Penelaah :
Copyright 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan
................................................................................................ V DAFTAR
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran....................................................................................... 2
C. Peta Kompetensi ............................................................................................. 2
D. Ruang Lingkup................................................................................................. 3
E. Saran Cara Penggunaan Modul ......................................................................
4
A. Tujuan ..............................................................................................................
5
B. Indikator Pencapaian Kompetensi................................................................... 5
C. Uraian Materi ................................................................................................... 6
D. Aktifitas Pembelajaran ...................................................................................
19
E. Latihan/Tugas ................................................................................................
20
F. Rangkuman.................................................................................................... 22
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................... 22
A. Tujuan ............................................................................................................
23
B. Indikator Pencapaian Kompetensi................................................................. 23
C. Uraian Materi ................................................................................................. 23
D. Aktifitas Pembelajaran ...................................................................................
44
1
E. Latihan/Tugas ................................................................................................
44
F. Rangkuman.................................................................................................... 45
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................... 45
A. Tujuan ............................................................................................................
47
2
B. Indikator Pencapaian Kompetensi................................................................. 47
C. Uraian Materi ................................................................................................. 47
D. Aktifitas Pembelajaran ................................................................................... 67
E. Latihan/Tugas ................................................................................................ 67
F. Rangkuman.................................................................................................... 69
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................... 70
A. Tujuan ............................................................................................................ 71
B. Indikator Pencapaian Kompetensi................................................................. 71
C. Uraian Materi ................................................................................................. 72
D. Aktifitas Pembelajaran ................................................................................... 83
E. Latihan/Tugas ................................................................................................ 84
F. Rangkuman.................................................................................................... 86
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................... 87
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran, penyampaian materi
pembelajaran, dan kepribadianya diharapkan semakin meningkat, sehingga
mampu membangun suasana pembelajaran yang produktif, kreatif dan inovatif,
yakni suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu lulusan.
Kemampuan didaktik menjadi titik sentral peningkatan pembelajaran dan perlu
terus dikembangkan secara profesional. Hal ini sejalan dengan Undang-undang
Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa : “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah”.
Mata pelajaran fisika yang merupakan salah satu aspek dari ilmu pengetahuan
alam yang untuk memahaminya membutuhkan penalaran dan penjelasan secara
mikroskopis (Nelson, 2012). Untuk menyelesaikan permasalahan dibutuhkan
suatu solusi, yang mana penyelesaian masalah adalah satu proses dimana
pelajar menggunakan pengetahuan, kemahiran, dan kepahaman yang mereka
peroleh atau pelajari untuk memenuhi kehendak suatu keadaan yang tidak biasa
(Lin, 2010).
Pembelajaran dengan strategi, cara atau metode yang tepat, akan memberikan
dampak atau efek yang positif dalam kemampuan berfikir siswa (Nakhas,
2010)
1
dan kemampuan pemecahan masalah belajar siswa (Marini, 2010). Metode
penyampaian materi oleh pengajar berperan besar dalam membentuk
pandangan siswa terhadap pelajaran fisika. Media pembelajaran dan metode
pembelajaran yang inovatif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi atau
minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
dapat:
1. Menerapkan persamaan optika geometri dalam berbagai persoalan fisika.
2. Menyajikan pengetahuan pemantulan, pembiasan, dan alat optik.
3. Menerapkan prosedur percobaan optika geometri
4. Menerapkan prosedur percobaan alat optik
5. Menganalisis perhitungan optika geometri
C. Peta Kompetensi
D. Ruang Lingkup
PEMANTULAN CAHAYA
Pengertian cahaya
Sinar istimewa pada cermin lengkung Pembentukan
bayangan pada cermin lengkung Pemanfaatan cermin
lengkung dalam kehidupan sehari-hari
OPTIK FISIS
a. Prinsip Huygens
b. Interferensi dua celah sempit, celah banyak, dan kisi
difraksi c. Spektroskopi
d. Difraksi celah persegi
e. Interferensi lapisan tipis
f. Interferometer Michelson
a. Mata
b. Daya akomodasi dan cacat mata
c. Kamera
d. Lup
e. Mikroskop
f. Teropong
A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi Pemantulan Cahaya ini,
peserta diharapkan dapat;
1. Menjelaskan pengertian cahaya
2. Menjelaskan sifat-sifat cahaya
3. Menjelaskan pemantulan cahaya dan hukum pemantulan
4. Menjelaskan pemantulan pada cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung
5. Menjelaskan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung
dan cermin cembung
C. Uraian Materi
Pada umumnya, benda-benda yang ada di alam dan lingkungan sekitar kita
pada khususnya dapat kita lihat karena ada sesuatu yang terpantul atau
dipantulkan oleh benda-benda tersebut. Bentuk tulisan pada kertas, majalah,
koran, dan benda-benda disekitarnya dapat dengan mudah kita lihat. Jika Anda
masuk ke sebuah ruangan yang gelap (tanpa ada penerangan), maka tentu saja
benda- benda tersebut sudah tidak dapat terlihat lagi, meskipun benda-benda itu
tetap berada di tempatnya. Mengapa terjadi hal yang demikian?
1. Cahaya
Panca indera yang dimiliki oleh manusia sangat penting untuk menikmati
keindahan kehidupan manusia. Salah satu indera tersebut adalah indra
penglihatan. Indra penglihatan sangat penting bagi manusia, karena
memberikan sebagian besar informasi mengenai dunia. Hal ini tidak lain karena
adanya cahaya yang memasuki mata kita. Bagaimana perilaku cahaya sehingga
kita bisa melihat semua yang kita lakukan?
Pada gambar 1.4 ditunjukkan penampakan sinar pagi terlihat saat cahaya
matahari pagi menembus pepohonan di semak-semak dekat rumah,
tampak bahwa cahayamerambat lurus.
Bayang-bayang akibat sumber cahaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Bayang-bayang umbra (gelap), adalah daerah atau ruang gelap di belakang
benda yang tidak tembus cahaya yang sama sekali tidak dilalui oleh
cahaya. Maka disebut juga bayang-bayang inti.
2. Bayang-bayang penumbra(kabur), adalah daerah atau ruang gelap di
belakang benda tidak tembus cahaya yang masih dilalui oleh sebagian
cahaya. Disebut juga bayang-bayang tambahan.
Benda di sekitar lingkungan kita dibagi menjadi dua berdasarkan sifat ditembus
cahaya. Pertama, benda-benda bening bahkan dapat ditembus cahaya.
Misalnya, kaca jendela rumah kita. Pantulan sinar matahari dapat masuk ke
ruang tamu rumah kita sehingga ruang tamu tersebut menjadi terang, walaupun
ketika itu lampu tidak dinyalakan. Benda-benda bening ini biasanya dinamakan
benda transparans. Kedua, benda yang dapat meneruskan sebagian cahaya
yang datang dan menyebarkan sebagian cahaya yang lainnya. Benda seperti ini
dinamakan benda transluens atau benda tembus cahaya. Contohnya beberapa
jenis plastik
a. Cermin Datar
Permukaan cermin datar sangat halus dan memiliki permukaan yang datar pada
bagian pemantulannya, biasanya terbuat dari kaca. Di belakang kaca dilapisi
logam tipis mengilap sehingga tidak tembus cahaya. Pemantulan yang terjadi
pada cermin datar disebut dengan pemantulan teratur.
Pemantulan tidak selalu terjadi pada permukaan yang licin dan datar.
Adakalanya cahaya dipantulkan oleh permukaan yang kasar, atau biasanya
dinamakan pemantulan baur (Gambar 8.5di bawah). Walaupun pemantulan
baur tidak dikehendaki ketika kita berniat untuk melihat bayangan diri kita, akan
tetapi pemantulan baur juga sangat berguna dalam kehidupan. Anda perhatikan
bahwa pada sebuah ruangan, meskipun lampu pada ruangan tersebut
tidak dinyalakan, tetapi ruang tersebut cukup terang pada siang hari. Ini
disebabkan cahaya matahari dipantulkan oleh benda-benda di sekitar ruangan
tersebut.
3). Jumlah Bayangan Yang Dibentuk oleh Dua Buah Cermin Datar
Apabila sudut apit dua buah cermin datar besarnya diubah-ubah, maka
secara empiris jumlah bayangan yang dihasilkan memenuhi hubungan:
o
360
m = 1, jika = genap
360o
n m
o
m = 0, jika 360 = ganjil
b. Cermin Lengkung
Cermin lengkung ada dua jenis yaitu cermincembung dan cemin cekung.
Pertama-tama yang perlu diketahui adalah daerah di sekitar cermin lengkung.
Daerah ini dibagi menjadi empat ruang. Perhatikan pembagian ruang ini pada
Gambar 1.7.
Bagian-bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu utama (C-O), titik
pusat kelengkungan cermin (2F atau R), titik pusat bidang cermin (O), jari-jari
kelengkungan cermin (R), titik fokus / titik api (F), jarak fokus (F) dan
bidang focus.
Menurut dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat
diberi nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF diberi nomor ruang I, sepanjang
FC diberi nomor ruang II, lebih jauh dari C diberi nomor ruang III dan dari O
masuk ke dalam cermin diberi nomor ruang IV. Ruang I sampai III ada di depan
cermin cekung (daerah nyata) dan ruang IV ada di belakang cermin cekung
(daerah maya). Ruang-ruang di sekitar cermin ini juga dibagi menjadi dua lagi
yaitu daerah di depan cermin bersifat nyata dan di belakang cermin
bersifat maya.
Coba anda amati apa persamaan dan perbedaan dari cermin cekung dan cermin
cembung.Pembagian ruang pada cermin cekung itu dibatasi oleh cermin (titik O),
titik R atau 2F (titik pusat kelengkungan) dan titik F (titik fokus). Jarak OF sama
dengan FR atau F-2F sehingga berlaku hubungan:
F = (1/2) R
dengan F = jarak fokus cermin dan R = jari-jari
kelengkungan
c. Cermin Cekung
Cermin cekung ialah cermin yang berbentuk lengkung seperti bagian tengah
bola yang dibelah menjadi dua bagian. Cermin cekung bersifat
mengumpulkan cahaya (konvergen), artinya jika berkas cahaya sejajar melalui
suatu permukan cermin cekung, berkas cahaya tersebut akan dipantulkan
melalui satu titik yang sama.
Titik berkumpulnya sinar-sinar pantul disebut titik fokus atau titik api yang
terletak di sumbu utama. Cara melukis sinar-sinar pantulnya tetap menggunakan
hukum pemantulan cahaya
Gambar 1 8 Hukum Pemantulan Cahaya
Apabila sinar-sinar yang datang ke cermin cekung tidak sejajar sumbu utama,
maka berkas-berkas sinar pantul akan berpotongan di satu titik yang tidak
terletak pada sumbu utama. Oleh cermin sinar-sinar tersebut akan dipantulkan
tidak melalui fokus melainkan melewati suatu titik tertentu pada bidang fokus
utama seperti tampak pada gambar berikut
(1 (2 (3
E. Benda AB tepat di titik fokus maka sinar-sinar yang datang dari benda
dipantulkan oleh cermin cekung sejajar sumbu utama sehingga tidak
terbentuk bayangan, atau sering juga dikatakan bahwa bayangan
benda berada di jauh tak terhingga.
