PEREKONOMIAN INDONESIA
“ANALISIS KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR INDONESIA”
DISUSUN OLEH :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2020
Daftar Isi
Sejak manusia bisa memproduksi lebih banyak barang pertanian, maka barang yang
diproduksi melebihi barang yang dibutuhkan. Surplus inilah yang kemudian bisa dijual untuk
mendapatkan kebutuhan barang yang lainnya. Sejak tiap orang tidak perlu bertani untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, maka orang tersebut dapat fokus untuk memproduksi barang
yang lain. Sistem saling melengkapi inilah yang membentuk ekonomi.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah yang membentuk harga terutama harga komoditas?
Secara garis besar yang membentuk harga adalah bahan dasar, proses pengolahan, dan
transportasi ke pengguna. Harga komoditas sangat bergantung kepada tiga aspek tersebut.
Untuk menyederhanakan pemahaman, maka hubungan antara ekonomi dan infrastruktur yang
kita bahas hanya pada aspek transportasi saja.
Adanya kesenjangan pembiayaan (financing gap) yang cukup besar di mana Pemerintah
(termasuk BUMN) diperkirakan hanya mampu membiayai sekitar 63,48 % dari kebutuhan
pembiayaan infrastruktur. Untuk itu perlu dibuka peluang untuk sektor swasta juga
berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur. Dalam meningkatkan iklim investasi,
Pemerintah memberikan kontribusi kepada swasta diantaranya Dukungan Pemerintah berupa
beberapa fasilitas diantaranya Dana Penyiapan Proyek (PDF (Project Development Fund,
Dana Dukungan Kelayakan (VGF (Viability Gap Funding) dan Penjaminan Pemerintah yang
timbul akibat terjadinya Risiko Politik.
PERAN SWASTA
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keterlibatan swasta sangat penting
untuk mengatasi keterbatasan anggaran belanja pemerintah dalam mewujudkan pembangunan
sarana infrastruktur.
"Ruang anggaran terbatas, tapi kita bisa memanfaatkan skema pendanaan dan menarik
investasi swasta agar tidak bergantung APBN," kata Sri Mulyani dalam pembukaan acara
Indonesia Infrastructure Finance Forum di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Sri Mulyani mengatakan Indonesia harus mengejar ketertinggalan dalam penyediaan sarana
infrastruktur karena kondisi ekonomi saat ini sedang bergerak maju didukung oleh bonus
demografi serta pertumbuhan kelas menengah.
Namun, kata dia, upaya itu tidak bisa dilakukan dengan cepat karena pemerintah memiliki
keterbatasan dalam hal pembiayaan sehingga membutuhkan peran swasta untuk membangun
sarana infrastruktur dan meningkatkan konektivitas antardaerah.
"Pembangunan infrastruktur jadi hal yang sangat penting, karena mengejar sesuatu yang
sudah tertinggal 18 tahun tidak mudah. Kalau dipaksakan kita akan berhadapan dengan isu
keberlanjutan dan stabilitas keuangan negara. Karena itu penting untuk melibatkan sektor
swasta," katanya.
PERAN MASYARAKAT
Kedua, peran masyarakat sebagai suatu kebijakan. Masyarakat merupakan subjek yang
potensial dikorbankan atau terkorbankan oleh pembangunan. Oleh sebab itu, masyarakat
memiliki posisi tawar untuk mengkonsultasikan haknya (right be to consulted) yang menjadi
dasar kebijakan oleh pemerintah. Ketiga, peran serta masyarakat sebagai alat komunikasi.
Peran serta masyarakat ditujukan untuk mendapatkan informasi untuk pengambilan
keputusan-keputusan pemerintah.
Keempat, peran serta masyarakat sebagai alat penyelesaian sengketa. Pada tahap ini peran
serta masyarakat didayagunakan untuk meredam konflik melalui upaya pencapaian
konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Sebagai penutup, bagian terpenting dalam
pembangunan Indonesia adalah membangun Indonesia haruslah dimulai dari membangun
jiwa warga negara Indonesia, barulah membangun badannya (fisik).
3. Menelisik pengeluaran pemerintan pusat untuk pembangunan
infrastruktur pada tingkat nasional (APBN)
APBN 2020 telah dirilis oleh pemerintah. Harapan akan perbaikan perekonomian dalam
negeri tentunya bergantung pada akurasi angka-angka anggaran pendapatan dan pengeluaran
yang disajikan. Sebab, ketepatan pencapaian target anggaran yang diajukan pada saatnya
nanti amat menentukan tingkat kredibilitas anggaran.
