Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkansebagai zat biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid.Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan udaraberdebu termasuk sistem koloid. Kimia koloid mempunyai peranan yang besar dalamkehidupan dan penghidupan manusia. Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungandengan sistem koloid. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid,sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanahterdiri dari bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantudalam meningkatkan kesuburan lahan.Sistem koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh,hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, sepertiprotein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidangfarmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah emulsi.Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkansistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray dansebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkansebagai koloid. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai,pemurnian, melibatkan adsorpsi pada permukaan partikel koloid dan karena itupemahaman sifat- sifat koloid sangat penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloiddalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimiakoloid yang akan dibahas pada laporan ini. Kimia koloid meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid;dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butir-butir seukuran koloid;emulsi yaitu medium pendispersi dan medium terdispersi merupakan cairan yang tidaksaling bercampur; koloid pelindung dengan cara menambahkan zat, seperti gelatinuntuk mencegah pengendapan sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitupenyerapan suatu yang melekat pada permukaan. II.2. Maksud dan Tujuan Percobaan II.2.1 Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dispersi koloid dan cara penentuannya . II.2.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan jenis dispersi suatu bahan. BAB II TEORI UMUM II.1 Dispersi Koloid Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli. Analisis sistem koloid diawali oleh percobaan Thomas Graham. Thomas Graham menemukan bahwa berbagai larutan misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi, sedangkan zat-zat seperti kanji, gelatin dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Ia menemukan waktu difusi relatif untuk berbagai zat. Oleh karena zat yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam keadaan padat, Graham menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar berdifusi disebutnya koloid (Yumike, 2014). koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Dua fase ini meliputi zat terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal dengan fase terdispersi serta zat yang merupakan fase kontinu dimana partikel koloid terdispersi yang disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7 – 1—5 (1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan koloid dengan larutan dan suspensi (Yumike, 2014). Terdapat 2 metode yang umum digunakan untuk membentuk suatu larutan koloidal, yaitu: 1. Metode kondensasi, menggabungkan partikel-partikel kecil (ion-ion dan molekul) untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solvent atau pelarut atau dengan jalan melakukan reaksi kimia tertentu. 2. Metode dispersi, menggunakan teknik pengecilan ukuran dari partikel yang berdimensi koloidal. Untuk digunakan disintegrator mekanik seperti koloid mill. Seringkali solvent/pelarut yang dicampur dengan zat lain dapat menyebabkan partikel non koloidal menjadi koloidal. Metode dispersi tipe ini khusus dinamakan peptisas (Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013). BAB III METODE KERJA III.1 Waktu danTempat Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Novemberr 2021 di Laboratorium Farmasetika Kimia Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar. III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Viskometer, Gelas Beker, Kompor Listrik, Batang Pengaduk, Termometer, Labu Ukur 100 ml, Labu Ukur 1000 ml, Gelas Arloji, Pipet Volume 1 m. III.2.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Air suling, NaCMC HPMC, Gum Arab, Gelatin, Tragakan, Alginate.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Percobaan I Pembuatan Larutan Kloidal Penentuan Viskositas 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Sampel dibuat dengan mendispersikan bahan/campuran bahan dalam beberapa variasi konsentrasi (5%, 10%, 20%). 3. Sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker atau wadah lain yang sesuai untuk pengukuran. 4. Penguuran viskositas dilakukan dengan kecepatan 50 rpm. 5. Catat nilai viskositas sampel. III.3.2 Percobaan II Penentuan Jenis Aliran 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Sampel dibuat dengan mendispersikan bahan/campuran bahan dalam beberapa variasi konsentrasi (5%, 10%, 20%). 3. Sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker atau wadah lain yang sesuai untuk pengukuran. 4. Pengukuran viskositas dilakukan pada kecepatan 0 rpm, 0,3 rpm, 0,6 rpm, 1,5 rpm, 6 rpm. Nilai viskositas dicatat kemudian dihitung shearing stress dan rate of shear. 5. Rheogram/kurva dibuat kemudian dihitung shearing stress vs rate of shear. 6. Jenis aliran ditentukan berdasarkan bentuk rheogram yang terbentuk. III.3.3 Percobaan III Uji Pengaruh Elektrolit 1. Ambilah masih-masing 10 ml masing –masig larutan 2. Tambahkan 2 ml larutan 25% NaCl lagi dan seterusnya. Catatlah pada penambahan berapa ml akan mengakibatkan terjadinya pengendapan. Uji Pengaruh Alkohol Terhadap Kiloid 1. Catatlah berapa ml alcohol 95% yang dibutuhkan untuk mengendapkan 10 ml larutan 5 % dan 10 % gelatin. Reverbilitas Koloid 1. Uapkan 10 ml larutan hingga kering tambahkan 10 ml air dingin, amatilah apa yang terjadi. BAB IV
PEMBAHASAN
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang kondisi
