Makalah Hukuman Hukum Pidana Islam
Makalah Hukuman Hukum Pidana Islam
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala nikmat dan
kesempatan yang diberikan, kami dapat berkumpul dan mengerjakan makalah
yang berjudul “Hukuman dalam Hukum Pidana Islam” dengan tepat waktu dan
sebaik mungkin.
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas Hukum Pidana Islam yang
akan dikumpulkan dalam waktu dekat ini. Makalah ini juga dikerjakan untuk
memenuhi nilai tugas dan mendapatkan nilai yang sebaik mungkin seperti yang
kami harapkan.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. PERMASALAHAN......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. KESIMPULAN...........................................................................................16
B. SARAN.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa kini, berbagai kejahatan marak terjadi dimanapun dan
kapanpun. Jika menilik dari sebab terjadinya kejahatan tersebut, akan timbul
berbagai alasan yang melatarbelakangi terjadinya kejahatan itu. Akan tetapi
kita harus menyadari bahwa salah satu yang menyebabkan seseorang
berpotensi melakukan kejahatan adalah tidak adanya efek jera yang
masyarakat dapatkan dari hukuman yang telah dijatuhkan. Penjatuhan pidana
yang dianggap terlalu ringan itulah yang menjadi faktor penyebab orang-
orang menjadi tidak takut melakukan kejahatan. Di saat inilah, masyarakat
butuh suatu sistem penanggulangan kejahatan yang benar-benar melindungi
dan memberi rasa aman.1
Penerapan aturan hukum yang lebih tegas lagi sangat dibutuhkan di
Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara
dengan mayoritas penduduk beragama muslim terbesar, namun penerapan
hukum Islam dalam sistem hukum nasional Indonesia dirasakan belum
sempurna karena hukum Islam yang diterapkan sejauh ini hanyalah masalah-
masalah perdata, seperti sengketa perkawinan, waris, wakaf, dan lain
sebagainya. Namun hukum Islam belum bisa menjamah wilayah pidana di
sistem hukum Indonesia, sehingga hingga kini belum ada konsep hukum
pidana Islam yang diterapkan di Indonesia,
Hukum pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung
kemaslahatan dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat2, akan tetapi
amat disayangkan bahwa wajah hukum pidana Islam yang kerap tergambar
1
Topo Santoso. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam
Wacana dan Agenda. Jakarta: Gema Insani Press, halaman 9
2
Zainuddin Ali. 2008. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika, halaman 102
3
dalam media massa atau buku-buku karya orientalis adalah wajah yang kejam
dan tidak manusiawi. Padahal, studi yang objektif dan mendalam terhadap
hukum ini akan menunjukkan bahwa kesan seperti itu muncul, karena hukum
pidana Islam dilihat secara tidak utuh atau parsial. Seharusnya, hukum pidana
Islam dibaca dalam konteks yang menyeluruh dengan bagian lain dari syariat
Islam. Hukum potong tangan contohnya, sering dituding terlampau kejam dan
tidak adil, padahal hukuman ini baru dijatuhkan ketika sejumlah syarat yang
ketat dipenuhi3, misalnya harus menghadirkan saksi yang dapat dipercaya,
adil dan amanah, serta sudah memenuhi kadar (ukuran) harta yang dicuri.4
Pada dasarnya, hukum pidana Islam menanggulangi kejahatan secara
lebih komprehensif, dari mulai memperkokoh keimanan, memperbaiki akhlak
masyarakat, sampai menghilangkan sebab timbulnya kejahatan seperti
kemiskinan, dan keterbelakangan dan memberikan sanksi yang memiliki daya
preventif dan represif.5 Oleh karena itulah, pemahaman mendalam dan
pandangan secara menyeluruh perlu dilakukan agar tidak terjadi lagi salah
kaprah mengenai penjatuhan hukuman di dalam Islam.
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana pengertian dan tujuan penjatuhan hukuman di dalam Islam?
2. Bagaimana sebenarnya syarat-syarat penjatuhan hukuman dalam
pandangan Islam?