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi cermin
lengkung, baik itu dari kondisi fisik maupun sifat umum lainnya. Membuat
rambu- rambu menentukan bayangan dari berbagai keadaan dengan
menggunakan alat ukur yang tepat.
b).
c).
4. Sebutkan tiga contoh penggunaan cermin cekung dalam kehidupan
sehari-hari!
5. Sebuah benda terletak di depan cermin cekung yang mempunyai panjang
fokus 10 cm, jika jarak benda ke cermin 15 cm, tentukan perbesaran
bayangan!
6. Lukiskan diagram pembentukan bayangan pada cermin cembung, serta
tentukan pula sifat-sifat bayangan benda yang terbentuk!
7. Cermin cembung mempunyai panjang fokus 20 m. Jika sebuah benda
diletakkan 10 cm di depan cermin tersebut. Berapa jarak bayangan ke
cermin?
8. Mengapa untuk kaca spion mobil digunakan cermin cembung dan bukan
cermin datar?
9. Sebuah benda setinggi 1,2 cm diletakkan 2 cm didepan sebuah cermin
lengkung yang berjari-jari 8 cm. Tentukan letak, ukuran bayangan yang
terjadi serta sifatnya, jika cermin yang digunakan adalah:
(a) cekung
(b) cembung
10. Sebuah cermin cembung dengan jari-jari kelengkungan
100 cm digunakan untuk memantulkan cahaya dari sebuah
benda yang diletakkan 75 cm di depan cermin.
Tentukan letak bayangan, perbesaran bayangan dan
sifat bayangan yang terjadi!
11. Sebuah benda diletakkan 36 cm di depan sebuah cermin cembung
yang memiliki jari-jari kelengkungan 14,4 cm. Tentukan jarak,
perbesaran dan sifat bayangan yang terjadi!
12. Sebuah benda diletakkan di muka sebuah cermin yang jari -jari
kelengkungannya 12 cm. Bayangan yang dihasilkan adalah tegak dan
¼ kali besar benda. Berapakah jarak benda ke cermin?
13. Sebuah benda setinggi 6 cm diletakkan di depan sebuah Cermin
Cembung pada jarak fokusnya 10 cm, jarak benda 25 cm, Tentukan :
a. Letak bayangan
b. Perbesaran bayangan
c. Tinggi bayangan
F. Rangkuman
1. Sumber cahaya adalah benda yang bisa menghasilkan cahaya. Sumber
cahaya dibedakan menjadi dua yakni sumber cahaya alami adalah
benda yang dapat memancarkan cahayanya sendiri, seperti matahari,
api dan bioluminesens. Dan sumber cahaya buatan adalah benda yang
dapat memancarkan cahaya akibat suatu proses tertentu.
2. Pada pemantulan, berkas cahaya yang datang mengenai suatu benda
disebut sinar datang, sedangkan berkas cahaya yang meninggalkan
benda (dipantulkan) disebut sinar pantul.
3. Berkas cahaya yang dipantulkan bergantung pada jenis permukaan
benda.
Bila cahaya mengenai permukaan kasar maka cahaya akan di pantulkan
secara tersebar yang disebut dengan pemantulan baur. Namun, bila
cahaya mengenai permukaan yang mulus maka cahaya akan dipantulkan
secara teratur yang disebut dengan pemantulan teratur.
4. Pemantulan teratur banyak dimanfaatkan seperti pada kaca spion dan
pembuatan berlian. Benda yang dapat memantulkan cahaya secara
teratur akan kelihatan mengkilap, sedangkan benda yang memantulkan
cahaya secara baur akan kelihatan redup.
A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan materi optik fisis ini, peserta diharapkan
dapat;
1. Menerapkan perambatan gelombang prinsip Huygens
2. Menerapkan prinsip interferensi pada dua celah
sempit
3. Menerapkan interferensi celah banyak, kisi difraksi, dan penggunaan
dalam spektroskopi
4. Menerapkan difraksi cahaya celah persegi dan oleh celah bukaan
melingkar
5. Menerapkan gejala inteferensi pada lapisan
tipis
6. Menerapkan interferometer Michelson dan penggunaannya
dalam pengukuran panjang secara teliti
C. Uraian Materi
1. Perambatan Cahaya
Menurut prinsip Huygens setiap titik pada gelombang cahaya dapat dianggap
sebagai pusat gelombang baru (sekunder) yang memancarkan gelombang baru
ke sagala arah dengan cepat rambat yang sama dengan cepat rambat
gelombang. Hal ini dapat menjelaskan proses pemantulan cahaya melalui
visualisasi sebagai berikut:
Gambar 2 1 Pemantulan Gelombang
Pada gambar 2.1 terlihat bahwa muka-gelombang datang AA’ menabrak bidang
pantul MM’. Posisi muka gelombang pada selang waktu t dapat dicari dengan
menerapkan asas Huygens. Dengan sejumlah titik pada AA’ sebagai pusat,
dapat ditarik sejumlah gelombang sekunder pada radius vt, dimana v adalah
cepat rmbat gelombang di medium 1. Gelombang sekunder yang muncul di
dekat ujung atas AA’ menyebar tanpa penghalang dan membentuk muka
gelombang yang baru yaitu garis OB. Namun gelombang sekunder yang berada
di dekat ujung bawah AA’ terhalang bidang pantul, seandainya bidang pantul
ditiadakan maka gelombang sekunder yang muncul adalah sepanjang garis BB”.
Sudut ɸ adalah sudut antara sinar datang dengan permukaan bidang pantul
yang selanjutnya disebut dengan sudut datang. Begitu pula dengan r yang
merupakan sudut antara sinar pantul dengan bidang pantul selanjutnya
disebut dengan sudut pantul. Berikut adalah visualisassi sinar datang dan sinar
pantul untuk mengetahui hubungan antara sudut datang dan sudut pantul.
Dari titik O ditarik garis OP = vt yang tegak lurus terhadap garis AA’. Kemudian
dari titik A ditarik garis AQ sepanjang vt yang tegak lurus terhadap garis sinar
pantul OB. Maka didapatkan dua buah segitiga siku-siku yang sebangun, yaitu
APO dan AQO (AQ = OP dan AO berhimpit) sehingga sudut ɸ sama dengan
sudut r. sudut datang sama dengan sudut pantul.
2. Interferensi pada Dua Celah Sempit
Interferensi adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya atau
lebih yang menimbulkan pola gelombang yang baru.Interferensi dapat bersifat
membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua
gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan
dari kedua gelombang tersebut.Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180
derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.
Satu sumber cahaya, dilewatkan pada dua celah sempit, sehingga cahaya
yang melewati kedua celah itu, merupakan dua sumbeer cahaya baru.
atau
Keterangan :
p = jarak dari terang/gelap ke-m dengan terang pusat
(meter)
d = jarak kedua sumber cahaya/celah (meter)
l = jarak antara sumber cahaya dengan layar (meter)
m = bilangan (1,2,3…dst)
-10
l = panjang gelombang (meter, atau Amstrong A0 = 1.10 meter)
atau
3. Kisi Difraksi
Kisi difraksi adalah alat optik dengan banyak celah. Fungsinya sebagai
alat spektroskopi untuk melihat spektrum gelombang misalnya cahaya. Gejala
difraksi cahaya merupakan suatu peristiwa pelenturan gelombang cahaya ketika
melalui suatu celah sempit, sehingga gelombang cahaya tampak melebar
pada tepi celah. Bila jumlah celah itu banyak (N), maka disebut kisi difraksi
dengan lebar celah dan jarak antar celah teratur.
a
b
Bila suatu berkas monokromatik dijatuhkan pada kisi, maka akan terjadi
penguraian warna oleh kisi akibat panjang gelombang tiap komponen tidak
sama, sehingga pola intensitas yang dihasilkan terdiri dari sederetan
jumbai (pita) interferensi. Spektrum orde pertama akan terdiri atas 6 garis,
demikian juga dengan spektrum orde lainnya.
Gambar 2 10 Spektrum yang Dihasilkan jika Sinar Putih Ditujukan pada Kisi
Gelombang
datang Gelombang difraksi
λ C Layar
Jarak pisah antar celah adalah d, dan beda lintasan antara dua celah
yang berdekatan adalah :
δ = d sin θ, d = a
Bila jumlah celah N makin banyak, ternyata lebar pita makin sempit,
sehingga pola yang dihasilkan pada layar mengandung sederetan garis-garis
terang yang tajam yang dihasilkan oleh maksimum-maksimum utama dari
pola interferensi dan intensitas maksimum sekunder sangat lemah dan efeknya
bisa diabaikan. Garis (pita) yang sangat tajam terjadi bila beda lintasan cahaya
antara dua celah berturut-turut a sin θ sama dengan kelipatan bulat panjang
gelombang yang
ditentukan oleh persamaan:
a sin n. atau sin n / a di mana n = 0, 2, 3, ..........
1,
Tetapi intensitasnya dimodulasi oleh pola difraksi. Dalam hal ini, n disebut
bilangan kuantum urutan (order number) dari garis-garis difraksi. Untuk n = 0
adalah sama dengan garis pusat. Persamaan ini identik dengan
persamaan untuk lokasi intensitas maksimum pada celah ganda di mana n = 1
menyatakan orde ke satu atau garis terang pertama; n = 2 menyatakan orde ke
dua atau garis terang ke dua. Ternyata kedudukan garis-garis difraksi ini hanya
ditentukan oleh λ/a serta tidak menggores garis-garis halus pada kaca dengan
menggunakan intan. Untuk kisi yang sangat halus, biasanya digunakan
transparansi fotografi yang bisa berisikan 10.000 garis per satuan sentimeter.
Kisi ini dinamakan kisi transmisi. Kisi dapat juga dibuat dengan menggores
permukaan logam disebut kisi pemantulan. Dengan mengetahui banyak garis
per sentimeter, kita dapat menentukan jarak antar celah (tetapan kisi d) jika
terdapat N garis per satuan panjang misalnya 10.000 garis per satuan
sentimeter, maka tetapan kisi (d)
adalah kebalikannya.
1 1 4
d 10 cm (23)
N 10000 garis p er
cm …………………………
4. Difraksi Frounhofer
a. Difraksi Frounhofer oleh Sebuah Celah Persegi
Dengan meninjau sebuah celah persegi yang sangat sempit dan panjang, maka
efek dari sisi celah dapat ditiadakan. Sinar datang juga diasumsikan sejajar dan
datang tegak lurus pada bidang celah. Menurut prinsip Huygens, bila
semua sinar datang jatuh pada celah, semua titik-titik pada bidang celah akan
menjadi
sumber-sumber gelombang sekunder, memancarkan gelombang baru yang
disebut gelombang difraksi.
