Anda di halaman 1dari 71

Curriculum vitae

Nama : Dr. Susi Susanah, dr., SpA(K),M.Kes


Pekerjaan :
•Kepala Departemen/Kelompok Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr.
Hasan Sadikin/Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
•Staf Divisi Hematologi-Onkologi Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr.
Hasan Sadikin/ Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
•Ketua Program Pendidikan Sp2 Peminatan Hematologi-Onkologi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin/Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
•Ketua Sub Komite Etika dan Disiplin Kinerja Profesi-Komite Medik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Pendidikan:
• 1987 : Dokter umum – FK-Unpad
• 1998 : Dokter spesialis anak – FK-Unpad
• 2006 : Konsultan Hematologi-Onkologi Anak-IDAI
• 2006 : Course on Thalassemia -Thalassemia International Federation, Cyprus
• 2007 : Workshop Thalassemia: Lembaga Eijkman, Jakarta
• 2007 : Fellow oncology – Amsterdam Medical Center, Netherland
• 2010 : Magister Kesehatan – FK Unpad
• 2013 : Doktor – FK Unpad
Aplikasi Klinis Transfusi Darah pada Anak:
Transfusi Darah Aman
Susi Susanah
Divisi Hematologi-Onkologi
Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS

Seminar Daring HO, 16 April 2021


Kasus

Seorang anak laki-laki penyandang talasemia mayor berusia 12


1 tahun saat sedang mendapatkan transfusi darah PRC
mengalami demam.

Seorang anak usia 3 tahun didiagnosa trombositopenia imun akut


2 berat, mengalami perdarahan dengan kadar trombosit 8.000/mm3.
Saat ditransfusi, pasien mengeluhkan gatal-gatal.

Seorang anak perempuan berusia 15 tahun, diagnosis Anemia


Hemolitik Autoimun. Kadar Hb 4 g/dL, memerlukan transfusi darah.
3 Golongan darah A (+). Hasil crossmatch dengan 4 unit darah golongan
A+, selalu positif 3.
1. Transfusi darah rasional adalah:
A. Transfusi darah lengkap
B. Yang penting bermanfaat
C. Transfusi pada anak sama dengan pada
dewasa
D. Sesuai indikasi medis
Transfusi Darah pada Anak
• Transfusi darah (TD):
rangkaian proses pemindahan darah
Donor Resipien

• Transfusi darah:
- terapi (suportif):
- penyakit darah
- penyakit kanker
- penyakit sistemik lain
- upaya menyelamatkan hidup

Transfusi darah rasional:


• Sesuai indikasi medis
• Transfusi komponen darah
• Pertimbangan manfaat dan risiko
→ TD harus aman dan bermanfaat
manfaat risiko → Evidence based studies in clinical transfusion medicine
→ Standar pelayanan transfusi darah (PMK No15/2015)
Sloan SR. Transfusion medicine. Nathan and Oski’s Hematology of infancy and childhood. 2015.
WHO. Blood Transfusion Safety: The Clinical Use of Blood in Medicine, Obstetrics, Paediatrics, Surgery & Anasthesia, Trauma & Burns. Geneva; 2016.
Kemkes RI. PMK 91/2015: Standar pelayanan Transfusi Darah. Indonesia.
Tujuan Transfusi Darah

1. Memperbaiki sistem sirkulasi


2. Memperbaiki kemampuan membawa
dan melepas O2
3. Memperbaiki gangguan perdarahan
karena trombositopenia
4. Memperbaiki sistem hemostasis
5. Terapi penunjang pada sepsis
6. Mengeliminir zat berbahaya: transfusi tukar
pada neonatal hyperbilirubinemia berat
Transfusi Darah Rasional pada Anak

 Transfusi darah kontraindikasi bagi yang tidak indikasi


 Anak: sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
 TD pada anak memerlukan perhatian khusus, karena:

Risiko tinggi terpapar infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD)

Neonatus merupakan kelompok yang sering mendapat transfusi

Meningkatkan kelangsungan hidup

Reaksi simpang akan berdampak pada kehidupan selanjutnya


Rosseff SD.Pediatric transfusion.AABB. Ed 2,2006

Murray NA, Robert IAG. Neoanatal transfusion practice. Arch.dis.Child fetal and neonatal,2004
Prinsip Transfusi Darah

Right patient, Right Product, Right Time, and Right Dose

Product

RIGHT Patient Time

Jumlah volume
produk darah
dalam mL
Dosis
Untuk anak dosis
dihitung berdasarkan
mL/kgBB
Komponen Darah