larutannya terletak antara larutan dan suspensi (larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan koloid. Secara kasat mata larutan koloid terlihat seperti larutan yang homogen (menyatu), tetapi jika diamati lebih mendetail dengan mikroskop ultra maka akan terlihat heterogen (tidak menyatu), masih dapat dibedakan atas komponen-komponen penyusunnya. Koloid umumnya keruh tetapi stabil (tidak memisah). Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil. Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Sementara larutan adalah campuran homogen, di mana antar komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu, campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya. Dispersi koloid umumnya mempunyai sifat yang berbeda dengan sifat dispersi molekuler (larutan) dengan sifat dispersi kasar (dispersi koloid). Sifat-sifat dari dispersi koloid adalah partikel-partikel koloid umumnya bergerak dan gerakan ini disebabkan oleh tumbukkan atau tabrakan antara partikel-partikel koloid tersebut dengan molekul-molekul pelarutnya. Gerakan molekul-molekul koloidini dalam medium pendispersinya disebut gerak brown. Dengan menggunakan mikroskop ultra dapat terlihat bahwa gerak brown adalah gerakan yang cepat, lurus, tetapi arahnya tidak teratur. Besar kecilnya partikel koloid mempengaruhi kecepatan geraknya. Semakin kecil partikel koloid maka gerakan Brown akan semakin cepat. Partikel-partikel koloid juga dapat menghaburkan berkas sinar yang mengenainya kesegala jurusan sehingga sinar yang dihamburkan akan terlihat. Fenomena ini disebut dengan efek Tyndal. Koloid dibagi atas tiga golongan besar yaitu koloid liofilik (koloid yang suka pelarut), koloid liofobik (koloid yang benci pelarut) dan koloid amfifilik (gabungan liofobik dan liofilik). Penggolongan ini berdasarkan pada ada tidaknya solvatasi oleh medium dispersi. Koloid memiliki beberapa sifat – sifat khusus yaitu efek Tyndall, yaitu peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Hal ini terjadi karena sistem partikel koloid mampu menghamburkan berkas cahaya yang diserap kesegala arah. Pemanfaatan dari efek Tyndall yaitu untuk membedakan sistem koloid dengan larutan sejati. Sifat yang kedua adalah Gerak brown, yaitu gerak zig zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium terdispersi. Selain itu partikel koloid mampu mengadsorbsi perikel-partikel lain dalam suatu sistem. Sifat berikutnya adalah elektroforesis, yaitu suatu cara untuk menunjukkan bahwa gerakan partikel koloid dikarenakan muatan arus listrik dan sifat yang terakhir adalah Koagulasi, yaitu peristiwa penggumpalan oleh suatu zat yang menjadikan zat tersebut suatu partikel koloid. Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk mengetahui atau mengukur tingkat kekeruhan air. Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran Karena menggunakan jumlah cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan bergantung pada Jumlah partikel dan Ukuran partikel. Semakin besar dan banyak jumlah partikel, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan semakin besar. Turbidimetri umumnya menggunakan sumber cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih panjang (misalnya, 800 nm-1100 nm) dan efektif digunakan untuk mendeteksi partikel dengan ukuran yang lebih besar. Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui sampel keruh, intensitasnya dikurangi dengan hamburan, dan jumlah cahaya yang tersebar tergantung pada konsentrasi dan distribusi ukuran partikel. Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Dari percobaan diatas kami mendapatkan nilai konduktivitas minyak yang ditambahkan larutan detergen dengan kadar yang 1%, 2%, dan 3 % adalah 1 μS, 2.27 μS, dan 3.5 μS. Sedangkan nilai konduktivitas larutan detergen 1%, 2% dan 3 % berturut-turut adalah, 119.8 μS, 109.8 μS, dan 2.35 μS. Minyak merupakan zat nonelektrolit sedangkan air adalah zat elektrlolit. Elektrolit adalah zat atau senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik sedangkan non elektrolit adalah zat yang tidak dapat menghantarkaan arus listrik. Campuran antara minyak, air dan detergen ini tidak dpat menghantarkan arus listrik karena meskipun didalam larutan tersebut terdapat air yang merupakan zat elektrolit tapi komposisi dari minyak yang merupakan zat non elektrolit itu lebih besar dalam campuran senyawa ini sehingga larutannnya lebih cenderung untuk tidak menghantarkan arus listrik. Berbeda halnya dengan campuran air dan detergen saja ini akan memberikan daya hantar listrik karena terdapat air yang merupakan zat elektrolit dan campurannya mengandung komposisi air yang lebih banyak sehingga larutannya cenderung untuk menghantarkan arus listrik. Tapi, jika konsentrasi detergen semakin besar, maka semakin rendah daya hantar listriknya. Hal ini disebabkan karena berkurangnya sifat air yang mempunyai daya hantar listrik yang besar. Ini sesuai dengan hasil yang kami dapatkan bahwa campuran air, minyak dan detergen nilai konduktivitasnya rendah sedangkan campuran detergen dan air nilai konduktivitasnya tinggi karena semakin meningkat dengan meningkatnya kadar larutan detergen. BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa koagulasi adalah peristiwa penggumpalan yang terjadi akibat putusnya ikatan fase terdisper dengan fase pendisper pada suatu larutan koloid. V.2 Saran V.2.1 Saran Untuk Dosen Adapun saran untuk dosen agar senantiasa mendampingi praktikan dan asisten pada saat praktikum berlangsung. V.2.2 Saran Untuk Asisten Adapun saran untuk asisten yaitu sudah cukup baik dalam mendampingi praktikan pada saat praktikum berlangsung. V.2.3 Saran Untuk Laboratorium Adapun saran untuk laboratorium yaitu agar kelengkapan alat dan bahan lebih ditingkatkan lagi. DAFTAR PUSTAKA Koordinator Farmasi Fisika. 2013. Modul Praktikum Farmasi Fisika. Fakultas Farmasi: UNHAS MAKASSAR Martin, A. 1993. Farmasi Fisika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Yumike. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain Pada Materi Koloidm.