Suatu gelombang datar jatuh pada celah yang lebarnya a, dan sinar yang lewat
celah ditangkap pada layar, ditunjukkan pada Gambar 2.12. Bila layar pandang
pada jauh tak berhingga atau sebuah lensa diletakkan di belakang celah untuk
memfokuskan sinar-sinar sejajar di layar, maka pola difraksi itu disebut dengan
difraksi Fraunhofer. Bila jarak layar itu dekat dan tidak menggunakan
lensa,
maka pola difraksi itu disebut difraksi
Fresnel.
Gelombang
datang P
L r1
r2
a a’ b P
½λ
Celah Layar
Pasangan sinar-sinar sejajar yang mendatar (tidak tampak pada gambar 2.12)
yang muncul dari celah akan difokuskan di P o. Oleh karena sinar-sinar
pada celah fasenya sama, maka ketika tiba di P o juga akan memiliki fase yang
sama, sehingga titik pusat pola difraksi yang terjadi di layar memiliki intensitas
maksimum.
Jika kita pandang sinar-sinar lain yang membentuk sudut , sinar-sinar ini tiba
di
1
P1 pada layar. Beda lintasan sinar r1 dan r2 adalah bb’. Bila bb’ = , maka r1
2
dan r2sampai di P 1 akan berlawanan fase, sehingga terjadi interferensi
maksimum. Demikian pula antara sinar dari b dan sinar dari ujung bawah celah,
akan terjadi keadaan yang sama. Jadi, titik di P1 akan menjadi pola difraksi
minimum pertama, dan akan memiliki intensitas nol. Berdasarkan Gambar 5,
diperoleh:
b
sin b sin (minimum pertama)
2 2
Berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa untuk panjang gelombang
tertentu, makin besar celah b maka sudut makin kecil, dan makin sempit celah
b maka sudut makin besar atau daerah maksimum pusat makin luas.
Jika celah dibagi menjadi empat bagian dan tiap sinar datang dari tepi atas
masing-masing seperti pada Gambar 2.13, kemudian dipilih sudut
sedemikian,
1
sehingga aa’ = , sehingga sinar r1 dan r2 saling meniadakan di P2 . Demikian
2
pula halnya dengan sinar r3 dan r4 akan saling meniadakan di P 2. Jadi,
syarat untuk terjadi minimum adalah:
b
sin b sin 2 (minimum kedua)
4 2
Gelombang
datang P
L r1
r2 r
3 P
r4
a
θ b P
θ
Celah Layar
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Berdasarkan Gambar 2.14 yang perlu dicatat bahwa pola maksimum pusat
memiliki lebar dua kali lebar pola maksimum sekundernya. Untuk menghitung
distribusi intensitas yang ditunjukkan Gambar 2.14. dapat dilakukan dengan
membagi celah tersebut dalam celah-celah yang sangat sempit Δx,
seperti
ditunjukkan Gambar 2.15 berikut:
Gelombang
datang P
L
A
Δx
θ a P
θ
B
Δx = sin
Celah Layar
C
½ P
o
Q
0
d
2
A
B
2
s
i
n
yang juga menyatakan sudut yang dibentuk oleh jejari CO dan CP, dengan
demikian amplitudo resultan dapat dinyatakan dengan persamaan:
2QP 2 sin b sin
2 sin 1
2
Untuk pengamatan yang tegak lurus ( = 0), maka semua vektor do adalah
sejajar, dengan demikian amplitudo resultannya sama dengan panjang
OP
dinyatakan dengan Eo, yaitu:
2 b sin
o OP
b sin
sin
o
b sin
b sin
2
sin
sin u
2
II I I o
o b sin u
b
di mana u sin . Dari persamaan terakhir diatas dapat ditunjukkan
bahwa
intensintas gelombang yang teramati sama dengan nol terjadi bila u = n , atau
bsin n yang sesuai dengan persamaan diatas kecuali untuk n = 0 karena
u
sin u
u 0 1 . Intensitas maksimum dari pola difraksi yang dihasilkan
dapat
dI
0 , karena intensitas maksimum
du
ditentukan dari nilai u yang sesuai dengan
ini berkaitan dengan nilai-nilai u, maka intensitas maksimum terjadi secara
berurutan akan menjadi semakin kecil. Untuk yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan harga b , titik-titik nol pertama dari intensitas
gelombang
dari kedua sisi maksimum utama dikaitkan dengan sudut pengamatan
ditentukan
dengan mengambil n 1 yaitu:
sin Persamaan ini dapat dilukiskan dengan Gambar 2.17
b
=/b
=/b
Sumb
Sumb
Jika gelombang datang dari dua sumber terpisah S 1 dan S2 yang melewati celah
yang sama dalam dua arah yang berbeda, membentuk sudut , seperti
ditunjukkan Gambar 2.18 Pola difraksi yang dihasilkan kedua gelombang adalah
saling tumpang tindih. Pola difraksi kedua gelombang dapat dibedakan bila
maksimum utama dari satu gelombang jatuh pada titik nol pertama pola difraksi
gelombang kedua. Dengan demikian dari persamaan diatas dan Gambar
2.16
sudut haruslah:
yang menyatakan daya pemisah sebuah celah menurut aturan Rayleigh.
b
Pada kasus ini, tepi lensa dianggap sebagai suatu celah, sehingga cahaya yang
berasal dari sumber titik ketika melalui lensa akan disebarkan sesuai pola
difraksi. Oleh karena itu, sumber benda titik bayangannya akan dibentuk
menjadi suatu pola difraksi kecil. Pola difraksi yang dihasilkan celah melingkar
adalah berupa piringan terang di pusat dikelilingi oleh cincin gelap dan
terang
bergantian, seperti ditunjukkan pada Gambar
2.19.
D=2
lensa (D) atau memilih panjang gelombang ( ) yang lebih pendek. Cara
ini efektif digunakan untuk mengurangi efek difraksi pada mikroskop. Hal
yang
dilakukan adalah dengan memilih cahaya ultraviolet atau elektron sebagai
pengganti cahaya.
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar pantul
ke-
1 dan sinar pantul ke-2 adalah
Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua
sinar
menjadi: ΔS = 2nd cos r
fase , ΔS menjadi
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi
Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi
berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan merupakan
gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika
perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan 360°, maka gelombang akan
sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif).
Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo masing-masing
gelombang. Jika perbedaan fasenya 180° atau bilangan ganjil kali 180°, maka
gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara saling
melemahkan (interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan merupakan
perbedaan amplitudo masing-masing gelombang.
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola.Jarak lintasan yang lebih panjang akan
mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda
panjang lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi
konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh l/4
yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan l/2 maka akan terlihat
pola gelap.
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran, Anda hendaknya mampu menerapkan konsep
optik fisis dalam praktikum. Anda membuat perencanaan untuk praktikum cara
menggunakan spektroskopi dan interferometer, kisi difraksi dengan tujuan agar
Anda mampu menerapkan semua konsep optik fisis.
E. Latihan/Tugas
1. Percobaan Thomas Young, celah ganda berjarak 5 mm. Dibelakang
celah yang jaraknya 2 m ditempatkan layar, celah disinari dengan cahaya
dengan panjang gelombang 600 nm.hitunglah jarak pola terang ke 3 dari
pusat terang?
2. Sebuah kisi memiliki 12.500 garis/cm. Seberkas sinar monokromatis
datang tegak lurus pada kisi. Bila spectrum orde pertama membentuk
0
sudut 30 dengan garis normal pada kisi, hitunglah panjang gelombang
sinar tersebut?
3. Sebuah kisi memiliki 10.000 celah per cm. Pada kisi dilewatkan cahaya
tegaklurus dengan panjang gelombang l. Garis terang difraksi maksimum
o
orde pertama membentuk sudut 30 terhadap garis normal. Tentukanlah
lambdanya.
4. Tentukanlah panjang gelombang sinar yang digunakan, jika terjadi
3
interferensi minimum orde 2 pada lapisan di udara dengan ketebalan 10
nm, sudut bias 60°, dan indeks bias lapisan 1,5.
5. Tentukanlah tebal lapisan minimum yang dibutuhkan agar terjadi
interferensi maksimum pada sebuah lapisan tipis yang memiliki indeks
bias 4/3 dengan menggunakan panjang gelombang 5.600.
F. Rangkuman
1. Prinsip Huygens setiap titik pada gelombang cahaya dapat dianggap
sebagai pusat gelombang baru (sekunder) yang memancarkan
gelombang baru kesagala arah dengan cepatrambat yang sama dengan
cepat rambat gelombang.
2. Interferensi adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya
atau lebih yang menimbulkan pola gelombang yang baru.
3. Kisi difraksi adalah alat optik dengan banyak celah.
4. Interferensi antar gelombang yang dipantulkan oleh lapisan atas dan
yang dipantulkan oleh lapisan bawah.
5. Interferometer dapat digunakan untuk menuntukan panjang meter standar
untuk panjang gelombang tertentu
A. Tujuan
Setelah mengikuti materi Pembiasan Cahaya, peserta diharapkan
dapat;
1. Menjelaskan pembiasan cahaya dan hukum pembiasan
cahaya.
2. Menjelaskan pemantulan pada cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung
3. Menjelaskan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa
cembung
C. Uraian Materi
Pada materi sebelumnya dikatakan bahwa salah satu sifat cahaya merambat
lurus. Terdapat sebuah pertanyaan, apa yang terjadi apabila cahaya bergerak
melewati zat atau benda lain yang berbeda indeks biasnya, seperti dari air ke
kaca, atau dari kaca ke air? Ternyata kecepatan gelombang cahaya berubah dan
arah rambatnya mengalami pembelokkan. Peristiwa ini dinamakan pembiasan
cahaya.
Pembiasan cahaya merupakan pembelokkan gelombang cahaya yang
disebabkan adanya perubahan kelajuan gelombang cahaya ketika cahaya
merambat melalui dua zat yang indeks biasnya berbeda. Dengan demikian,
pembiasan cahaya ini sangat ditentukan oleh indeks bias bahannya.
Jika benda yang berada dalam medium yang kurang rapat diamati oleh
pengamat yang berada dalam medium yang lebih rapat, maka tinggi
bayangan yang terlihat lebih besar dibandingkan dengan tinggi sebenarnya.
Gejala ini disebut dengan pemanjangan semu
Pemendekan Pemanjangan
semu
Pada pemendekan semu dan pemanjangan semu berlaku persamaan
sebagai berikut:
b. Pemantulan Sempurna
Sinar yang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
menjauhi garis normal. Perhatikan gambar di bawah. Sinar B selain
dipantulkan kembali ke air (sinarB”), juga dibiaskan menjauhi garis normal
(sinar B’) keluar dari prmukaan air dengan sudut bias lebih besar dari dari
sudut datang (i > r). Pada sudut datang tertentu ik (sinar C), sinar dibiaskan
sejajar permukaan air (sinar C’). Di sini sinar bias memiliki sudut bias paling
o
besar, yaitu 90 . Sudut datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
o
rapat menghasilkan sudut bias 90 disebut sudut kritis atau sudut batas
Jika sudut datang di perbesar sehingga melebihi sudut kritis ( i> i k) seperti
sinar D, maka sinar D akan dipantulkan seluruhnya kembali ke dalam air.
