Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

“DISPERSI KOLOID”

OLEH:

STIFA E 2020

KELOMPOK 1

ASISTEN: MUT’MAINNAH

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

PROGRAM STUDI DARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar
digolongkansebagai zat biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu
kimia dinamakan koloid.Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun,
kanji, minyak rambut bahkan udaraberdebu termasuk sistem koloid. Kimia
koloid mempunyai peranan yang besar dalamkehidupan dan penghidupan
manusia. Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungandengan sistem
koloid. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan suatu
koloid,sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi
dalam sel. Tanahterdiri dari bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang
koloid sangat membantudalam meningkatkan kesuburan lahan.Sistem
koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
contoh,hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran
koloid, sepertiprotein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga
termasuk koloid. Dalam bidangfarmasi, kebanyakan produknya juga
berupa koloid, misalnya krim, salep adalah emulsi.Dalam industri cat,
semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya
melibatkansistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat,
hair spray dansebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian,
tanah juga dapat digolongkansebagai koloid. Proses seperti memutihkan,
menghilangkan bau, menyamak, mewarnai,pemurnian, melibatkan
adsorpsi pada permukaan partikel koloid dan karena itupemahaman sifat-
sifat koloid sangat penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloiddalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diadakan percobaan tentang
kimiakoloid yang akan dibahas pada laporan ini. Kimia koloid meliputi
koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid;dispersi yaitu
memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butir-butir seukuran
koloid;emulsi yaitu medium pendispersi dan medium terdispersi
merupakan cairan yang tidaksaling bercampur; koloid pelindung dengan
cara menambahkan zat, seperti gelatinuntuk mencegah pengendapan
sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitupenyerapan suatu yang
melekat pada permukaan.
II.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
II.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami ciri-ciri dispersi koloid dan cara penentuannya .
II.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan jenis dispersi
suatu bahan.
BAB II
TEORI UMUM
II.1 Dispersi Koloid
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya
terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem,
kanji, santan, dan jeli. Analisis sistem koloid diawali oleh percobaan
Thomas Graham. Thomas Graham menemukan bahwa berbagai larutan
misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi, sedangkan zat-zat seperti kanji,
gelatin dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Ia
menemukan waktu difusi relatif untuk berbagai zat. Oleh karena zat yang
mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam keadaan padat,
Graham menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar berdifusi
disebutnya koloid (Yumike, 2014).
koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase.
Dua fase ini meliputi zat terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering
dikenal dengan fase terdispersi serta zat yang merupakan fase kontinu
dimana partikel koloid terdispersi yang disebut medium pendispersi.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7 – 1—5 (1-100 nm). Ukuran
inilah yang membedakan koloid dengan larutan dan suspensi (Yumike,
2014).
Terdapat 2 metode yang umum digunakan untuk membentuk suatu
larutan koloidal, yaitu:
1. Metode kondensasi, menggabungkan partikel-partikel kecil (ion-ion
dan molekul) untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang
masuk dalam jarak ukuran koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan
jalan mengganti solvent atau pelarut atau dengan jalan melakukan
reaksi kimia tertentu.
2. Metode dispersi, menggunakan teknik pengecilan ukuran dari partikel
yang berdimensi koloidal. Untuk digunakan disintegrator mekanik
seperti koloid mill. Seringkali solvent/pelarut yang dicampur dengan
zat lain dapat menyebabkan partikel non koloidal menjadi koloidal.
Metode dispersi tipe ini khusus dinamakan peptisas (Koordinator
Praktikum Farmasi Fisika, 2013).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu danTempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Novemberr 2021 di
Laboratorium Farmasetika Kimia Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Viskometer,
Gelas Beker, Kompor Listrik, Batang Pengaduk, Termometer, Labu Ukur
100 ml, Labu Ukur 1000 ml, Gelas Arloji, Pipet Volume 1 m.
III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Air suling,
NaCMC HPMC, Gum Arab, Gelatin, Tragakan, Alginate.

