Anda di halaman 1dari 13

1.

Kajian dan Evaluasi Peraturan Perundang Undangan

a. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan

Jenis dan Hierarki peraturan perundangan menurut pasal 7 Undang-


undang RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan adalah sebagai berikut :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.

Jenis Peraturan Perundang-undangan selain hal tersebut diatas yaitu


meliputi mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan Perundang-undangan tersebut diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dalam melakukan


penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan angkutan jalan perintis
berupa Peraturan Menteri Perhubungan, harus mengikuti kaedah-kaedah
teknik dan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana telah
dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 1
b. Sinkronisasi dan Harmonisasi Rancangan Peraturan Menteri Dengan
Peraturan Perundang-Undangan Lainnya

Dasar penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana


Peraturan Menteri Perhubungan tentang Grand Design Transportasi Pulau
Lembeh, sudah barang tentu harus mendasari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Selain itu alasan kebutuhan atau keperluan
terhadap pedoman teknis penyelenggaraan angkutan jalan perintis ini juga
harus dapat dijelaskan. Untuk itu sinkronisasi dan harmosasi rancangan
Peraturan menteri ini harus mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi serta peraturan perundang-undangan sejajar lainnya,
sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomr 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5025);
3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
6) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5468);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 260,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5594);
8) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian negara, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 273);

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 2
9) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
10) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tetang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1113);
11) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 tentang
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum Dalam Trayek (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1585);
12) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Angkutan Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
306).

2. Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan nilai-nilai moral atau etika dari bangsa


Indonesia. Moral dan etika pada dasarnya berisi nilai-nilai yang baik,
merupakan pandangan dan cita hukum bangsa Indonesia berakar pada
Pancasila yang dijunjung tinggi, didalamnya terkandung nilai kebenaran,
keadilan dan kesusilaan serta berbagai nilai lainnya yang dianggap baik
dalam menata kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebagai pengaktualisasian nilai kebenaran, keadilan yang terkandung pada
Pancasila tersebut merupakan dasar dalam melakukan pembentukan an
perubahan suatu peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Undang-undang selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan


(ideal norm) oleh suatu masyarakat menuju cita-cita luhur kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang hendak diarahkan. Karena itu,
undangundang dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita kolektif
suatu masyarakat tentang nilai-nilai luhur yang hendak diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan undang-undang yang
bersangkutan dalam kenyataan. Oleh sebab itu, cita-cita sebagai landasan
filosofis yang terkandung dalam undang-undang itu hendaklah sejalan
dengan cita-cita filosofis yang dianut masyarakat bangsa Indonesia itu
sendiri. Karena itu, dalam konteks kehidupan bernegara, Pancasila sebagai

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 3
falsafah bangsa Indonesia haruslah menjadi landasan filosofis yang
terkandung di dalam setiap undang-undang yang dibuat, termasuk
peraturan daerah tentang penyelenggaraan transportasi darat, dan tidak
boleh melandasi diri berdasarkan falsafah hidup bangsa dan negara lain.

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas maka landasan filosofis dalam
melakukan penyusunan Grand Design Transportasi Pulau Lembeh
dilandasi oleh tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Kementerian
Perhubungan untuk dapat menyelenggaraan transportasi yang efektif dan
efisien, menjangkau seluruh pelosok wilayah, dengan selamat, aman,
nyaman, tertib, lancar dan teratur.

b. Landasan Sosiologis

Dalam rangka menata kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara


tidak hanya bermakna filosofis, tetapi juga bermakna sosiologis. Dimana
kehidupan di dalam masyarakat sebetulnya berpedoman pada suatu aturan
yang oleh sebagian besar masyarakat dipatuhi dan ditaati karena
merupakan pegangan baginya. Hubungan antar manusia serta antara
manusia dan masyarakat atau kelompoknya, diatur oleh serangkaian nilai-
nilai dan kaidah yang lama kelamaan melembaga menjadi adat istiadat.

