Anda di halaman 1dari 6

Fungsi Hidrolisis:

Reaksi hidrolisis adalah suatu reaksi kimia yang dipakai untuk menetralkan suatu campuran
asam dan basa yang menghasilkan air dan garam. Proses hidrolisis tersebut mempunyai andil
yang besar dalam terlaksananya berbagai macam proses penting dan kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari.

Berikut ini uraian lebih lanjut terkait beberapa pemanfaatan proses hidrolisis.

 Reaksi hidrolisis antara molekul asam dan basa yang direaksikan dengan air akan
membentuk garam dengan rumus kimia NaCl. NaCl ini adalah garam yang dipakai di
dapur ibu rumah tangga sebagai pemberi rasa asin dalam makanan.

 Dalam Bidang pertanian reaksi hidrolisis dimanfaatkan dalam suatu penyesuaian pH


tanah dengan tanaman yang ditanam. Melalui suatu reaksi hidrolisis akan didapatkan
jenis pupuk yang tidak terlalu asam maupun basa. Adapun molekul kimia yang sering
dipakai untuk menurunkan pH pupuk yakni pelet padat (NH4)2SO4. Bila garam tersebut
direaksikan dalam air, maka ion NH4+ akan terhidrolisis di dalam tanah membentuk
NH3 dan H+ yang sifatnya asam.

 Reaksi hidrolisis antara garam yang terbentuk dari HOCl yang adalah asam lemah dengan
NaOH yang merupakan basa kuat dengan air akan terjadinya hidrolisis HOCl sehingga
akan menghasilkan ion OH- yang sifatnya basa. Sedangkan NaoH sebgai basa kuat tidak
terhidrolisis. Garam yang terbentuk melalui penggabungan kedua asam basa terdebut
yaitu NaOCl. Garam ini adalah salah satu material yang dimanfaatkan dalam pembuatan
bayclin atau sunklin untuk memutihkan pakaian kita.

Reaksi hidrolisis mempunyai peran penting dalam pemecahan makanan menjadi nutrisi


yang mudah diserap. Sebagian besar senyawa organik dalam makanan tidak mudah
bereaksi dengan air, sehingga dibutuhkan katalis untuk memungkinkan keberlangsungan
proses ini. Katalis organik yang membantu dengan reaksi dalam organisme hidup yang
dikenal sebagai enzim. Enzim ini bekerja dengan menerapkan konsep hidrolisis.

Reaksi hidrolisis ini berperan penting dalam suatu proses pelapukan batuan. Proses ini
penting dalam pembentukan tanah, dan membuat mineral penting tersedia bagi tanaman.
Berbagai mineral silikat, seperti feldspar, mengalami suatu reaksi hidrolisis lambat
dengan air, membentuk tanah liat dan lumpur, bersama dengan senyawa larut.

Reaksi hidrolisis mempunyai andil dalam penjernihan air. Penjernihan air minum oleh
PAM menerapkan prinsip hidrolisis, yakni memakai senyawa aluminium fosfat yang
mengalami hidrolisis total.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa reaksi hidrolisis terjadi ketika beberapa senyawa ionik, seperti
asam, basa, dan garam dilarutkan dalam molekul air dan bisa menghasilkan sifat yang bervariasi
baik itu asam, basa, maupun netral. Perbedaan sifat ini menjadi tolok ukur dalam menganalisa
peran penting garam yang terhidrolisis tersebut dalam kehidupan makhluk hidup.

Ada dua macam hidrolisis, yaitu :

1.Hidrolisis parsial atau sebagian

Hidrolisis parsial ini dapat terjadi apabila garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau
sebaliknya dan pada hidrolisis sebagian hanya salah satu ion saja yang yang mengalami reaksi
hidrolisis, yang lainnya tidak.

