Tutorial 7 - Rizqy Alyaa Putri Irawan - 20711204 - Struktur Brain-Gut Axis
Tutorial 7 - Rizqy Alyaa Putri Irawan - 20711204 - Struktur Brain-Gut Axis
Disusun oleh :
Rizqy Alyaa Putri Irawan
NIM : 20711204
Tutorial 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
7 JULI 2021
PENDAHULUAN
Brain-gut axis melibatkan komunikasi antara sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf enterik (SSE). Struktur ini memiliki peran dalam mengintegrasikan dan
memantau fungsi usus dan menghubungkan kognitif otak dan pusat emosional
dengan mekanisme dan fungsi usus perifer seperti pada pengaktifan sistem imun,
permeabilitas usus, refleks enterik, dan juga pensinyalan entero-endokrin. Tubuh
manusia memiliki ekosistem yang kompleks. Bakteri dan mikroorganisme lainnya
dapat menghuni bagian tubuh manusia termasuk usus. Bakteri dan mikroorganisme
ini memiliki peran yang penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan juga
mungkin terlibat dalam gangguan metabolisme, sistem imun, dan Kesehatan
mental. Komunikasi antara otak dan mikrobiota yang ada dalam usus dapat melalui
jaringan saraf, sistem endokrin, sistem imun dan regulasi humoral. Dalam praktik
eksperimen dan klinis, bukti komunikasi antara mikrobiota dan otak berasal dari
hubungan disbiosis usus dengan gangguan saraf pusat (misalnya, autisme, perilaku
kecemasan-depresi) dan gangguan gastrointestinal fungsional (FGID).
PEMBAHASAN
Mikrobiota Usus
Bukti yang paling valid bahwa mikrobiota dalam usus dapat mempengaruhi
manusia adalah pada saat pengamatan yang dilakukan pada tahun 1990 mengenai
peningkatan perilaku dari pasien dengan penyakit ensefalopati hepatik (kelainan
neuropsikiatri sebagai kelanjutan dari penyakit sirosis hati) yang diberikan
antibiotik oral. Pada pengamatan tersebut, mendukung bahwa mikrobiota usus
dapat mempengaruhi peningkatan perilaku seperti kecemasan dan depresi. Ada juga
pengamatan pada autism menunjukan bahwa adanya disbiosis pada komposisi
mikrobiota pada usus sesuai dengan tingkat keparahan penyakit. Pada pasien FGID
juga diamati adanya disbiosis yang berkaitan dengan gangguan suasana hati.
Gangguan fungsional gastrointestinal (FGID) seperti sindrom iritasi usus (IBS)
juga telah diamati dan ditemukan bahwa sebagian besar disebabkan oleh gangguan
pada brain-gut axis (Carabotti et al, 2015; Martin et al, 2018).
Kontrol sistem saraf pusat (SSP) penting dalam respon adaptif usus saat
stres yang dapat mengganggu homeostasis. Neuron sensorik spinal akan membawa
sinyal dari mikrobiota usus seperti Lactobacillus rhamnosus yang dapat mengubah
ekspresi reseptor asam gamma-aminobutirat (GABA). Neuron sensorik akan
menuju ke hipotalamus dan sistem limbik untuk mengatur emosi dan penurunan
stres. Timbal balik dari sistem limbik yang diaktifkan dari stimulus stress akan
mengirimkan sinyal turun ke usus melalui nervus vagus dan mempengaruhi
aktivitas otonom. Walaupun belum diketahui lebih dalam, timbal balik dari sistem
limbik juga mempengaruhi metabolisme bakteri. Hasil dari produksi metabolisme
tersebut salah satunya adalah short-chain fatty acid (SCFAs), molekul yang dapat
mengurangi inflamasi pada usus (Anadure et al., 2019; Habib, 2019; Rege et al,
2017; Schretter, 2018).