Disini bidang batas air-udara (permukaan air) bertindak seperti cermin
datar. Peristiwa inilah yang disebut dengan pemantulan sempurna. Jadi
pemantulan sempurna terjadi jika dipenuhi dua syarat:
(1) Sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
(2) Sudut datang lebih besar dari sudut kritis
untuk mementukan besar sudut kritis (i k) kita menggunakan persamaan:
n tujuan
sin i k
n asal
c. Fatamorgana
Pada waktu panas terik
di aspal kita sering
melihat seakan-akan ada
sebuah genangan air,
demikian pula di padang
pasir. Pemandangan
seperti ini disebut
fatamorgana. Hal ini
disebabkan karena lapisan udara yang dekat dengan padang pasir atau
jalan raya yang beraspal kerapatannyan lebih kecil dari dibandingkan
dengan kerapatan lapisan udara di atasnya. Secara optic sinar matahari
akan dibiaskan menjauhi garis normal secara sempurna, seperti tampak
pada gambar. Oleh karena itu, sering di daerah padang pasir tampak
seperti ada kolam air atau di jalan raya tampak berair.
Untuk menentukan besar pergeseran sinar yang masuk dan keluar pada
kaca planparalel kita gunakan persamaan:
d sin 1 2
t
cos 2
Dengan: t = pergeseran sinar pada kaca planparalel (m)
d = tebal kaca planparalel 1= sudut datang 2= sudut bias
a. Sudut Deviasi
Untuk menentukan sudut deviasi,
perhatihan gambar di samping!
Pada pembiasan prisma berlaku:
r1 i 2
D i1 r 2
dengan:
= sudut pembias
D = sudut deviasi
Untuk sudut pembias () prisma yang kecil ( 10 ), maka persamaan (2) di
o
atas menjadi:
n
D m p 1
nm
Apabila tinggi benda adalah h tinggi benda dan h’ adalah tinggi bayangan
yang terjadi pada pembiasan. Maka perbesaran M bayangan yang terjadi
pada pembiasan bidang lengkung adalah:
h' s' n1
M x
h s n2
Perjanjian untuk persamaan pembiasan pada bidang lengkung
(1) menentukan tanda untuk nilai jari-jari R
jika sinar datang mengenai permukaan yang cembung, nilai R
adalah positif
jika sinar datang mengenai permukaan yang cekung, nilai R adalah
negatif
(2) untuk benda nyata, nilai s positif, dan untuk benda maya nilai s negatif
(3) untuk bayangan nyata, nilai s’ positif, dan untuk benda maya nilai s’
negatif
Ada tiga jenis lensa cembung, yaitu lensa cembung ganda (bikonveks), lensa
cembung-datar (plankonveks), dan lensa cembung-cekung (konveks-konkaf).
Lensa cekung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan
bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cekung, yaitu lensa cekung ganda
(bikonkaf), lensa cekung-datar (plankonkaf), dan lensa cekung-cembung (konkaf-
konveks).
Sinar datang menuju fokus dibiaskan Sinar datang seakan-akan menuju titik
sejajar sumbu utama
fokus dibiaskan sejajar sumbu utama
n1 n 2 n 2 n1
s s' R
Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan
sedemikian sehingga terbentuk bayangan di titik I 1. Oleh permukaan
ADCbayangan I1 itu di anggap benda dan dibiaskan oleh permukaan ADC
sedemikian sehingga terbentuk bayangan akhir di titik I2
Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari medium n 1 ke lensa
n 2,
sehingga s = OB, s’ = BI1
n 1 n 2 n2 n1
maka
OB BI1 R 1
Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n 1, s = -DI1, s’ =
DI2
n2 n 1 n 1 n2
maka
- DI1 DI 2 - R 2
n1 n 1 n 2 n1 n1 n2
OB +
DI 2 R 2 R 1
n1 n1 n 2 n1 + n1 n 2
R
s s' R 2 1
n1 n1 n 2 n1 + n 2 n1
R
s s' R 2 1
n1 n1 n2 n1 1 1
s s' R 2 R 1 R 2
Semua ruas dibagi dengan n1akan diperoleh persamaan lensa tipis sebagai
berikut.
1 1 n2 1 1
1
s s' n 1 R 1 R 2
1 1 n2 1 1
1
s s' n 1 R 1 R 2
1 1 n2 1 1
1
~ f n1 R 1 R 2
1 1 n2 1 1
Karena = 0 maka rumus jarak fokus lensa : 1
~ f n 1 R 1 R 2
1
1 1 n2 1 1
Bila persamaan disubstitusikan dengan
s s' n 1 R 1 R 2
1 n2 1 1
persamaan 1 maka akan didapat persamaan baru yang
f n1 R 1 R 2
1 1 1
dikenal sebagai persamaan pembuat lensa, yaitu
f s s1
dengan n1 = indeks bias medium sekeliling lensa n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung
R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung
R= jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar
s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (nyata).
s = jarak benda bertanda negatif (–) jika benda terletak di belakang lensa
(maya). s’ = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di
belakang lensa (bayangan nyata).
s’ = karak bayangan bertanda negatif (–) jika benda terletak di depan lensa
(bayangan maya).
f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif
(lensa cembung).
f = jarak fokus bertanda negatif (–) untuk permukaan lensa negatif (lensa
cekung).
d. Menentukan Sifat Bayangan dengan Metode Penomoran Ruang
Menentukan sifat bayangan tanpa dilakukan dengan melukiskan jalannya
sinar, yaitu dengan metode penomoran ruang. Penomoran ruang benda
dan bayangan untuk lensa cembung dan cermin cekung sama seperti
tampak pada gambar berikut:
Lensa Cembung
s1 h'
M dengan s = jarak benda s' = jarak bayangan h = tinggi benda
s h
h' = tinggi bayangan M > 1 = bayangan diperbesar
1
M < 1 = bayangan diperkecil s (+) = bayangan nyata
1
s () = bayangan maya
f. Kekuatan Lensa
Kekuatan atau daya lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa.
Daya lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan
divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil
jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas
sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan
lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa
didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus,
Rumus kekuatan lensa (power lens)
1 1
P = dengan satuan = Dioptri
f meter
Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa gabungan dengan
sumbu utama dan bidang batas kedua lensa saling berhimpit satu sama lain.
Dari penggabungan lensa ini maka akan didapatkan fokus gabungan atau daya
lensa gabungan.
Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda
plus, sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.
1
P atau 100
f P f
Sebelum dilewatkan pada celah sempit vertical, tali bergetar dengan simpangan
seperti spiral. Setelah gelombang pada tali melewati celah, hanya arah getar
vertical yang masih tersisa. Adapun arah getar horizontal atu diserap oleh celah
sempit itu. Gelombang yang keluar dari celah tadi disebut gelombang
polarisasi, lebih khusus disebut terpolarisasi linier.
Terpolarisasi artinya memiliki satu arah getar tertentu saja. Polarisasi yang
hanya terjadi pada satu arah disebut polarisasi linear.Apa yang terjadi jika
celah sempit dipasang secara horizontal? Apakah terjadi polarisasi linear?
Jika cahaya tidak terpolarisasi dilewatkan pada sebuah kristal, maka arah
getaran yang keluar dari kristal hanya terdiri atas satu arah disebutcahaya
terpolarisasi linier. Kristal yang dapat menyerap sebagian arah
getar disebut dichroic.
ideal, intensitas cahaya yang dilewatkan adalah 50% atau . Akan tetapi,
jika cahaya dilewatkan pada polalisator dan analisator yang dipasang
bersilangan,
tidak ada intensitas cahaya yang melewati analisator. Secara umum, intensitas
Jika seberkas pola cahaya alamiah dijatuhkan pada permukan bidang batas dua
medium, maka sebagian cahaya akan mengalami pembiasan dan sebagian lagi
mengalami pemantulan. Sinar bias dan sinar pantul akan terpolarisasi sebagian.
Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu saat sinar bias dan sinar pantul
membentuk sudut 90°. Pada keadaan ini, sudut sinar datang (i) disebut sudut
polarisasi (ip) karena sinar yang terpantul mengalami polarisasi sempurna atau
terpolarisasi linear. Menurut Hukum Snellius,
Dalam sebuah kristal tertentu, cahaya alamiah yang masuk ke dalam kristal
dapat mengalami pembiasan ganda. Pembiasan ganda ini dapat terjadi karena
kristal tersebut memiliki dua nilai indeks bias. Perhatikan Gambar, tampak ada
dua bagian sinar yang dibiaskan yang hanya mengandung E// dan yang lain
hanya mengandung. Jadi, indeks bias serta laju E// dan adalahtidak sama.
Berkas cahaya yang melewati gas akan mengalami polarisasi sebagian karena
partikel-partikel gas dapat menyerap dan memancarkan kembali cahaya yang
mengenainya. Penyerapan dan pemancaran cahaya oleh partikel-partikel gas
disebuthamburan. Oleh karena peristiwa hamburan ini, langit pada siang
hari tampak berwarna biru. Hal tersebut dikarenakan partikel-parikel udara
menyerap cahaya matahari dan memancarkan kembali (terutama) cahaya biru.
Demikian pula, pada pagi hari dan sore hari, partikel-partikel udara akan
menghamburkan lebih banyak cahaya merah (melalui kolom udara yang lebih
panjang) sehingga pada pagi dan sore hari, cahaya matahari tampak lebih
banyak memancarkan cahaya merah. Sebaliknya, di bulan tidak ada yang dapat
menghamburkan cahaya matahari karena bulan tidak memiliki atmosfir. Oleh
karena itu, atmosfir bulan akan tampak gelap.
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi lensa
lengkung, baik itu dari kondisi fisik maupun sifat umum lainnya. Membuat
rambu-rambu menentukan bayangan dari berbagai keadaan dengan
menggunakan sinar istemewa yang tepat.
E. Latihan/Tugas
4 3
1. Indeks bias air 3 dan indeks bias kaca 2 . Hitunglah
tersebut!
o
8. Sebuah prisma yang mempunyai sudut pembias = 60 terbuat dari
sejenis kaca yang tidak diketahu indeks biasnya. Sinar datang pada
salah satu sisi prisma. Dengan memutar posisi prisma, diperoleh deviasi
o
minimum sebesar Dm = 40
(a) berapakah indeks bias prisma?
4
(b) Bila prisma diletakkan di dalam air dengan dengan indeks bias 3
,
berapakah devisi minimum yang terjadi.
9. Sebuah prisma yangterbuat dari gelas dengan indeks bias 1,6 mempunyai
o
sudut pembias prisma 60 . Seberkas sinar dar udara mengenai salah satu
o o
sisi prisma dengan sudut datang 53 (sin 53 = 0,8). Tentukan:
(a) sudut yang dibentuk sinar ketika keluar dari prisma
10. Sinar monokromatis dari udara mengenai sisi pembias prisma (indeks bias
1,6) hitung deviasi minimum yang terjadi jika sudut pembias
o
prisma: (a) 30
o
(b) 10
F. Rangkuman
1. Lensa merupakan benda bening yang dibatasi oleh dua buah bidang
lengkung.Dua bidang lengkung yang membatasi lensa berbentuk
silindris maupun bola. Lensa silindris bersifat memusatkan cahaya dari
sumber titik yang jauh pada suatu garis, sedangkan lensa yang berbentuk
bola yang melengkung ke segala arah memusatkan cahaya dari sumber
yang jauh pada suatu titik.
