Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MINIRISET

“CARA MENGANTISIPASI DAN MENANGGULANGI BANJIR


TAHUNAN”

Sebagai Tugas Mata Kuliah

Geografi Mitigasi dan Bencana

Dosen Pengampu:

Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S. Si., M.Sc

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM
 ANISAH PUTRIANI SIREGAR 3163331003
 INRIYANI SITANGGANG 3163331017
 M. HASBI DESKY 3163331021

KELAS : A-Ekstensi 2016

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan miniriset ini yang
membahas tentang “Cara Mengantisipasi dan menanggulangi banjir tahunan”
dengan tepat pada waktunya.
Adapun dalam penyusunan laporan mini riset ini, penulis tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dosen yang
mengajarkan mata kuliah GeografiBencana dan Mitigasi, karena telah memberi
dukungan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan laporan ini. Terima
kasih juga penulis mengucapkan kepada teman-teman yang membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.
Penulis berharap, semoga gagasandalamtulisanini dapat membantu dan
menambah wawasan pembaca tentang “GeografiBencana dan Mitigasi”. Akhir
kata penulis ucapkan sekian dan terima kasih.

Medan, November 2018


Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................. 1
1.3. Manfaat............................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................ 2
A. Pengertian Banjir........................................................................... 4
B. Mitigasi Bencana Banjir................................................................ 5
C. Presepsi dan Partispasi Masyarakat............................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 11
A. Lokasi............................................................................................ 11
B. Jenis Penelitian.............................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 12
A. Hasil............................................................................................... 13
B. Pembahasan................................................................................... 15
BAB V PENUTUP................................................................................... 20
A. Kesimpulan.................................................................................... 20
B. Saran.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.
Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana saja. Dan air itu
keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya.
Kondisi inilah yang disebut banjir.
Banjir terbesar yang sudah menjadi tradisi ini biasaya terjadi setiap 5 tahun sekali.
Mengingat keadaan ini selalu terulang dan terulang, maka muncullah pertanyaan yang
menggelitik penulis. Pertama, apakah keadaan ini tidak ditanggulangi, atau tidak tertanggulangi?
Kedua, apakah karena sudah menjadi tradisi yang selalu berulang setiap tahun maka kejadian ini
dianggap sebagai hal biasa? Benarkah bahwa banjir fantastik yang terjadi setiap lima tahun
sekali itu sebuah kebiasaan alam (ritual) yang memang pasti terjadi?

B. Perumusan Masalah
a.    Apa yang menyebabkan banjir terjadi ?
b.    Faktor-faktor apa sajakah yang dapat memicu terjadinya banjir ?
c.    Bagaimana cara menngantisipasi banjir ?
d.   Bagaimana cara menanggulangi banjir ?
e.    Dampak terjadinya banjir ?

C. Tujuan Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menyebabkan banjir
tahunan sering kali terjadi agar kita mengetahui cara-cara mengantisipasi dan menanggulangi
banjir tahunan tersebut.
Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan masyarakat mampu mengantisipasi atau
mencegah agar banjir yang sering kali terjadi di kemudian hari.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Banjir
Partisipasi menurut Almond (dalam syamsi 2005:112) adalah sebagai orang-orang yang
orientasinya justru pada penyusunan dan pemrosesan input serta melibatkan diri dalam artikulasi
dari tuntutan-tuntutan kebutuhan dan dalam pembuatan keputusan.
Menurut Slamet (dalam Suryono 2001:124) partisipasi masyarakat dalam pembangunan
diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan
pembangunan dan ikut serta memanfaatkan dan ikut menikmati hasil-hasil pembangunan
Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung
oleh saluran drainase atau sungai,sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan
genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia.
Banjir sering dikenal dalam 2 bentuk, berupa penggenangan pada daerah yang biasanya
kering atau bukan rawa, dan banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dari alur sungai yang
disebabkan karena debit pada sungai melebihi kapasitas pengalirannya. Banjir disuatu tempat
dengan kondisi tertentu bukan merupakan masalah bahkan bermanfaat bagi kehidupan, misalnya
untuk sarana penggelontoran kayu. Banjir dapat disebabkan oleh 2 (dua) jenis penyebab, yaitu :
1). Faktor alam seperti curah hujan, erosi dan sedimentasi, topografi dan geofisik sungai,
kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai, penurunan tanah, kerusakan bangunan
pengendali banjir, dan
sebagainya; 2). Faktor manusia antara lain perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah,
kawasan kumuh disepanjang sungai,perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, dan
sebagainya. Kedua faktor tersebut dapat terjadi secara bersama-sama yang dapat membuat banjir
menjadi sangat merugikan.
Banjir adalah merupakan suatu keadaan sungai dimana aliran airnya tidak tertampung
oleh palung sungai, karena debit banjir lebih besar dari kapasitas sungai yang ada.
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi dua hal, yaitu
karena sebab – sebab alami dan karena tindakan manusia. Yang termasuk sebab alami
diantaranya :

