Anda di halaman 1dari 11

TUGAS JURNAL RCT

EFEKTIFITAS KOMBINASI OXYTOCIN MASSAGE DAN BREAST CARE DENGAN


PENDAMPINGAN SUAMI UNTUK PRAKTIK MENYUSUI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
ADRIANI MUTIA 2115302076
NISAUL KHOIRIAH 2115302085
TIA PUTRI ARIANI 2115302090

DIV KEBIDANAN 21.B

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

BUKTITINGGI

2021
CRITICAL APPRAISAL RCT
Langkah 1 : pertanyaan apa yang akan dijawab
Populasi/ masalah : Ibu menyusui
Intervensi : Oxytocin massage dan breast care
Comparison (kontrol) : Tanpa oxytocin massage dan breast care
Outcome(s) : Praktik menyusui

Langkah 2 : sebaik apakah penelitian ini dikerjakan? (validity internal)


Rekrutmen – Apakah subjek mewakili?
What is best? Where do I find the information?
Apakah kita mengetahui kelompok pasien Pada jurnal diketahui, sebagian ibu tidak
ini (lokasi, kriteria inklusi/ekslusi)? memberikan ASI secara eksklusif (6 bulan)
Idealnya, subjek harus berhubungan (atau dikarenakan banyak alasan. Rendahnya cakupan
kadang diacak), tapi proporsi pasien yang ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor
memenuhi syarat dan setuju terlibat harus yang keduanya berasal dari faktor ibu dan bayi.
diketahui Faktor yang banyak dilaporkan mempengaruhi
adalah proses pengeluaran ASI yang tidak
bermasalah setelah bayi lahir, tidak cukupnya
produksi ASI dan bayi yang mengalami kesulitan
menghisap puting susu ibunya. Satu hal yang
diyakini membantu produksi ASI adalah
stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin melalui
pijat oksitosin.
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment:
Alokasi – Apakah penempatan diacak dan disembunyikan?
What is best? Where do I find the information?
Pengacakan dengan computer terpusat Responden berdasarkan pendidikan,
adalah ideal dan sering dipakai dalam pekerjaan, paritas, IMT, kombinasi
percobaan multisenter. Percobaan yang pendampingan, dukungan keluarga, IMD,
lebih kecil mungkin menggunakan orang praktik menyusui
yang tidak terkait penelitian (missal
pegawai farmasi rumah sakit) untuk
menjaga pengacakan
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment:
Kelompok kelompok sebanding dengan awal percobaan?
What is best? Where do I find the information?
Jika proses pengacakan dilakukan dengan
baik yaitu dicapai kelompok yang
sebanding) maka semua kelompok akan
tampak serupa. Semakin mirip kelompok-
kelompok ini maka semakin baik. Harus
ada beberapa petunjuk apakah perbedaan
kelompok ini signifikan secara statistic
(missal nilai P)
This paper: Yes  No √ Unclear 
Comment:
Maintenance – Apakah kelompok – kelompok mendapat intervensi ko intervensi
yang sama?
What is best? Where do I find the information?
Selain dari intervensi, pasien dalam
kelompok yang berbeda harus
diperlakukan persis sama (missal
berkenaan dengan perlakuan tambahan
atau tes, pengukuran)
This paper: Yes  No √ Unclear 
Comment:
Apakah ada kecukupan tindak lanjut?
What is best? Where do I find the information?
Kehilangan pada tindak lanjut harus
diminimalisasi lebih baik kurang dari 20%.
Pasien juga harus dianalisis dalam grup
dimana mereka diacak
This paper: Yes  No √ Unclear 
Comment:
Pengukuran – Apakah subjek dan penilai disamarkan terhadap perlakuan yang
diterima atau apakah pengukurannya objektif?
What is best?
Untuk outcame objektif (missal kematian) penyamar kurang penting tapi untuk outcame
subjektif ( missal gejala fungsi) maka penyamar penilai outcame adalah sangat penting .
Where do I find the information?
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara eksperimen
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment:

Langkah 3 : Apa makna dari hasil penelitian?


