Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi atau gigi berlubang merupakan penyakit jaringan gigi akibat

pola makan dan mengkonsumsi makanan yang manis-manis seperti permen, gulali

dan makanan yang terlalu asam seperti cuka yang menempel pada gigi serta

kurangnya kesadaran menjaga kebersihan gigi setelah mengkonsumsi makanan

tersebut. Sisa makanan yang tidak segera dibersihkan menyebabkan karies

menjalar ke bagian dentin dan meluas ke arah pulpa yang berisi saraf dan

pembuluh darah, akibatnya akan menjadi sumber infeksi dalam mulut yang

menyebabkan kerusakan gigi dan syaraf serta menimbulkan rasa sakit (Tarigan,

2016).

Anak usia sekolah merupakan anak yang berusia 6-12 tahun yang berada

pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak menjelang masa remaja (Potter

& Perry, 2009). Pada masa ini anak usia sekolah sangat rentan terhadap kesehatan

gigi dan mulut, karena pada usia tersebut anak mengalami pergantian gigi, yaitu

dari gigi susu ke gigi permanen. Masalah utama yang sering terjadi pada usia anak

sekolah adalah karies gigi (Anggraini, 2013).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan angka

kejadian karies pada anak usia sekolah sebesar 60-90%. Hasil penelitian di

negara-negara Eropa, Amerika dan Asia termasuk Indonesia, ternyata 90-100%

anak dibawah 18 tahun terserang karies gigi.

1
2

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (2018) di Indonesia

menunjukkan prevalensi karies berdasarkan karakteristik kelompok umur anak

usia sekolah rentang 5-9 tahun yang mengalami karies gigi di atas rata-rata yaitu

sebanyak 92,6% dan rentang usia 10-14 tahun dengan angka di bawah rata-rata

insiden di Indonesia yaitu sebanyak 73,4% yang mengalami karies gigi.

Dampak karies gigi pada anak yaitu gigi akan menjadi keropos, berlubang

dan patah, bahkan membuat anak mengalami kehilangan daya kunyah dan

terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan kurang maksimal

(Sinaga, 2013). Dampak lainnya yaitu rasa sakit pada gigi dan mulut jelas

menurunkan selera makan, kemampuan belajar anak pun berpengaruh pada

prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak (Sihite, 2012).

Menurut Gayatri (2014) tingginya prevalensi karies gigi pada anak

disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Tarigan (2012) menyatakan pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan dan

faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi antara lain adalah faktor

keturunan, ras, jenis kelamin, umur, jenis makanan, frekuensi menyikat gigi yang

benar, kebiasaan jelek dan pentingnya kontrol ke dokter, faktor host yaitu

kekuatan dari permukaan gigi, adanya plak yang berisi bakteri, biasanya bakteri

patogen yang kariogenik seperti Streptococcus mutans.

Murpy (2004) menyatakan bahwa perilaku kesehatan gigi merupakan salah

satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi. Mengubah perilaku

manusia bukanlah usaha yang mudah, hal ini disebabkan manusia merupakan
3

individu yang mempunyai sikap, kepribadian dan latar belakang sosial ekonomi

yang berbeda.

Perilaku tentang kesehatan gigi di Indonesia terlihat dari hasil Riskesdas

(2018) yaitu sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi

maupun mandi sore 76,6% dan yang menyikat gigi dengan benar hanya 2,3%.

Persentase penduduk umur ≥10 tahun didaerah Jawa Barat yang menyikat gigi

setiap hari dan berperilaku benar menyikat gigi hanya mencapai 1,8%. Persentase

penduduk usia ≥10 tahun menyikat gigi pada saat mandi pagi dan sore sebesar

79,6%.

Data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2018 dari proporsi penduduk

dalam perilaku sikat gigi yang benar di Indonesia berdasarkan waktu sikat gigi

yang benar sebanyak 2,8%, sedangkan perilaku sikat gigi di Provinsi Riau

berdasarkan waktu sikat gigi yang benar di bawah rata-rata yaitu sebanyak 1,6%.

Perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memiliki peran

penting untuk mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Perilaku

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik, cenderung terjadinya

karies yang besar. Maka pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan

benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, perilaku konsumsi

makanan, dan kunjungan ke dokter gigi yaitu setiap 6 bulan sekali perlu dilakukan

(Sujipto, 2013).

Perilaku masyarakat yang mengabaikan pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut menyebabkan timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya

pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan


4

penyebab tingginya prevalensi karies gigi pada anak usia 6-12 tahun

(Notoatmodjo, 2014).

Hasil penelitan Katli (2018) diketahui sebagian besar respondennya anak

usia sekolah (51,0%) sering konsumsi makanan kariogenik, anak usia sekolah

(55,2%) menggosok gigi tidak baik, serta anak usia sekolah yang perawatan gigi

ke dokter tidak efekif (58,3%).