Jaras ini melibatkan sel yang membentuk sistem endokrin usus yaitu sel
enteroendokrin (EECs). Mikrobiota usus dan hasil metabolitnya akan mengaktifkan
EECS yang berada diantara sel-sel epitel usus. Molekul pensinyalan EECs berbeda-
beda tetapi dapat diaktifkan dan melepaskan neuropeptida sebagai respon terhadap
stimulus kimiawi atau mekanik secara bersamaan. Neuropeptida yang disekresikan
seperti peptida YY, kolesistokinin (CCK), neuropeptida Y (NPY), substansi P dan
glucagon-like peptide-1 and peptide-2 dapat mempengaruhi secara langsung pada
sistem saraf enterik dengan mengaktifkan terminal vagal aferen dan berdifusi ke
seluruh lamina propria pada epitel usus. Neuropeptida juga dapat memasuki
sirkulasi sistemik dan menuju ke sistem saraf pusat (SSP) untuk berikatan dengan
reseptor yang ada di nucleus traktus solitarius dan hipotalamus. Reseptor
neuropeptida ini juga pada pusat pengaturan lapar dan kenyang yang diaktifkan
oleh produksi metabolit dari mikrobiota seperti asam empedu dan SCFAs (Anadure
et al., 2019; Martin et al, 2018; Rege et al, 2017).
Sebesar 70% dari total sistem imun tubuh terbentuk pada jaringan limfoid
yang terletak di usus. Dengan ini, saluran GI mempunyai penghalang yang penting
untuk melawan patogen yang berasal dari eksternal maupun internal.
Mikroorganisme yang bersifat menular dapat menyebabkan masalah perilaku
melalui aktivitas sistem imun pada usus. Telah dilakukan sebuah eksperimen
dengan memberikan bakteri Campylobacter jejuni kepada tikus dengan dosis
berlebih berakibat masalah perilaku seperti kecemasan. Metabolit mikrobiota
meningkatkan regulasi dari sintesis sel T dan sekresi anti-inflamasi (IL-10). Pada
manusia juga dilakukan pengamatan dengan konsumsi oral Bifidobacterium infatis.
Hasil yang didapatkan adalah meningkatnya ekspresi IL-10 pada sirkulasi darah.
Oleh karena itu, keseimbangan mikroba pada usus dapat mengatur respon inflamasi
(Anadure et al., 2019; Habib, 2019; Permutter et al, 2018; Suryawan et al, 2021).
Tabel 1. Prinsip mekanisme brain-gut-mikrobiota (Carabotti et al, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Anadure, R. K., Shankar, S., Prasad, A.S., 2019. The Gut-brain Axis, Neurology,
139B (5) : 1-5
Carabotti, M., Scirocco, A., Maselli, M., A., Severia C., 2015. The gut-brain axis:
interactions between enteric microbiota, central and enteric nervous
systems, Annals of Gastroenterology, 28(2) : 203-209
de Aguiar, V.T.Q., Tarling, E.J., Edwards, P.A., 2013. Pleiotropic roles of bile acids
in metabolism, Cell Metabolism, 17:657–669
Habib, N., 2019. Activate Your Vagus Nerve. Berkeley : Ulysses Press
Hyland, N., 2016. The Gut-Brain Axis Dietary, Probiotic, and Prebiotic
Interventions on the Microbiota. London : Elsevier
Kelly, J.R., Clarke, G., Cryan, J.F., Dinan, T.G.,2016. Brain-gut-microbiota axis:
challenges for translation in psychiatry, Ann Epidemio, . 26:366–372
Martin,C., R., Osadchiy, V., Kalani, A., Mayer, E., A., 2018. The Brain-Gut-
Microbiome Axis, Cell Mol Gastroenterol Hepatol., 6(2): 133–148
Permutter, D., Loberg, K., 2015. BRAIN MAKER : The Power of Gut Microbes to
Heal and Protect Your Brain for Life. London : Yellow Kite
Rege, S., Graham, J., 2017. The Simplified Guide to the Gut Brain Axis – How the
Gut and The Brain Talk to Each Other, psych scene hub, 19(5) : 1-10
Wahlstrom, A., Sayin, S.I., Marschall, H.U., Backhed, F., 2016. Intestinal crosstalk
between bile acids and microbiota and its impact on host metabolism, Cell
Metabolism, 24:41–50.
LAMPIRAN