Contoh : garam NH4Cl

Dalam air , NH4Cl terionisasi sempurna membentuk ion Cl” dan NH4+

2.Hidrolisis total

Hidrolisis ini dapat terjadi apabila garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah. Contoh :
HF(aq) +

NH4OH(aq) ^ NH4F (aq) + H2O(l)


Garam yang terbentuk mengalami ionisasi sempurna dalam air
NH F
4  (aq) ^  NH4+(aq) + F (aq)
Baik kation maupun anion, sama-sama mengalami hidrolisis, sebab keduanya berasal dari spesi
lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

NH4+(aq) + H2O(l) <—- > NH4OH(aq) + H+(aq)

F”(aq) + H2O(l) <—- > HF(aq) + OH”(aq)


hidrolisis kedua ion tersebut menghasilkan ion H+ maupun ion OH”. Dengan demikian, larutan
garam tersebut mengalami hidrolisis total ( sempurna ).

3. Hidrolisis Anion
jika garam yang terdiri dari komponen molekul asam lemah dan basa kuat direaksikan dengan
molekul air, maka garam-garam ini hanya akan terhidrolisis sebagian/parsial didalam air dan
akan menghasilkan ion yang bersifat basa (OH-). Dengan kata lain, yang terhidrolisis
yaitu sedangkan anion dari asam lemah sedangkan kation dari basa kuat tidak terhidrolisis.

Contoh :
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+ (aq)
CH3COO– + H2O ↔ CH3COOH + OH–
Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi

Dari contoh diatas, menerangkan bahwa CH3COO– yang bertindak sebagai anion asam lemah
terhidrolisis membentuk OH– ketika direaksikan dengan molekul air (H2O) sedangakn Na+ yang
bertindak sebagai kation dari basa kuat tidak terhidrolisis ketika direkasikan dengan molekul air.
Kesimpulannya garam dengan komponen pembentuk asam lemah dan basa kuat, bila direaksikan
dengan air akan terhidrolisis sebagian dan menghasilkan ion yang bersifat basa.

4. Hidrolisis Kation
Serupa halnya dengan suatu reaksi hidrolisis antara garam dengan komponen molekul asam
lemah dan basa kuat direaksikan dengan molekul air, bila garam dengan komponen penyusun
asam kuat dan basa lemah dilarutkan ke dalam molekul air juga akan mengalami suatu hidrolisis
parsial dan menghasilkan ion yang sifatnya asam (H+). Hal ini terjadi karena hanya kation dari
basa lemah terhidrolisis, sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami suatu hidrolisis.

Contohnya :
NH4Cl → NH4+ + Cl–
NH4+ + H2O ↔ NH4OH + H+
Cl– + H2O → tidak terjadi reaksi

Berdasarkan contoh diatas, bisa disimpulkan bahwa NH4+ yang bertindak sebagai basa lemah
terhidrolisis menghasilkan ion yang bersifat asam, yakni H+. Sedangkan Cl- yang sebagai anion
asam kuat tidak terhidrolisis.

5. Kation dan Anion Terhidrolisis


Jika garam dengan komponen asam lemah dan basa lemah direaksikan dengan molekul air akan
mengalami hidrolisis total. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan kation dari basa lemah maupun
anion dari asam lemah bisa terhidrolisis secara sempurna. Reaksi hidrolisis ini menghasilkan ion
H+ atau OH-.

Contoh ;
CH3COONH4 → CH3COO– + NH4+
CH3COO– + H2O ↔ CH3COOH + OH–
NH4+ + H2O ↔ NH4OH + H+

Contoh diatas, menerangkan bahwa kedua komponen penyusun garam CH3COO– (anion dari
asam lemah) dan NH4+ (kation dari basa lemah) bisa terhidrolsis secara sempurna yang masing-
masing berurutan menghasilkan ion yang sifatnya basa (OH–) dan ion yang bersifat asam (H+).