3. Bagaimana macam-macam hukuman menurut Islam?
3
Topo Santoso. Op. Cit., halaman 7
4
Mardani. 2010. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, halaman 220-221
5
H. A. Djazuli. 2005. Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam
(Edisi Revisi). Jakarta: Prenada Media Group, halaman 195
4
BAB II
PEMBAHASAN
6
Ahmad Wardi Muslich. 2006. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih Jinayah.
Jakarta: Sinar Grafika, halaman 136
7
Rahmat Hakim. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia,
halaman 59
5
dan kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi
kepentingan individu.8
- TUJUAN HUKUMAN
Segala sesuatu yang tercipta di dunia ini memiliki tujuan masing-
masing. Begitu juga dengan hukuman, penjatuhan hukuman bagi orang
yang telah melakukan kejahatan memiliki tujuan tertentu. Esensi dari
pemberian hukuman bagi pelaku pidana menurut Islam adalah:
a. Pembalasan;
8
Ahmad Wardi Muslich. Op. Cit., halaman 137
9
Rahmat Hakim. Op. Cit., halaman 65
6
Preventif khusus merupakan upaya pencegahan bagi pelaku.
Apabila seseorang melakukan tindak pidana, dia akan
menerima balasan yang sesuai dengan perbuatannya.
Dengan balasan tersebut, pelaku diharapkan menjadi jera
karena balasan yang ia terima, sehingga ia tidak akan
mengulangi perbuatan yang sama di masa yang akan
datang.10
11
Ahmad Wardi Muslich. Op. Cit., halaman 138
12
Ibid., halaman 138-139
13
Rahmat Hakim. Op. Cit., halaman 66
7
B. SYARAT-SYARAT HUKUMAN
Agar hukuman itu diakui keberadaannya maka harus dipenuhi tiga syarat.
Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hukuman Harus Ada Dasarnya dari Syara’ (sesuai dengan asas
legalitas)
Hukum dianggap punya dasar (syari’iyah) apabila ia didasarkan
kepada sumber-sumber syara seperti Algur’an, As-Sunah, Ijma,
atau undang-undang yang diterapkan oleh lembaga yang
berwenang (ulil amri) seperti dalam hukuman ta’zir (Hukuman
yang bersifat pendidikan).14 Dalam hal hukuman ditetapkan oleh
ulil amri maka disyaratkan tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan syara’. Apabila bertentangan maka ketentuan
hukuman tersebut menjadi batal.
Dengan adanya persyaratan tersebut maka seorang hakim tidak
boleh menjatuhkan hukuman atas dasar pemikiranya sendiri
walaupun ia berkeyakinan bahwa hukuman tersebut lebih baik dan
lebih utama dari pada hukuman yang telah ditetapkan oleh syara.15
14
Abdul Muqtadir Al-Haq, “Hukuman dalam Hukum Pidana Islam”,
http://pembelajaranhukumindonesia.blogspot.com/2011/10/hukuman-dalam-hukum-pidana-
islam.html, diakses tanggal 16 September 2014, tanggal 19:55 WIB
15
Ahmad Wardi Muslich. Op. Cit., halaman 141
16
Abdul Muqtadir Al-Haq. Loc. Cit.
8
3. Hukuman Harus Berlaku Umum
Selain dua syarat yang telah disebutkan di atas, hukuman juga
disyaratkan harus berlaku umum. Ini berarti hukuman harus
berlaku untuk semua orang tanpa adanya diskriminasi, apa pun
pangkat, jabatan, status, dan kedudukannya. Di depan hukum
semua orang statusnya sama, tidak ada perbedaan antara yang kaya
dan miskin, antara pejabat dengan rakyat biasa, antara bangsawan
dengan rakyat jelata.17
17
Ahmad Wardi Muslich. Op. Cit., halaman 142
9
C. MACAM-MACAM HUKUMAN
Hukuman dalam hukum pidana Islam terbagi-bagi ke dalam beberapa
kelompok. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi macamnya jarimah yang diancamkan hukuman,
hukuman dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Hukuman hudud, yaitu hukuman yang telah ditentukan oleh syara’
dan tidak ada batas minimal dan maksimal.
b. Hukuman qishash dan diyat, yaitu hukuman yang telah ditentukan
oleh syara’, dimana qishash adalah hukuman pembalasan dan diyat
adalah hukuman pembayaran sejumlah denda.
c. Hukuman kifarat, yaitu hukuman yang bentuknya adalah denda
berupa perbuatan tertentu yang wajib ditunaikan.