Jadi sejak dilahirkan didunia ini manusia telah mulai sadar bahwa dia
merupakan bagian dari kesatuan manusia yang lebih besar dan lebih luas
lagi dan bahwa kesatuan manusia tadi memiliki kebudayaan. Selain itu,
manusia sebetulnya telah mengetahui bahwa kehidupan mereka dalam
masyarakat pada hakikatnya diatur oleh bermacam-macam aturan atau
pedoman. Dengan demikian, seorang awam secara tidak sadar dan dalam
batas-batas tertentu dapat mengetahui apa yang sebenarnya menjadi objek
atau ruang lingkup dari kehidupan sehari-harinya, salah satunya adalah
dalam hal penyelenggaraan transportasi.

Penyelenggaraan transportasi darat diatur oleh Undang-undang dan


memberi kesempatan bagi seseorang untuk menuntut dilaksanakan hak-
hak yang dimilikinya dan yakin ada aturan-aturan dan pola-pola yang
mengatur interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat berdasakan
pada struktur sosial, proses-proses sosial, perubahan sosial dan budaya.

Memperhatikan proses-proses peradilan, konsep-konsep keadilan yang


berlaku dalam masyarakat sebagai pengendali sosial, dan bahasa yang
dipakai dan kerangka pemikiran dalam menafsirkan pasal-pasal dalam
peraturan perundangan dalam masyarakat dengan struktur sosial yang
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 4
berbeda dapat menimbulkan salah persepsi. Hal ini yang menjadi landasan
untuk perlu dilakukannya penyusunan peraturan daerah tentang
penyelenggaraan transportasi darat.

Menyadari efek suatu peraturan perundang-undangan di dalam masyarakat


merupakan salah satu usaha untuk mengetahui apakah undang-undang
tersebut berfungsi atau tidak. Suatu peraturan perundang-undangan yang
dikatakan baik, belum cukup apabila hanya memenuhi persyaratan
persyaratan filosofis dan yuridis saja, karena secara sosiologis peraturan
tadi juga harus berlaku. Hal ini bukan berarti setiap peraturan perundang-
undangan harus segera diganti apabila ada gejala bahwa peraturan tadi
tidak hidup. Peraturan perundang-undangan tersebut harus diberi waktu
agar meresap dalam diri masyarakat. Apabila sering terjadi pelanggaran-
pelanggaran (tertentu) terhadap suatu peraturan perundang-undangan,
maka hal itu belum tentu berarti peraturan tersebut secara sosiologis tidak
berlaku dalam masyarakat.

Dalam perspektif landasan sosiologi kenyataannya bermanfaat dalam hal :


1) Berguna untuk memberi kemampuan-kemampuan bagi pemahaman
terhadap undang-undang dalam konteks sosial.
2) Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan kemampuan-
kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektivitas
undangundang dalam masyarakat baik sebagai srana pengendali
sosial, sarana untuk mengubah masyarakat dan sarana untuk mengatur
interaksi sosial agar mencapai keadaan sosial tertentu.
3) Memberikan kemungkinan-kemungkinan serta kemampuan untuk
mengadakan evaluasi terhadap efektivitas undang-undang dalam
masyarakat.

Setiap norma hukum yang dituangkan dalam undangundang haruslah


mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum
yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu,
harus dirumuskan dengan baik pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
empiris sehingga sesuatu gagasan normatif yang dituangkan dalam
undang-undang benar-benar didasarkan atas kenyataan yang hidup dalam
kesadaran hukum masyarakat.

Orientasi pemikiran sosiologis antara lain menunjukkan adanya


perkembangan dinamika masyarakat, dan kecenderungan penilaiannya
terhadap pengalaman empiris pada peraturan penyelenggaraan
transportasi sebelumnya. Suasana masyarakat terutama wilayah Pulau
Lembeh, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, ingin mendapat pelayanan
Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 5
transportasi yang menghubungkan wilayah mereka dengan wilayah
perkotaan. Dimasa yang akan datang diharapkan perkembangan ekonomi
akan meningkat, harga-harga kebutuhan pokok di wilayah Pulau Lembeh,
akibat layanan transportasi yang lebih optimal.

c. Landasan Yuridis

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Perundang-Undangan Transportasi


yaitu UU Nomor 24 Tahun 2006 tentang Jalan, UU No 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, UU
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, maka menuntut
kepada Kementerian Perhubungan Republik Indoneisa untuk dapat
menyelenggarakan transportasi dengan optimal, efisien dan efektif baik
dalam skala nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. Peraturan Menteri
Perhubungan tetang Grand Design Transportasi Pulau Lembeh,
dimaksudkan untuk dapat menyelenggarakan transportasi di Pulau Lembeh
dengan optimal, efisien dan efektif.