2. Ada dua jenis lensa yaitu lensa cembung dan lensa cekung.
a. Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengah lebih tebal
daripada bagian tepinya. Sinar-sinar bias lensa cembung bersifat
mengumpul (konvergen).
lensa cembung digolongkan menjadi :
1. cembung rangkap (bikonveks)
2. cembung datar (plan-konveks)
3. cembung-cekung (konkaf-konvek)
b. Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada
begian tepinya. Sinar-sinar bias lensa cekung bersifat memancar
(divergen). lensa cekung digolongkan menjadi :
1. cekung rangkap (bikonkaf)
2.cekung datar (plan-konkaf)
3. cekung-cembung (konveks-konkaf).
3. Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih)
menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u)
pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini
membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai
cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang.
4. Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika
cahaya melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini
dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan
kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya
lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar
lampu yang cukup jauh.
5. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah
getar menjadi satu arah getar. Perhatikan gambar dibawah ini!
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan materi alat-alat optik ini, peserta diharapkan dapat;
Gambar 4 1 Mata
a. Daya Akomodasi
Bayangan dari suatu benda yang terbentuk di retina disebabkan oleh pembiasan
yang terjadi pada pupil dan lensa karena indeks bias kornea, pupil, lensa mata
dan cairan mata nyaris sama besar. Agar sebuah benda terlihat jelas, bayangan
benda harus terbentuk di retina, yang bersifat nyata, terbalik dan
diperkecil, meskipun bayangan terbalik, otak menerjemahkan informasi
ini sebagai bayangan tegak. Agar bayangan selalu terletak di retina, panjang
fokus lensa harus dapat berubah-ubah sesuai dengan jarak benda yang
dilihat,.yang berfungsi untuk mengatur panjang fokus (kelengkungan lensa)
adalah otot siliar. Ketika melihat benda yang jauh, otot siliar mengendor
(rileks) sehingga mata lebih mipih, dikatakan mata dalam keadaan tak
berakomodasi. Sebaliknya ketika ketika melihat benda yang dekat, otot siliar
menegang sehingga lensa mata lebih cembung, dikatakan mata dalam
keadaan berakomodasi maksimum. Kemampuan berubahnya
kelengkungan lensa mata ini disebut daya akomodasi mata.
b. Cacat Mata
Mata normal disebut juga emetropi mempunyai jangkauan penglihatan dari 25
cm hingga tak berhingga. Sebagian orang mengalami ketidaknormalan
pada mata, disebut cacat mata atau aberasi.
(1) Rabun jauh (Miopi)
Penderita rabun jauh, titik dekatnya lebih pendek daripada titik dekat nata normal
(Sn< 25 cm) dan titik jauhnya lebih pendek daripada titik jauh mata normal
s' PR miopi
(PR < ~) Akibatnya, penderita rabun jauh tidak dapat melihat dengan
jelas benda-benda yang letaknya jauh. Sebab bayangan benda jatuh di depan
retina. Agar melihat benda yang jauh, penderita cacat mata miopi menggunakan
kacamata berlensa cekung (divergen) sehingga bayangan dari benda yang jauh
terletak di retina. Dengan perkataan lain, kaca mata membentuk bayangan di
titik jauh mata, kemudian lensa mata membentuk bayangan di akhir di retina.
Jadi
untuk kacamata berlaku:
PR titik jauh (m)
100
P dioptri
PR
s' PP hipermetropi Sn
100
Kekuatan lensa kcamata yang diperlukan (P) P 4 dioptri
PP
(3) Mata Tua (Presbiopi)
Penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas dan juga tidak
dapat dengan baik pada jarak baca normal ( S n> 25 cm dan PR <~). Hal ini
karena daya akomodasi berkurang sehingga letak titik dekat dan titik jauh mata
telah bergeser. Penderita presbiopi dapat dibantu dengan kacamata berlensa
rangkap (bifokal). Lensa positif untuk melihat benda-benda yang dekat, dan
lensa negatif untuk melihat benda-benda yang jauh
(4) Astigmastima
Cacat mata astigmatisma disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk
sferik, melainkan lebih melengkung pada satu bidang daripada
lainnya. Akibatnya, benda titik difokuskan sebagai garis pendek. Selain
itu, mata astigmatisma juga memfokuskan sinar-sinar pada bidang vertikal
lebih pendek daripada sinar-sinar pada bidang horizontal. Apabila penderita
astigmatisma melihat sekumpulan garis, garis-garis vertikal akan tampak
jelas sementara garis-garis horizontal akan tampak kabur. Untuk mengatasi
keadaan ini, penderita stigmatisma membutuhkan kacamata berlensa
silindris dengan menggunakan kacamata semacam ini, berkas-berkas sinar,
baik yang vertikal maupun yang horizontal akan difokuskan pada satu titik di
retina.
2. Kamera
Diagram sebuah kamera sederhana ditunjukkan pada gambar di bawah. Fungsi
lensa pada sebuah kamera adalah untuk memproyeksikan bayangan dari
benda- benda yang jauh pada sebuah film. Seperti yang terjadi pada
retina mata,
bayangan yang terbentuk pada film bersifat nyata, terbalik dan diperkecil. Untuk
itu digunajan lensa positif. Agar bayangan yang terjadi tepat di film. Lensa
kamera dapat digerakkan melalui pemfokus, ini disebut memfokuskan kamera
Gambar 4 3 Kamera
Untuk membuka dan menutup jalan sinar yang akan mengenai film, digunakan
shutter (pembuka/penutup) lensa. Intensitas cahaya yang akan lewat memasuki
kamera diatur dengan sebuah celah diafragma sebagaimana iris pada mata.
Besarnya permukaan celah lensa biasanya dinyatakan dalam ukuran
angka, missal f 4; f 5,6; f 8 dan sebagainya. Makin besar angkanya, makin
kecil permukaan celah difragmanya. Dengan demikian makin cerah cuaca pada
saat pemotretan, makin besar angka yang digunakan.
t t
α
s
Sn (25
Sn(25 cm)
(a)
(b)
Gambar 4 4 Sudut pandang mata (a) tanpa lup, (b) dengan lup
Perbandingan antara sudut pandang dengan lup dan sudut pandang
tanpa lup disebut perbesaran angular (Ma)
Karena benda yang diamati kecil maka sudut α dan juga kecil.
Untuk sudut-sudut kecil perbandingan sudut dapat dianggap sama
Jarak lensa objektif dengan lensa okuler disebut panjang mikroskop (d). sesuai
dengan gambar di atas, maka panjang mikroskop adalah:
d s'ob s ok
b. Perbesaran pada Mikroskop
PERBESARAN
Okuler
Objektif
Tanpa akomodasi Akomodasi maksimum
s’ok = s’ok = - Sn
s'ob h'ob
M ob s
h ob sok = fok
ob
Sn
M ok 1
Sn f ok
M
ok
f ok
Perbesaran Total Mikroskop
Mtot = Mob x Mok
a. Teropong Bias
Teropong Bias menggunakan lensa sebagai objektif untuk membiaskan
cahaya. Beberapa contoh Teropong Bias adalah:
(1) Teropong Bintang atau Teropong Astronomi
(2) Teropong Bumi
(3) Teropong Panggung
(4) Teropong Prisma atau Binokuler
f ob
d f ob s ok Ma
s ok
d f ob f ok
Dengan fok bertanda negatif karena lensa okuler untuk teropong panggung
adalah lensa cekung. Rumus-rumus perbesaran anguler teropoong bintang bumi
sama dengan rumus-rumus perbesaran anguler untuk teropong bintang
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran, Anda hendaknya mengidentifikasi jenis-jenis alat
optik, baik itu dari kondisi fisik maupun sifat umum lainnya. Membuat rambu-
rambu menentukan bayangan dari berbagai keadaan dengan menggunakan alat
ukur yang tepat.
2. Seorang penderita miopi mempunyai titik jauh 200 cm. Tentukan kuat lensa
kacamata yang diperlukan agar orang tersebut seperti orang normal.
8. Lensa objektif dan okuler sebuah teropong bintang adalah 160 cm dan 8 cm.
tentukan panjang dan perbesaran teropong tersebut!
9. Jarak titik fokus lensa objektif, lensa okuler dan lensa pembalik
pada teropong bumi masing-masing 100 cm dan 2 cm, dan 20 cm. Dipakai
untuk mengamati benda yang sangatt jauh dengan mata tidak
berakomodasi. Tentukan:
a) perbesaran bayangan
b) panjang teropong
10. Sebuah teleskop astronomi mempunyai lensa objektif dengan jarak fokus 32
cm.perbesaran teleskop untuk mata tidak berakomodasi adalah 8 kali.
Tentukanlah jarak fokus lensa okulernya jika:
a) pengamatan dengan mata tidak brakomodasi
b) pengamatan dengan berakomodasi pada jarak 40 cm
11. Sebuah teropong panggung dengan fokus lensa objektif 25 cm dan fokus
lensa okuler -5 cm digunakan untuk mengamati pertandingan sepak bola.
Pemain sepak bola akan tampak rata-rata setinggi 40cm dengan mata
telanjang.
a) tentukanlah tinggi pemain yang tampak dengan menggunakan
teropong b) panjang tabung teropong untuk mata tidak berakomodasi
12. Jarak fokus lensa sebuah kamera adalah 50 mm. Kamera tersebut diatur
untuk memfokuskan bayangan benda pada jauh tak terhingga. Berapa jauh
lensa kamera harus digeser agar dapat memfokuskan bayangan benda
yang terletak pada jarak 2,5 m?
F. Rangkuman
1. Cermin dan lensa serta prinsip kerjanya memberikan sarana pemahaman
bagi pemanfaatannya untuk mempermudah dan membantu kehidupan
manusia. Alat-alat yang bekerja berdasarkan prinsip optik (cermin dan lensa)
digolongkan sebagai alat optik.
2. Di dalam mata terdapat lensa kristalin yang terbuat dari bahan bening,
berserat, dan kenyal. Lensa kristalin atau lensa mata berfungsi mengatur
pembiasan yang disebabkan oleh cairan di depan lensa. Cairan ini
dinamakan aqueous humor. Intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur
oleh pupil.
3. Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke bagian belakang
mata yang disebut retina. Bentuk bayangan benda yang jatuh di retina
seolah-olah direkam dan disampaikan ke otak melalui saraf optik. Bayangan
inilah yang sampai ke otak dan memberikan kesan melihat benda kepada
mata. Jadi, mata dapat melihat objek dengan jelas apabila bayangan benda
(bayangan nyata) terbentuk tepat di retina.
4. Bayangan yang dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar.
Untuk mendapatkan bayangan semacam ini objek harus berada di depan
lensa dan terletak diantara titik pusat O dan titik fokus F lensa. untuk
menghasilkan bayangan yang diinginkan, lup dapat digunakan dalam dua
macam cara, yaitu dengan mata berakomodasi maksimum dan dengan mata
tidak berakomodasi.