Proses manual (konvensional) dan aferesis


Hematology in clinical practice. A Lange Medical Book,2005
Aferesis

PLT
PLS WB
PLT C
RBC

Donasi
Aferesis Mesin aferesis Donasi aferesis

Terapi
Leukoferesis Tromboferesis
Pemesanan Produk/Komponen Darah
Komponen darah

Kelebihan:
• Resipien hanya menerima komponen darah yg diperlukan saja
• Mengurangi volume
• Menurunkan risiko reaksi imunologis
• Menurunkan risiko IMLTD
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan produk
darah
• Monitoring kualitas produk lebih mudah

WHO. Clinical use of blood,2001


Hume. Lilleyman. Pediatric hematology. Ed.2,1999
Rosseff SD.Pediatric transfusion.AABB. Ed 2,2006
Gupte S. The textbook of blood bank and transfusion medicine,2000
Panduan Transfusi Sel Darah Merah
______________________________________________________________________

Children and Adolescents


• Acute loss >25% circulating blood volume
• Hemoglobin <8.0 g/dL* in the perioperative
period
• Hemoglobin <13.0 g/dL and severe
cardiopulmonary disease
• Hemoglobin <8.0 g/dL and symptomatic
chronic anemia
• Hemoglobin <8.0 g/dL and marrow failure

Infants Within First 4 Month of Life


• Hemoglobin <13.0 g/dL and severe
pulmonary disease
• Hemoglobin <10.0 g/dL and moderate
pulmonary disease
• Hemoglobin <13.0 g/dL and severe cardiac
disease
• Hemoglobin <10.0 g/dL and major surgery
• Hemoglobin <8.0 g/dL and symptomatic
anemia
______________________________________

Strauss, 2010 Strauss, 2016


Panduan Transfusi Trombosit
______________________________________________________

Children and Adolescents


• PLTs <50 x 109/L and bleeding
• PLTs <50 x 109/L and invasive procedure
• PLTs <20 x 109/L and marrow failure with
hemorrhagic risk factors
• PLTs <10 x 109/L and marrow failure without
hemorrhagic risk factors
• PLTs at any count, but with PLT dysfunction plus
bleeding or invasive procedure

Infants within First 4 Month of Life


• PLTs <100 x 109/L and bleeding
• PLTs <50 x 109/L and invasive procedure
• PLTs <20 x 109/L and clinically stable
• PLTs <100 x 109/L and clinically unstable
• PLTs at any count, but with PLT dysfunction plus
bleeding or invasive procedur
__________________________________________

Strauss,2010
Strauss, 2016
Panduan Transfusi Granulosit

Children and adolescents


• Neutrophils < 0.5 x 109/L and bacterial
infection
unresponsive to appropriate antimicrobial
therapy
• Qualitative neutrophils defect and infection
(bacterial or fungal) unresponsive to
appropriate
antimicrobial therapy

Infants Within First 4 Mo of Life


Neutrophils <3.0 x 109 (1 st wk of life) or
< 1.0 x 109/L thereafter and fulminant bacterial
infection
Panduan Transfusi Plasma

Infants, children, and adolescents


Severe clotting factor deficiency and
bleeding
Severe clotting factor deficiency and
invasive procedure
Emergency reversal of warfarin effects
Dilutional coagulopathy and bleeding
Anticoagulant protein (AT-III, protein C
and S) replacement
Plasma exchange replacement fluid for
thrombotic thrombocytopenic purpura

Strauss, 2016
Transfusi Darah Rasional
Evidence based studies in clinical transfusion medicine

Manfaat Risiko

VS
• Life-saving
• Therapy Reaksi transfusi

Sloan SR,dkk. Nathan and Oski’s. Hematology of Infancy and Childhood. Ed.6,2003
Beutler. Williams Hematology.Ed.7,2005
WHO. Clinical use of blood,2001
Hume HA. Clinical practice of transfusion medicine. Ed.3,1998
Rosseff SD.Pediatric transfusion.AABB. Ed 2,2006
Gupte S. The textbook of blood bank and transfusion medicine,2000
Reaksi Transfusi

Komplikasi transfusi darah yang umumnya


disebut reaksi transfusi adalah segala respons
yang tidak diinginkan yang terjadi akibat
pemberian darah.
Risiko Transfusi Darah: Reaksi Transfusi

Reaksi Transfusi

Akut/Segera Lambat
Terjadi dalam 1-2 jam Terjadi dalam hari, minggu
(ringan, sedang, berat) atau bulan