Pengukuran apa yang dipakai dan seberapa besar efek perlakuan?
NNT (1/ARR)
Dapatkah efek yang terjadi disebabkan oleh faktor kebetulan?
P value : 0,757 Confident interval (CI) : 0.256

Kesimpulan
Validitas internal :
Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada populasi local. Karena pasien local dapat memenuhi
kriteria pada penelitian ini.
Hasil :
Ditinjau dari kombinasi oxytocin massage dan breast care dengan pendampingan suami, secara
deskriptif ditunjukan bahwa dari 60 responden, didapatkan 31 orang (53%) yang tidak mendapatkan
pendamping suami, sebanyak 29 orang (48)% yang mendapatkan pendamping suami.
Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

EFEKTIFITAS KOMBINASI OXYTOCIN MASSAGE DAN BREAST CARE DENGAN


PENDAMPINGAN SUAMI UNTUK PRAKTIK MENYUSUI

Legawati1, Nang Randu Utama2

1Program Studi Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya


2Program Studi Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Email korespondensi: legawati_poltekkes81@yahoo.com

Abstrak
Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI Eksklusiif
(tanpa tambahan apapun selama enam bulan) dan menyusui akan dilanjutkan sampai bayi
berusia 2 tahun atau lebih. Hal ini dikarenakan ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Berdasarkan data dari Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 bahwa AKB di Indonesia sebesar 32
kematian per 1000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan AKB yang
ditargetkan MDG’s 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas kombinasi Pijat Oksitosin dan Breast Care terhadap Praktik Menyusui di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
dengan pendekatan dengan rancangan randomized controlled trial (RCT), dimana penelitian
eksperimen bertujuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi atau merupakan penelitian
prosfektif. Berdasarkan hasil pengujian hubungan antara faktor kombinasi pijat oksitosin dan
perawatan payudara dengan pendampingan mempengaruhi praktik menyusui. Faktor lain yang
tidak berpengaruh adalah pendidikan, pekerjaan, paritas, Indeks Massa Tubuh, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD).

Kata Kunci : Breast Care, Pijat Oksitosin, Pendampingan Suami, Praktik Menyusui

Pendahuluan cakupan ASI eksklusiif di Indonesia.


Berdasarkan data dari Survei Meskipun aturan dan program sudah
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) disusun oleh pemerintah, tetapi cakupan ASI
tahun 2012 bahwa Angka Kematian Bayi eksklusiif ini masih jauh dari target nasional
(AKB) di Indonesia sebesar 32 kematian per 80% (Azriani dan Handayani, 2016).
1000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi The World Alliance for Breastfeeding
dibandingkan dengan AKB yang ditargetkan (WABA) tahun 2007, memperkirakan 1 juta
Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 bayi setiap tahunnya dapat diselamatkan bila
yaitu 23/1000 kelahiran hidup (Kemenkes, diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran,
2014). Salah satu faktor penyebab tingginya kemudian dilanjutkan ASI Eksklusiif sampai
AKB di Indonesia yakni pemberian ASI dengan usia 6 bulan. Di Brazil Selatan bayi-
eksklusiif kurang dari 6 bulan mencapai 54% bayi yang tidak diberi ASI mempunyai
yaitu pada usia dini 2-3 bulan, 13% bayi kemungkinan meninggal karena diare 14,2
dibawah 2 bulan telah diberikan susu kali lebih banyak daripada bayi yang diberi
formula dan 1 dari 3 bayi usia 2-3 bulan ASI Eksklusiif. Menurut World Health
telah diberikan makanan tambahan (Sentra Organization (WHO), setiap tahun terdapat
Laktasi Indonesia, 2012). 1-1,5 juta bayi didunia meninggal karena
ASI eksklusiif untuk bayi selama 6 tidak diberi ASI Eksklusiif (Latifah, dkk
bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta anak- 2015).
anak didunia, termasuk 22% Pada sebagian ibu tidak memberikan
mempertahankan kehidupan bayi setelah ASI secara eksklusif (6 bulan) dikarenakan
dilahirkan. Data dari UNICEF menunjukkan banyak alasan meliputi : ASI tidak keluar, ASI
bahwa menyusui eksklusiif dapat sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan
menurunkan Angka Kematian Ibu di sehari-hari bayinya, bayi kesulitan dalam
Indonesia. Beberapa peraturan ditetapkan menghisap dan keadaan puting susu ibu
oleh pemerintah untuk meningkatkan yang tidak menunjang. Produksi ASI pada