5. Sebuah mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung (lensa positif). lensa
yang dekat dengan objek (benda) dinamakan lensa objektif, sedangkan
lensa yang dekat mata dinamakan lensa okuler. Jarak fokus lensa
okuler lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif.
6. Teropong bintang terdiri atas dua lensa cembung, sebagaimana mikroskop.
Pada teropong jarak fokus lensa objektif lebih besar daripada jarak fokus
lensa okuler (fob>fok). Teropong digunakan dengan mata tidak
berakomodasi
agar tidak cepat lelah karena teropong digunakan untuk mengamati bintang
selama berjam-jam. Dengan mata tidak berakomodasi, bayangan lensa
objektif harus terletak di titik fokus lensa okuler.
7. Teropong pantul disebut juga teleskop refleksi. Pada teropong pantul, objektif
menggunakan cermin cekung, sedangkan okuler menggunakan lensa positif.
Antara objektif dan okuler terdapat cermin datar.
8. Teropong bumi disebut juga teropong yojana atau teropong medan.
Teropong itu dipaakai untuk mengamati benda-benda dibumi. Teropong bumi
menggunakan tiga lensa positif, yaitu lensa objektif, okuler, dan lensa
pembalik yang diletakkan di antara lensa objektif dan okuler.
9. Teropong panggung disebut juga teropong sandiwara atau teropong Belanda
atau teropong Galileo. Teropong itu menggunakan lensa positif sebagai
lensa objektif dan lensa negatif sebagai lensa okuler. Bayangan nyata dari
lensa objektif merupakan benda maya untuk lensa okuler.
10. Teropong prisma menggunakan dua lensa positif sebagai objektif dan
okuler serta sepasang prisma segitiga sama kaki yang diletakkan di antara
lensa objektif dan okuler.
11. Prinsip kerja kamera secara umum sebagai berikut. Objek yang hendak
difoto harus berada di depan lensa. Ketika diafragma dibuka, cahaya yang
melewati objek masuk melalui celah diafragma menuju lensa mata. Lensa
mata akan membentuk bayangan benda. Supaya bayangan benda tepat
jatuh pada film dengan jelas maka letak lensa harus digeser-geser
mendekati atau menjauhi film. Mengeser-geser lensa pada kamera, seperti
mengatur jarak fokus lensa pada mata (akomodasi). Diagram pembentukan
bayangan pada kamera.
1. Pembahasan:
d = 5 mm,
l = 2 m=2000 mm
-5
λ= 600 nm = 7 x 10 mm,
m=3
Ditanyakan: p =……?
Jawab :
a.
2. Pembahasan
a. Untuk menentukan panjang gelombang pada kisi gunakan:
b. 1/N sin θ = n . λ
c. 1/12.500 . 1/2 = 1 λ
-5 -7
d. λ = 1/25.000 = 4 . 10 cm = 4 . 10 m = 4000 angstrom
3. Pembahasan
a.
-4 o
b. Diketahui: =10 cm, sin 30 = ½, m=1.
c. Ditanya : l = ….?
d. Jawab:
e. Berdasarkan hubungan d sinq = ml, diperoleh:
-4
f. (10 cm)(1/2) = (1) λ
-4
g. Jadi, λ=0,5 × 10 cm = 5000 Å
4. Pembahasan
Dengan menggunakan persamaan 2nd cos r = mλ
3
2(1,5) (10 nm) (cos 60°) = 2λ
3
λ = 0,75 × 10 nm = 750 nm.
Jadi, panjang gelombang cahaya yang digunakan 750 nm.
5. Pembahasan
Interferensi maksimum pada lapissan tipis
a.
3 -4
21. Diketahui: d = 2 mm; l = 1 meter = 1 ´ 10 mm; λ = 5000 A = 5 ´ 10 mm;
m=3
Jika kedua gelombang cahaya dari sumber S1 dan S2 yang sampai pada
layar berlawanan fase (berbeda sudut fase 180°), maka pada layar akan
terjadi interferensi minimum atau garis-garis gelap. Untuk mendapatkan
beda fase sebesar 180°, beda lintasan harus merupakan kelipatan bilangan
ganjil dari setengah panjang gelombang, yaitu
.......................................1)
dengan m = 1, 2, 3, 4, …
= (m- ½ )λ
2nd cos r = mλ
3
2(1,5) (10 nm) (cos 60°) = 2λ
3
λ = 0,75 × 10 nm = 750 nm.
-4 o
25. Diketahui: =10 cm, sin 30 = ½, m=1.
Ditanya : l = ….?
Jawab:
-4
(10 cm)(1/2) = (1) λ
-4
Jadi, λ=0,5 × 10 cm = 5000 Å
-2
Jadi, intensitas cahaya yang dilewatkan 12,5 Wcm .
27.
a. Menurut orang (Orang melihat ikan, berarti Sinar datang dari ikan ke
mata orang)
Diketahui :
n1 = nair = 4/3
n2 = nu = 1
s = 20 cm
R = -30
(R bertanda negatif karena sinar datang dari ikan menembus
permukaan cekung akuarium ke mata orang)
Ditanya : s’
Jawab :
Jadi, jarak bayangan ikan atau jarak ikan ke dinding akuarium menurut orang
hanya 18 cm (bukan 20 cm). Tanda negatif pada jarak s’ menyatakan bahwa
bayangan ikan yang dilihat orang bersifat maya. Sedangkan jarak orang ke ikan
menurut orang adalah 45 cm ditambah 18 cm, yaitu 63 cm (bukan 65 cm).
b. Menurut Ikan (Ikan melihat orang, berarti Sinar datang dari orang ke
mata ikan)
Diketahui :
n1 = nu = 1
n2 = nair = 4/3
s = 45 cm
R = +30
(R bertanda positif karena sinar datang dari orang menembus
permukaan cekung akuarium ke mata ikan)
Ditanya : s’
Jawab :
Jadi, jarak bayangan orang atau jarak orang ke dinding akuarium menurut ikan
bukan 45 cm melainkan 120 cm. Tanda minus pada jarak bayangan menyatakan
bahwa bayangan bersifat maya. Jarak orang ke ikan menurut ikan sama dengan
20 cm ditambah 120 cm, yakni 140 cm.
28. Pada kasus ini mula-mula berkas sinar merambat di udara lalu masuk ke
lapisan minyak yang terapung di permukaan air, baru kemudian sinar masuk
ke dalam air. Jadi, sebelum sampai ke dalam air sinar mengalami dua kali
pembiasan seperti diperlihatkan gambar di bawah.
pada pengerjaan soal di atas besar sudut r1 tidak dicari karena tidak
dibutuhkan, tapi yang dibutuhkan adalah sin r1 untuk mencari sin i2 karena sin r1
= sin i2.
29. Untuk mencari kedalam semu kolam gunakan persamaan berikut:
n
hsemu = 1/n2 x hasli
dimana dalam kasus di atas n1 adalah indeks bias udara (1) dan n2 adalah
indeks bias air kolam. Sehingga:
n
hsemu = 1/n2 x hasli
(1) 4
hsemu = /( /3) x (12 meter) = 9 meter
Catatan:
Jika diturunkan dari persamaan aslinya, soal diatas akan menghasilkan jawaban
− 9 meter yang mengandung arti bayangan sejauh 9 meter dan bersifat maya.
31. Diketahui :
s = +30 cm
f = -15 (Lensa Divergen atau Cekung)
Ditanya :
S’?
M?
Sifat bayangan
Jawab :
Letak bayangan
1/S + 1/S' = 1/f
1/30 + 1/S' = 1/(-15)
1/S' = 1/(-15) - 1/30 = - 3/30
S’ = - 30/3 = -10 cm (di depan Lensa)
Perbesaran bayangan
M = - S'/S
= (-10)/30
= 1/3
Sifat bayangan
Maya (di depan Lensa)
Tegak
Diperkecil
a.
a.
21. Diketahui: sn = 25 cm
f = 12,5 cm
ditanyakan: Ma
jika:
a. Ma (berakomodasi maksimum)
b. Ma (tidak berakomodasi)
c. Ma (berakomodasi pada jarak 50 cm)
Jawab:
a. Mata berakomodasi maksimum
Jadi, perbesaran angularnya jika mata berkomodasi
maksimum adalah 3 kali.
ditanyakan: a. Ma b. d’
jawab:
a. lensa okuler
karena mata berakomodasi maksimum maka bayangan dari lensa
okuler di titik dekat mata
s’ok = sn = -25 cm.
Lensa objektif
= 10 cm
panjang mikroskop:
d’ = s’ob + fok = 10 + 5 = 15 cm
23. Ketika digunakan untuk memfokuskan benda yang letaknya jauh di tak
terhingga, bayangan benda tersebut akan tepat berada di titik fokus lensa.
Dengan kata lain, s' = f = 50 mm. Ketika jarak benda ke lensa, s = 2,5 m =
2.500 mm, bayangannya :
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R. (1997). Physics , terjemahan: Patur Silaban dan Erwin
Sucipto. Jakarta: Erlangga.
Sunarto dan Hartono, Agung. 1995. MATA,KAMERA DAN LUP. Jakarta: Rineka
Cipta
Penelaah :
Drs. H. Zainal Abidin, M.Pd
Copyright 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan
iv
DAFTAR ISI
KATA
SAMBUTAN...................................................................................................i
DAFTAR ISI
............................................................................................................iii DAFTAR
TABEL .....................................................................................................v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
....................................................................1
A. Petunjuk Bagi Peserta Diklat ..........................................................................1
B. Petunjuk Bagi Widyaiswara/Instruktur............................................................1
PETA KOMPETENSI...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................................3
A. Latar belakang ................................................................................................3
B. Deskripsi singkat.............................................................................................3
C. Tujuan .............................................................................................................3
D. Materi Pokok ...................................................................................................5
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. KETUNTASAN BELAJAR
..............................7
A. Tujuan .............................................................................................................7
B. Indikator Keberhasilan ....................................................................................7
C. Uraian Materi ..................................................................................................7
D. Aktivitas Pembelajaran .................................................................................10
E. Latihan / Kasus / Tugas................................................................................10
F. Rangkuman ..................................................................................................11
G. Balikan dan Tindak Lanjut ............................................................................11
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. REMEDIAL PEMBELAJARAN
.....................13
A. Tujuan ...........................................................................................................13
B. Indikator keberhasilan ..................................................................................13
C. Uraian Materi ................................................................................................13
D. Aktivitas Pembelajaran .................................................................................16
E. Latihan / Kasus / Tugas................................................................................16
F. Rangkuman ..................................................................................................17
G. Balikan dan Tindak Lanjut ............................................................................17
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. PENGAYAAN PEMBELAJARAN
.................19
A. Tujuan ...........................................................................................................19
B. Indikator Keberhasilan ..................................................................................19
C. Uraian Materi ................................................................................................19
D. Aktivitas Pembelajaran .................................................................................22
E. Latihan / Kasus / Tugas................................................................................22
F. Rangkuman ..................................................................................................23
G. Balikan dan Tindak Lanjut ............................................................................23
1
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4. LAPORAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
...25
A. Tujuan ...........................................................................................................25
B. Indikator Keberhasilan ..................................................................................25
C. Uraian Materi ................................................................................................25
CARA PENGISIAN RAPOR
SMK.........................................................................40
2
D. Aktivitas Pembelajaran ................................................................................ 45
E. Latihan / Kasus / Tugas ............................................................................... 45
F. Rangkuman .................................................................................................. 46
G. Balikan dan Tindak Lanjut............................................................................ 46
PENUTUP.............................................................................................................. 49
A. Kesimpulan................................................................................................... 49
B. Balikan dan Tindak Lanjut............................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 51
DAFTAR TABEL
1
4. Membantu peserta diklat dalam memahami konsep, praktik baru,
dan menjawab pertanyaan peserta diklat mengenai proses pembelajaran.
