• Transfusi darah:
- terapi (suportif):
- penyakit darah
- penyakit kanker
- penyakit sistemik lain
- upaya menyelamatkan hidup
Murray NA, Robert IAG. Neoanatal transfusion practice. Arch.dis.Child fetal and neonatal,2004
Prinsip Transfusi Darah
Product
Jumlah volume
produk darah
dalam mL
Dosis
Untuk anak dosis
dihitung berdasarkan
mL/kgBB
Komponen Darah
PLT
PLS WB
PLT C
RBC
Donasi
Aferesis Mesin aferesis Donasi aferesis
Terapi
Leukoferesis Tromboferesis
Pemesanan Produk/Komponen Darah
Komponen darah
Kelebihan:
• Resipien hanya menerima komponen darah yg diperlukan saja
• Mengurangi volume
• Menurunkan risiko reaksi imunologis
• Menurunkan risiko IMLTD
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan produk
darah
• Monitoring kualitas produk lebih mudah
Strauss,2010
Strauss, 2016
Panduan Transfusi Granulosit
Strauss, 2016
Transfusi Darah Rasional
Evidence based studies in clinical transfusion medicine
Manfaat Risiko
VS
• Life-saving
• Therapy Reaksi transfusi
Sloan SR,dkk. Nathan and Oski’s. Hematology of Infancy and Childhood. Ed.6,2003
Beutler. Williams Hematology.Ed.7,2005
WHO. Clinical use of blood,2001
Hume HA. Clinical practice of transfusion medicine. Ed.3,1998
Rosseff SD.Pediatric transfusion.AABB. Ed 2,2006
Gupte S. The textbook of blood bank and transfusion medicine,2000
Reaksi Transfusi
Reaksi Transfusi
Akut/Segera Lambat
Terjadi dalam 1-2 jam Terjadi dalam hari, minggu
(ringan, sedang, berat) atau bulan
Non Non
Imunologis Imunologis
imunologis imunologis
*gawat/potensi gawat
2. Reaksi transfusi yang paling sering:
A. Demam
B. Gatal-gatal
C. Sesak napas
D. Kelebihan cairan
Gambaran Klinis Reaksi Transfusi
TAGVHD 1:7000
Komplikasi Pascatransfusi
Persiapan pratransfusi
Akut:
• Reaksi transfusi hemolitik akut dg gejala*
• Anafilaksis*
• Transfusion-related acute lung injury (TRALI)*
• Kontaminasi bakteri: syok
• Gagal jantung kongestif*
• Embolism*
Lambat:
• Transfusion-related acute lung injury (TRALI)*
Komplikasi Lambat dan Tatalaksananya
___________________________________________________________________________________________________________
Komplikasi Manifestasi klinis Penatalaksanaan
_____________________________________________________________________________________________________________________________ ____
Reaksi hemolitik lambat 5-10 hari pascatransfusi - Umumnya tak perlu terapi
Demam - Jika ada hipotensi dan oliguri
Anemia terapi sebagai hemolisis intra
Kuning vaskular akut
Kelebihan besi Gagal jantung dan hati - Cegah dengan zat pengkelat besi
_____________________________________________________________________________________________r
Sumber: WHO, 2001.
4. Yang menyebabkan reaksi transfusi demam:
A. Sel darah merah
B. Leukosit
C. Trombosit
D. Plasma
Penyebab Tersering Reaksi Transfusi
• Misidentifikasi pasien
• Kesalahan sampel
• Kesalahan administrasi
1. Donor selektif:
- donor tetap (1 pasien memiliki 4–6 orang donor tetap)
- donor sukarela yang belum pernah transfusi, belum
pernah hamil
- donor yang DNA/RNA virusnya negatif
Diagnosis
• Talasemia Mayor
Tatalaksana
• Tranfusi PRC-leukodepleted (LD) 1 unit volume 250-300 mL (setara dosis 12,5-15 mL/
kgBB)
• Perkiraan kenaikan kadar Ht 12,5-15% sesuai Hb sekitar 4-5 g/dL
• Bila kadar Hb pascatransfusi kurang dari perkiraan kenaikan kadar Hb, evaluasi
kemungkinan penyebabnya
• Bila tidak tersedia PRC-LD dapat digunakan bed side filter untuk sel darah merah
Kasus 2
• Seorang anak laki-laki penyandang talasemia mayor berusia 12 tahun saat
sedang mendapatkan transfusi darah PRC manual mengalami demam.
Diagnosis
• Talasemia Mayor + Reaksi Transfusi (kategori 2/sedang-berat)
Tatalaksana
• Hentikan transfusi, ganti set infus dan cairan NaCl 0,9% (NaCl fisiologis)
• Beritahu dokter dan bank darah RS
• Berikan parasetamol dan difenhidramin
• Bila kondisi membaik, transfusi dapat dimulai kembali dengan tetesan lambat.