Non Non
Imunologis Imunologis
imunologis imunologis

• Reaksi transfusi • Kontaminasi • Reaksi transfusi • Hepatitis: B, C, non-A


hemolitik akut dg bakteri* hemolitik lambat non-B lain
gejala* • Gagal jantung • Purpura • Infeksi HIV, CMV,
• Demam, bukan reaksi kongesif* pascatransfusi malaria, sifilis,
transfusi hemolitik • Hipotermia • Graft-versus-host babesiosis, bruselosis,
• Urtikaria • Hemolisis tanpa disease* triponosomiasis
• Anafilaksis* gejala • Reaksi lambat tipe (penyakit Chagas,
• Transfusion-related • Embolism* serum sickness parvovirus)
acute lung injury • Hiperkalemia
(TRALI)* • Hipokalsemia

*gawat/potensi gawat
2. Reaksi transfusi yang paling sering:
A. Demam
B. Gatal-gatal
C. Sesak napas
D. Kelebihan cairan
Gambaran Klinis Reaksi Transfusi

Kulit Inflamasi Kardiovaskular Respirasi Saluran Cerna Nyeri

• Pruritus • Demam • Takikardia • Takipnea • Mual • Kepala


• Urtikaria • Menggigil • Bradikardia • Dispnea • Muntah • Dada
• Eritema • Rigor • Hipotensi • Wheezing • Diare • Substernal
• Flushing • Hipertensi • Ronki • Abdominal
• Ikterus • Distensi vena • Chest • Punggung
• Pucat jugularis tightness • Ekstremitas
• Sianosis • Aritmia • Edema paru tempat infus
• Petekie • Syok • Suara serak
• Purpura • Stridor
Reaksi Transfusi

Nama Waktu terjadinya Derajat

• Hemolitik akut • 0–1 jam • Ringan-berat


• Anafilaktik • 0–1 jam • Berat
• Demam • 1–6 jam • Ringan
• Hipotensi • 1–3 jam • Ringan-sedang
• Metabolik • 0–4 jam • Ringan-sedang
• Sepsis • 0–6 jam • Ringan-berat
• TACO • 1–4 jam • Ringan-berat
• TRALI • 0–6 jam • Berat
• Urtikaria/alergi • 0–6 jam • Ringan-sedang
Reaksi Transfusi Kasus Fatal

Reaksi hemolitik akut:


Reaksi demam
1:25.000
Non-hemolitik: 1-2%

Reaksi hemolitik lambat:


Alergi: 1-2%
1:2500

Reaksi hemolitik: 1:6000 Edema paru


non-kardiogenik: 1:1000

TAGVHD 1:7000
Komplikasi Pascatransfusi

Komplikasi Pascatransfusi Derajat

• Aloimunisasi • Bbrp hari–bulan • Tidak ada  berat


• Hemolitik lambat • Bbrp hari • Ringan-berat
• Kelebihan besi • Bbrp tahun • Ringan-berat
• PTP • 1–bbrp minggu • Sedang-berat
• TAGVHD • 1–bbrp minggu • Berat
• TTD • Bbrp hari–tahun • Tidak ada  berat
• Bbrp hari–tahun
3. Demam merupakan reaksi transfusi akut:
A. Kategori 1 (ringan)
B. Kategori 2 (sedang-berat)
C. Kategori 3 (mengancam jiwa)
D. Kategori 4
Pedoman Pengenalan dan Tata Laksana Reaksi Transfusi Akut
_____________________________________________________________________________________________________________________________
Kategori Tanda Gejala Kemungkinan Penyebab Penatalaksanaan
___________________________________________________________________________________________________________________
Kategori 1 Reaksi kulit Prutitus Hipersensitivitas 1. Tetesan Lambat
Ringan lokal 2. Antihistamin
Urtikaria 3. Bila dalam 30 menit tak ada perbaikan, terapi sebagai kategori 2
Ruam

Kategori 2 Flushing Cemas Hipersensitivitas 1. Hentikan transfuse ganti sel infus


Sedang- Urtikaria Pruritus Febile non hemolytic 2. Beritahu dokter dan bank darah
Berat Rigor Palpitasi transfusion 3. Kirimkan unit darah beserta set transfusi ke bank darah dan lab
Demam Sesak ringan Kontaminasi zat 4. Beri anti histamine antipiretik
Gelisah Sakit kepala pirogen dan atau 5. Beri steroid IV dan bronkodilator bila ada anafilaksis
Takikardia bakteri 6. Kumpulkan urin 24 jam untuk bukti adanya hemolisis, kirim ke
laboratorium
7. Bila membaik, transfusi dimulai lagi dengan tetesan lambat
8. Bila tidak ada perbaikan dalam 15 menit, atau klinis memburuk
terapi sebagai kategori 3.