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 30


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

hari pertama setelah melahirkan dapat bulan dan meneruskan menyusui anak
disebabkan oleh rangsangan hormon sampai anak umur 24 bulan dengan
oksitosin dan prolaktin yang sangat mendapat makanan pendamping ASI yang
berperan dalam kelancaran produksi ASI bergizi dan sesuai dengan kebutuhannya.
(Isnaini dan Diyanti, 2015). Pemberian ASI eklusif dipengaruhi beberapa
Rendahnya cakupan ASI eksklusif hal seperti belum adanya peraturan tentang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang pemberian ASI Eksklusiif, belum
keduanya berasal dari faktor ibu dan bayi. maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi
Faktor yang banyak dilaporkan dan advokasi serta masih terbatasnya sarana
mempengaruhi adalah proses pengeluaran dan prasarana KIE ASI dan MP ASI. Cakupan
ASI yang tidak bermasalah setelah bayi lahir, ASI Eksklusiif masih dibawah target nasional
tidak cukupnya produksi ASI dan bayi yang pada tahun 2015 sebesar 41,9% (Dinkes
mengalami kesulitan menghisap puting susu Kota Palangka Raya, 2015).
ibunya. Satu hal yang diyakini membantu AKB di Kota Palangka Raya pada tahun
produksi ASI adalah stimulasi hormon 2015 tercatat 3/1000 kelahiran hidup.
prolaktin dan oksitosin melalui pijat Penyebab kematian diantaranya diare,
oksitosin (Azriani & Handayani, 2016). aspiksia berat, penyakit penyerta ISPA dan
Pengeluaran ASI merupakan suatu demam tinggi. Angka tersebut menurun
proses pelepasan hormon oksitosin untuk drastis dibandingkan tahun 2014 tercatat
mengalirkan air susu yang sudah diproduksi 11,1/1000 kelahiran hidup. Penurunan
melalui saluran dalam payudara. Pada angka kematian bayi secara signifikan,
sebagian ibu pengeluaran ASI bisa terjadi disebabkan beberapa hal, antara lain karena
dari masa kehamilan dan sebagian lainnya sistem pencatatan dan pelaporan yang
terjadi setelah persalinan. Permasalahan kurang intesif dari RS dan Klinik Swasta dan
pengeluaran ASI dini akan memberikan petugas puskesmas tidak aktif menjemput
dampak pada kesehatan dan kehidupan bayi bola ke RS dan klinik. Kesannya angka
selanjutnya (Isnaini dan Diyanti, 2015). kematian turun, namum fakta dilapangan
Usaha untuk merangsang hormon bisa naik dan perlu diamati secara intensif
prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah (Dinkes Kota Palangka Raya, 2015).
melahirkan selain memeras ASI bisa
dilakukan dengan melakukan perawatan Metode
payudara, pemijatan payudara. Pijat Penelitian ini merupakan penelitian
Oksitosin adalah pemijatan tulang belakang eksperimental dengan rancangan yang
pada costa (tulang rusuk ) ke 5-6 sampai ke digunakan randomized controlled trial (RCT).
scapula (tulang belikat) yang akan Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan
mempercepat kerja syaraf parasimpatis, bersama antara ibu yang dilakukan
saraf yang berpangkal pada medulla kombinasi breast care dan pijat oksitosin dan
oblongata dan pada daerah sacrum dari ibu yang hanya dilakukan breast care,
medulla spinalis, merangsang hipofise kemudian dilihat praktik menyusui eksklusiif
posterior untuk mengeluarkan okstotosin selama 1 bulan.
(Isnaini dan Diyanti, 2015). Menurut Latifah, dkk (2015)
Pijat oksitosin dilakukan untuk perbedaan rata-rata yang diinginkan dari
merangsang reflek okstosin atau let down dua kelompok intervensi adalah 31,44 dan
refleks. Sehingga diharapkan dengan standar deviasi yang didapatkan 6,75.
pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan Estimasi tingkat kepercayaan 95% ( 
kelelahan setelah melahirkan akan hilang. =0,05), power 95%, sehingga diperoleh
Jika ibu rileks dan tidakm kelelahan setelah sampel minimal yang diperlukan dengan
melahirkan dapat membantu merangsang perbandingan sampel tiap kelompok 1:1
pengeluaran hormon oksitosin (Albertina, yaitu masing-masing kelompok sebanyak 29
dkk 2015). orang. Dengan asumsi 10% hilang dari
Pemberian makanan pada bayi yang pemantauan, sehingga besar sampel untuk
baik dan benar adalah menyusui bayi secara masing-masing kelompok adalah 30 orang.
eksklusiif sejak lahir sampai dengan umur 6