Bila tidak ada perbaikan dalam 15 menit atau klinis memburuk, terapi sebagai
kategori 3 (mengancam kehidupan)
• Kirimkan unit darah beserta set ransfusi ke bank darah dan laboratorium
• Transfusi selanjutnya harus diberikan PRC leukodepleted/leukoreduced
Kasus 3
• Seorang anak usia 3 tahun didiagnosa trombositopenia imun akut berat,
mengalami perdarahan gusi dan mimisan dengan kadar trombosit 8.000/mm3.
Saat ditransfusi TC manual, pasien mengeluhkan gatal-gatal.
Diagnosis
• Trombositopenia Imun + Reaksi Transfusi (ringan/derajat 1)
Tatalaksana
• Tetesan diperlambat
• Berikan difenhidramin (antihistamin)
• Observasi selama 30 menit, bila tidak membaik, tata laksana sebagai reaksi
transfusi kategori 2
• Bila selanjutnya memerlukan transfusi TC gunakan TC leukodepleted/
leukoreduced
Pencegahan Reaksi Transfusi
Pencegahan
Reaksi
Penyebab Tata laksana
Transfusi
LEUKOSIT
Hemolisis
Leukosit
Membawa • Penularan infeksi
virus virus intrasel (CMV,
intrasel EBV, HTLV)
Leukosit dalam
komponen darah harus
dihilangkan
Menggunakan filter
leukosit
KOMPONEN DARAH
DISEBUT LEUKODEPLETED
BEDSIDE
Di ruang perawatan Fragmen leukosit
Melewati filter
reaksi imun ↓
Melepaskan bakteri
infeksi ↓
Keuntungan Filtrasi Prestorage
• TC Apheresis
• TC biasa • TC pooled
Non
Leukodepleted Leukodepleted
JUMLAH LEUKOSIT
Jenis Tanpa disaring Pemisahan Disaring
Komponen (non- dengan metode (Leukodepleted)
Darah leukodepleted) Buffy-Coat Removed
(Leukoreduced)
WB 109 - <1x106*
PRC 10–109 108 <1x106*
(<1.2 x 109)*
WE (WRC) - 107 -
TC biasa 108 109 <0.2x106*
(jumlah trombosit 60x109) (<0.2 x 109)* (<0.05 x 109)*
>40 mL
TC pool <1x106*
(jumlah trombosit 2x1011) <1x109*
TC aferesis <1x106*
(jumlah trombosit 2x1011)
100–400 mL
* Standar Pelayanan Darah Nasional: Permenkes No. 91 Tahun 2015
Dampak penggunaan Leukodepleted terhadap Frekuensi FNHTR
Diagnosis
• Anemia Hemolitik Autoimun
Tatalaksana
• Pengobatan transfusi diberikan dengan memberikan Wash red cells (WRC) dengan target kadar
Hb pascatransfusi 10 g/dL. Komponen WRC dipesan sebanyak 5 unit, diproses bertahap
• Transfusi pertama diberikan berupa WRC 2-5mL/kgBB (1 unit), transfusi kedua 5 mL/kgBB. Bila
sudah tidak ada gangguan hemodinamik, dapat diberikan WRC 10-15 mL/kgBB
• Pelaksanaan transfusi dilaksanakan dibawah pengawasan ketat dan persetujuan
orangtua/keluarga
• Diberikan terapi oksigen, imunoglobin intravena, atau streroid intravena.
Kasus 5
• Bayi laki-laki, 45 hari dirujuk ke RSHS dengan keluhan utama perdarahan merembes pada tempat disuntik
imunisasi Hepatitis B. Paien sudah mendapat transfusi PRC 1 unit. Sebelumnya pasien diketahui dalam keadaan
sehat.
• Pasien tampak tidak sadar, BB 4 kg, anemis, tidak ikterik. Tanda vital: takikardia, nadi cepat, afebris. Terdengar
murmur di semua ostia. Tidak ada organomegali dan limfaadenopati.Ubun-ubun besar menonjol. Paha kanan
dan fossa popliteal: hematoma berat dan ekimosis
• Laboratorium: Hb paca transfusi pertama 5 g/ dL (Hb pratransfusi: 3 g/dL); leukosit 7.400/mm3, trombosit
177.000/mm3, MCV 78 fL, MCH 31 fL, MCHC 29 fL, hitung jenis 0/1/3/50/43/3, apus darah tepi dalam batas
normal, PT 25 detik, aPTT 120 detik, TT normal.
• CT scan kepala: perdarahan intrakranial
Diagnosis
• Penyakit Perdarahan karena Defisiensi Vitamin K
Tatalaksana
• Injeksi vitamin K 1x5 mg secara subkutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 3 hari berturut-
turut (lihat respons klinis dan lab)
• Transfusi FFP 60 mL dan PRC 60 mL
• Follow up: klinis (observasi tanda perdarahan dan hasil lab)
• Edukasi orangtua
• Konsul bedah saraf: terapi konservatif
Kasus 6
• Anak laki-laki, 3 tahun dibawa ke UGD RS, keluhan perdarahan hidung sulit berhenti dan pucat.
