Anda di halaman 1dari 2

http://leesyailendranism.blogspot.com/2016/03/pornografi-dan-pornoaksi-ditinjau-dari.

html

Majelis Ulama Indonesia Pusat, Keputusan Fatwa Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, nomor 287
Tahun 2001 tentang Pornografi dan Pornoaksi, 22 Agustus 2001.

Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer, (Yogyakarta: TERAS, 2004), hlm. 4-5.

Aibak, Kutbuddin. 2009. Kajian Fiqh Kontemporer. Yogyakarta : Teras.

Undang-undang Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi.

Yanggo, Huzaemah Tahido. 2010. Fikih Perempuan Kontemporer. Bogor : Ghalia Indonesia.

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.
144-147

Jumliadi Rajab, “Konsep Pornografi dan Pornoaksi Perspektif Hukum Islam”. Buletin al-Islam edisi
305 tahun VI 19 Mei 2006.

Yandi Maryandi, “PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI (Perspektif Sejarah dan Hukum Islam)”, Jurnal
Peradaban dan Hukum Islam. Vol.1 No.1. 2018 hlm 21-40

Yandi Maryandi. 2018. “PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI (Perspektif Sejarah dan Hukum Islam)”,
Jurnal Peradaban dan Hukum Islam. Vol.1 No.(1) hlm 21-40

Hannani, “PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” Jurnal Hukum
Diktum, Volume 10, Nomor 1, Januari 2012, hlm 77-86

Penyebab terjadinya pornografi dan pornoaksi adalah faktor politik dibidang keagamaan, budaya
asing yang mempengaruhi melalui media komunikasi, kurangnya pengawasan dari orangtua, frustasi
ekonomi yang menyebabkan mencari nafkah dengan jalan pintas, kurangnya pengetahuan mengenai
bahaya pornografi dan pornoaksi

1. Dampak dari adanya pornografi dan pornoaksi yaitu dijadikan lahan bisnis oleh
kelompok tertentu , melanggar nilai agama, melanggar nilai pancasla dan HAM,
Mengganggu Psikologi (sensasi dan presepsi negative) , Memicu adanya
pelanggaran yang lain

4. Pornografi dan pornoaksi dalam perspektif hukum islam, Ajaran agama


Islam menjelaskan bahwa memperlihatkan aurat adalah suatu perbuatan yang
mengarah pada perzinahan. Berdasarkan uraan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.
Berdasarkan penjelasan nash-nash di atas, dapat disimpulkan bahwa membuka
aurat, berpakaian ketat atau tembus pandang, berpakaian tipis yang dapat
membangkitkan nafsu birahi untuk diambil gambarnya, baik untuk dicetak, maupun
untuk divisualisasikan dalam bentuk baik lukisan, foto, video, suara, dan tulisan
dimaknai sebagai pornografi/aksi karena mendekatkan seseorang pada perzinaan,
yang tegas dilarang Allah dalam Q.S Al-Isra’ayat 32. Sehingga pornografi/aksi haram
hukumnya,

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan pornografi dan pornoaksi

Majelis Ulama Indonesia (MUI). Melalui Keputusan Fatwa Nomor 287 tahun 2001 tentang pornografi
dan pornoaksi pada tanggal 22 Agustus 2001, merekomendasikan untuk mendesak semua
penyelenggara negara untuk menetapkan peraturan perundang-undangan tentang pornografi dan
pornoaksi. Upaya ini menuai hasil dengan disahkannya UU RI No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi.

Pencegahan juga dapat dilakukan melalui jalur pendidikan , terkhusus penekananya pada pendidikan
agama. Agama merupakan salah satu faktor utama yang dapat memberantas, mencegah,
menanggulangi pornografi maupun pornoaksi, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
lembaga pendidikan di antaranya adalah: Menambah jam tatap muka materi pelajaran agama dan
memasukkan nilai-nilai agama kepada seluruh materi pelajaran; Mengajukan program tayangan
Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama ke media Televisi; Menertibkan cara berpakaian dan baju
sekolah peserta didik; Menambah atau memberikan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Langkah-
langkah dan kegiatan tersebut bertujuan untuk : Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

Anda mungkin juga menyukai