1. Curah hujan
Pada musim penghujan curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di
sungai dan bilamana melebihi tebing sungai, maka akan timbul banjir atau genangan.
2. Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, dan kemiringan Daerah
Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai, Geometri hidrolik (Bentuk penampang
seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai .
3. Erosi dan sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap kapasitas penampungan sungai, karena tanah
yang tererosi pada DPS tersebut apabila terbawa air hujan ke sungai akan mengendap dan
menyebabkan terjadinya sedimentasi. Sedimentasi akan mengurangi kapasitas sungai dan
saat terjadi aliran yang melebihi kapasitas sungai dapat menyebabkan banjir
4. Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan oleh pengendapan
yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai yang berlebihan, karena tidak
adanya vegetasi penutup.
B. Mitigasi Bencana Banjir
Banjir dapat merupakan suatu bencana apabila banjir tersebut mengakibatkan
terganggunya aktivitas manusia. Oleh karena itu, bencana banjir tidak hanya merupakan masalah
fisik saja tetapi mencakup banyak aspek
sosial-ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Peta kerawanan banjir dapat dijadikan dasar dalam mitigasi bencana banjir, dalam tahap
kesiapsiagaan (preparedness), serta rekonstruksi dan
pembuatan tanggul atau bendung dalam penanganan/pengurangan ancaman banjir tersebut.
Dalam pemetaan daerah rawan banjir maka sebaiknya dilakukan beberapa tahapan pemetaan,
yaitu: survey tinjau, survey semi detil an survey detil.
Berdasarkan peta kerawanan banjir yang telah dibuat, maka mitigasi bencana banjir dapat
diiakukan dengan 2 cara, yaitu cara teknik (engineering), dan cara non teknik (non-engineering).
Cara teknik misalnya melalui pengelolaan daerah banjir dengan membuat bendungan,
bendung/dam pengendali banjir, tanggul di sepanjang sungai, pengerukan dasar sungai, dan
sebagainya; sedangkan cara non teknik adalah dengan membuat peraturan tata ruang agar
pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan di daerah rawan banjir dan kawasan resapan air
dapat dikendalikan, serta dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang
tinggal di daerah rawan banjir.
Banjir amat sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia terutama pada musim
penghujan. Kondisi semacam ini biasanya akan diikuti dengan rusaknya lingkungan, hilangnya
sarana dan prasarana perkenomian masyarakat,serta kemungkinan jatuhnya korban jiwa yang
meninggal, hilang, cedera dan menderita, akibat kehilangan tempat tinggal ataupun rusaknya
lahan pertanian dan perkebunan.
Untuk mengurangi dampak yang merugikan pada setiap terjadinya banjir tersebut,
diperlukan usaha penanggulangannya secara efektif di bawah koordinasi Bakornas PBP.
Berdasarkan hasil penelitian Pusat Studi Bencana UGM Yogyakarta (2002), bahwa pelaksanaan
penanggulangan bencana banjir harus melewati 3 (tiga) tahap utama, yaitu : (1) tahap sebelum
terjadi bencana; (2) tahap selama terjadi bencana, dan (3) tahap setelah bencana.
1. Tahap sebelum bencana :
Ada 4 kegiatan pokok yang harus dilaksanakan secara lintas sektoral oleh Departemen
atau lembaga teknis, meliputi :
a. Pembuatan Peta Rawan Banjir
Pembuatan peta rawan banjir dilaksanakan secara fungsional oleh Bakosurtanal dengan
melibatkan Kantor Meneg LH/Bapedal, dan Departemen Dalam Negeri, serta Departemen
Pekerjaan Umum.
b. Sosialisasi peta daerah rawan banjir dan pemberdayaan
masyarakat. Sosialisasi ini melibatkan Departemen/Dinas Sosial, Bakornas PBP/
Satkorlak PBP/Satlak PBP, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kehutanan dan instansi
terkait lainnya.
c. Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi Banjir
Pencegahan dan mitigasi banjir dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum dengan
melibatkan Satkorlak PBP/Badan Kesbanglinmas Propinsi dan Kabupaten/Kota.
d. Sistem Peringatan Dini
Peringatan dini dilaksanakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Departemen
Perhubungan dengan melibatkan LAPAN, BPP Teknologi, kantor Meneg LH/Bapedal dan
instansi lain yang terlibat.
2. Tahap bencana terjadi :
Ada 5 kegiatan pokok yang harus dilaksanakan secara lintas sektoral,meliputi :
a. Pencarian Dan Pertolongan (SAR)
Pencarian dan pertolongan dilaksanakan secara fungsional oleh BASARNAS dengan
melibatkan unsur TNI, POLRI, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kehutanan yang dibantu
oleh PMI dan semua potensi yang ada.
b. Kaji Bencana Dan Kebutuhan Bantuan
Kaji bencana dan kebutuhan bantuan, dilaksanakan secara fungsional oleh Sekretariat
Bakornas PBP dengan melibatkan Departemen Dalam Negeri, Departemen Pekerjaan Umum,
Departemen Kesehatan, Departemen Sosial serta dibantu oleh PMI dan LSM.