Kategori 3 Rigor Cemas Hemolisis 1. Hentikan transfuse, ganti infus


Mengancam Demam Nyeri dada intravascular 2. Infus NaCl, pertahankan tekanan darah
jiwa Gelisah Nyeri dekat Kontaminasi 3. Pelihara jalan nafas
Hipotensi tempat infuse bakteri dan syok 4. Beri adrenalin
Takikardia Gawat nafas septic 5. Beri steroid dan bronkodilator bila ada
Hemoglobi- Nyeri Kelebihan cairan 6. Beri diuretik bila perlu
nuria punggung Anafilaksis 7. Beritahu dokter dan bank darah
Perdarahan /pinggang Berhubungan 8. Kirim contoh darah dan set transfusi ke laboratorium
Sakit kepala dengan lung injury 9. Cek warna urin segar
Sesak nafas 10. Kumpulkan urin 24 jam catat intake dan output
11.Lihat tanda perdarahan (tanda DIC)
12. Nilai kembali tanda vital
13. Waspadai kemungkinan gagal ginjal akut
Sumber: WHO 2016
14. Jika curiga baktermia, beri antibiotik
Evaluasi Reaksi Transfusi (WHO)

Persiapan pratransfusi

Pemantauan tanda-tanda vital

Observasi 15 menit – 1 jam pascatransfusi

Curiga reaksi  segera bertindak


Formulir Pemantauan Transfusi Darah
Tata Laksana Kegawatan Reaksi Transfusi

Akut:
• Reaksi transfusi hemolitik akut dg gejala*
• Anafilaksis*
• Transfusion-related acute lung injury (TRALI)*
• Kontaminasi bakteri: syok
• Gagal jantung kongestif*
• Embolism*

Lambat:
• Transfusion-related acute lung injury (TRALI)*
Komplikasi Lambat dan Tatalaksananya
___________________________________________________________________________________________________________
Komplikasi Manifestasi klinis Penatalaksanaan
_____________________________________________________________________________________________________________________________ ____
Reaksi hemolitik lambat 5-10 hari pascatransfusi - Umumnya tak perlu terapi
Demam - Jika ada hipotensi dan oliguri
Anemia terapi sebagai hemolisis intra
Kuning vaskular akut

Purpura pascaoperasi 5-10 hari pascatransfusi - Steroid dosis tinggi


Kecenderungan perdarahan - Imunoglobulin dosis tinggi
Trombositopenia - Plasma exchange

Graft-vs-host disease 10-12 hari pascatransfusi - Terapi suportif


Demam - Tak ada terapi spesifik
Ruam kulit dan deskuamasi
Diare
Hepatitis
Pansitopenia

Kelebihan besi Gagal jantung dan hati - Cegah dengan zat pengkelat besi
_____________________________________________________________________________________________r
Sumber: WHO, 2001.
4. Yang menyebabkan reaksi transfusi demam:
A. Sel darah merah
B. Leukosit
C. Trombosit
D. Plasma
Penyebab Tersering Reaksi Transfusi
• Misidentifikasi pasien

• Kesalahan sampel

• Kesalahan pengeluaran darah

• Kesalahan distribusi darah

• Kesalahan administrasi

• Kesalahan teknik dan penyimpanan


5. Upaya mengurangi reaksi transfusi demam:
A. Crossmatch (uji silang serasi)
B. Pemberian antihistamin
C. Pemberian steroid
D. Memakai leukofilter
Upaya Pencegahan Reaksi Transfusi

1. Donor selektif:
- donor tetap (1 pasien memiliki 4–6 orang donor tetap)
- donor sukarela yang belum pernah transfusi, belum
pernah hamil
- donor yang DNA/RNA virusnya negatif

2. PRC miskin lekosit (leukodepleted) untuk mengurangi


aloimunisasi dan risiko infeksi infeksi (HIV, CMV, EBV,
HTLV, vCJD) :

3. Uji saring kuman penyebab infeksi yang ditularkan


melalui transfusi darah (IMLTD):
- pemeriksaan serologi
- pemeriksaan nucleic acid testing (NAT)
- uji kontaminasi bakteri

4. Prosedur standar dalam penyiapan, pemberian, dan


pengelolaan reaksi transfusi.
Aplikasi Klinis
Kasus 1
• Anak perempuan , 10 tahun, penyandang talasemia mayor, kontrol ke
poliklinik anak RS untuk transfusi darah karena kadar Hbnya 7.8 g/dL.
• Keadaan umum anak baik, tanda vital stabil, BB 20 kg.