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 31


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik n %
Pendidikan
Rendah 5 9
Menengah 14 23
Tinggi 41 68
Pekerjaan
Bekerja 14 23
Tidak Bekerja 46 77
Paritas
Primipara 35 58
Multipara 25 42
IMT Ibu
Normal 55 92
Gemuk 5 8
Kombinasi Pendampingan
Ya 29 48
Tidak 31 52
Dukungan Keluarga
Ya 41 19
Tidak 68 32
IMD
Ya 8 13
Tidak 52 87
Praktik Menyusui
Full Breastfeeding 25 42
Partial Breastfeeding 35 58
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat mendapatkan pendampingan suami.


disimpulkan bahwa sebagian besar (68%) Sebanyak 29 orang (48%) yang
responden berpendidikan menengah yakni mendapatkan pendampingan suami.
sebanyak 41 orang dan tidak bekerja Ditinjau dari dukungan keluarga,
sebanyak 46 orang (77%). secara deskriptif ditunjukkan bahwa dari 60
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan responden, didapatkan 19 orang (32%)
bahwa responden memiliki paritas yang tidak mendapatkan dukungan
primipara yakni sebanyak 35 orang (58%). keluarga. Sebanyak 41 orang (68%) yang
Responden yang multipara sebanyak 25 mendapatkan dukungan keluarga.
orang (42%). Ditinjau dari IMD, secara deskriptif
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan ditunjukkan bahwa dari 60 responden,
bahwa mayoritas responden dengan IMT didapatkan 52 orang (87%) yang tidak
normal yakni sebanyak 55 orang (92%). diberlakukan IMD. Sebanyak 8 orang (13%)
Responden yang gemuk sebanyak 5 orang yang diberlakukan IMD.
(8%). Ditinjau dari Praktik Menyusui, secara
Ditinjau dari kombinasi oxytocin deskriptif ditunjukkan bahwa dari 60
massage dan breast care dengan responden, didapatkan 25 orang (42%)
pendampingan suami, secara deskriptif yang full breastfeeding. Sebanyak 35 orang
ditunjukkan bahwa dari 60 responden, (58%) yang partial breastfeeding.
didapatkan 31 orang (52%) yang tidak

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 32


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

Tabel 2. Analisis Bivariat


Praktik Menyusui
Variabel Full Breastfeeding Partial Breastfeeding p-value
n % n %
Kombinasi Pendampingan
Ya 17 28,3 14 23,3
0,032
Tidak 8 13,3 21 35,0
Pendidikan
Rendah 3 5 2 3,3
Menengah 17 28,3 24 40,0 0,639
Tinggi 5 8,3 9 15,0
Pekerjaan
Tidak Bekerja 21 35,0 25 41,7
0,256
Bekerja 4 6,7 10 16,7
Paritas
Primipara 14 23,3 21 35,0
0,757
Multipara 11 18,3 14 23,3
IMT
Normal 24 40,0 31 51,7
0,305
Gemuk 1 1,7 4 6,7
IMD
Tidak 22 36,7 30 30
0,797
Ya 3 5,0 5 8,3
Dukungan Keluarga
Tidak 12 20,0 7 11,7
0,022
Ya 13 21,7 28 46,7
Sumber : Data Primer, 2018