c. Bantuan Kesehatan
Bantuan penampungan korban, kesehatan dan pangan dilaksanakan oleh Departemen
Sosial dengan melibatkan Depertemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, unsur
TNI/POLRI, PMI, LSM.
d. Bantuan Penampungan dan Pangan
e. Bantuan Air Bersih dan Sanitasi
Bantuan air bersih dan sanitasi dilaksanakan secara fungsional oleh Departemen
Pekerjaan Umum yang dibantu oleh Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, PMI dan LSM.
3. Tahap Setelah Bencana
Pada tahap ini ada 3 kegiatan pokok yang harus dilaksanakan secara lintas sektoral,
meliputi : pengkajian dampak banjir, rehabilitasi dan rekonstruksi serta penanganan pengungsi
korban banjir.
a. Pengkajian dampak banjir dilaksanakan secara fungsional oleh Departemen Pekerjaan Umum
dengan melibatkan Departemen Dalam Negeri/Satkorlak PBP dan unsur Perguruan
Tinggi/Lembaga
Penelitian, Bapedal, Departemen Kehutanan dan instansi terkait
lainnya.
b. Rehabilitasi lahan dan konservasi biodiversitas dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan
dengan melibatkan instansi terkait
c. Penanganan pengungsi dilaksanakan oleh Departemen Sosial dengan melibatkan Depertemen
Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, unsur TNI/POLRI, PMI, LSM.
C. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat
Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh
informasi adalah melalui pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya).
Pengalaman seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam berbagai
aspeknya sangat menentukan persepsi seseorang terhadap sesuatu. Pengalaman seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, budaya, agama maupun tradisi keseharian dari
masyarakatnya. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek dapat berubahubah. Proses perubahan
persepsi disebabkan oleh proses pada sistem saraf pada indera manusia dan proses psikologis
yang antara lain dijumpai dalam pembentukan dan perubahan sikap.
Persepsi masyarakat terhadap suatu obyek atau peristiwa merupakan landasan pokok bagi
timbulnya sikap dan perilaku. Makna positif atau negatif sebagai hasil persepsi seseorang
terhadap sesuatu sangat tergantung dari bentuk dan proses interaksinya. Pengalaman seseorang
merupakan faktor yang penting dalam pembentukan persepsinya terhadap sesuatu. Pengalaman
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam berbagai aspeknya sangat
menentukan persepsi seseorang terhadap sesuatu. Pengalaman seseorang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik sosial, ekonomi, budaya, agama maupun tradisi keseharian dari
masyarakatnya.
masyarakat adalah proses dimana masyarakat turut serta mengambil keputusan. Pada
hakekatnya pelibatan masyarakat merupakan bagian dari proses perencanaan untuk
mengakomodasi kebutuhan, aspirasi dan fokus mereka. Tujuannya adalah untuk mengeliminir
kemungkinan terjadinya dampak negatif. Ini tidak hanya sekedar menghindari protes masyarakat,
tetapi sebagai upaya untuk memperoleh input dari masyarakat tentang segala sesuatu yang
menyangkut nasib mereka.
Ada beberapa pandangan tentang partisipasi ditinjau dari kualitas yaitu:
a. Partisipasi sebagai masukan kebijaksanaan, dimana informasi, aspirasi dan dari publik akan
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
b. Partisipasi sebagai strategi, dalam konteks ini partisipasi diperlakukan sebagai alat untuk
memperoleh dukungan dari publik.
c. Partisipasi sebagai komunikasi, dilakukan berdasarkan anggapan bahwa pemerintah (project
proponent) memiliki tanggung jawab untuk menampung aspirasi dari masyarakat.