5. Membantu peserta diklat untuk menentukan dan mengakses
sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
6. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan
7. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja (DU/ DI) untuk membantu jika
diperlukan
PETA KOMPETENSI
POSISI MODUL
KODE UNIT
NAMA UNIT KOMPETENSI WAKTU
KOMPETENSI
B. Deskripsi singkat
Dalam mempelajari materi pelatihan ini, ada empat materi pokok yang harus
dilaksanakan yaitu:
Materi Pokok I : Ketuntasan Belajar Materi
Pokok II : Remedial Pembelajaran
Materi Pokok III. Pengayaan Pembelaajaran
Materi Pokok IV. Laporan Hasil Belajar
C. Tujuan
Peserta diklat memahami kompetensi dasar, indikator, dan lingkup materi yang
harus dikuasai agar dapat memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran pada komptensi-kompetensi yang diampu secara efektif.
1. Kompetensi Dasar
Kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta diklat meliputi:
a. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar
b. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang
program remedial dan pengayaan.
c. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan
d. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam modul ini mencakup:
a. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar
b. Hasil penentuan ketuntasan belajar diklasifikasikan ke dalam
kelompok tuntas dan belum tuntas
c. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk merancang
program remedial
d. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk merancang
program pengayaan
e. Hasil penilaian dan evaluasi disusun berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan yang akan digunakan oleh pemangku kepentingan
f. Hasil penilaian dan evaluasi dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan
g. Hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran dimanfaatkan
sebagai bahan pertimbangan perbaikan penyusunan rancangan
pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya
h. Hasil penyusunan rancangan pembelajaran digunakan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
D. Materi Pokok
B. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan materi pokok 1 “Ketuntasan Belajar”,
meliputi:
1. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk
menentukan ketuntasan belajar
2. Hasil penentuan ketuntasan belajar diklasifikasikan ke dalam kelompok
tuntas dan belum tuntas
C. Uraian Materi
Materi ketuntasan belajar terurai dalam tiga sub materi, yaitu: (1) Pengertian
dan
Tujuan Ketuntasan Belajar, dan (2) Nilai Ketuntasan
Belajar.
Sub materi Pengertian Dan Tujuan Ketuntasan Belajar terdiri atas dua bahasan,
yaitu: pengertian ketuntasan belajar dan tujuan ketuntasan belajar.
Walau pada Permendikbud no. 104 tahun 2014 telah dikemukakan adanya
empat macam ketuntasan belajar, namun inti dari kesemuanya itu adalah
ketuntasan substansi/kompetensi. Sehingga pada pembahasan selanjutnya
akan difokuskan pada ketuntasan substansi/ kompetensi. Ketuntasan
kompetensi terdiri atas tiga jenis, yaitu: kompetensi pengetahuan, kompetensi
keterampilan, dan kompetensi sikap dirumuskan sebagai berikut.
1) Ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan ditetapkan dengan
skor rerata 71
2) Ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan ditetapkan dengan
capaian optimum 71
3) Ketuntasan belajar untuk kompetensi sikap ditetapkan berdasarkan
modus dengan predikat Baik (B)
Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam
bentuk angka dan huruf, yakni 100 – 0 untuk angka yang ekuivalen dengan
huruf A sampai dengan D sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Nilai Ketuntasan
Pengetahuan dan Keterampilan
86 - 100 A
71 - 85 B
56 - 70 C
<=55 D
Penentuan nilai ketuntasan belajar pada Permendikbud no. 104 tahun 2014,
adalan nilai ketuntasan belajar minimal. Sehingga sekolah dapat
menentukan nilai ketuntasan belajar di atas dari yang tertuang pada
Permendikbud no. 104
2014 teserbut. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika akan
menentukan nilai ketuntasan diatas ketentuan minimal, yaitu:
1) Rerata nilai prestasi hasil belajar tingkat satuan pendidikan (sekolah),
yaitu rerata dari semua nilai hasil belajar peserta didik yang ada di
sekolah. Apabila rerata nilai prestasi hasil belajar tingkat satuan
pendidikan (sekolah) diatas atau sama dengan ketuntasan minimal,
maka
sekolah dapat mempertimbangkan untuk menaikkan nilai
ketuntasan belajar.
2) Kualitas pendidik, yaitu motivasi dan kemampuan meningkatkan
maupun mengembangkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.
Sehingga kalau motivasi dan kemampuan para pendidik cukup memadai,
sekolah dapat mempertimbangkan untuk menaikkan nilai ketuntasan
belajar.
3) Sarana pembelajaran, yaitu semua perangkat penunjang keberhasilan
pembelajaran (misal: laboratorium, media pembelajaran, lingkungan
belajar, perpustakaan). Sehingga kalau sarana pembelajaran setelah
dianalisis cukup memadai, maka menaikkan nilai ketuntasan belajar
dapat dipertimbangkan.
4) Dukungan manajemen, yaitu kebijakan kepala sekolah beserta komite
sekolah, sistem pengelolaan administrasi dan informasi, jalinan
kerjasama dengan dunia usaha/industri dan masyarakat. Sehingga kalau
dukungan manajemen terhadap sekolah cukup besar, maka menaikkan
nilai ketuntasan belajar dapat dilakukan.
Kesimpulannya, keempat hal tersebut perlu diperhatikan bila sekolah akan
menaikkan nilai ketuntasan belajar yang akan dijadikan sebagai acuan
pencapaian target prestasi.
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat meliputi: mempelajari modul,
berdiskusi dengan teman sejawat, mengerjakan latihan / kasus / tugas,
dan merefleksi diri.
F. Rangkuman
Ketuntasan belajar dibedakan menjadi empat tingkatan: (1) ketuntasan
penguasaan substansi (kompetensi dasar), (2) ketuntasan belajar satu semester,
(3) ketuntasan belajar satu tahun ajaran, dan (4) ketuntasan belajar
tingkat satuan pendidikan. Pada Permendikbud no. 104 tahun 2014
dinyatakan: (1) Ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan ditetapkan
dengan skor rerata 71, (2) Ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan
ditetapkan dengan capaian optimum 71, (3) Ketuntasan belajar untuk
kompetensi sikap ditetapkan berdasarkan modus dengan predikat Baik (B).
2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 75. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 75 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat
memperoleh nilai minimal 75.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. REMEDIAL
PEMBELAJARAN
A. Tujuan
Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan remedial pembelajaran,
perancangan program kegiatan remedial pembelajaran, dan pelaksanaan
kegiatan remedial pembelajaran pada mata pelajaran yang diampu.
B. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan materi pokok 2 “Remedial Pembelajaran”
adalah:
1. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk merancang
program remedial
2. Hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran dimanfaatkan sebagai
bahan
pertimbangan perbaikan penyusunan rancangan pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
C. Uraian Materi
Materi Remedial Pembelajaran diuraikan dalam tiga sub materi, yaitu: (1)
Pengertian dan Tujuan Remedial Pembelajaran, (2) Perancangan dan
Pelaksanaan Remedial Pembelajaran.
Prestasi hasil belajar peserta didik, walaupun disampaikan oleh pendidik (guru)
yang sama, hasilnya belum tentu sama. Ada sebagian yang hasilnya di atas
ketuntasan belajar, namun ada sebagian yang masih di bawah ketuntasan
belajar. Salah satu penyebabnya adalah, adanya keragaman dari peserta didik.
Ada peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata kelas, namun ada
pula peserta didik yang kemampuannya di bawah rata-rata kelas. Begitu pula
lingkungan yang ada di sekitar para peserta didik tersebut. Ada yang sangat
mendukung, namun ada pula yang kuarang mendukung. Sehingga wajar kalau
prestasi hasil belajar yang diperoleh peserta didik berbeda-beda pula.
Menghadapi kenyataan ini, pendidik perlu bertindak bijak. Yakni
melakukan tindakan perbaikan untuk peserta didik yang prestasi hasil
belajarnya di bawah nilai ketuntasan belajar tersebut. Tindakan ini disebut
sebagai kegiatan remedial pembelajaran.
Istilah remedial berasal dari kata “remedy” yang memiliki arti “menyembuhkan”.
Dalam pengertian yang lebih umum, banyak orang yang mengartikan remedial
sebagai tindakan perbaikan. Memang kegiatan remedial di sekolah sering
dilakukan melaui perbaikan-perbaikan, baik terhadap cara memberikan
penjelasan maupun perangkat yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk
peningkatan prestasi hasil belajar.
Menyimak beberapa kegiatan yang dilakukan para pendidik di sekolah dan asal
kata istilah remedial, dapat diperoleh definisi remedial pembelajaran. Yaitu,
remedial pembelajaran merupakan tindakan lanjutan berupa kegiatan perbaikan
yang dilakukan oleh pendidik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh peserta didik berdasarkan hasil belajar.
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari remedial pembelajaran meliputi:
mengatasi kesulitan belajar, meningkatkan penguasaan kompetensi,
meningkatkan prestasi hasil belajar (agar memenuhi ketuntasan belajar), dan
melakukan percepatan belajar.
1) Membantu mengatasi kesulitan belajar. Yaitu mempermudah penjelasan,
menyederhanakan peristilahan, dan menambah contoh-contoh, serta
menambah frekuensi berlatih agar dapat mempermudah proses belajar.
2) Meningkatkan penguasaan kompetensi. Dengan kemudahan yang
diciptakan saat remedial pemeblajaran, penguasaan kompetensi akan
dapat dicapai dengan lebih mudah. Sehingga peningkatan penguasaan
kompetensi akan dicapai.
3) Meningkatkan prestasi hasil belajar. Apabila penguasaan kompetensi
dapat dicapai dengan mudah, maka prestasi hasil belajar akan
meningkat. Sehingga pencapaian ketuntasan belajar dapat dicapai pula.
4) Melakukan percepatan pembelajaran, artinya bila remedial dilakukan
sejak dini dan konsisten, maka kesulitan belajar peserta didik akan
terdeteksi secara dini pula. Sehingga penyelesaiannya dapat dilakukan
lebih awal, yang pada akhirnya ketuntasan demi ketuntasan belajar
berikutnya dapat dicapai dengan lebih mudah.
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat meliputi: mempelajari modul,
berdiskusi dengan teman sejawat, mengerjakan latihan / kasus / tugas, dan
merefleksi diri.
