah), sampai penyebab yang tidak dekat dengan akibat
(masalah). Diagram Ishikawa sering juga disebut sebagai diagram tulang
ikan, karena melihat bentukdari anak panah yang menyerupai tulang ikan.

Untuk memudahkan dalam inventarisasi semua penyebab yang berpengaruh


terhadap akibat (masalah) dengan menggunakan diagram Ishikawa harus
mempertimbangkan faktor 4 M dan 1L, yaitu: Mesin, Material, Metode (cara),
Man (orang) dan Lingkungan, yang diletakkan pada tulang ikan yang pertama.

Untuk menguraikan berbagai macam penyebab secara lebih dalam lagi,


sebaiknya menggunakan sumbang saran (brain storming), karena semakin
banyak informasi yang terkumpul, semakin baik hasilnya. Selain itu dengan
metode bertanya “mengapa” yang berulang-ulang dapat mengefektifkan
penguraian semua penyebab yang berpengaruh terhadap akibat, baik
langsung maupun tidak langsung. Pertanyaan “mengapa” ini bisa dihentikan
jika dirasakan pertanyaan “mengapa” tersebut sudah tidak diperlukan karena
sudah terbayang suatu tindakan penanggulangan dari penyebab tersebut.
5. Peta Kendali (Control Chart)
Peta kendali adalah grafik garis dengan pencantuman batas maksimum dan
minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Peta kendali juga bisa
digunakan untuk mengukur apakah proses (kegiatan produksi) dalam
keadaan terkendali atau tidak. Proses dinyatakan dalam keadaan terkendali
jika unit yang diukur berada dalam batas-batas kendali.

Pada peta kendali bisa diketahui adanya penyimpangan tetapi tidak terlihat
penyebab penyimpangan tersebut. Peta kendali hanya menunjukkan
perubahan data dari waktu ke waktu.

Ada beberapa jenis peta kendali, namun yang sering digunakan untuk
penyajian data adalah peta kendali X-R.

6. Histogram
Histogram merupakan diagram berupa batang (balok) yang menggambarkan
penyebaran (distribusi) data yang ada. Dengan menggunakan histogram, data
yang terkumpul dengan mudah diketahui sebaran/distribusinya.

7. Diagram Tebar
Diagram tebar adalah diagram yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
korelasi (hubungan) antara 2 variabel. Diagram tebar dapat juga digunakan
untuk mengetahui apakah suatu penyebab yang diduga berpengaruh atau
tidak terhadap akibat (masalah) yang sedang dihadapi.

B. Delapan (8) Langkah Pemecahan dalam GKM


Delapan langkah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh GKM
merupakan siklus PDCA, yaitu Plan (rencana), Do (melakukan), Check
(memeriksa) dan Action (tindakan). Berikut ini penjabaran 8 langkah
pemecahan masalah dalam GKM:

1. Menentukan Tema Masalah


Tema merupakan kejadian atau masalah yang perlu ditanggulangi oleh GKM,
yang diambil dari masalah yang berkembang di lingkungan kerja GKM. Cara
penentuan tema bisa dilakukan dengan 2 cara:

a. Mengambil salah 1 masalah (tema) yang menjadi prioritas dari beberapa


masalah yang timbul di lokasi kerja gugus. Hal-hal yang mendasari prioritas
ini misalnya masalah tersebut berpeluang besar pengaruhnya terhadap mutu
usaha (biaya, mutu produk, keselamatan kerja, dll).
b. Mengambil 1 masalah (tema) yang ada di lokasi kerja gugus yang menjadi
kesepakatan dari semua anggota gugus.

Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tema (penilaian masalah):
- Menyangkut bidang kerja dan mengacu pada kebijakan manajemen
(perusahaan).
- Mampu dipecahkan oleh gugus, terutama pada awal terbentuknya gugus,
sebaiknya memilih tema yang relatif mudah.
- Masalah (tema) yang dipilih harus spesifik (tidak terlalu luas), sehingga
siapapun yang membaca tema tersebut bisa mengerti dengan jelas.

2. Menyajikan Fakta dan Data


Langkah kedua ini ditujukan untuk menyajikan semua fakta dan data yang
diperlukan untuk mendukung beberapa hal:
- Menyajikan data sebagai dasar pemilihan tema (masalah).
- Menyajikan data yang menggambarkan masalah yang dihadapi/yang akan
diselesaikan.

Alat-alat yang bisa digunakan pada langkah kedua adalah:


a. Diagram pareto, dipakai utuk memparetokan semua masalah yang ada di
lokasi kerja sehingga bisa diketahui masalah yang menjadi prioritas untuk
diselesaikan terlebih dulu.
b. Histogram, digunakan untuk menyajikan data-data sebagai gambaran awal
dari suatu masalah yang akan diselesaikan.
c. Peta kendali,digunakan untuk menyajikan beberapa penyimpangan dari
suatu masalah yang dihadapi dan yang akan diselesaikan.
d. Stratifikasi dan lembar periksa, yang keduanya bisa digunakan untuk
memulai suatu penentuan tema (masalah).