Pada hasil pengujian hubungan antara bahwa tidak terdapat hubungan antara
faktor kombinasi oxytocin massage dan dukungan suami dengan prilaku menyusui
breast care pendampingan suami dengan eksklusiif. Tidak terdapatnya hubungan
praktik menyusui, ibu yang menyusui suami dengan prilaku ibu untuk
partial breastfeeding, didominasi oleh ibu memberikan ASI eksklusiif dikarenakan
yang tidak dilakukan pendampingan suami suami tidak memiliki pengetahuan yang
yakni sebanyak 17 orang (28.3%). cukup mengenai ASI eksklusiif.
Sedangkan pada ibu menyusui full Penelitian ini tidak sejalan dengan
breastfeeding, didominasi oleh ibu yang penelitian lain yang dilakukan oleh
dilakukan pendampingan suami sebanyak Mardiyiningsih (2011) yang menyatakan
21 orang (45%). Dengan menggunakan uji bahwa kombinasi tekhnik marmet dan pijat
Chi-Square didapatkan p-value sebesar oksitosin akan berpeluang 11,5 kali lebih
0.032 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa besar untuk mempunyai produksi ASI lebih
adanya hubungan signifikan antara lancar di bandingkan dengan kelompok
kombinasi pendampingan dengan praktik kontrol.
menyusui, dimana ibu yang tidak dilakukan Penelitian lain yang dilakukan oleh
pendampingan suami lebih cenderung Mawaddah (2016) menyatakan bahwa
partial breastfeeding. kombinasi pijat oksitosin dan perawatan
Hasil penelitian Oktalina,dkk (2015) payudara efektif meningkatkan produksi
menyatakan bahwa diantara ibu yang tidak ASI pada ibu post SC yang menjadi indikasi
memperoleh dukungan suami, sebesar adalah frekuensi BAK, frekuensi menyusui
47,4% menyusui eksklusiif. Sedangkan dan lama tidur bayi. Dimana ibu yang
diantara ibu yang memperoleh dukungan diberlakukan pijat oksitosin dan perawatan
suami, sebesar 69% menyusui eksklusiif. payudara, bayinya memiliki frekuensi BAK
Hasil analisis phi correlation menunjukkan

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 33


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

lebih sering, menyusui lebih sering dan Penelitian lain yang dilakukan oleh
lama tidur lebih lama Rahmawati (2017) menyatakan bahwa
Menurut penelitian lain yang pendidikan berhubungan dengan tekhnik
dilakukan Muliani (2016) yang menyatakan menyusui yang akan berpengaruh pada
bahwa adanya intervensi yang berupa praktik menyusui dengan nilai p=0,029
pemberian kombinasi massase depan (p<0,05). Sebagian responden masih salah
(breast care) dan massase belakang (pijat dalam melakukan teknik menyusui.
oksitosin) dapat mempengaruhi Pendidikan ibu khususnya akan
peningkatan produksi ASI pada ibu mempengaruhi status gizi keluarga
menyusui 0-3 bulan. terutama gizi anak. Semakin tinggi tingkat
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pendidikan ibu maka pengetahuan gizi ibu
dilakukan oleh Futuciyah (2013) akan lebih baik dibandingkan dengan ibu
menemukan tentang terdapat hubungan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah
perawatan payudara dengan metode breast (Hedianti, dkk 2017).