F. Rangkuman
Remedial pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan peserta
didik. Karena kesulitan yang mereka dihadapi akan diatasi melalaui perbaikan-
perbaikan dalam kegiattan remedial ini. Tujuan remedial pembelajaran meliputi:
mengatasi kesulitan belajar, meningkatkan penguasaan kompetensi,
meningkatkan prestasi hasil belajar (agar memenuhi ketuntasan belajar), dan
melakukan percepatan belajar. Sebelum dilakukan tindakan, harus ada
perancangan kegiatan berdasarkan prestasi hasil belajar yang ditinjau dari
ketuntasan belajar. Sehingga tindakan yang dilakukan akan memiliki kesesuaian
dengan kesulitan peserta didik dalam pencapaian penguasaan kompetensi.
1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Remedial Pembelajaran
?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan
pemahaman dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Remedial
Pembelajaran?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Remedial Pembelajaran agar kegiatan berikutnya
lebih baik / lebih berhasil ?
2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah
mampu menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa
melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 75. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 75 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat
memperoleh nilai minimal 75.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. PENGAYAAN
PEMBELAJARAN
A. Tujuan
Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan pengayaan pembelajaran,
perancangan program kegiatan pengayaan pembelajaran, dan pelaksanaan
kegiatan pengayaan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampu.
B. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan materi pokok 3 “Pengayaan Pembelajaran”
adalah:
1. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk merancang program
pengayaan
2. Hasil penyusunan rancangan pembelajaran digunakan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
C. Uraian Materi
Materi Remedial Pembelajaran diuraikan dalam tiga sub materi, yaitu: (1)
Pengertian dan Tujuan Pengayaan Pembelajaran, (2) Perancangan dan
Pelaksanaan Pengayaan Pembelajaran.
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat meliputi: mempelajari modul,
berdiskusi dengan teman sejawat, mengerjakan latihan / kasus / tugas,
dan merefleksi diri.
F. Rangkuman
Peran pengayaan pembelajaran sangat penting dalam pengembangan
penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan pengayaan pembelajaran adalah
untuk penguatan penguasaan kompetensi, pengembangan kreativitas, dan
perlakuan adil kepada peserta didik. Tindakan pengayaan pembelajaran
ditujukan bagi peserta didik yang memiliki prestasi hasil belajar diatas atau sama
dengan nilai ketuntasan belajar. Perancangan kegiatan program pengayaan
pembelajaran dilakukan dengan cara: menganalisis prestasi hasil belajar,
mengelompokkan jenis keunggulan yang dimiliki peserta didik, dan menyusun
program pengayaan. Pelaksanaan pengayaan pembelajaran dilakukan melalui
kegiatan eksploratori, keterampilan proses, dan pemecahan masalah.
Sedangkan pengelolaan kegiatan dapat dilakukan melalui belajar mandiri dan
belajar dalam kelompok.
1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Pengayaan
Pembelajaran ?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan
pemahaman dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Pengayaan
Pembelajaran) ?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Pengayaan Pembelajaran agar kegiatan berikutnya
lebih baik / lebih berhasil ?
2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 75. Bagi yang belum mencapai
nilai
minimal 75 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga
dapat memperoleh nilai minimal 75.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4. LAPORAN
PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. Tujuan
Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan laporan pencapaian
kompetensi, format laporan pencapaian kompetensi serta cara pengisiannya
pada mata pelajaran yang diampu.
B. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan materi pokok 4 “Laporan Pencapaian
Kompetensi”
meliputi:
1. Hasil penilaian dan evaluasi disusun berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan untuk keperluan pemangku kepentingan
2. Hasil penilaian dan evaluasi dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan
C. Uraian Materi
Materi “Laporan Pencapaian Kompetensi” diuraikan dalam dua sub materi, yaitu:
(1) Pengertian dan Tujuan Laporan Pencapaian Kompetensi dan (2) Format dan
Cara Pengisian Laporan Pencapaian Kompetensi.
Data prestasi pencapaian kompetensi peserta didik sangat penting bagi satuan
pendidikan (sekolah), karena keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh
sekolah akan tercermin dari data keseluruhan prestasi hasil belajar peserta didik
tersebut. Secara umum tujuan laporan pencapaian kompetensi adalah
dokumentasi, komunikasi untuk orang tua, dan komunikasi untuk pemangku
kepentingan yang lain.
1) Mendokumentasikan prestasi hasil belajar peserta didik, yaitu
menyimpan semua data prsetasi hasil belajar peserta didik dengan
sistematis sehingga dapat menyajikan data yang terolah dan dapat dilihat
sewaktu- waktu.
2) Menkomunikasikan prestasi hasil belajar kepada orang tua, yaitu
menggunakan buku rapor sebagai sarana untuk menginformasikan
prestasi hasil belajar peserta didik kepada orang tua. Sehingga orang tua
mengetahui perkembangan presatsi belajar anaknya.
3) Menkomunikasikan prestasi hasil belajar kepada pemangku
kepentingan yang lain, yaitu menggunakan data hasil olahan prestasi
peserta didik sebagai prestasi sekolah dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Selanjutnya prestasi
sekolah (satuan pendidikan) ini dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan yang lain, seperti: dinas pendidikan, PSMK, atau pemangku
yang lain.
LAPORAN
PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
Nama Sekolah :
NISN/NSS :
Alamat Sekolah :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Website :
E-mail :
KETERANGAN TENTANG DIRI PESERTA DIDIK
1. Nama Peserta Didik (Lengkap) : ……………………………
2. Nomor Induk Siswa Nasional : ……………………………
3. Tempat Tanggal Lahir : ……………………………
4. Jenis Kelamin : ……………………………
5. Agama : ……………………………
6. Status Dalam Keluarga : ……………………………
7. Anak ke : ……………………………
8. Alamat Peserta Didik : ……………………………
9. Nomor Telepon Rumah : ……………………………
10. Sekolah Asal : ……………………………
11. Diterima di sekolah ini
Di kelas : …………………………….
Pada Tanggal : …………………………….
12. Nama Orang Tua
a. Ayah : ……………………………
b. Ibu : ……………………………
13. Alamat Orang Tua : ……………………………
: ……………………………
Nomor Telepon Rumah : ……………………………
14. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : ……………………………
b. Ibu : ……………………………
15. Nama Wali Peserta Didik : ……………………………
16. Alamat Wali Peserta Didik : ……………………………
: ……………………………
Nomor Telepon Rumah : ……………………………
17. Pekerjaan Wali Peserta Didik : ……………………………
3x4
........................................
.NIP:
Nama Sekolah : ................................ Kelas : .........................
Alamat : ................................ Semester : 2 (Dua)
CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(Kl-3) (Kl-4)
No. Mapel
Angka PredikatAngka PredikatDalamMapel
Antarmapel
0 – 100 0 – 100 SB/ B/ C/ K
Kelompok A (Wajib)
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
Kelompok C (Peminatan)
1 Fisika
2 Kimia
3 Gambar Teknik
3 Pengolahan Logam
1 Perkakas Tangan
2 Alat Ukur
3 Gambar Teknik
4 Mesin Perkakas I
5 Mesin Perkakas II
6 Alat Potong
Rata – rata
..........................................
Ketidakhadiran
................................. .......................................................
NIP:
Nama Sekolah : ................................ Kelas : ...............
Alamat : ................................ Semester : 1 (Satu)
Deskripsi
Kelompok A
Keterampilan
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Kelompok C
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
Wali Kelas
Keputusan:
.
............................., .....................
.....................................
KETERANGAN PINDAH SEKOLAH
KELUAR
Tanda Tangan Kepala
Sebab – Sebab Keluar
Kelas yang Sekolah, Stempel Sekolah,
Tanggal atau Atas
Ditinggalkan dan Tanda Tangan
Permintaan (Tertulis)
Orang Tua/Wali
........................, ……………
Kepala Sekolah,
………………….
NIP: ……………
Orang Tua/Wali,
………………….
........................, ……………
Kepala Sekolah,
………………….
NIP: ……………
Orang Tua/Wali,
………………….
........................, ……………
Kepala Sekolah,
………………….
NIP: ……………
Orang Tua/Wali,
………………….
KETERANGAN PINDAH SEKOLAH
NO. MASUK
a. Tanggal ...................................
.............................
b. Di Kelas ...................................
NIP: .....................
5 Tahun Pelajaran ...................................
a. Tanggal ...................................
.............................
b. Di Kelas ...................................
NIP: .....................
5 Tahun Pelajaran ...................................
CATATAN PRESTASI YANG PERNAH DICAPAI
Prestasi yang
No. Keterangan
Pernah Dicapai
1 Kurikuler
2 Ekstra Kurikuler
3 Catatan Khusus
Lainnya
CARA PENGISIAN RAPOR SMK
Sakit :1 hari
Izin : --- hari
Tanpa Keterangan : --- hari
Kelompok A (Wajib)
1 ..................
Dst .......
Kelompok C
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Keterampilan
Keterampilan
3 Dst Pengetahuan
Keterampilan
Keterampilan
Sosial dan Spiritual
3 Dst Pengetahuan
Keterampilan
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat meliputi: mempelajari modul,
berdiskusi dengan teman sejawat, mengerjakan latihan / kasus / tugas, dan
merefleksi diri.
Tugas 4
Bapak dan Ibu peserta diklat diminta menyelesaikan tugas dengan ketentuan
di bawah ini.
a. Peserta dibagi menjadi enam kelompok.
b. Kelompok 1 sd 3 membahas Format Laporan Pencapaian Kompetensi
c. Mempresentasikan hasil bahasan ke kelompok lain (@ 7 menit)
Latihan 4
Bapak dan Ibu peserta Diklat diminta mengisi laporan pencapaian kompetensi
peserta didik (buku rapor) dengan menggunakan data prestasi yang telah Bapak
atau Ibu miliki sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Cermati data
tersebut, dan lakukan pengisian dengan ketentuan di bawah ini.
a. Dikerjakan dalam kelompok
b. Peserta dibagi menjadi enam kelompok
c. Waktu pembahasan: 45 menit
d. Hasil kelompok dipresentasikan @ 6 menit
F. Rangkuman
1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Laporan Pencapaian
Kompetensi ?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan
pemahaman dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Laporan
Pencapaian Kompetensi ?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Laporan Pencapaian Kompetensi agar kegiatan
berikutnya lebih baik / lebih berhasil ?
2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat
1
atau
2
membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat
memperoleh nilai minimal 80.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Pemanfaatan Hasil
Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan
pemahaman dan pengalaman yang berkaitan dengan materi
Pemanfaatan Hasil Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Pemanfaatan Hasil Penilaian dan Evaluasi
Pembelajaran agar kegiatan berikutnya lebih baik / lebih berhasil ?
2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai
nilai
minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga
dapat memperoleh nilai minimal 80.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Dikmen, 2013. SK Dirjen Dikmen No. 781/D/KP/2013: tentang Bentuk dan
Tata Cara Penyusunan Laporan Pencapaian Kompetensi Peserta Didik
SMK/MAK. Jakarta: Dirjen Dikmen.
Permendikbud. 2014. Permendikbud No. 104 Tahun 2014: tentang Pedoman
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Kemendikbud.
53