Diagnosis
• Talasemia Mayor

Tatalaksana
• Tranfusi PRC-leukodepleted (LD) 1 unit volume 250-300 mL (setara dosis 12,5-15 mL/
kgBB)
• Perkiraan kenaikan kadar Ht 12,5-15% sesuai Hb sekitar 4-5 g/dL
• Bila kadar Hb pascatransfusi kurang dari perkiraan kenaikan kadar Hb, evaluasi
kemungkinan penyebabnya
• Bila tidak tersedia PRC-LD dapat digunakan bed side filter untuk sel darah merah
Kasus 2
• Seorang anak laki-laki penyandang talasemia mayor berusia 12 tahun saat
sedang mendapatkan transfusi darah PRC manual mengalami demam.

Diagnosis
• Talasemia Mayor + Reaksi Transfusi (kategori 2/sedang-berat)

Tatalaksana
• Hentikan transfusi, ganti set infus dan cairan NaCl 0,9% (NaCl fisiologis)
• Beritahu dokter dan bank darah RS
• Berikan parasetamol dan difenhidramin
• Bila kondisi membaik, transfusi dapat dimulai kembali dengan tetesan lambat.
Bila tidak ada perbaikan dalam 15 menit atau klinis memburuk, terapi sebagai
kategori 3 (mengancam kehidupan)
• Kirimkan unit darah beserta set ransfusi ke bank darah dan laboratorium
• Transfusi selanjutnya harus diberikan PRC leukodepleted/leukoreduced
Kasus 3
• Seorang anak usia 3 tahun didiagnosa trombositopenia imun akut berat,
mengalami perdarahan gusi dan mimisan dengan kadar trombosit 8.000/mm3.
Saat ditransfusi TC manual, pasien mengeluhkan gatal-gatal.

Diagnosis
• Trombositopenia Imun + Reaksi Transfusi (ringan/derajat 1)

Tatalaksana
• Tetesan diperlambat
• Berikan difenhidramin (antihistamin)
• Observasi selama 30 menit, bila tidak membaik, tata laksana sebagai reaksi
transfusi kategori 2
• Bila selanjutnya memerlukan transfusi TC gunakan TC leukodepleted/
leukoreduced
Pencegahan Reaksi Transfusi

Pencegahan

Reaksi
Penyebab Tata laksana
Transfusi

Reaksi transfusi yang paling sering terjadi:


- alergi
- FNHTR  penyebabnya adalah leukosit
Dimana Leukosit dalam Komponen Darah?

LEUKOSIT

Manual Plasma Extractor Automated Plasma Separator

User meeting Abhimata - 260219 - NR


Dampak Leukosit

Human Leukocyte Antigen (HLA) kelas I


pada permukaan leukosit donor

Antibodi HLA kelas 1


pada pasien
Transfusi berulang Transfusi berulang

Bereaksi dengan Bereaksi dengan Bereaksi dengan


trombosit pasien eritrosit pasien leukosit pasien

Platelet Febrile non


Hemolisis
refractoriness hemolitik
Dampak Leukosit Pada Eritrosit

Isi granula pada leukosit: protease dan hidrogen peroksidase


Merusak protein pada membran Merusak struktur membran
eritrosit eritrosit

Hemolisis

Terdapat hubungan antara pengurangan jumlah leukosit dengan


perubahan kadar glukosa, pH, dan hemolisis PRC selama penyimpanan.
(Astuti A.K.Y, 2018)
Pada membran leukosit terdapat Human Leukosit memiliki granula yang
Leukocyte Antigen (HLA) Kelas I yang mengandung sitokin dan enzim-
sangat polimorfik dan imunogenik. enzim antara lain protease dan
peroksidase
Antigen HLA Kelas I pada Leukosit = Trombosit = Eritrosit

HLA pada membran trombosit HLA pada membran eritrosit


• Kadang-kadang dapat ditemukan
pada eritrosit dengan jumlah
bervariasi antara 40–550 antigen,
sering disebut sebagai Antigen Bg.
• Bennett-Goodspeed menemukan
antigen ini secara serologis
 Bga, Bgb dan Bgc sebagai HLA-B7,
HLA-B17 dan HLA-A28.
• FNHTR
• Platelet Transfusion
Alo
Refractoriness
imunisasi • TRALI
HLA
• TA-GVHD
• Hemolisis

Melepaskan • Febrile non-


sitokin hemolitik transfusion
dalam
komponen reaction (FNHTR)
darah • Alergi

Leukosit
Membawa • Penularan infeksi
virus virus intrasel (CMV,
intrasel EBV, HTLV)

Senyawa • Degradasi protein


bioaktif dan
granul yang membran eritrosit
mengandung
protease dan
• Perubahan struktur
peroksidase membran eritrosit
Upaya Mengurangi Jumlah Leukosit

Leukosit dalam
komponen darah harus
dihilangkan

Menggunakan filter
leukosit

KOMPONEN DARAH
DISEBUT LEUKODEPLETED

User meeting Abhimata - 260219 - NR


Kapan Komponen Darah dapat difiltrasi?