Dampak dari perilaku sikat gigi yang tidak benar akan menimbulkan atau

mempercepat timbulnya karies gigi. Salah satu faktor resiko karies gigi adalah

tingkat kebersihan mulut yang buruk, disebabkan karena perilaku menjaga

kebersihan mulutnya kurang. Selain itu, anak-anak umumnya senang makan

makanan yang manis dan jarang membersihkannya, sehingga gigi geligi nya

banyak yang mengalami karies (WHO, 2016).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SD Negeri 39 Pekanbaru

dengan hasil observasi yang didapatkan oleh peneliti dari 10 siswa, didapatkan 7

orang yang menderita karies gigi dan 3 orang tidak mengalami karies gigi. Hasil

wawancara didapatkan 7 orang mengatakan jarang menggosok gigi sebelum tidur,

biasanya menggosok gigi ketika mandi pagi dan sore kemudian jarang memeriksa

gigi ke dokter gigi, suka makanan yang manis seperti permen, jajanan bakso bakar

bersaus pedas manis, cokelat, keju gorengan dan es krim. Kemudian 3 orang

mengatakan sering menggosok gigi sebelum tidur dan pernah memeriksa gigi ke

dokter gigi, tidak suka jajan dan lebih senang membawa bekal dari rumah. Dari 10

orang siswa hanya 5 orang yang mengetahui cara menyikat gigi yang benar.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2019, didapatkan data karies

gigi pada anak usia sekolah yang paling banyak terdapat di Puskesmas Sail
5

dengan jumlah kejadian karies gigi sebanyak 252 karies gigi yang dialami oleh

anak usia sekolah di SD Negeri 39 Pekanbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah karies gigi merupakan masalah paling umum yang terjadi pada

anak usia sekolah. Karies gigi menjadi hal yang harus diperhatikan pada anak usia

sekolah karena pola makan, jajanan yang tidak sehat dan kurangnya motivasi

untuk menyikat gigi yang mengakibatkan masih tingginya angka kejadian karies

gigi, hal ini akan menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak usia

sekolah dan akan berdampak terhadap perkembangan anak pada tahap berikutnya.

Oleh karena itu, Berdasarkan permasalahan tersebut maka penting untuk

mengetahui apakah terdapat “ Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Anak Usia Sekolah Dengan Kejadian Karies Gigi di SD Negeri 39 Pekanbaru “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak

Usia Sekolah Dengan Kejadian Karies Gigi di SD Negeri 39 Pekanbaru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia sekolah

berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin.

2. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah

3. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada

anak usia sekolah

4. Mengetahui hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi anak usia

sekolah dengan kejadian karies gigi


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, dan

perkembangan wawasan khususnya dalam pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut.

1.4.2 Bagi STIKes Al Insyirah

Manfaat penelitian ini bagi STIKes Al Insyirah adalah sebagai

referensi tambahan penelitian selanjutnya yang tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak

Usia Sekolah Dengan Kejadian Karies Gigi.

1.4.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

sekolah untuk meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah mengenai

pemeliharaan kesehatan gigi dan pencegahan karies gigi

1.4.4 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua dengan

anak usia sekolah mengenal pemeliharaan kesehatan gigi dan pencegahan

karies gigi.

1.4.5 Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dasar untuk peneliti selanjutnya terkait tentang pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut pada anak usia sekolah dengan variabel yang berbeda.
7

1.5 Penelitian terkait

Dalam penyusunan proposal ini, penulis sedikit banyak terinspirasi dan

mereferensikan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar

belakang masalah pada proposal ini. Berikut ini penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan proposal ini antara lain :

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2019) menunjukkan ada

hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian

karies gigi. Pada anak SD 01 dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulutnya rendah dalam kategori baik. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai

p= 0,005 (p<0,05) terhadap karies baik pada kategori def-t dan DMF-T.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2018) menunjukkan (51,0%)

sebagian besar responden berumur 11 tahun, (62,7%) dengan jenis kelamin

sebagian besar berjenis kelamin perempuan, (66,7%) anak memiliki kebisaan

menggosok gigi 2x sehari, (68,6%) responden yang praktek cara menggosok gigi

sebagian besar masih kurang baik yaitu sebanyak 35 siswa serta (72,5%) sebagian

besar responden mengalami karies gigi yaitu sebanyak 37 siswa Dan didapatkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara cara menggosok gigi terhadap

kejadian karies gigi pada anak usia sekolah (P value 0,005 < α (0,05)).

Penelitian yang dilakukan oleh Rama, dkk (2017) menunjukkan bahwa

perilaku anak sekolah dasar di daerah tertinggal menunjukkan pengetahuan, sikap

dan tindakan yang kurang tentang pemeliharaan kesehatan gigi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, dkk (2014) menunjukkan bahwa

(36,54%) karakteristik siswa-siswi berdasarkan umur paling banyak ditemukan

pada umur 11 tahun yaitu sebanyak 57 orang, (57,69%) berdasarkan jenis kelamin
8

paling banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 90 orang,

(69,87%) gambaran pengetahuan siswa-siswi yang terbanyak adalah siswa-siswi

yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 109 orang yang merupakan siswa-siswi

kelas VI, (79,48%) gambaran sikap siswa-siswi yang terbanyak adalah siswa-

siswi yang bersikap positif yaitu sebanyak 124 orang yang merupakan siswa-siswi

kelas VI.

Penelitian yang dilakukan oleh Katli (2018) menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Betungan Kota Bengkulu, ada hubungan

yang bermakna antara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Betungan Kota Bengkulu, ada hubungan yang

bermakna antara perawatan gigi ke dokter dengan kejadian karies gigi pada balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Betungan Kota Bengkulu, tidak ada hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karies gigi pada balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Betungan Kota Bengkulu. Ada hubungan antara konsumsi

makanan kariogenik, menyikat gigi dan perawatan gigi ke dokter dengan kejadian

karies gigi di Puskesma Betungan Bengkulu (p=0,000), dan tidak ada hubungan

antara jenis kelamin dan kejadian karies gigi di Puskesma Betungan Bengkulu

(p=0,540).

Anda mungkin juga menyukai