Perlu untuk diketahui, bahwasanya garam dengan komponen asam kuat dan basa kuat yang
direaksikan dengan molekul air tidak akan mengalami suatu hidrolisis, dalam arti lain reaksi
tersebut sifatnya netral. Peristiwa ini bisa terjadi ketika garam yang mengandung ion logam
alkali atau ion logam alkali tanah (kecuali Be2+) dan basa konjugat suatu asamkuat (misalnya,
Cl-, Br-, dan NO3-) direaksikan dengan molekul air akan menghasilkan larutan yang bersifat
netral.”

Fungsi yang Mudah Mengalami Hidorlisis


a. Hidrolisis Ester

Banyak obat-obatan mengandung gugus ester. Gugus ini biasanya dibentuk dari asam
karboksilat, karbomat, sulfomat dengan berbagai jenis alkohol. Gugus ini terhidrolisis melalui
reaksi nukleofilik attack dari ion hidroksida di dalam air (Yoshioka, 2002).

Laju hidrolisis tergantung gugus-gugus pada R1 dan R2, dimana grup gugus akseptor-elektron
akan meningkat laju hidrolisis sedangkan gugus donor-elektron akan menghambat laju hidrolisis.
Penggantian atom hidrogen dengan halogen akseptor-elektron seperti Cl, juga meningkatkan laju
dekomposisi. Faktor sterik juga berperan penting, gugus yang besar (bulky) baik pada R1
maupun R2 akan menurunkan laju dekomposisi. Sebagai contoh, substitusi gugus iso-propil
dengan gugus n-propil pada R2 menurunkan laju dekomposisi lima kali lebih rendah (Yoshioka,
2002).

Serangan terhadap gugus ester juga dipengaruhi oleh adanya muatan pada atom C tetangga. Laju
hidrolisis dari semua jenis ester yang berikatan dengan poli (butilen tartrat) tidaklah sama. Ikatan
ester yang berdekatan dengan muatan negatif kurang reaktif untuk menyebabkan serangn ion
hidroksida daripada gugus ester yang berjauhan dengan muatan negatif karboksilat (Yoshioka,
2002).

b. Hidrolisis Amida

Ikatan amida merupakan ikatan yang umum ditemukan dalam molekul obat. Ikatan amida kurang
rentan mengalami hidrolisis dibanding ikatan ester karena karbon karbonil pada amida kurang
elektrofilik (ikatan karbon dengan nitrogen dianggap sebagai ikatan ganda) dan gugus amin
sebagai leaving group, merupakan leaving group lemah. Obat-obatan seperti paracetamol,
kloramfenikol, linkomisin, indometacin, dan sulfacetamida semuanya dikenal menghasilkan
amina dan asam melalui reaksi hidrolisis (Yoshioka, 2002).
c. Hidrolisis β-Laktam

Antibiotik golongan laktam seperti penisilin dan sefalosporin, yang merupakan amida siklis atau
laktam, mengalami pemecahan cincin siklik karena reaksi hidrolisis(Yoshioka, 2002).

Antibiotik β-Laktam termasuk penisilin dan safalosporin, mengalami reaksi hidrolisis yang cepat
dibanding senyawa amida lainnya. Hal ini paling banyak disebabkan faktor elektronik,
konformasi rantai cincin (cincin 4 inti bergabung dengan cincin 5/6 inti), dan karakter ikatan
ganda yang lebih rendah diantara karbon pada karbonil dengannitrogen amida (Yoshioka, 2002).

Pemecahan cincin β-Laktam merupakan reaksi hidrolisis dengan katalis basa oleh air.
Kemungkinan melibatkan reaksi elektrofilik pada gugus karbonil dan nukleofilik pada atom
nitrogen pada cincin β-Laktam (Servais, 2001). Turunan asam karboksilat seperti amida
diketahui rentan terhadap serangan bahan-bahan nukleofilik. Nukleofilik dan basa dapat
bertindak sebagai salah satu katalis pemindahan hasil pada pecahnya cincin β-Laktam (Connor,
1992).

Anda mungkin juga menyukai