PRESTORAGE Faktor teraktivasi


Pelepasan sitokin dan
protease
Darah segar  reaksi transfusi ↓ dan
maksimal 48 jam kualitas PRC dan TC lebih
baik

BEDSIDE
Di ruang perawatan Fragmen leukosit
Melewati filter
 reaksi imun ↓
Melepaskan bakteri
 infeksi ↓
Keuntungan Filtrasi Prestorage

• Reaksi transfusi berkurang


• Darah sudah dialirkan ke filter
sehinga clot/fibrin/debris pada
komponen darah juga sudah tersaring
 aliran darah saat transfusi menjadi
lancar
• Mutu darah lebih baik
• Storage lesions pada PRC dan TC lebih
sedikit
• Tidak perlu pelatihan perawat
• Efisiensi waktu kerja perawat
Filtrasi Prestorage vs Bedside

Red Cell Blood Bank Filtration


(Prestorage) Bedside Filtration of RBC
Thrombocyte Concentrate (TC)

• TC Apheresis
• TC biasa • TC pooled

Non
Leukodepleted Leukodepleted

Bedside Filtration of Platelets


Produk Komponen Darah Non Leukodepleted VS Leukoreduced VS Leukodepleted

JUMLAH LEUKOSIT
Jenis Tanpa disaring Pemisahan Disaring
Komponen (non- dengan metode (Leukodepleted)
Darah leukodepleted) Buffy-Coat Removed
(Leukoreduced)
WB 109 - <1x106*
PRC 10–109 108 <1x106*
(<1.2 x 109)*
WE (WRC) - 107 -
TC biasa 108 109 <0.2x106*
(jumlah trombosit 60x109) (<0.2 x 109)* (<0.05 x 109)*
>40 mL

TC pool <1x106*
(jumlah trombosit 2x1011) <1x109*
TC aferesis <1x106*
(jumlah trombosit 2x1011)
100–400 mL
* Standar Pelayanan Darah Nasional: Permenkes No. 91 Tahun 2015
Dampak penggunaan Leukodepleted terhadap Frekuensi FNHTR

Blood Paglino, dkk. King, dkk. Yazer, dkk.


component Pre ULR Post ULR Pre ULR Post ULR Pre ULR Post ULR

Erythrocyte 0,34% 0,18% 0,37% 0,19% 0,33% 0,19%


Platelet 2,18% 0,15% Tidak diukur 0,45% 0,11%
ULR: universal leukocyte reduction

• Angka kejadian FNHTR pada transfusi


menggunakan PRC-leukoreduction
menurun secara signifikan.
33% pasien mendapat transfusi berulang membentuk antibodi.

User meeting Abhimata - 260219 - NR


304 pasien penyakit keganasan dan hematologi yang memiliki antibodi:
35 dari 210 pria (16,7%)
29 dari 94 wanita (30,9%)
Didapatkan antibodi anti-HLA pascatransfusi PRC
dan antibodi tersebut menyebabkan
hemolytic transfusion reaction.

User meeting Abhimata - 260219 - NR


• Eliminasi leukosit dari PRC donor akan menurunkan risiko reaksi transfusi.
• Pada daerah dengan sumberdaya terbatas, penggunaan leukoreduced dengan metode
buffy-coat removed merupakan intervensi efektif dalam mengurangi reaksi transfusi
• Komponen darah leukoreduced dapat membantu
mencegah aloimunisasi.
Leukosit pada PRC dan TC
merupakan sumber
aloimunisasi HLA
Dari Studi Trial to Reduce
Alloimmunization to Platelets (TRAP) :
Penurunan frekuensi aloimunisasi
dengan penggunaan TC aferesis
maupun TC pooled

N Engl J Med 1997; 337:1861-1869


Kasus 4
• Anak perempuan, 15 tahun, diagnosa anemia hemolitik autoimun (pucat, ikterik, tes Coomb +,
golongan darah A+, cross match selalu inkompatibel +3)
• Pasien kompos mentis, anemis, ikterik, tidak ada perdarahan, napas tidak nyaman, BB 40 kg.
Didapatkan murmur sistolik di semua ostia.
• Laboratorium: Hb 4 g/dL, bilirubin total 12 mg/dL, bilirubin direk 0,8 mg/dL