Namun tentunya, sebelum APBN 2020 disahkan oleh legislatif publik punya hak untuk
menilai dan memberi masukan. Press Rilis Indef kemarin (19/8) mencatat anggaran negara
2020 disusun berlandaskan perkembangan perekonomian nasional yang sampai semester
I/2019 kemarin masih berjuang untuk lepas dari defisit neraca pembayaran. Begitu pula
dengan defisit neraca perdagangan dan current account deficit akibat melemahnya ekspor.
Kondisi tersebut menjadikan kajian kritis terhadap APBN 2020 penting untuk diajukan.
Anggaran penerimaan negara pada 2020 mendatang dipatok pada angka Rp2.221,5 triliun.
Terdiri dari penerimaan perpajakan Rp1.861,8 triliun, penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) Rp359,3 triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp 0,5 triliun.
Sementara segi pengeluaran ditargetkan pada angka Rp2.528,8 triliun. Terdiri dari belanja
pemerintah pusat Rp1.670 triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp858,8
triliun.
Dari komposisi APBN 2020 terlihat bahwa anggaran negara masih menggunakan anggaran
defisit sejak 2015. Defisit anggaran 2020 masih sebesar Rp307,2 triliun atau 1,76 persen
terhadap PDB. Angka itu turun dibanding APBN 2019 yang defisitnya mencapai Rp310,8
triliun.
Namun, hal menarik adalah defisit keseimbangan primer APBN RI yang mengalami defisit
sejak 2012. Defisit keseimbangan primer menunjukkan bahwa negara masih terus berutang
untuk menutupi kewajiban pembayaran (bunga) utang. Dengan kondisi tersebut apakah
pembiayaan pembangunan dan operasional negara masih bisa optimal? Bagaimana dengan
sisi penerimaan negara yang 85 persen mengandalkan pemasukan pajak? Lalu, bagaimana
dengan kualitas penerimaan negara pada APBN 2020? Bisakah target pertumbuhan ekonomi
5,3 persen pada 2020 tercapai?
Kajian kualitas pendapatan negara menjadi amat penting. Angka penerimaan negara yang
ditarget sebesar 13,72 persen PDB pada 2020 sepertinya menjadi tidak realistis mengingat
kondisi perlambatan ekonomi global yang sedikit banyak berpengaruh pada perekonomian
nasional. Namun, kondisi perekonomian global tentu saja tidak bisa terus menerus dijadikan
alasan menurunnya perekonomian dalam negeri.
Angka tax ratio yang dipatok sebesar 10,57 persen - 11,18 persen dari PDB, harus
mengupayakan membaiknya tingkat kepatuhan wajib pajak jika ingin mengupayakan
peningkatan penerimaan. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak diindikasikan menurun sejak
adanya program tax amnesty pada 2016-2017. Apakah insentif-insentif pajak seperti tax
holiday, investment allowance dan super deduction efektif untuk mendorong perekonomian?
Kajian pengeluaran, juga penting untuk menelisik apakah perencanaan belanja modal yang
dapat mendorong pertumbuhan masih lebih besar dari anggaran belanja pegawai seperti
terjadi selama ini. Begitu pula dengan fungsi ekonomi dan fungsi anggaran pendidikan serta
pelayanan kesehatan yang merupakan fungsi mendasar fiskal.
Anggaran pendidikan dan pelayanan kesehatan, harus diprioritaskan mengingat fokus kabinet
pemerintahan ke depan salah satunya adalah meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Hal
penting untuk menyauti tantangan bonus demografi dan cita-cita menjadikan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi lima besar dunia pada 2030.
4. Menelisik pengeluaran pemerintah daerah untuk pembangunan
infrastruktur pada tingkat Kabupaten/Kota
Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari
ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.
Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi
selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro
ekonomi negara.
Menurunnya pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia dapat dilihat dari pengeluaran
pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3% terhadap GDP (Gross Domestic
Product) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3% terhadap GDP tahun 2005/2006, hanya
mencapai 1.8% terhadap GDP dalam APBN 2011.
Padahal, dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara
berkembang adalah sekitar 5-6 % dari GDP.
Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil, walaupun sejak
dilakukannya desentralisasi/otonomi daerah, pengeluaran pemerintah daerah untuk
infrastruktur meningkat, sementara pengeluaran pemerintah pusat untuk infrastruktur
mengalami penurunan yang drastis.