care dapat meningkatkan produksi ASI yang Pada hasil pengujian hubungan antara
signifikan melalui rangsangan pemijatan faktor paritas dengan praktik menyusui, ibu
dan massase pada otot-otot payudara yang menyusui full breastfeeding,
secara langsung sehingga menyebabkan didominasi oleh primipara yakni sebanyak
kontraksi sel-sel myoepitel dan 14 orang (23.3%). Demikian juga pada ibu
menyebabkan ASI keluar dengan lancar menyusui partial breastfeeding, didominasi
pada saat bayi menyusu dengan ibunya. oleh ibu primipara sebanyak 21 orang
Menurut Risani (2013) persentase (35%). Dengan menggunakan uji chi square
responden yang pengeluaran ASI-nya lancar didapatkan p-value sebesar 0.757 (p>0.05)
lebih tinggi pada responden yang diberi yang menunjukkan bahwa tidak ada
perlakuan pijat oksitosin, dibandingkan hubungan signifikan antara paritas dengan
dengan responden yang tidak diberi praktik menyusui.
perlakuan pijat okstiosin. Penelitian yang dilakukan oleh
Muliani (2016) menyatakan bahwa Rahmawati (2017) menyatakan bahwa
adanya intervensi yang berupa pemberian tidak terdapat hubungan yang bermakna
kombinasi massase depan (breast care) dan antara paritas dengan tekhnik menyususi
massase belakang (pijat oksitosin) dapat (p=0,904).
mempengaruhi peningkatan produksi ASI Pada hasil pengujian hubungan antara
pada ibu menyusui 0-3 bulan. faktor pekerjaan dengan praktik menyusui,
Berdasarkan hasil pengujian ibu yang menyusui full breastfeeding,
hubungan antara faktor pendidikan dengan didominasi oleh ibu yang tidak bekerja
praktik menyusui, ibu yang menyusui full yakni sebanyak 21 orang (35%). Demikian
breastfeeding, didominasi oleh ibu dengan juga pada ibu menyusui partial
pendidikan tingkat menengah yakni breastfeeding, didominasi oleh ibu ibu yang
sebanyak 17 orang (28,3%). Demikian juga tidak bekerja sebanyak 25 orang (41.7%).
pada ibu menyusui partial breastfeeding, Dengan menggunakan uji chi square
didominasi oleh ibu dengan pendidikan didapatkan p-value sebesar 0.256 (p>0.05)
tingkat menengah sebanyak 24 orang yang menunjukkan bahwa tidak ada
(40%). Dengan menggunakan uji chi square hubungan signifikan antara pekerjaan
didapatkan p-value sebesar 0.639 (p>0.05) dengan praktik menyusui.
yang menunjukkan bahwa tidak ada Penelitian lain yang dilakukan oleh
hubungan signifikan antara tingkat Rahmawati (2017) menyatakan bahwa
pendidikan dengan praktik menyusui. pekerjaan tidak berhubungan dengan
Penelitian yang dilakukan oleh tekhnik menyusui yang akan berpengaruh
Hastuti, dkk (2015) menyatakan bahwa pada praktik menyusui dengan nilai
tidak terdapat hubungan yang bermakna p=0,311 (p<0,05). Penelitian ini
antara pendidikan dan ASI eksklusiif. menemukan bahwa ibu yang tidak bekerja
Terdapat beberapa faktor lain yang memiliki waktu luang lebih banyak
mempengaruhi pemberian ASI eksklsuif dibandingkan ibu yang bekerja dalam
terutama pengalaman menyusui. kegiatan praktik menyusui terutama ibu