2. Ditinjau dari segi ada dan tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan
Hadist, hukuman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud, qisas, diyat, dan kifarat.
Misalnya, hukuman bagi pezina, penuduh zina, pencuri, perampok,
pemberontak, pembunuh, dan lain-lain19;
- Hukuman bagi pezina:
Syariat Islam telah menetapkan jenis hukuman untuk jarimah
zina yaitu:
Hukuman dera (jilid) seratus kali dan pengasingan untuk
pelaku zina yang keduanya ghoir muhshan (belum
menikah);
18
Ahmad Wardi Muslich. Op. Cit., halaman 17-20
19
Muhammad Shobri. 2014. Fiqh Jinayah: Ruang Lingkup Hukuman dan Jarimah dalam
Hukum Pidana Islam. Makalah yang dipublikasikan melalui https://academia.edu, halaman 1
10
Hukuman jilid seratus kali dan rajam bagi pelaku zina yang
keduanya muhshan (telah menikah);
Kalau pelakunya yang satu ghoir muhshan dan satunya
muhshan maka yang muhshan dirajam dan yang ghoir
muhshan di dera (jilid) dan diasingkan.
Dasarnya:
QS. An-Nuur: 2
ُك َّل اح ٍد
ِ ِمْنهما و َِمائَة
Azzaaniyatu
wazzaanii
faajliduu kulla َ َُ
ُالزانِيَة َّ َو اجلِ ُدوا
َّ الزايِن ْ َف
waahidin
minhumaa
mii-ata
jaldatin walaa
ta'khudzkum تَأْ ُخ ْذ ُك ْم َوال هِبِ َما ٌيِف َرأْفَة اللَّ ِه ِدي ِن
bihimaa
ra'fatun fii
diinillahi in ج ْل َد ٍة
َ
QS. An-Nuur: 2
11
“Jejeka dan gadis hukumannya jilid seratus kali dan
pengasingan selama satu tahun. Dan janda dengan duda
hukumannya jilid seratus kali dan rajam.”20
20
Fiqi Rathomy, “Macam-Macam Hukuman dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum
Positif”, diakses melalui http://blog-fiqi.blogspot.com/, tanggal 17 September 2014, jam 19:52
WIB
21
A. Mukarom. 2012. Tindak Pidana Pencurian (Al – Sariqah) Dalam Fiqh Jinayah.
Makalah mahasiswa IAIN Walisongo, Semarang, halaman 27
12
Hukuman mati salib; dijatuhkan kepada perampok yang
membunuh serta merampas harta bendanya, dijatuhkan atas
pembunuhan dan percurian harta.
Hukuman potong tangan dan kaki; dijatuhkan kepada
perampok yang hanya mengambil hartanya saja tanpa
melakukan pembunuhan.
Hukuman pengasingan; dilakukan kepada perampok
(pengganggu keamanan) yang tidak mengambil harta dan
tidak membunuh tetapi hanya menakut-nakuti saja.
Dasarnya QS. Al-Maidah: 33:
ين حُيَا ِربُو َن اللَّهَ َو َر ُسولَهُ َويَ ْس َع ْو َن ِ َّإِمَّنَا جزاء ال
ذ
َ ُ ََ
يِف ض ْ فَ َس ًادا أَ ْن يُ َقَّتلُوا أ َْو صلَّبُوا
ِ األر َ ُي أ َْو ُت َقطَّ َع
أَيْ ِدي َوأ َْر ُجلُ ُه ْم ِم ْن الف
ٍ ِخ أَو يْن َفوا ِمن ض
ْ ْ ُ َ ِ األر
Innamaa jazaa-ul-
ladziina
yuhaaribuunallaha ْ
warasuulahu
wayas'auna fiil ardhi ِه ْم
QS. Al-Maa-idah: 33
fasaadan an
yuqattaluu au ِ َذل هَل م ِخزي يِف الد ْنيا ُّ م هَلو يِف ِ
ة ر ِ ع َذاب
اآلخ
yushallabuu au
tuqath-tha'a aidiihim
ُْ ٌ ْ َ ُْ َ َ ٌ َ
wa-arjuluhum min
khilaafin au yunfau كَ
ِع
minal ardhi dzalika
lahum khizyun
fiiddunyaa walahum
يم
ٌ َ ظ
fii-aakhirati
'adzaabun 'azhiimun "Sesungguhnya, pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka
bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan
dan kaki mereka dengan bertimbal-balik atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh
siksaan yang besar," – (QS.5:33)
13
HR. Muslim:
3. Ditinjau dari segi pertalian antara satu hukuman dengan hukuman yang
lain. Dalam hal ini hukuman dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Hukuman Pokok (Uqubah Ashliyah), yaitu hukuman yang ditetapkan
untuk jarimah yang bersangkutan sebagai hukuman yang asli.