Ini merupakan suatu persoalan serius, karena walaupun pemerintah pusat meningkatkan porsi
pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara pemerintah daerah tidak
menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan infrastruktur di daerah masing-masing,
maka akan terjadi kepincangan pembangunan infrastruktur antara tingkat pusat (nasional) dan
daerah, yang akhirnya akan menghambat kelancaran investasi dan pembangunan ekonomi
antar wilayah di dalam negeri.
Berbagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut terus dilakukan, salah satunya adalah
dengan akselerasi pembangunan infrastruktur daerah guna mengejar ketertinggalan daerah
dengan pusat dan daerah yang tertinggal dengan daerah lain.
Transfer ke Daerah
1. meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat
dan daerah (vertical fiscal imbalance) dan antardaerah (horizontal fiscal imbalance);
2. menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sejalan dengan pembagian urusan
pemerintahan antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota;
3. meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antardaerah;
4. mendukung kesinambungan fiskal nasional (fiscal sustainability) dalam rangka
kebijakan ekonomi makro;
5. meningkatkan daya saing daerah;
6. meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (7)
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan
7. meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana
pembangunan daerah.
Kebijakan transfer ke daerah tidak akan berhasil tanpa disertai kebijakan yang
mendukungnya, termasuk dalam optimalisasi penyerapan anggaran.
Harus ada komitmen Badan Anggaran untuk selalu mengarahkan politik anggaran
guna mempercepat pembangunan di daerah demi kesejahteraan masyarakat, dan
disinergiskan dengan political will pihak eksekutif dan pemerintah daerah. Selama ini
terjadi kelemahan dalam pengawalan penyerapan anggaran sehingga anggaran
tersebut bocor di tengah jalan.
Kenaikan anggaran Transfer ke Daerah dalam APBN 2011 tersebut selain disebabkan
adanya kenaikan Dana Perimbangan, juga disebabkan oleh adanya peningkatan Dana
Otonomi Khusus (Otsus) dan Penyesuaian terutama adanya komponen baru pada pos
Dana Penyesuaian, yaitu bantuan operasional sekolah (BOS) dan dana penyesuaian
infrastruktur daerah (DPID).
BOS merupakan realokasi dari Belanja Pemerintah Pusat ke Transfer ke Daerah. Dari
jumlah alokasi anggaran Transfer ke Daerah dalam APBN 2011 tersebut, sekitar 85,1
persen merupakan alokasi Dana Perimbangan, dan sisanya sebesar 14,9 persen
merupakan alokasi Dana Otsus dan Penyesuaia.
Selama ini dana transfer ke daerah sebagian besar habis dipergunakan untuk menutup
biaya operasional pemerintahan daerah dalam hal ini membayar gaji dan honorer
pegawai di daerah. Termasuk juga berbagai potongan oleh oknum-oknum yang
mencederai anggaran tersebut.
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah sebesar Rp7,7 triliun yang disepakati oleh
Banggar DPR, mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pembangunan infrastruktur di daerah jika sinergitas tersebut terjadi.
Alokasi anggaran tersebut telah menerbitkan harapan dan rasa optimis dari daerah
untuk melihat maju dan berkembang. Kepala daerah yang sudah merasakan dana
tersebut sangat merasakan manfaatnya bagi pembangunan daerah.
Hal ini tentu berangkat dari awarness (kesadaran) para aparatur pemerintahan bahwa
anggaran tersebut berasal dari rakyat dan outputnya harus kembali kepada rakyat.
APBN 2020 telah dirilis oleh pemerintah. Harapan akan perbaikan perekonomian dalam
negeri tentunya bergantung pada akurasi angka-angka anggaran pendapatan dan pengeluaran
yang disajikan. Sebab, ketepatan pencapaian target anggaran yang diajukan pada saatnya
nanti amat menentukan tingkat kredibilitas anggaran.
https://kumparan.com/pijak-indonesia/kenapa-pembangunan-infrastruktur-diperlukan-21dM5TZBct
https://news.detik.com/opini/d-1758145/infrastruktur-dan-sinergi-pemerintah-pusat-daerah
https://smartlegal.id/smarticle/layanan/2019/01/07/apa-itu-skema-public-private-partnership/
https://news.detik.com/kolom/d-4021236/pembangunan-infrastruktur-dan-partisipasi-masyarakat
https://nasional.kontan.co.id/news/peran-swasta-dalam-pembangunan-infrastruktur-turun-dari-
tahun-ke-tahun