3. Menentukan Penyebab
Menentukan penyebab dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
a. Menentukan semua penyebab yang mungkin berpengaruh terhadap
masalah. Untuk menentukan semua penyebab ini bisa menggunakan alat
diagram Ishikawa (tulang ikan) dengan tehnik sumbang saran yang
melibatkan semua anggota gugus.
b. Memilih penyebab yang paling mungkin (dominan) di antara semua
penyebab yang ada. Untuk memilih penyebab yang paling dominan, bisa
dilakukan 2 cara sesuai dengan karakteristik penyebabnya:
- Jika pengaruh dari beberapa penyebab bisa dikuantitatifkan, maka dapat
menggunakan diagram pareto sehingga akan dipilih penyebab yang
pengaruhnya paling besar, atau bisa juga menggunakan diagram tebar
sehingga akan diketahui beberapa penyebab yang benar-benar berpengaruh
terhadap masalah.
- Jika pengaruh dari beberapa penyebab tidak bisa dikuantitatifkan atau
bersifat kualitatif, pemilihan penyebab yang dominan bisa dilakukan melalui
kesepakatan yang melibatkan sema anggota gugus.

4. Merencanakan Perbaikan
Langkah keempat bertujuan mencari pemecahan untukmenghilangkan semua
penyebab (penyebab yang dominan) yang sudah ditentukan sebelumnya.
Merencanakan langkah perbaikan dalam GKM dapat ditentukan dengan
tehnik sumbang saran (penyampaian ide) dari semua anggota gugus dengan
tetap mengacu pada pemilihan langkah perbaikan yang paling efektif dan
efisien.

Untuk memudahkan penjabarannya, merencanakan langkah perbaikan dapat


menggunakan prinsip 1H-5W yaitu: How, What, Why, Where,Who dan When.

5. Melaksanakan Perbaikan
Langkah kelima adalah melaksanakan semua rencana perbaikan yang sudah
disepakati dan dibahas dengan matang oleh semua anggota gugus.
Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan juga tentang pentingnya
kesungguhan dan partisipasi penuh dari semua anggota gugus sesuai tugas
yang telah dibagi, dan diharapkan semua pelaksanaan dari rencana
perbaikan bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

6. Memeriksa Hasil Perbaikan


Setelah semua rencana dilaksanakan dengan benar sesuai kesepakatan,
makalangkah selanjutnya adalah memeriksa hasil perbaikan tersebut,
untukmengukur apakah semua perbaikan yang telah dilaksanakan oleh gugus
bisa menanggulangi penyebab yang mempengaruhi suatu masalah.

Cara memeriksa hasil perbaikan ini bisa dilakukan dengan membandingkan


kondisi masalah sebelum perbaikan dan setelah perbaikan, atau dengan
membandingkan data yang menggambarkan masalah sebelumperbaikan dan
data yang menggambarkan masalah setelah perbaikan.

Penyajian data yang menggambarkan masalah setelah perbaikan hendaknya


menggunakan alat yang sama dengan penyajian data yang menggambarkan
masalah sebelum perbaikan. Jika sebelumnya menggunakan diagram pareto,
maka setelah perbaikan juga harus menggunakan diagram pareto. Alat-alat
lain yang dapat digunakan pada langkah keenam ini adalah lembar periksa,
histogram dan peta kendali.

7. Standarisasi
Setelah langkah perbaikan yang dilakukan diperiksa dan dapat mengatasi
penyebab masalah yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuat
standarisasi yang bisa digunakan sebagai acuan kerja di lokasi kerja gugus
dan ditujukan pula untuk mencegah masalah yang sama akan terulang lagi.
Jika perlu standarisasi ini bisa disebarluaskan ke lokasi kerja lain yang sejenis
dengan lokasi kerja gugus. Standarisasi yang dibuat bisa meliputi standar
untuk cara kerja (metode), manusia (operator/mekanik), material, mesin dan
lingkungan kerja.
8. Merencanakan Langkah Berikutnya
Pada dasarya perencanaan langkah berikutnya adalah menentukan masalah
selanjutnya yang akan diselesaikan oleh gugus dan prinsipnya sama dengan
penentuan tema masalah seperti pada langkah pertama, yaitu masalah yang
dipilih untuk diselesaikan bisa melalui 2 cara, yaitu:
- Memilih masalah yang paling prioritas dari beberapa masalah yang ada di
lokasi kerja, atau
- Memilih masalah melalui kesepakatan semua anggota gugus