Diagnosis
• Anemia Hemolitik Autoimun

Tatalaksana
• Pengobatan transfusi diberikan dengan memberikan Wash red cells (WRC) dengan target kadar
Hb pascatransfusi 10 g/dL. Komponen WRC dipesan sebanyak 5 unit, diproses bertahap
• Transfusi pertama diberikan berupa WRC 2-5mL/kgBB (1 unit), transfusi kedua 5 mL/kgBB. Bila
sudah tidak ada gangguan hemodinamik, dapat diberikan WRC 10-15 mL/kgBB
• Pelaksanaan transfusi dilaksanakan dibawah pengawasan ketat dan persetujuan
orangtua/keluarga
• Diberikan terapi oksigen, imunoglobin intravena, atau streroid intravena.
Kasus 5
• Bayi laki-laki, 45 hari dirujuk ke RSHS dengan keluhan utama perdarahan merembes pada tempat disuntik
imunisasi Hepatitis B. Paien sudah mendapat transfusi PRC 1 unit. Sebelumnya pasien diketahui dalam keadaan
sehat.
• Pasien tampak tidak sadar, BB 4 kg, anemis, tidak ikterik. Tanda vital: takikardia, nadi cepat, afebris. Terdengar
murmur di semua ostia. Tidak ada organomegali dan limfaadenopati.Ubun-ubun besar menonjol. Paha kanan
dan fossa popliteal: hematoma berat dan ekimosis
• Laboratorium: Hb paca transfusi pertama 5 g/ dL (Hb pratransfusi: 3 g/dL); leukosit 7.400/mm3, trombosit
177.000/mm3, MCV 78 fL, MCH 31 fL, MCHC 29 fL, hitung jenis 0/1/3/50/43/3, apus darah tepi dalam batas
normal, PT 25 detik, aPTT 120 detik, TT normal.
• CT scan kepala: perdarahan intrakranial

Diagnosis
• Penyakit Perdarahan karena Defisiensi Vitamin K

Tatalaksana
• Injeksi vitamin K 1x5 mg secara subkutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 3 hari berturut-
turut (lihat respons klinis dan lab)
• Transfusi FFP 60 mL dan PRC 60 mL
• Follow up: klinis (observasi tanda perdarahan dan hasil lab)
• Edukasi orangtua
• Konsul bedah saraf: terapi konservatif
Kasus 6
• Anak laki-laki, 3 tahun dibawa ke UGD RS, keluhan perdarahan hidung sulit berhenti dan pucat.
Didiagnosa trombositopenia imun. Dua minggu yang lalu pasien mengalami infeksi saluran napas akut.
Saat ini sudah tidak didapatkan demam.
• Pasien kompos mentis, epistaksis masih berlangsung, dan tampak pucat. BB 12 kg. Terdapat takikardia.
Tidak ada organomegali
• Laboratorium: Hb 6 g/dL, leukosit 8.000/mm3, hematokrit 18%, trombosit 5.000/mm3, hitung jenis
dalam batas normal, IPF 25% (N 1,6-9,5%), MDT: eritrosit dan leukosit normal, kelompokan trombosit
kurang, banyak ditemukan megakariosit, tidak didapatkan giant thrombocyte)

Diagnosis
• Trombositopenia Imun + Anemia karena Perdarahan

Tatalaksana
• Kortikosteroid dosis tinggi
• Asam traneksamat intravena
• Tampon hidung oleh dokter THT
• Transfusi TC 3 unit (dosis 10-20 mL/kgBB)
• Transfusi PRC 200 mL
• Evalusi klinis perkembangan perdarahan, kadar trombosit dan Hb
Kasus 7
• Anak perempuan berusia 2 tahun dirawat di RS dengan diagnosis demam dengue.
Keluhan berupa demam 5 hari, tidak disertai keluhan perdarahan.
• Pasien kompos mentis, demam, tidak ada perdarahan spontan. BB 10 kg.
• Uji torniket (+)
• Laboratorium: Hb 11 g/dL, leukosit 4.000/mm3, hematokrit 36%, trombosit
18.000/mm3, NS1 +. MDT: eritrosit dan leukosit normal, kelompokkan trombosit
kurang, banyak ditemukan megakariosit. IPF 25% (N 1,6-9.5%)

Diagnosis
• Demam Dengue

Tatalaksana
• Infus RL
• Parasetamol bila diperlukan
• Observasi ketat tanda-tanda vital dan perdarahan
Kasus 8
• Anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ke poli anak RS dengan keluhan utama
bengkak dan nyeri pada kedua lututnya. Keluhan terjadi spontan, tidak
dikethaui riwayat keluarga dengan penyakit/keluhan serupa.
• Pasien kompos mentis, BB 10 kg, tanda vital stabil. Tidak anemia, tidak ada
organomegali dan limfadenopati. Pada genu bilateral ditemukan hemartrosis.
• Laboratorium: Hb 11 g/dL, PT normal, aPTT memanjang, tes substitusi PTT
menunjukkan defisiensi Faktor VIII, kadar faktor VIII 0,6%.