III.3 Cara Kerja


III.3.1 Percobaan I
Pembuatan Larutan Kloidal
Penentuan Viskositas
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Sampel dibuat dengan mendispersikan bahan/campuran bahan
dalam beberapa variasi konsentrasi (5%, 10%, 20%).
3. Sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker atau wadah lain yang
sesuai untuk pengukuran.
4. Penguuran viskositas dilakukan dengan kecepatan 50 rpm.
5. Catat nilai viskositas sampel.
III.3.2 Percobaan II
Penentuan Jenis Aliran
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Sampel dibuat dengan mendispersikan bahan/campuran bahan
dalam beberapa variasi konsentrasi (5%, 10%, 20%).
3. Sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker atau wadah lain yang
sesuai untuk pengukuran.
4. Pengukuran viskositas dilakukan pada kecepatan 0 rpm, 0,3 rpm,
0,6 rpm, 1,5 rpm, 6 rpm. Nilai viskositas dicatat kemudian dihitung
shearing stress dan rate of shear.
5. Rheogram/kurva dibuat kemudian dihitung shearing stress vs rate
of shear.
6. Jenis aliran ditentukan berdasarkan bentuk rheogram yang
terbentuk.
III.3.3 Percobaan III
Uji Pengaruh Elektrolit
1. Ambilah masih-masing 10 ml masing –masig larutan
2. Tambahkan 2 ml larutan 25% NaCl lagi dan seterusnya. Catatlah
pada penambahan berapa ml akan mengakibatkan terjadinya
pengendapan.
Uji Pengaruh Alkohol Terhadap Kiloid
1. Catatlah berapa ml alcohol 95% yang dibutuhkan untuk
mengendapkan 10 ml larutan 5 % dan 10 % gelatin.
Reverbilitas Koloid
1. Uapkan 10 ml larutan hingga kering tambahkan 10 ml air dingin,
amatilah apa yang terjadi.
BAB IV