5. Jelaskan asas pokok dalam gugus kendali mutu ?

Asas-asas Pokok GKM


- Asas Pembangunan Manusia
Sejarah GKM adalah sejarah yang bertolak dari upaya pemecahan masalah
dengan penempatan peranan manusia yang lebih bermakna, khususnya para
pekerja pelaksana dalam pemecahan masalah pekerjaan. Titik tolak falsafah
pembangunan manusia (people building philosophy) yang tanpa batas ini
hendaknya senantiasa dipertahankan agar dalam menghadapi berbagai
masalah produktivitas, asas ini tidak ditinggalkan sehingga GKM akan tetap
menjadi seperti apa yang dicita-citakan.
- Asas Dinamika Kelompok dan Kerjasama Kelompok (Group Dynamic and
Teamwork)
Upaya dan karya GKM adalah upaya dan karya bersama (kelompok), artinya
kemajuan dan keberhasilan GKM adalah bertumpu pada sumber daya
kekuatan-kekuatan kelompok yang saling menunjang (human synergistic) dan
saling mengindahkan (win-win style), sehingga semua pihak yang
berkepentingan terhadap keberhasilan GKM hendaknya senantiasa ikut serta
dalam mengarahkan dan memelihara kelompok atau gugus ini, sehingga
akan tetap bertahan menjadi kelompok dan bukan sejumlah orang yang
dikumpulkan semata-mata.

Asas-asas Umum GKM


- Asas Informalitas
Organisasi GKM adalah organisasi yang informal atau tidak resmi, artinya
tidak terikat pada struktur organisasi formal yang ada, yang mungkin saja
akan membatasi sekali gerakan GKM. Namun demikian, pimpinan
perusahaan sangat berkepentingan dan harus merestui (mendukung)
sepenuhnya atas terbentuknya GKM sekalipun pimpinan perusahaan tidak
ikut campur dalam menetapkan sasaran, kegiatan dan mekanisme kerja
gugus ini.
- Asas Kesukarelaan
Keikutsertaan seseorang karyawan dalam GKM adalah diundang, yang
hendaknya berdasarkan kesukarelaan semata-mata, sehingga pada dasarnya
karyawan bisa saja tidak ikut serta dalam GKM sampai ia merasa dirugikan
atau merasa membutuhkan sendiri.
- Asas Keterlibatan Total
Dengan kemampuan apapun, tanpa perkecualian, tiap karyawan yang
menjadi anggota GKM hendaknya dilibatkan atau melibatkan diri dalam
kebersamaan dan segala upaya memecahkan permasalahan yang ditetapkan
secara bersama-sama oleh gugus.
- Asas Memadukan
GKM dalam kegiatannya memadukan pengelolaan sumber daya kelompok
manusia dan sumber daya non manusia secara seimbang dengan senantiasa
memperhatikan proses kelompoknya (synergistic decision making),
mengingat manusia adalah sekaligus sebagai sumber daya dan sebagai
pengelola sumber daya tersebut yang sangat berbeda hakekatnya dengan
sumber daya yang lain.
- Asas Belajar Bersama secara Berkesinambungan
GKM adalah kelompok yang memecahkan masalah secara terus-menerus
dan sambil belajar bersama serta berkembang bersama baik di dalam
maupun di luar pertemuan gugus. Pertemuan gugus yang satu ke pertemuan
lain adalah kegiatan yang berkesinambungan sehingga tidak akan terjadi
masalah yang tanpa penyelesaian. Bagi GKM, berkesinambungan adalah
jauh lebih penting daripada jumlah masalah yang dirampungkan, sebab
kesinambungan lebih menjamin mutu pekerjaan dan kepuasan kerja gugus.
- Asas Kegunaan
Dalam upaya pemecahan masalah, GKM menganut asas kegunaan praktis,
artinya keberhasilan upaya pemecahan masalahnya akan diukur terutama
dari segi praktisnya..
- Asas Keterbukaan
Kepentingan GKM adalah kepentingan semua pihak dan kemajuan yang
maksimal hanya akan dicapai jika ada keterbukaan untuk saling belajar dari
semua pihak, lebih-lebih antar gugus, sehingga asas keterbukaan ini perlu
senantiasa dipelihara dan dipertahankan oleh pihak manapun.
- Asas Loyalitas pada Organisasi
Kesetiaan atau loyalitas karyawan anggota gugus yang dituntut adalah
kesetiaan pada organisasi perusahaannya, bukan pada pribadi, baik atasan,
pucuk pimpinan maupun pemiliknya. Ketergantungan pada pribadi seseorang
akan sangat mengganggu kemantapan stabilitas) kegiatan anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai