Anda di halaman 1dari 15

ASPEK EKONOMI

1. ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNGAN INFRASTRUKTUR TERHADAP


EKONOMI REGIONAL
Dalam konsep ekonomi, pembangunan infrastruktur, baik infrastruktur transportasi
maupun infrastruktur yang lain, merupakan bagian dari pengeluaran investasi. Oleh kareana
itu, pembangunan infrastruktur memiliki dampak ekonomi baik dalam jangka pendek (masa
konstruksi) maupun dampak jangka panjang yaitu berupa peningkatan pertumbuhan ekonomi
secara “permanen”. Dampak dalam jangka pendek sering diukur dengan konsep multiplier
effect, sementara dampak jangka panjang dapat diukur dengan indikator dampak akumulasi
kapital terhadap pertumbuhan ekonomi.
a. Multiplier Effect Pembangunan Infrastruktur
Multiplier effect (efek pengganda) pada dasarnya mengukur sejauh mana pengaruh
pengeluaran baik oleh sektor swasta, pemerintah, ataupun sektor luar negeri terhadap
peningkatan ekonomi pada wilayah setempat. Salah satu pengeluaran yang
memberikan dampak multiplier yang signifikan adalah pengeluaran investasi, yang
salah satunya berupa pembangunan infrastruktur.
Secara teknis, efek angka pengganda dari pembangunan infrastruktur dapat dijelaskan
dengan skema sbb:
MEMANFAATKAN
SUMBER DAYA
SETEMPAT
PEMBANGUNAN /
KONSTRUKSI PENDAPATAN
INFRASTRUKTUR MASYARAKAT
MENINGKAT
MEMANFAATKAN
TENAGA KERJA
SETEMPAT
KONSUMSI
MASYARAKAT
MENINGKAT
AKTIVITAS
EKONOMI
MENINGKAT

PERTUMBUHAN PDRB

Gambar 1:
Mekanisme Dampak Pembangunan (Konstruksi) Infrastruktur Terhadap PDRB
Gambar 1 memberikan gambaran bagaimana alur proses pengeluaran pembangunan
infrastruktur selama masa konstruksi terhadap PDRB wilayah setempat. Adapun
besaran efek pengganda ekonomi dapat diukur dengan formula sebagai berikut:

k = 1 / (1 – b +bt + m)
Keterangan:
k : multiplier effect (angka pengganda)
b : marginal propensity to consume (MPC)
t : tax coeficient
m : margina propensity to import
Bagi perekonomian daerah, diasumsikan b dan m = 0, sehingga
k:1/1–b
: 1 / 1 – MPC

Bagi perekonomian Sulawesi Utara, hasil perhitungan MPC selama 6 tahun terakhir
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel :
Hasil Perhitungan Angka Pengganda Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara 2013 - 2018
Konsums
Tahun i InvestasiPDRB ΔY ΔC MPC 1-MPC K = 1/1-MPC
(Milyar) (Milyar)
2012 30908,48 23053,65 63875,61 22044,16
1872,8
2013 32781,3 24452,33 71097,46 7221,85 2 0,259327 0,740673 1,350123
3759,9
2014 36541,26 26227,49 80667,83 9570,37 6 0,392875 0,607125 1,647108
5264,8
2015 41806,11 31036,59 91145,68 10477,85 5 0,502474 0,497526 2,009946
100542,5 3769,2
2016 45575,37 34528,46 7 9396,89 6 0,401118 0,598882 1,669778
110164,4
2017 49339,27 38425,31 8 9621,91 3763,9 0,39118 0,60882 1,642522
119543,6
2018 52701,67 42660,37 1 9379,13 3362,4 0,358498 0,641502 1,558842
rata-rata K selama 6 tahun terakhir 1,646386

Dari tabel tersebut, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata angka pengganda ekonomi di
Provinsi Sulawesi Utara selama 6 tahun terakhir adalah sebesar 1,65.
Dari hasil perhitungan secara teknis yang sudah diuraikan pada bagian terdahulu,
datunjukkan bahwa besarnya biaya pembangunan infrastruktur dan kelengkapan
lainnya adalah sebagai berikut:

Tabel : Biaya Konstruksi dan Kelengkapan Investasi


  LEMBEH BITUNG JML

Skenario 1 7.418.254.765.000,00 973.792.968.000,00 8.392.047.733.000,00

Skenario 2 6.952.654.765.000,00 1.439.392.968.000,00 8.392.047.733.000,00

Skenario 3 1.977.654.765.000,00 1.439.392.968.000,00 3.417.047.733.000,00


Sumber: Hasil Analisis Konstruksi

Dari tabel diatas, bila konstruksi diselesaikan selama 4 tahun, maka besran komponen
pengeluaran Investasi per tahun naik seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel:
Kenaikan Pengeluaran Komponen Investasi Per Tahun Selama Masa Konstruksi
  LEMBEH BITUNG JML
243.448.242.000, 2.098.011.933.250,
Skenario 1 1.854.563.691.250,00 00 00
1.738.163.691.250, 359.848.242.000, 2.098.011.933.250,
Skenario 2 00 00 00
494.413.691.250, 359.848.242.000, 854.261.933.250,
Skenario 3 00 00 00
Sumber: Hasil Analisis

Dari angka tersebut, dengan besran indeks multiplier efek sebesar 1,65, maka dampak
terhadap PDB bagi Sulawesi Utara adalah sbb:
Tabel:
Dampak PDB Prov. Sulawesi Utara Per Tahun Selama Masa Konstruksi
  LEMBEH BITUNG JML
3.060.030.090.562, 401.689.599.300, 3.461.719.689.862,
Skenario 1 50 00 50
2.867.970.090.562, 593.749.599.300, 3.461.719.689.862,
Skenario 2 50 00 50
815.782.590.562, 593.749.599.300, 1.409.532.189.862,
Skenario 3 50 00 50
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan data BPS, nilai PDB atas dasar harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2018 adalah sebesar 119.543.610.000.000,00; dan inflasi rata-rata 3,83 per
tahun, maka dampak PDB tersebut setara dengan pertumbuhan riil sebesar:
Tabel :
Dampak Pertumbuhan PDB Riil Prov. Sulawesi Utara Atas Pembangunan Pulau Lembeh
Selama Masa Konstruksi
  LEMBEH BITUNG JML
1
Skenario 1 ,54 0,20 1,74
1
Skenario 2 ,44 0,30 1,74
0
Skenario 3 ,41 0,30 0,71
Sumber: Hasil Analisis

Sedangkan bagi perekonomian Kota Bitung, hasil perhitungan MPC selama 6 tahun
terakhir adalah sbb.:
Tabel :
Hasil Perhitungan Angka Pengganda Ekonomi Kota Bitung 2013 - 2017
Tahu Investas PDRB
n Konsumsi i (Milyar) ΔY ΔC MPC 1-MPC K = 1/1-MPC
2012 3213,72 2507,86 8426,73          
2013 3473,27 2618,45 9381,07 954,34 259,55 0,271968 0,728032 1,373566
2014 3779,53 2646,78 10517,42 1136,35 306,26 0,269512 0,730488 1,368948
2015 4567,14 3149,84 11634,28 1116,86 787,61 0,7052 0,2948 3,392134
2016 4887,49 3474,89 12682,46 1048,18 320,35 0,305625 0,694375 1,440144
2017 5418,25 3874,05 14084,45 1401,99 530,76 0,378576 0,621424 1,609208
Rata-rata angka pengganda selama 5 tahun terakhir  1,8368

Dari tabel diatas, nilai angka pengganda Kota Bitung adalah sebesar 1,84. Nilai PDB
Kota Bitung hanya sekitar 12% dari PDB Provinsi Sulawesi Utara. Oleh karena itu
diperkirakan Pengembangan Pulau Lembeh akan memberikan dampak pertumbuhan
yang jauh lebih tinggi dari Provinsi Sulawesi Utara, karena angka pembanding yang
relatif kecil.
Dengan angka pengganda sebesar 1,84; maka bagi Kota Bitung, pengembangan Pulau
Lembeh selama masa konstruksi akan memberikan dampak PDB seperti pada tabel
berikut:

Tabel:
Dampak PDB Kota Bitung Per Tahun Selama Masa Konstruksi
  LEMBEH BITUNG JML
3.412.397.191.900, 447.944.765.280 3.860.341.957.180,
Skenario 1 00 ,00 00
3.198.221.191.900, 662.120.765.280 3.860.341.957.180,
Skenario 2 00 ,00 00
909.721.191.900, 662.120.765.280 1.571.841.957.180,
Skenario 3 00 ,00 00
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan data BPS nilai PDB Kota Bitung atas dasar harga berlaku tahun 2017
adalah 14.084.450.000.000, pertumbuhan PDB riil pada kisaran 6,5%, dan inflasi
kisaran 4,5%, dan selama masa konstruksi diperkirakan akan inflasi akan naik pada
kisaran 6% (sumber: best practices pembangunan bandara DIY) maka Dampak PDB
tersebut setara dengan dampak pertumbuhan PDB riil sebesar:

Tabel :
Dampak Pertumbuhan PDB Riil Kota Bitung Atas Pembangunan Pulau Lembeh Selama
Masa Konstruksi
  LEMBEH BITUNG JML
1 6 1
Skenario 1 3,81 ,16 4,97
1 6 1
Skenario 2 3,26 ,71 4,97
6
Skenario 3 7,35 ,71 9,06
Sumber: Hasil Analisis
b. Dampak Investasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi
Dampak selama masa konstruksi tersebut sifatnya hanya temporer. Artinya, jika
proyek konstruksi sudah selesai maka pertumbuhan ekonomi akan kembali seperti
semula. Namun demikian, proyek investasi infrastruktur merupakan investasi yang
akan mendatangkan investasi selanjutnya, dengan asumsi pemanfaatan infrastruktur
tersebut optimal, sehingga memberikan efek pertumbuhan ekonomi yang lebih jangka
panjang dan permanen. Oleh karena itu, proyek investasi infrastruktur Pulau Lembeh
diperkirakan juga akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi jangka panjang
yang lebih permanen baik bagi Provinsi Sulawesi Utara maupun Kota Bitung.
Untuk mengukur dampak pertumbuhan yang lebih berjangka panjang, maka indikator
yang digunakan dalam studi ini adalah indikator ICOR. Rasio Modal – Output
Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yaitu suatu besaran yang
menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk
menaikkan/menambah satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang).
Konsep ICOR ini Iebih bersifat dinamis karena menunjukkan perubahan/penambahan
output sebagai akibat langsung dari penambahan kapital.
ICOR menunjukkan seberapa jauh kemampuan Investasi dalam menaikkan
pendapatan nasional atau regional. Pada umumnya, satuan jenis unit kapital bentuknya
berbedabeda dan beraneka ragam sementara satuan jenis unit output relatif sama
sehingga untuk memudahkan penghitungan maka keduanya dinilai secara nomial
dengan satuan mata uang. ICOR dapat merefleksikan besarnya produktivitas kapital
yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.
Secara teknis penambahan kapital bentuk fisiknya berupa investasi. Adapun formula
pengukuran ICOR dapat ditunjukkan pada persamaan sebagai berikut:
𝐼𝐶𝑂𝑅 = ∆𝐾 / ∆𝑌
keterangan:
∆K = Investasi atau penambahan barang modal baru/kapasitas
terpasang (salah satunya berupa infrastruktur)
∆Y = Penambahan output atau PDRB

Hasil perhitungan ICOR untuk Provinsi Sulawesi Utara ditunjukkan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel :
Hasil Perhitungan ICOR Provinsi Sulawesi Utara
Tahun Investasi PDRB ΔY ICOR ICOR n-1
2009 8961,67 33033,61      
2010 9451,65 36809 3775,39 0,256776 2,373707
11130,9
2011 5 41831,45 5022,45 0,26609 1,88188
23053,6
2012 5 63875,61 22044,16 0,360915 0,504939
24452,3
2013 3 71097,46 7221,85 3,385882 3,192208
26227,4
2014 9 80667,83 9570,37 2,740489 2,555004
31036,5
2015 9 91145,68 10477,85 2,962114 2,503137
34528,4
2016 6 100542,6 9396,89 3,674456 3,302858
38425,3
2017 1 110164,5 9621,91 3,993522 3,588525
42660,3
2018 7 119543,6 9379,13 4,548436 4,096895
 Rata-rata ICOR selama 10 tahun terakhir 2,465409 2,666572

Dari tabel diatas, dapat ditunjukkan behwa besaran ICOR di Provinsi Sulawesi Utara
adalah pada kisaran 2,6. Oleh karena itu, dengan tambahan investasi infrastruktur di
Pulau Lembeh seperti yang diuraikan pada bagian terdahulu, maka diperkirakan akan
memberikan dampak pertumbuhan PDRB per tahun sebagai berikut:
Tabel:
Dampak Pertumbuhan PDB Riil Provinsi Sulawesi Utara Per Tahun Atas Pembangunan
Pulau Lembeh Dalam Jangka Panjang
  LEMBEH BITUNG JML
0 1
Skenario 1 1,43 ,19 ,62
0 1
Skenario 2 1,34 ,28 ,62
0 0
Skenario 3 0,38 ,28 ,66
Sumber: Hasil Analisis

Bagi Kota Bitung, hasil perhitungan nilai ICOR dapat ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut:
Tabel :
Hasil Perhitungan ICOR Kota Bitung
Tahun Investasi PDRB ΔY ICOR ICOR n-1
2012 2507,86 8426,73      
2013 2618,45 9381,07 954,34 2,743729 2,627848
2014 2646,78 10517,42 1136,35 2,329194 2,304264
2015 3149,84 11634,28 1116,86 2,820264 2,36984
2016 3474,89 12682,46 1048,18 3,315165 3,005056
2017 3874,05 14084,45 1401,99 2,763251 2,478541
 Rata-rata nilai ICOR 5 tahun terakhir 2,794321 2,55711

Dari tabel diatas dapat ditunjukkan bahwa nilai ICOR Kota Bitung adalah pada
kisaran 2,7. Oleh karena itu, pembangunan investasi berupa infrastruktur di Pulau
Lembeh tersebut diperkirakan akan memberikan dampak pertumbuhan sebagai
berikut:
Tabel:
Dampak Pertumbuhan PDB Riil Kota Bitung Per Tahun Atas Pembangunan Pulau Lembeh
Dalam Jangka Panjang
  LEMBEH BITUNG JML
1 10
Skenario 1 8,87 ,16 ,03
1 10
Skenario 2 8,31 ,72 ,03
1
Skenario 3 2,36 ,72 4,08
Sumber: Hasil Analisis

Hasil hitungan diatas dibangun dengan asumsi infrastruktur dimanfaatkan untuk


membangun ekonomi produkstif secara optimal. Dalam berbagai kasus dampak
pertumbuhan ekonomi permanen pada umumnya membutuhkan time lag yang
lamanya bervariasi, tergantung ketersediaan infrastruktur pendukung lainnya,
infrastruktur energi, infrastruktur air baku, dan sumber daya manusia yang memadai.

2. GAMBARAN PERKEMBANGAN PARIWISATA PROVINSI SULAWESI


UTARA
A. Analisis Potensi Ekonomi Berdasarkan Kunjungan Wisatawan Melalui Pelabuhan

Bitung

Gambar berikut mengilustrasikan bahwa terjadi dinamika jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Sulawesi Utara melalui pelabuhan Bitung. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan

yang signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, hasil berbeda didapatkan pada

tahun 2017 yang menunjukkan terjadi penurunan jumlah wisatawan.

BANYAKNYA WISATAWAN MELALUI PELABUHAN


BITUNG

65.521

41.827
18.867
13.507
12.556

10.180
7.911
6.192

5.357

5.357
4.892

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 1. Banyaknya Wisatawan Melalui Pelabuhan Bitung


Sumber: BPS Kota Bitung (2019)
B. Analisis Potensi Ekonomi Berdasarkan Kunjungan Wisatawan Melalui Bandara di

Manado

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sulawesi Utara tahun 2019 diketahui bahwa

untuk aktivitas di bandara Sam Ratulangi Manado menunjukkan dinamika pada banyaknya

penerbangan, penumpang, barang, dan kargo. Jumlah penumpang datang dan berangkat

(domestik) menujukkan perkembangan positif dari tahun 2014 hingga 2017. Perkembangan

yang positif dan signifikan terjadi pada kedatangan dan keberangkatan penumpang

internasional. Hal ini dikarenakan mulai dibukanya rute internasional di bandara Sam

Ratulangi, Manado. Kemudian, jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat domestik

mengalami penurunan pada tahun 2017, jjika dibandingkan dengan tahun 2016. Namun dari

sisi penumpang seperti telah diuraikan sebelumnya mengalami peningkatan. Sedangkan

untuk pesawat internasional yang datang dan berangkat mengalami pertumbuhan positif yang

diikuti tren positif jumlah penumpang dan kargo.

Tabel 1. Banyaknya Penerbangan, Penumpang, Barang, dan Kargo di Bandara Sam


Ratulangi
Tahun
Aktivitas
2013 2014 2015 2016 2017
Pesawat Datang Domestik 9.593 9.338 10.162 13.645 11.853
Pesawat Berangkat Domestik 9.563 9.309 10.138 13.620 11.848
Pesawat Local Domestik 152 106 447 - -
Penumpang Datang Domestik(Orang) 1.087.546 966.688 1.017.956 1.305.770 1.310.699
Penumpang Berangkat Domestik(Orang) 1.085.808 961.407 1.014.885 1.272.999 1.314.736
Penumpang Transit Domestik(Orang) 97.383 4.425 27.480 - -
Bagasi Bongkar Domestik(Kg) 10.875.905 9.637.130 9.631.087 11.473.324 22.883.450
Bagasi Muat Domestik(Kg) 10.006.290 8.567.716 9.051.700 10.710.255 14.349.590
Kargo Bongkar Domestik(Kg) 7.762.715 9.289.153 9.670.660 8.935.212 -
Kargo Muat Domestik(Kg) 3.658.559 2.788.680 2.454.643 2.996.135 -
Pesawat Datang Internasional 316 281 271 428 529
Pesawat Berangkat Internasional 301 270 270 428 525
Penumpang Datang Internasional(Orang) 26.116 21.965 27.059 46.976 78.842
Penumpang Berangkat Internasional(Orang) 25.309 21.826 26.357 46.252 78.244
Bagasi Bongkar Internasional(Kg) 511.130 444.591 420.026 44.424 1.113.228
Bagasi Muat Internasional(Kg) 461.049 399.607 370.113 152.591 1.113.194
Kargo Bongkar Internasional(Kg) 48.681 65.258 28.053 627.882 -
Kargo Muat Internasional(Kg) 259.451 326.262 243.361 610.844 -
Sumber: BPS Sulawesi Utara (2019)
C. Analisis Potensi Ekonomi Berdasarkan Kunjungan Wisatawan di Sulawesi Utara

Turis asal Cina atau Tiongkok adalah wisatawan mancanegara terbanyak yang datang
berkunjung ke Sulawesi Utara. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Sulawesi Utara, jumlah turis Tiongkok yang datang ke Sulawesi Utara sangat
mendominasi dibandingkan negara-negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh tersedianya
penerbangan dari Tiongkok ke Manado dan preferensi wisatawan Tiongkok yang suka
dengan wisata bahari. Manado memiliki obyek wisata pantai di mana wisatawan menyukai
snorkeling di Taman Laut Bunaken. Hal ini menjadi potensi pengembangan obyek wisata di
Pulau Lembeh yang juga memiliki titik-titik penyelaman bawah laut. Berdasarkan data dari
Kementerian Pariwisata diketahui bahwa pada tahun 2018, turis Cina atau Tiongkok yang
wisata ke Indonesia menghabiskan rata-rata USD 1.000 atau Rp 14.89 juta (estimasi kurs
14.893 per dolar AS). Sedangkan waktu untuk liburan rata-rata selama 5 hari.

Gambar 1. Kunjungan Wisatawan Berdasarkan Asal Negara di Sulawesi Utara Tahun


2018
Sumber: BPS Sulawesi Utara (2019)

D. Analisis Potensi Kunjungan Wisatawan Menggunakan Kapal Pesiar di Pulau

Lembeh

Berdasarkan data dari Asia Tenggara Princess Cruises yang mengutip laporan Euromonitor
lnternasional diketahui bahwa Asia menjadi pusat pertumbuhan pasar wisata pesiar di dunia
dengan lebih dari 4 juta penumpang menikmati wisata pesiar di tahun 2017. Berdasarkan data
tersebut diprediksi Indonesia menjadi salah satu pasar penting dalam pasar kapal pesiar. Pada
tahun 2017, jumlah orang Indonesia yang berlayar adalah sebanyak 46.700 wisatawan,
meningkat 40,2 persen dari 33.200 di tahun 2016. Namun, jumlah wisatawan Indonesia
memiliki porsi 1,2 persen dibandingkan 4 juta wisatawan Asia yang berlayar di tahun 2017
sehingga kondisi ini menunjukkan potensi pasar lndonesia. Kemudian, jumlah kunjungan
kapal pesiar ke Indonesia di tahun 2018 naik sebesar 100% dibanding tahun 2017. Dari
sebanyak 187 kunjungan menjadi 372 kunjungan. Indonesia jadi salah satu negara tujuan
favorit bagi kapal pesiar. Data menunjukkan terjadi peningkatan 2 kali lipat kunjungan kapal
pesiar di tahun 2018 ini. Berdasarkan data dari Euromonitor lnternasional diketahui
Indonesia menempati peringkat ke-tujuh dalam daftar negara di Asia yang paling banyak
dikunjungi kapal pesiar. Berikut daftar lengkap 10 kunjungan kapal pesiar ke Asia sepanjang
2018:
1. Jepang: 2.601 kunjungan
2. China: 1.021 kunjungan
3. Thailand: 581 kunjungan
4. Vietnam: 493 kunjungan
5. Malaysia: 458 kunjungan
6. Singapore: 374 kunjungan
7. Indonesia: 372 kunjungan
8. Taiwan: 346 kunjungan
9. Hong Kong: 249 kunjungan
10. Filipina: 248 kunjungan

Berdasarkan data dari Pengembangan Pariwisata Bahari Kementerian Pariwisata Indonesia


diketahui bahwa jumlah wisatawan cruise ships pada 2019 yang sedang berjalan berada di
level 387.873 orang. Kenaikan ini juga selaras dengan cruise ships numbers of calls. Pada
2019 terdapat 593 rencana kedatangan kapal pesiar. Jumlah ini naik dari tahun 2018 yang
menunjukkan jumlah cruise yang merapat mencapai 372. Indonesia yang merupakan wilayah
favorit kunjungan cruise besar hingga 74%. Cruise ini memiliki kapasitas angkut lebih dari
3.000 orang. Cruise kelas medium menempati slot 21% dengan daya angkut 1.000-3.000
wisman. Lalu, kelas expedition vessels kurang dari 1.000 orang hanya memiliki kuota 5%.
Pada 2019, tipe cruise besar ditarget 287.334 wisman dan 79.543 orang untuk medium.

3. RANCANGAN PENGEMBANGAN EKONOMI PARIWISATA


Pengembangan Pulau Lembeh menjadi lokasi paritisata harus memenuhi tiga unsur yang
menjadi pertimbangan bagi wisatawan dalam memutuskan tujuan wisata, yaitu 3A pariwisata
yang terdiri atraksi sebagai daya tarik sebuah lokasi wisata; amenitas sebagai fasilitas
pendukung lokasi wisata; aksesibilitas sebagai akses wisatawan ketika berkunjung ke sebuah
lokasi wisata. Unsur 3A ini penting dimiliki oleh Pulau Lembeh dikarenakan akan
berpengaruh pada tingkat kunjungan wisatawan, lama tinggal wisatawan, serta dan minat
wisatawan untuk berkunjung kembali. Pulau Lembeh harus mampu memberikan
kenyamanan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan kemudahan akses untuk berkunjung.
Berikut ini adalah rancangan pengembangan ekonomi pariwisata untuk Pulau Lembeh.
a. Atraksi
Atraksi dalam pariwisata merupakan daya tarik utama dari Pulau Lembeh. Atraksi Pulau
Lembeh meliputi segala sesuatu yang dapat dinikmati, dilihat, didengar, dan dirasakan oleh
para pengunjung baik berupa daya tarik alam, budaya maupun produk hasil masyarakat di
Pulau Lembeh. Atraksi wisata di Pulau Lembeh harus mampu memberikan persepsi yang
menarik pada wisatawan. Selain itu, atraksi wisata harus dapat memberikan pembelajaran
dari pengalaman. Pulau Lembeh memiliki keunggulan utama pada spot wisata alam yang
dapat dikembangkan, yaitu sebagai berikut:
1) Titik Penyelaman (Wisata Bahari)
Pulau Lembeh memiliki kurang lebih 92 spot selam. Tiap titik penyelaman memiliki
daya tarik dari variasi hewan bawah laut dan spesiesnya. Spesies yang terkenal adalah
spesies Mini Octopus. Selain itu juga terdapat spesies Nudibranch, Flamboyant Sotong,
Pigmy Seahorse, dan Hairy Frogfish.
2) Hutan mangrove
Pulau Lembeh memiliki hutan mangrove yang berfungsi menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan menjadi objek kunjungan wisatawan untuk aktivitas fotografi dan edukasi.
Terdapat setidaknya beberapa jenis mangrove di Pulau Lembeh yang antara lain adalah
Rhizophora apiculate, Rhizophora mucronata, Soneratia alba, dan Soneratia caseolaris.
3) Monumen Tri Kora, Pulau Sarena, serta Pantai Pasir Panjang.
4) Terumbu karang.

b. Amenitas
Amenitas atau fasilitas pendukung dari sebuah destinasi wisata harus mampu menjawab
kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi wisata. Oleh karena itu, Pulau Lembeh
memerlukan pengembangan fasilitas dasar yang menunjang aktivitas pariwisata yang antara
lain sebagai berikut:
- Peta Wisata
- Tempat ibadah
- Hotel Bintang 4 dan 5
- Restoran/tempat makan
- Tempat penjualan souvenir
- Tempat parkir
- Titil Internet (hotspot)
- Toilet
Kelengkapan dan kenyamanan dari amenitas yang dimiliki sebuah destinasi wisata, akan
berpengaruh dalam pertimbangan dan keputusan wisatawan ketika hendak berkunjung.
Keberadaan amenitas ini juga akan memengaruhi lama tinggal wisatawan. Selain itu,
kebutuhan pentingnya lainnya adalah ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi yang menunjang amenitas.

c. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan akses para pengunjung ataupun wisata untuk berkunjung ke Pulau
Lembeh. Akses ini berupa akses informasi dan transportasi dengan penjelasan sebagai
berikut:
- Akses informasi direpresentasikan melalui ketersediaan informasi tentang daya tarik
destinasi wisata, fasilitas dan akomodasi yang dimiliki, informasi perjalanan, serta ragam
informasi lain yang dibutuhkan oleh wisatawan sebelum berkunjung ke Pulau Lembeh.
Akses informasi juga terkati dengan kegiatan prmosoi melalui saluran komunikasi online
seperti instagram, twitter, facebook, dan saluran offline seperti iklan di pesawat, bandara,
majalah, dan koran. Pada lokasi wisata di Pulau Lembeh sangat dibutuhkan akses
informasi dalam bentuk pembangunan pusat informasi wisatawan (Tourist Information
Center/TIC) yang memudahkan setiap wisatawan untuk bertanya dan memperoleh
informasi berkaitan dengan kegiatan pariwisata yang dilakukan di Pulau Lembeh.
- Akses transportasi merupakan ketersediaan moda transportasi seperti pesawat, kapal,
kereta api, bus atau transportasi lain untuk menjangkau lokasi wisata di Pulau Lembeh.
Selain transportasi itu juga dibutuhkan ketersediaan jalan yang berkualitas, papan
penunjuk arah dan jauh atau dekatnya jarak tempuh yang berpengaruh terhadap minat
wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Lembeh. Aksesibilitas merupakan kemudahan
untuk mencapai suatu tujuan yang terkait kenyamanan, keamanan, dan kepastian. Hal ini
menjadi aspek yang tidak boleh diabatikan dalam pengembangan Pulau Lembeh karena
semakin tinggi aksesibilitas maka semakin tinggi kemudahan wisatawan untuk
berkunjung.
Selain itu, potensi peningkatan permintaan perjalanan wisata pesiar untuk masuk ke
Indonesia memiliki potensi untuk diarahkan menuju Pulau Bunaken dan Pulau Lembeh.
Diharapkan dengan adanya kunjungan kapal pesiar dapat berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi lokal melalui transaksi jual-beli. Potensi tersebut tentu membuthkan
respon yang tepat melalui penyediaan infrastruktur yang berkualitas. Hal ini dikarenakan
ktersediaan fasilitas dan ukuran pelabuhan menjadi kunci kunjungan kapal pesiar di
Indonesia. Selain itu juga dibutuhkan fasilitas pendukung sebagai berikut:
- Gate imigrasi
- Karantina
- Ketersediaan BBM kapal pesiar
- Sistem air bersih
- Sistem pengolahan sampah
Proses pengembangan yang dilakukan oleh Pelabuhan Benoa Bali dapat menjadi rujukan
pembangunan pelabuhan di Pulau Lembeh. Diketahui bahwa Pelabuhan Benoa Bali
melakukan perluasan kapasitas hingga dapat menampung 3.500 orang dalam bangunan seluas
5.600 meter persegi. Pelabuhan Benoa Bali memiliki kedalaman dermaga hingga minus 12
meter LWS. Oleh karena itu, rencana pembangunan pelabuhan di Pulau Lembeh dapat
mengadaptasi ukuran tersebut agar dermaga pelabuhan dapat disandari kapal pesiar dengan
LOA (Length of All) /ukuran panjang lebih dari 350 meter. Pulau Lembeh dapat
dikembangkan menjadi home port cruise yang diharapkan bermanfaat bagi perekonomian di
Pulau Lembeh ataupun Bitung dan sekitarnya. Diasumsikan pada saat kapal pesiar bersandar
di pelabuhan maka akan menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. Para
wisatawan akan meningkatkan lama perjalanan dan menginap yang kemudian mendorong
aktivitas belanja, menginap di hotel, makan di restoran, hingga sewa kendaraan umum.

Anda mungkin juga menyukai