PEMBAHASAN

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang kondisi


larutannya terletak antara larutan dan suspensi (larutan kasar). Sistem
koloid ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan sifat larutan dan
suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik
padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan koloid. Secara
kasat mata larutan koloid terlihat seperti larutan yang homogen (menyatu),
tetapi jika diamati lebih mendetail dengan mikroskop ultra maka akan
terlihat heterogen (tidak menyatu), masih dapat dibedakan atas
komponen-komponen penyusunnya.
Koloid umumnya keruh tetapi stabil (tidak memisah). Suspensi
adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya
terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa
menggunakan mikroskop. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil.
Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Sementara larutan
adalah campuran homogen, di mana antar komponennya tidak terdapat
bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan
mikroskop ultra. Selain itu, campuran homogen mempunyai komposisi
yang sama pada setiap bagiannya. Dispersi koloid umumnya mempunyai
sifat yang berbeda dengan sifat dispersi molekuler (larutan) dengan sifat
dispersi kasar (dispersi koloid). Sifat-sifat dari dispersi koloid adalah
partikel-partikel koloid umumnya bergerak dan gerakan ini disebabkan
oleh tumbukkan atau tabrakan antara partikel-partikel koloid tersebut
dengan molekul-molekul pelarutnya. Gerakan molekul-molekul koloidini
dalam medium pendispersinya disebut gerak brown. Dengan
menggunakan mikroskop ultra dapat terlihat bahwa gerak brown adalah
gerakan yang cepat, lurus, tetapi arahnya tidak teratur. Besar kecilnya
partikel koloid mempengaruhi kecepatan geraknya. Semakin kecil partikel
koloid maka gerakan Brown akan semakin cepat. Partikel-partikel koloid
juga dapat menghaburkan berkas sinar yang mengenainya kesegala
jurusan sehingga sinar yang dihamburkan akan terlihat. Fenomena ini
disebut dengan efek Tyndal.
Koloid dibagi atas tiga golongan besar yaitu koloid liofilik (koloid
yang suka pelarut), koloid liofobik (koloid yang benci pelarut) dan koloid
amfifilik (gabungan liofobik dan liofilik). Penggolongan ini berdasarkan
pada ada tidaknya solvatasi oleh medium dispersi. Koloid memiliki
beberapa sifat – sifat khusus yaitu efek Tyndall, yaitu peristiwa
penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Hal ini terjadi karena sistem
partikel koloid mampu menghamburkan berkas cahaya yang diserap
kesegala arah. Pemanfaatan dari efek Tyndall yaitu untuk membedakan
sistem koloid dengan larutan sejati. Sifat yang kedua adalah Gerak
brown, yaitu gerak zig zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati
dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu disebabkan adanya tumbukan
dari partikel medium terdispersi. Selain itu partikel koloid mampu
mengadsorbsi perikel-partikel lain dalam suatu sistem. Sifat berikutnya
adalah elektroforesis, yaitu suatu cara untuk menunjukkan bahwa gerakan
partikel koloid dikarenakan muatan arus listrik dan sifat yang terakhir
adalah Koagulasi, yaitu peristiwa penggumpalan oleh suatu zat yang
menjadikan zat tersebut suatu partikel koloid. Turbidimeter merupakan
sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk
mengetahui atau mengukur tingkat kekeruhan air. Prinsip umum dari alat
turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang
diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan
digunakan sebagai dasar pengukuran Karena menggunakan jumlah
cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi, maka jumlah
cahaya yang diabsorbsi akan bergantung pada Jumlah partikel dan
Ukuran partikel. Semakin besar dan banyak jumlah partikel, maka jumlah
cahaya yang diabsorbsi akan semakin besar. Turbidimetri umumnya
menggunakan sumber cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih
panjang (misalnya, 800 nm-1100 nm) dan efektif digunakan untuk
mendeteksi partikel dengan ukuran yang lebih besar. Jika seberkas
cahaya dilewatkan melalui sampel keruh, intensitasnya dikurangi dengan
hamburan, dan jumlah cahaya yang tersebar tergantung pada konsentrasi
dan distribusi ukuran partikel.
Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat
suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk
ukuran larutan atau cairan elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu
larutan maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Dari percobaan
diatas kami mendapatkan nilai konduktivitas minyak yang ditambahkan
larutan detergen dengan kadar yang 1%, 2%, dan 3 % adalah 1 μS, 2.27
μS, dan 3.5 μS. Sedangkan nilai konduktivitas larutan detergen 1%, 2%
dan 3 % berturut-turut adalah, 119.8 μS, 109.8 μS, dan 2.35 μS. Minyak
merupakan zat nonelektrolit sedangkan air adalah zat elektrlolit. Elektrolit
adalah zat atau senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik
sedangkan non elektrolit adalah zat yang tidak dapat menghantarkaan
arus listrik. Campuran antara minyak, air dan detergen ini tidak dpat
menghantarkan arus listrik karena meskipun didalam larutan tersebut
terdapat air yang merupakan zat elektrolit tapi komposisi dari minyak yang
merupakan zat non elektrolit itu lebih besar dalam campuran senyawa ini
sehingga larutannnya lebih cenderung untuk tidak menghantarkan arus
listrik. Berbeda halnya dengan campuran air dan detergen saja ini akan
memberikan daya hantar listrik karena terdapat air yang merupakan zat
elektrolit dan campurannya mengandung komposisi air yang lebih banyak
sehingga larutannya cenderung untuk menghantarkan arus listrik. Tapi,
jika konsentrasi detergen semakin besar, maka semakin rendah daya
hantar listriknya. Hal ini disebabkan karena berkurangnya sifat air yang
mempunyai daya hantar listrik yang besar. Ini sesuai dengan hasil yang
kami dapatkan bahwa campuran air, minyak dan detergen nilai
konduktivitasnya rendah sedangkan campuran detergen dan air nilai
konduktivitasnya tinggi karena semakin meningkat dengan meningkatnya
kadar larutan detergen.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa koagulasi adalah peristiwa
penggumpalan yang terjadi akibat putusnya ikatan fase terdisper dengan fase
pendisper pada suatu larutan koloid.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Adapun saran untuk dosen agar senantiasa mendampingi praktikan dan
asisten pada saat praktikum berlangsung.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu sudah cukup baik dalam mendampingi
praktikan pada saat praktikum berlangsung.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium yaitu agar kelengkapan alat dan bahan
lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Koordinator Farmasi Fisika. 2013. Modul Praktikum Farmasi Fisika. Fakultas
Farmasi: UNHAS MAKASSAR
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Yumike. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain Pada
Materi Koloidm.

Anda mungkin juga menyukai