Didiagnosa trombositopenia imun. Dua minggu yang lalu pasien mengalami infeksi saluran napas akut.
Saat ini sudah tidak didapatkan demam.
• Pasien kompos mentis, epistaksis masih berlangsung, dan tampak pucat. BB 12 kg. Terdapat takikardia.
Tidak ada organomegali
• Laboratorium: Hb 6 g/dL, leukosit 8.000/mm3, hematokrit 18%, trombosit 5.000/mm3, hitung jenis
dalam batas normal, IPF 25% (N 1,6-9,5%), MDT: eritrosit dan leukosit normal, kelompokan trombosit
kurang, banyak ditemukan megakariosit, tidak didapatkan giant thrombocyte)
Diagnosis
• Trombositopenia Imun + Anemia karena Perdarahan
Tatalaksana
• Kortikosteroid dosis tinggi
• Asam traneksamat intravena
• Tampon hidung oleh dokter THT
• Transfusi TC 3 unit (dosis 10-20 mL/kgBB)
• Transfusi PRC 200 mL
• Evalusi klinis perkembangan perdarahan, kadar trombosit dan Hb
Kasus 7
• Anak perempuan berusia 2 tahun dirawat di RS dengan diagnosis demam dengue.
Keluhan berupa demam 5 hari, tidak disertai keluhan perdarahan.
• Pasien kompos mentis, demam, tidak ada perdarahan spontan. BB 10 kg.
• Uji torniket (+)
• Laboratorium: Hb 11 g/dL, leukosit 4.000/mm3, hematokrit 36%, trombosit
18.000/mm3, NS1 +. MDT: eritrosit dan leukosit normal, kelompokkan trombosit
kurang, banyak ditemukan megakariosit. IPF 25% (N 1,6-9.5%)
Diagnosis
• Demam Dengue
Tatalaksana
• Infus RL
• Parasetamol bila diperlukan
• Observasi ketat tanda-tanda vital dan perdarahan
Kasus 8
• Anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ke poli anak RS dengan keluhan utama
bengkak dan nyeri pada kedua lututnya. Keluhan terjadi spontan, tidak
dikethaui riwayat keluarga dengan penyakit/keluhan serupa.
• Pasien kompos mentis, BB 10 kg, tanda vital stabil. Tidak anemia, tidak ada
organomegali dan limfadenopati. Pada genu bilateral ditemukan hemartrosis.
• Laboratorium: Hb 11 g/dL, PT normal, aPTT memanjang, tes substitusi PTT
menunjukkan defisiensi Faktor VIII, kadar faktor VIII 0,6%.
Diagnosis
• Hemofilia A Berat
Tatalaksana
• Konsentrat faktor VIII 250 unit intravena setiap 12 jam selama 1-2 hari,
bergantung pada respons klinis (dosis empiris konsentrat faktor VIII untuk
hemartrosis 20-25 U/kgBB setiap 12jam)
• Bila tidak tersedia konsentrat faktor VIII dapat diberikan kriopresipitat 2 unit
Kasus 9
• Anak laki-laki, 5 tahun dirawat di RS dengan diagnosis bronkopneumonia dan sepsis.
• Pada saat dirawat pasien mengalami perdarahan spontan berupa lebam, bintik-bintik merah
pada kulit, dan biru-biru pada tempat pengambilan darah.
• Pasien tampak sakit berat, demam, BB 10 kg. Ditemukan petekie, ekimosis, hematoma,
perdarahan hidung dan gusi serta oozing pada tempat pengambilan darah.
• Laboratorium: Hb 6 g/dL, leukosit 22.000/mm3, hematokrit 19%, trombosit 12.000/mm3, MDT:
skistiosit, sel burr, sel target, kelompokan trombosit kurang, PT 22 detik, aPTT 75 detik,
fibrinogen 100 mg/dL, D-dimer 15.
Diagnosis
• Sepsis + Koagulasi Intravaskular Diseminata
Tatalaksana
• Antibiotik spektrum luas intravena
• Transfusi PRC 150 mL,
• Transfusi konsentrat trombosit 2 unit,
• Transfusi FFP 150 mL, kriopresipitat 100 mL
• Observasi klinis (tanda vital, perdarahan) dan laboratorium
Keamanan Produk Darah Saat Pandemi
Diagnosis
• Hemofilia A Berat
Tatalaksana
• Konsentrat faktor VIII 250 unit intravena setiap 12 jam selama 1-2 hari,
bergantung pada respons klinis (dosis empiris konsentrat faktor VIII untuk
hemartrosis 20-25 U/kgBB setiap 12jam)
• Bila tidak tersedia konsentrat faktor VIII dapat diberikan kriopresipitat 2 unit