d. Partisipasi sebagai media pemecahan publik, sebagai cara untuk mengurangi ketegangan dan
memecahkan konflik
e. Partisipasi sebagai terapi sosial, dilakukan untuk menyembuhkan “penyakit social seperti
alienation, pawerlessness seperti rasa minder dan sebagainya.
Batasan tentang masyarakat cukup beragam dan mencakup berbagai faktor. Beberapa ahli
telah mencoba memberi definisi tentang masyarakat. Masyarakat adalah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan
penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Keseluruhan yang selalu berubah itulah yang dinamakan dengan masyarakat. Masyarakat
merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Masyarakat merupakan
setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Raph Linton dalam Soerjono Soekanto.
Manusia senantiasa mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan
sesamanya. Semenjak dilahirkan manusia mempunyai naluri untuk hidup bersama. Pada
hubungan antara manusia dengan sesamanya, maka reaksi yang timbul mengakibatkan
bertambah luasnya sikap dan tindakan seseorang. Reaksi dalam hubungan antar manusia
cenderung untuk menyerasikan dengan sikap dan tindakan pihak lain.
Hal ini pada dasarnya disebabkan manusia mempunyai dua hasrat yang kuat dalam
dirinya, yaitu keingingan untuk menjadi satu dengan sesamanya atau manusia lain di
sekelilingnya. Manusia mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya untuk dapat
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, yakni lingkungan sosial
dan alam. Selain itu, dalam menyerasikan diri dengan lingkungan-lingkungan tersebut manusia
senantiasa hidup dengan sesamanya untuk menyempurnakan dan memperluas sikap dan
tindakannya agar tercapai kedamaian dengan lingkungannya. Masyarakat pada dasarnya
merupakan sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai
kepentingan dan juga untuk bertahan. Masyarakat juga mempunyai berbagai kebutuhan yang
harus dipenuhi agar masyarakat dapat hidup terus.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain: informasi, energi, materi, sistem komunikasi,
sistem produksi, sistem distribusi, sistem organisasi sosial, sistem pengendalian sosial,
perlindungan warga masyarakat terhadap ancaman-ancaman yang tertuju pada jiwa dan hartanya.
Masyarakat senantiasa merupakan suatu sistem karena mencakup berbagai komponen dasar yang
saling berkaitan secara fungsional.
Masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang bercorak agraris
tradisional. Lebih dari 80% penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan. Integrasi sosial pada
masyarakat yang bercorak agraris tradisional didasarkan atas nilai-nilai kemasyarakatan tertentu
yang merupakan kesepakatan di antara para anggotanya. Nilai-nilai itu memiliki daya mengatasi
perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di atara para anggota masyarakat. Secara sosial,
struktur masyarakat Indonesia dicirikan masih adanya pelapisan sosial yang cukup tajam antara
lapisan bawah dan lapisan atas. Pada masyarakat Indonesia tumbuh polaritas sosial berdasarkan
kekuatan politik dan kekayaan. Lapisan bawah adalah mereka yang berposisi lemah, baik secara
ekonomi maupun politik, sedangkan lapisan atas adalah mereka yang secara ekonomi relatif kaya
dan berkuasa. Semakin meluasnya pertumbuhan sektor ekonomi modern, perbedaan antara
pelapisan sosial lapisan bawah dan lapisan atas semakin tajam.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi : Jalan Gurilla Kelurahan sei kera hilir kecamatan Medang Perjuangan