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 34


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

yang banyak berpartisipasi penuh dalam hubungan antara BMI Pre Pregnancy dengan
dunia pekerjaan yang mempengaruhi insiasisi menyusui sehingga dilakukan akan
kemandirian dalam menyusui. mempengaruhi bagaimana proses menyusui
Pada hasil pengujian hubungan antara bayi selanjutnya.
faktor IMD dengan praktik menyusui, ibu Penelitian lain dilakukan oleh Massov,
yang menyusui full breastfeeding, L (2015) melibatkan wanita overweight dan
didominasi oleh ibu yang tidak obesitas menyatakan bahwa terdapat
diberlakukan IMD yakni sebanyak 22 orang kesulitan tantangan pada proses menyusui
(36.7%). Demikian juga pada ibu menyusui sehingga perlu dilakukan motivasi dan
partial breastfeeding, didominasi oleh ibu minat yang kuat untuk mempertimbangkan
yang tidak diberlakukan IMD sebanyak 30 kesehatan bayinya sehingga proses
orang (50%). Dengan menggunakan uji chi menyusui dapat dilakukan. Kesulitan
square didapatkan p-value sebesar 0.797 perempuan dalam proses perlekatan awal
(p>0.05) yang menunjukkan bahwa tidak akan mempengaruhi waktu pemberian susu
ada hubungan signifikan antara IMD dengan formula lebih awal.
praktik menyusui. Pada hasil pengujian hubungan antara
Penelitian lain yang dilakukan oleh faktor dukungan keluarga dengan praktik
Legawati, dkk (2011) menyatakan bahwa menyusui, ibu yang menyusui full
terdapat hubungan yang bermakna antara breastfeeding, didominasi oleh ibu yang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan praktik mendapatkan dukungan keluarga yakni
menyusui penuh (full breastfeeding) di Kota sebanyak 13 orang (21.7%). Demikian juga
Palangka Raya dengan melibatkan ibu hamil pada ibu menyusui partial breastfeeding,
yang ada di wilayah 2 puskesmas Pahandut didominasi oleh ibu mendapatkan
dan Tangkiling. dukungan keluarga sebanyak 28 orang
Bayi yang diberikan kesempatan (46.7%). Dengan menggunakan uji chi
untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini square didapatkan p-value sebesar 0.022
(IMD) kemungkinan besar akan berhasil (p<0.05) yang menunjukkan bahwa adanya
mendapatkan ASI Eksklusiif lebih tinggi hubungan signifikan antara dukungan
dibandingkan dengan bayi yang tidak keluarga dengan praktik menyusui, dimana
diberlakukan IMD (Roesli, 2012). Isapan ibu yang mendapatkan dukungan keluarga
yang dilakukan bayi dapat mempengaruhi lebih banyak praktik menyusui partial
kadar hormon prolaktin dimana hormon breastfeeding.
prolaktin dapat merangsang kelenjar susu Penelitian yang dilakukan oleh
untuk memproduksi ASI. Semakin sering ibu Hedianti, dkk (2017) sejalan dengan
menyusui bayi dan semakin sering bayi penelitian ini, menyatakan bahwa terdapat
menghisap, maka hormon prolaktin akan hubungan yang bermakna antara dukungan
meningkat dan produksi ASI juga akan informasional, dukungan penilaian dan
meningkat (Yuliarti, 2010). dukungan emosional dengan pemberian ASI
Pada hasil pengujian hubungan antara eksklusif, akan tetapi hasilnya berbeda
faktor IMT dengan praktik menyusui, ibu untuk hubungan dukungan instrumental
yang menyusui full breastfeeding, tidak terdapat hubungan yang bermakna
didominasi oleh ibu yang memiliki IMT dengan pemberian ASI eksklusif. Anggota
normal yakni sebanyak 24 orang (40%). keluarga yang paling berperan adalah suami
Demikian juga pada ibu menyusui partial dan orang tua. Keberhasilan menyusui
breastfeeding, didominasi oleh ibu yang dapat dipengaruhi oleh keluarga karena
memiliki bayi normal sebanyak 31 orang keluarga merupakan orang terdekat yang
(51.7%). Dengan menggunakan uji chi dapat mempengaruhi emosi dan prilaku ibu
square didapatkan p-value sebesar 0.305 dalam memberikan ASI eksklusif. Keadaan
(p>0.05) yang menunjukkan bahwa tidak emosi ibu dapat mempengaruhi terjadinya
ada hubungan signifikan antara IMT ibu let down reflek.
dengan praktik menyusui. Penelitian Oktalina, dkk (2017)
Penelitian yang mendukung dilakukan menyatakan bahwa terdapat hubungan
sebelumnya Thompson et al (2012) antara dukungan keluarga dengan prilaku
menyatakan bahwa tidak terdapat menyusui eksklusif, namum tidak terdapat