3. Jangkauan, Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi


Muatan

a. Rumusan Grand Design Transportasi Pulau Lembeh

Kebijakan Grand Design Transportasi Pulau Lembeh ini, akan sangat


bergantung pada visi dan misi yang akan ditetapkan. Karakteristik wilayah,
potensi sumber daya serta permasalahan mendasar yang dihadapi, akan
mempengaruhi terbentuknya visi pengembangan Grand Design
Transportasi Pulau Lembeh. Dari karakteristik sumber daya Pulau Lembeh
dan program kerja Pemerintah untuk menjadikan KEK Bitung dan IHP
Bitung sebagai pusat perekonomian dan logistik, serta KEK Likupang
menjadi salah satu destinasi unggulan di Indonesia, maka visi dari Grand
Desain Transportasi Pulau Lembeh adalah ”Mengintegrasikan jaringan
transportasi untuk mendorong sektor industri dan pariwisata dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi”.

Pencapaian VISI dari Grand Desain Transportasi di Pulau Lembeh tersebut


akan dapat dilakukan dengan MISI sebagai berikut :
1) Meningkatnya profesionalitas dan sinergisitas antar stakeholders
transportasi, industri dan pariwisata.

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 6
2) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas jaringan prasarana dan
pelayanan transportasi.
3) Meningkatnya smart packaging pariwisata baik dari sisi marketiing dan
desain packaging.
4) Meningkatnya kualitas dan kuatitas fasilitas pendukung pariwisata.
5) Meningkatnya produktivitas investasi dan masyarakat.
6) Meningkatnya lalu lintas barang dan jasa.

Adapun program aksi dari Grand Desain Transportasi Pulau Lembeh


tersebut adalah sebagai berikut. :
1) Program peningkatan capacity SDM
2) Pembentukan TASK FORCE
3) Program peningkatan jaringan prasarana transportasi
4) Program peningkatan jaringan pelayanan transportasi
5) Program peningkatan dan pengembangan international event
6) Program peningkatan marketing dan promotion
7) Program pembangunan fasilitas dan akomodasi pariwisata
8) Program pembangunan fasiitas industri dan logistik
9) Program pengembangan teknologi digital kreatif
10) Program pengembangan kerjasama KPBU

Turunan dari program aksi dalam mencapai VISI dan MISI Grand Design
Transportasi Pulau Lembeh ini, secara lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 7
Tabel :
Program Kegiatan Grand Design Transportasi di Pulau Lembeh Bitung Provinsi Sulawesi Utara

JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG PENANGGUNG


NO PROGRAM DAN KEGIATAN
2020-2030 2030-2040 2040-2060 JAWAB
I Peningkatan kapasitas SDM stakeholders transportasi, industri dan pariwisata
1 Pelatihan implementasi 3A (Accessibility, Attraction dan Amenity) dalam pengembangan pariwisata √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
2 Pelatihan manajemen transportasi multimoda √ √ √ Kementerian Perhubungan
3 Pelatihan teknik perencanaan integrasi transportasi antar moda √ √ √ Kementerian Perhubungan
4 Pelatihan manajemen pengelolaan terminal cruise √ √ √ Kementerian Perhubungan
5 Pelatihan teknik perencanaan cable car (kereta gantung) √ √ √ Kementerian Perhubungan
6 Pelatihan teknik perencanaan people mover √ √ √ Kementerian Perhubungan
7 Pelatihan teknik desain paket pariwisata √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
8 Pelatihan teknik perencanaan marketing dan promosi wisata √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
9 Pelatihan manajemen pengelolaan sport event international √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
10 Pelatihan manajemen pengelolaan festival dan parade pariwisata √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
11 Pelatihan manajemen pengelolaan international musik konser √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
12 Pelatihan teknik perencanaan commercial hub √ √ √ Kementerian PUPR
13 Pelatihan teknik perencanaan cultural hub √ √ √ Kementerian PUPR
14 Pelatihan teknik perencanaan social hub √ √ √ Kementerian PUPR
15 Pelatihan teknik perencanaan green hub √ √ √ Kementerian Kehutanan dan Lingkungan
16 Pelatihan teknik perencanaan logistic hub √ √ √ Kementerian Perhubungan
17 Pelatihan teknik perencanaan industrial hub √ √ √ Kementerian Perindustrian
18 Pelatihan manajemen pengelolaan commercial hub √ √ √ Kementerian BUMN
19 Pelatihan manajemen pengelolaan cultural hub √ √ √ Kementerian BUMN
20 Pelatihan manajemen pengelolaan social hub √ √ √ Kementerian BUMN
21 Pelatihan manajemen pengelolaan green hub √ √ √ Kementerian BUMN
22 Pelatihan manajemen pengelolaan logistic hub √ √ √ Kementerian BUMN
23 Pelatihan manajemen pengelolaan industrial hub √ √ √ Kementerian BUMN
24 Pelatihan pola interaksi maysarakat dengan tourism √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
25 Pelatihan peluang masyarakat sebagai pelaku usaha jasa transportasi √ √ √ Kementerian Perhubungan
26 Pelatihan peluang masyarakat sebagai pelaku usaha jasa pariwisata √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
27 Pelatihan peluang masyarakat sebagai pelaku usaha turunan dari sektor industri pengolahan √ √ √ Kementerian Perindustrian
II Pembentukan TIM GUGUS TUGAS Grand Desain Transportasi Pulau Lembeh
1 Penyiapan konsep kelembagaan √ Kementerian PPN/Bappenas
2 Penyiapan konsep KPBU √ Kementerian PPN/Bappenas
3 Pembentukan Badan Pengelola Pulau Lembeh √ Kementerian PPN/Bappenas
4 Penyusunan masterplan pengembangan aksesbilitas Pulau Lembeh √ Kementerian Perhubungan
5 Penyusunan masterplan pengembangan atraksi Pulau Lembeh √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
6 Penyusunan masterplan pengembangan amenitas Pulau Lembeh √ Kementerian PUPR
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 8
Tabel :
Program Kegiatan Grand Design Transportasi di Pulau Lembeh Bitung Provinsi Sulawesi Utara

JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG PENANGGUNG


NO PROGRAM DAN KEGIATAN
2020-2030 2030-2040 2040-2060 JAWAB
III Peningkatan jaringan prasarana transportasi
1 Pembangunan Pelabuhan Cruise √ Kementerian Perhubungan
2 Pembangunan Pelabuhan Fery √ Kementerian Perhubungan
3 Pembangunan Jalur Kereta Gantung (cable car) yang menghubungkan Commercial Hub-Tugu Trikora-Patung Yesus √ Kementerian Perhubungan
4 Pembangunan Bandara International Lembeh √ Kementerian Perhubungan
5 Pembangunan Jalur People Mover dari Pelabuhan Fery-Bandara International Lembeh √ Kementerian Perhubungan
6 Pembangunan Jembatan Tol Lembeh-Bitung √ Kementerian PUPR
7 Peningkatan Jalan Pulau Lembeh :
e Jalan Lingkar Selatan menjadi 4/2 D, dengan lebar badan jalan 2 x 7,0 meter √ Kementerian PUPR
f Jalan Lingkar Tengah menjadi 2/2 UD, dengan lebar badan jalan 2 x 3,5 meter √ Kementerian PUPR
g Jalan Lingkar Utara menjadi 2/2 UD, dengan lebar badan jalan 2 x 3,5 meter √ Kementerian PUPR
h Jalan Pengumpan menjadi 2/2 UD, dengan lebar badan jalan 2 x 2,5 meter √ Kementerian PUPR
8 Pengembangan Pelabuhan IHP Bitung (perluasan terminal petikemas ke Pelabuhan Fery) √ Kementerian Perhubungan
9 Pembangunan Pelabuhan International Berikat KEK Bitung, sebagai bagian dari perluasan IHP Bitung √ Kementerian Perhubungan
10 Pembangunan Jalan Akses Khsus Pelabuhan IHP Bitung-Pelabuhan Berikat KEK Bitung √ Kementerian Perhubungan
11 Pembangunan Jalur Kereta Api Manado-Bitung √ Kementerian Perhubungan
IV Peningkatan Jaringan Pelayanan Transportasi
1 Penyelenggaraan shuttle bus khusus Jembatan Tol Lembeh-Bitung (bus medium, 28 seat) √ Pemerintah Kota Bitung
2 Penyelenggaraan angkutan umum Pulau Lembeh :
a Buslane Lingkar Selatan (bus micro, 16 seat) √ Pemerintah Kota Bitung
b Buslane Lingkar Tengah (mobil penumpang umum, 8 seat) √ Pemerintah Kota Bitung
c Buslane Lingkar Utara (mobil penumpang umum, 8 seat) √ Pemerintah Kota Bitung
d Angkutan Feeder Buslane (mobil lingkungan tenaga listrik, 4 seat) √ Pemerintah Kota Bitung
3 Pengembangan pelayanan angkutan penyeberangan :
a Lembeh-Ternate √ Kementerian Perhubungan
b Lembeh-Melonguane √ Kementerian Perhubungan
c Lembeh-Likupang √ Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
d Lembeh-Davao √ Kementerian Perhubungan
e Lembeh-Bitung (wisata) √ Pemerintah Kota Bitung
f Lembeh Circle - Keliling Pulau Lembeh (wisata) √ Pemerintah Kota Bitung
4 Pengembangan layanan angkutan udara :
a Lembeh-Beijing √ Kementerian Perhubungan
b Lembeh-Shanghai √ Kementerian Perhubungan
c Lembeh-Guangzhou √ Kementerian Perhubungan
d Lembeh-Xiamen √ Kementerian Perhubungan
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 9
Tabel :
Program Kegiatan Grand Design Transportasi di Pulau Lembeh Bitung Provinsi Sulawesi Utara

JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG PENANGGUNG


NO PROGRAM DAN KEGIATAN
2020-2030 2030-2040 2040-2060 JAWAB
e Lembeh-Hong Kong √ Kementerian Perhubungan
f Lembeh-Tokyo √ Kementerian Perhubungan
g Lembeh-Seoul √ Kementerian Perhubungan
h Lembeh-Sidney √ Kementerian Perhubungan
i Lembeh-Melbourne √ Kementerian Perhubungan
j Lembeh-Auckland √ Kementerian Perhubungan
k Lembeh-Davao √ Kementerian Perhubungan
l Lembeh-Bangkok √ Kementerian Perhubungan
m Lembeh-Kualalumpur √ Kementerian Perhubungan
n Lembeh-Singapore √ Kementerian Perhubungan
V Peningkatan dan pengembangan international event
1 Penyelenggaraan international sport event :
a Tour De Lembeh √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
b Grand Prix Motor Cross √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
c Down Hill Bike √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
d Fishing Game √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
2 Penyelenggaraan international festival :
a Lembeh Carnival √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
b Lembeh Flora Festival √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
c Lembeh Culiner Festival √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
d Lembeh Art and Culture Festival √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
3 Penyelenggaraan international music concert :
a Asia Pacific Singer √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
b Europe America Singer √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
4 Pengembangan wisata alam (spot diving, snorkling, dll.) √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
5 Pengembangan wisata belanja √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
6 Pengembangan wisata hutan mangrove dan hutan lindung √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
7 Pengembangan wisata heritage (Museum Perjuangan Trikora) √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
8 Pengembangan wisata Lembeh Icon (Patung Yesus Memberkati) √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
VI Peningkatan marketing dan ppromosi
1 Mengangkat duta wisata Lembeh dari kalangan artis international (Julia Robert-Cinta Laura, Angelina Jolie-Agnes Monica) √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
2 Promosi intensif di iklan televisi :
a China √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
b Jepang √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
c Korea √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 10
Tabel :
Program Kegiatan Grand Design Transportasi di Pulau Lembeh Bitung Provinsi Sulawesi Utara

JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG PENANGGUNG


NO PROGRAM DAN KEGIATAN
2020-2030 2030-2040 2040-2060 JAWAB
d Autralia √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
e New Zeland √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
3 Promosi intensif di penyelenggara wisata kapal cruise baik di Asia, Eropa maupun Amerika √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
4 Aktif mengikuti pameran penyelenggaraan destinasi wisata dunia untuk mengenalkan Pulau Lembeh di International Forum √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
5 Kerjasama promosi dengan KBRI di negara-negara potensial asal wisatawan √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
6 Produksi iklan dengan bintang artis negara potensial wisatawan untuk mengajak datang ke Lembeh :
a China √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
b Jepang √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
c Korea √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
d Autralia √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
e New Zeland √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
VII Peningkatan fasilitas dan akomodasi pariwisata
1 Pembangunan commercial hub Lembeh
a Hotel Bintang 5, 4, 3, dengan kapasitas minimal 5,000 kamar) √ Kementerian PUPR
b Pusat perbelanjaan dengan branded international dan branded lokal, minimal 500 tenant √ Kementerian PUPR
c Exhibition hall dengan kapasitas minimal 3.000 orang √ Kementerian PUPR
2 Pembangunan cultural hub (kapaistas minimal 3.000 orang) √ Kementerian PUPR
3 Pembangunan social hub (minimal 3 stage) √ Kementerian PUPR
4 Pembangunan green hub (minimal 70% dari luas Pulau Lembeh) √ Kementerian PUPR
VIII Peningkatan fasilitas industri dan logistik
1 Pembangunan digital hub (minimal 20 hektar) √ Kementerian Perindustrian
2 Pengembangan KEK Bitung menjadi 2.500 hektar √ √ Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
3 Pengembangan logistic hub minimal 50 hektar √ √ Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
IX Program Pengembangan Teknologi Digital Kreatif
1 Pengembangan Start Up - TRANSTOURISM yang berisi segala informasi gabungan accessibility-attraction-amenity √ √ √ Kementerian Perhubungan
2 Pengembangan City Check In Pesawat Banadara International Lembeh di Pelabuhan Fery Likupang √ √ √ Kementerian Perhubungan
3 Pengembangan sistem manajemen e-logistic √ √ √ Kementerian Perhubungan
4 Pengembangan sistem manajemen e-seaport √ √ √ Kementerian Perhubungan
5 Pengembangan sistem manajemen e-airpor √ √ √ Kementerian Perhubungan
6 Pengembangan sistem manajemen e-bus √ √ √ Kementerian Perhubungan
7 Pengembangan sistem manajemen e-tourism √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
8 Pengembangan sistem manajemen e-amenity √ √ √ Kementerian PUPR
X Pengembangan kerjasama KPBU
1 Penyelenggaraan KPBU untuk pengembangan accessibility √ √ √ Kementerian Perhubungan
2 Penyelenggaraan KPBU untuk pengembangan attraction √ √ √ Kementerian Pariwisata dan Ekraf
3 Penyelenggaraan KPBU untuk pengembangan amenity √ √ √ Kementerian
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 11
b. Evaluasi Kesesuaian Rumusan Grand Design Transportasi dengan
Rencana Peraturan Menteri

Mengacu pada rumusan yang ada pada Grand Design Transportasi yang
melibatkan paling tidak 3 (tiga) kementerian yaitu Kementerian
Perhubungan (Accessibity, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Attraction) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Aminity), maka konsep Peraturan Menteri Perhubungan tidak akan
mempunyai daya tekan dan daya dorong terhadap 2 (dua) kementerian
lainnya. Oleh karenanya, disarankan untuk dilakukan pembahsan lebih
mendalam tentang hal ini, dan bisa ditingkatkan menjadi PERATURAN
PRESIDEN (PERPRES).

Kertas Kerja
ASISTEN AHLI HUKUM KK - 12

Anda mungkin juga menyukai