Diagnosis
• Hemofilia A Berat

Tatalaksana
• Konsentrat faktor VIII 250 unit intravena setiap 12 jam selama 1-2 hari,
bergantung pada respons klinis (dosis empiris konsentrat faktor VIII untuk
hemartrosis 20-25 U/kgBB setiap 12jam)
• Bila tidak tersedia konsentrat faktor VIII dapat diberikan kriopresipitat 2 unit
Kasus 9
• Anak laki-laki, 5 tahun dirawat di RS dengan diagnosis bronkopneumonia dan sepsis.
• Pada saat dirawat pasien mengalami perdarahan spontan berupa lebam, bintik-bintik merah
pada kulit, dan biru-biru pada tempat pengambilan darah.
• Pasien tampak sakit berat, demam, BB 10 kg. Ditemukan petekie, ekimosis, hematoma,
perdarahan hidung dan gusi serta oozing pada tempat pengambilan darah.
• Laboratorium: Hb 6 g/dL, leukosit 22.000/mm3, hematokrit 19%, trombosit 12.000/mm3, MDT:
skistiosit, sel burr, sel target, kelompokan trombosit kurang, PT 22 detik, aPTT 75 detik,
fibrinogen 100 mg/dL, D-dimer 15.

Diagnosis
• Sepsis + Koagulasi Intravaskular Diseminata

Tatalaksana
• Antibiotik spektrum luas intravena
• Transfusi PRC 150 mL,
• Transfusi konsentrat trombosit 2 unit,
• Transfusi FFP 150 mL, kriopresipitat 100 mL
• Observasi klinis (tanda vital, perdarahan) dan laboratorium
Keamanan Produk Darah Saat Pandemi

• Belum ada bukti penularan SARS-CoV-2 sebagai IMLTD.


Pencegahan difokuskan pada skrining pendonor darah dan penerapan protocol
kesehatan pada saat prosedur donasi dan pemberian transfuse darah.
Take Home Message

• Transfusi darah rasional: menggunakan darah/komponen


darah/produk turunannya secara aman, berkualitas, dan
memberikan efek terapeutik sesuai dengan indikasi medis.

• Leukosit memiliki dampak terhadap mutu komponen darah


dan risiko reaksi transfusi.

• Penggunaan leukodepleted dapat mengurangi jumlah leukosit


dalam komponen darah PRC dan TC sehingga dapat mencegah
reaksi transfusi dan mempertahankan mutu komponen darah.
Sekian dan terima kasih
semoga bermanfaat
Upaya Menjaga Kesehatan
di Masa Pandemik COVID-19
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pencegahan COVID-19

Cuci tangan Bila batuk/bersin, tutup mulut


dengan air dan sabun dengan tisu, atau lengan dalam,
Hindari menyentuh mata,
minimal 20 detik atau memakai masker
hidung dan mulut

Jaga jarak saat menyapa Jika SAKIT, batuk sampai sesak


(social distancing/physical distancing) napas, segera ke faskes terdekat
Kasus 10 Pasien BP Berat Hb 7 g/dL: TD PRC LD
• Anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ke poli anak RS dengan keluhan utama
bengkan dan nyeri pada kedua lututnya. Keluhan terjadi spontan, tidak
dikethaui riwayat keluarga dengan penyakit/keluhan serupa.
• Pasien kompos mentis, BB 10 kg, tanda vital stabil. Tidak anemia, tidak ada
organomegali dan limfadenopati. Pada genu bilateral ditemukan hematrosis
• Laboratorium: Hb 11 g/dL, PT normal, aPTT memanjang, tes substitusi PTT
menunjukkan defisiensi Faktor VIII, kadar faktor VIII 0,6%

Diagnosis
• Hemofilia A Berat

Tatalaksana
• Konsentrat faktor VIII 250 unit intravena setiap 12 jam selama 1-2 hari,
bergantung pada respons klinis (dosis empiris konsentrat faktor VIII untuk
hemartrosis 20-25 U/kgBB setiap 12jam)
• Bila tidak tersedia konsentrat faktor VIII dapat diberikan kriopresipitat 2 unit

Anda mungkin juga menyukai