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 35


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

hubungan yang bermakna antara dukungan Manisrenggo, Kabupaten Klaten. JKKI


suami dengan prilaku menyusui eksklusif. Vol 6 (4).
Dukungan keluarga sebagai faktor penguat Hedianti, DA., Sumarmi, S dan Muniroh, L
dapat memotivasi ibu untuk berprilaku (2015) Dukungan Keluarga dan
menyusui eksklusif. Diharapkan seluruh Praktik Pemberian ASI Eksklusiif di
anggota keluarga untuk dapat memberikan Puskesmas Pucang Sewu. Jurnal
dukungan kepada ibu untuk menyusui Kesehatan Masyarakat Universitas
bayinya secara eksklusif. Airlangga.
Isnani N dan Rama D (2015) Hubungan Pijat
Kesimpulan Oksitosin pada ibu nifas terhadap
Berdasarkan hasil penelitian yang pengeluaran asi diwilayah kerja
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan puskesmas raja basa indah bandar
bahwa praktik menyusui ditemukan lampung, Jurnal Kebidanan 1(2).
tertinggi pada kelompok partial Kosova et al., 2016. The Effect on Lactation
breastfeeding. of Back Massage Permormed in the
Early Postpartum Period. Turkey :
Daftar Pustaka Journal of Basic And Applied
Albertina M, Melly dan Shoufiah R (2015) Reasearch.
Hubungan Pijat Oksitosin dengan Latifah J, Wahid A dan Agianto (2015).
kelancaran produksi ASI pada ibu Perbandingan Breast care dan pijat
postpartum seksio cesarea hari ke 2- oksitosin terhadap produksi ASI pada
3. Journal Husada Mahakam 9(2):452- ibu postpartum normal. DK 1(3):34-
521. 43.
Andriani, SLA., Apriyatmoko, R dan Lestari, Legawati, Djasuki, D dan Julia M (2011)
P (2016). Perbedaan Efektifitas Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
Masase Payudara dan Pijat Oksitosin terhadap Praktik Menyusui di Kota
terhadap Produksi Air Susu pada Ibu Palangka Raya. Jurnal Gizi Klinik
Post Partum di Wilayah Kerja Indonesia. Vol 4 (6).
Puskesmas Brangsong 02 Kabupaten Mardiyaningsih E,Setyowati dan Sabri L
Kendal. (2011) Effectiveness of Combination
Azriani D dan Handayani S (2016) The of Marmet Technique and Oxytocin
Effect of Oxytocin Massage on Breast Massage to Breast Milk Production on
Milk Production. Dama International Post Cesarean Section Women at
Journal of Research (DIJR), 8 (1), 47- Central Java Hospitals. Jurnal
50. Keperawatan Soedirman, Vol 6 (1).
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Depkes & Mawaddah, S (2016) Efektifitas Pijat
ORC Macro (2012), Survey demografi Oksitosin dan Perawatan Payudara
dan kesehatan Indonesia (SDKI). terhadap Kelancaran Produksi ASI
Jakarta. pada Ibu Post Sectio Cesarea di RSAD
Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya (2015) Wira Bhakti Mataram Tahun 2015.
Profil Kesehatan Kota Palangka Raya. Media bina Ilmiah.
Palangka Raya. Moberg, KS and Prime, DK (2013) Oxytocin
Endah SN dan Masdinarsih I (2011) effects in mother and infants during
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap breastfeeding, infant 6 (9) :201-206.
pengeluaran kolostrum pada ibu Muliani, RH (2016). Perbedaan Produksi ASI
postpartum diruang kebidanan rumah Sebelum dan Sesudah dilakukan
sakit muhamadiyah Bandung, Jurnal Kombinasi Metode Massase Depan
Kesehatan Kartika.. (Breast Care) dan Massase Belakang
Hastuti, Bw., Machfudz, S dan Febriani, TB (Pijat Oksitosin) pada Ibu Menyusui 0-
(2015). Hubungan Pengalaman 3 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Menyusui dan Tingkat Pendidikan Ibu Kesamiran Kabupaten Tegal.
dengan Pemberian ASI Eksklusiif di Oktalina, O., Muniroh, L dan Adiningsih, S
Kelurahan Barukan, Kecamatan (2015) Hubungan Dukungan Suami
dan Dukungan Keluarga dengan

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 36


Volume 9 Nomor 1 Mei 2019 DOI : 10.33486/jk.v9i1.58

Pemberian ASI Eksklusiif pada ibu Sulaeman, ES., Yunita, FA., Khotitah, Yuneta,
anggota kelompok pendukung ASI Wijayanti, YRAN, Setyawan, H.,
(KP-ASI). Media Gizi Indonesia. Vol 10 Rinawati, S dan Utari CrS (2016) The
(64-70). Effect of Oxytocin Massage on The
Rahayuningsih T, Mudigdo A dan Murti Postpartum Mother on Breastmilk
Bhisma (2016). Effect of Breast Care Production in Surakarta Indonesia.
and Oxytocin Massage on Breast Milk International Conference on Health
Production: A Study in Sukoharjo and Well Being (ICHWB).
Provincial Hospital, Journal of WHO (2004) Nutrition: Exclusive
Maternal and Child Health, 1(2): 123- breastfeeding. Available
131. from:<www.CAH-Exclusive
Rahmawati, NI (2017) Pendidikan Ibu Breastfeeding.htm> [Accessed: 4
berhubungan dengan Tekhnik December 2006].
Menyusui pada Ibu menyusui yang Wilopo, S.A. (2009) Pola, tren, dan
memiliki Bayi Usia 0-12 bulan. perbedaan praktik menyusui di
Indonesian Journal of Nursing and Indonesia: analisis deskriptif peran
Midwifery. modernisasi dan budaya tradisional
Sastroasmoro,S dan Ismael, S. (2011) Dasar- dari data survei demografi kesehatan
dasar Metodologi Penelitian Klinis Indonesia 2007. Jurnal Gizi Klinik
Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto. Indonesia , 6(1):42-51.

Jurnal Kebidanan, pISSN 2252-8121, eISSN 2620-4894 37

Anda mungkin juga menyukai