Contohnya: hukuman qishash untuk jarimah pembunuhan,
hukuman dera 100 kali untuk jarimah zina, atau hukuman potong
tangan untuk jarimah pencurian.
b. Hukuman pengganti (Uqubah Badaliyah), Yaitu hukuman yang
menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena alasanyang sah.
Contohnya: Hukuman diyat sebagai hukuman pengganti hukuman
qishash, atau hukuman ta’zir sebagai pengganti hukuman had atau
hukuman qishas yang tidak bisa dilaksanakan.
22
Fiqi Rathomy. Loc. Cit.
23
Muhammad Shobri.. Loc. Cit.
14
c. Hukuman Tambahan (Uqubah Taba’iyah), yaitu hukuman yang
mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan hakim
secara tersendiri.
15
a. Hukuman badan (Uqubah Badanyah), yaitu hukuman yang
dikenakan atas badan manusia, seperti hukuman mati, jilid (dera) dan
penjara.
24
Ahmad Wardi Muslich. Op. Cit., halaman 143-144
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hukuman adalah salah satu tindakan yang diberikan oleh syara’ sebagai
pembalasan atas perbuatan yang melanggar ketentuan syara’, dengan
tujuan untuk memelihara ketertiban dan kepentingan masyarakat,
sekaligus juga untuk melindungi kepentingan individu.
2. Adapun syarat-syarat hukuman adalah sebagai berikut:
- Hukuman Harus Ada Dasarnya dari Syara’ (sesuai dengan asas
legalitas);
- Hukuman Harus Bersifat Pribadi (sesuai dengan asas personalitas);
- Hukuman Harus Berlaku Umum.
3. Macam-macam hukuman dikelompokkan menjadi beberapa bagian,
yaitu: dari segi macamnya jarimah yang diancamkan hukuman, ada
tidaknya nash dalam Al-Qur’an dan Hadist, pertalian hukuman yang satu
dengan yang lain, kekuasaan hakim dalam menentukan hukuman, dan
tempat dilakukannya hukuman.
17
B. SARAN
1. Menurut kami, masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya
muslim harus memahami lebih mendalam mengenai apa itu esensi
hukuman dalam ajaran Islam.
2. Seharusnya para aktivis muslim lebih mensosialisasikan kepada
masyarakat muslim Indonesia bahwa orang muslim harusnya
berpedoman pada hukuman-hukuman yang ada di dalam syariat Islam.
3. Sebaiknya pemerintah mulai mengintegrasikan hukum-hukum pidana
Islam ke dalam hukum nasional Indonesia untuk memperkecil tingkat
kriminalitas di Indonesia, melihat bahwa hukuman dalam Islam adalah
sekumpulan aturan hukum Tuhan yang tegas.
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Ali, Z., 2008. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika
Hakim, R., 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia
Muslich, A. W., 2006. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih Jinayah.
Jakarta: Sinar Grafika
Santoso, T., 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam
Wacana dan Agenda. Jakarta: Gema Insani Press
B. Lain-lain
Muhammad Shobri. 2014. Fiqh Jinayah: Ruang Lingkup Hukuman dan Jarimah
dalam Hukum Pidana Islam. Makalah yang dipublikasikan melalui
https://academia.edu, halaman 1
19