Waktu : 24 November 2018

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak mempunyai kontrol terhadap variabel tertentu
untuk menjelaskan fenomena sosial. Kontrol terhadap variabel berada di tangan subjek penelitian
atau partisipan.

Meskipun metode penelitian deskriptif memungkinkan untuk melibatkan berbagai


variabel, hanya satu variabel saja yang bisa digunakan untuk menjelaskan. Misalnya, penelitian
tentang motivasi perilaku selfie di Instagram. Peneliti bisa merancang banyak variabel, tapi
hanya bisa menggunakan satu saja, yaitu motivasi perilaku selfie. Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan
subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya
yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif


merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Maka Dari itu disini penulis menggunakan Metode Penelitian Deskriptif
Kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha penggambarkan suatu gejala sosial. Dengan
kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung
pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang lengkap sehingga bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai
masalah/fenomena.

Jadi penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan menggunakan teknik


pengumpulan data seperti wawancara serta dokumentasi. Teknik wawancara ini di lakukan untuk
mendapatkan data primer maka menggunakan teknik wawancara. wawancara yang
pelaksanaanya di lakukan secara bebas dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang di
lakukan sacara porpusive dengan narasumber atau responden yang dalam hal ini adalah seorang
warga.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Beberapa jam pertama pada saat bencana misalnya saat terjadinya banjir besar adalah waktu
yang paling kritis bagi masyarakat. Tindakan cepat dan terkoordinasi (yang telah direncanakan
secara berhati-hati sebelumnya) ditambah dengan pengetahuan yang baik tentang masyarakat dan
lingkungan adalah hal terpenting dalam mengurangi dampak banjir pada masyarakat, harta benda
dan lingkungan.

Penanggulangan banjir tentu saja membutuhkan partisipasi masyarakat. Hanya masyarakat itu
sendiri yang mampu mengidentifikasi kebutuhan dan mengetahui urutan prioritasnya. Hanya
mereka yang paling mampu dalam menjabarkan masalah-masalah yang ada serta melakukan
tindakan responsif berdasarkan sumber daya dan kapasitas lokal yang tersedia, sehingga
penanggulangan banjir dapat direncanakan dan diterapkan secara efektif, karena:

1. Tidak ada yang lebih mengerti kesempatan dan hambatan setempat selain masyarakat itu
sendiri;
2. Tidak ada yang lebih tertarik untuk memahami bagaimana bertahan hidup dalam kondisi
yang terancam daripada masyarakat itu sendiri
3. Masyarakat akan mengalami banyak kerugian apabila mereka tidak dapat merumuskan
keterbatasan mereka dan mengatasinya, namun masyarakat juga akan banyak memperoleh
keuntungan apabila mereka dapat mengurangi dampak banjir;
4. Masyarakat yang mandiri dapat membantu pemerintah dalam mengatasi banjir di daerah.

Partisipasi masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat
terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil
tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi banjir sekaligus
mengurangi dampaknya. Organisasi masyarakat semacam ini telah dibentuk dengan sukses di
beberapa daerah di Jakarta, misalnya di jalan Gurilla Kelurahan sei kera hilir.
Organisasi masyarakat ini akan banyak berperan sebelum, ketika dan setelah terjadinya banjir.
Peran utama organisasi ini adalah:

1. Menghimbau masyarakat untuk membentuk tim kerja yang didasarkan atas semangat
gotong royong.
2. Menyatukan organisasi-organisasi, partai-partai, dan kelompok-kelompok (karang taruna,
PKK dan organisasi keagamaan) untuk memberikan perhatian lebih dan berperan lebih
aktif dalam menghindari banjir.
3. Menjalin hubungan yang baik dengan pihak-pihak lain seperti LSM dan institusi
pemerintahan untuk mendukung masyarakat secara menyeluruh.
4. Menerima pelatihan dari institusi pemerintahan atau LSM untuk memperoleh
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam menghadapi banjir dengan efektif.
Organisasi masyarakat tersebut akan menyampaikan pengetahuan dan kemampuan yang
mereka dapatkan dari pelatihan kepada anggota masyarakat lainnya atau menerapkannya
langsung.
5. Bekerjasama dengan organisasi-organisasi atau individu-individu di luar masyarakat yang
memberikan bantuan dan fasilitas-fasilitas, seperti dapur umum, makanan, dan-lain-lain.
Organisasi masyarakat ini diharapkan mampu mengetahui kebutuhan masyarakat dan
mengkoordinasikannya dalam kegiatan terkait, sehingga menghemat dana masyarakat.
Dana tersebut dapat dipergunakan untuk kegiatan lainnya.

Organisasi masyarakat seperti ini sangat penting untuk membangun kemampuan masyarakat
dalam mengatasi bencana seperti banjir. Dengan bantuan organisasi ini, masyarakat dapat
melakukan tindakan-tindakan penting secara terkoordinasi pada waktu yang tepat ketika banjir.
Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk bereaksi dengan cepat, efisien, dan praktis,
sehingga sumber daya masyarakat dapat digunakan secara ekonomis.

Organisasi masyarakat ini dapat berupa organisasi baru yang sengaja dibentuk, ataupun
berasal dari organisasi yang telah ada, seperti Satgas banjir, namun tugas dan anggotanya dapat
ditambah sesuai dengan kebutuhan. Organisasi ini sebaiknya dibentuk di tingkat RW agar dapat
bekerja dengan efektif dan melayani anggota masyarakat dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak.
Contoh banjir tersebut seperti gambar yang diatas. Banjir bukan hal baru melanda
kota-kota besar di Indonesia. Segala macam upaya yang dilakukan pemerintah dalam
menangani persoalan ini rasanya belum cukup tanpa dibarengi kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Padahal cukup jelas dampak banjir banyak
merugikan semua pihak, baik dari sisi materi, psikis, bahkan tidak jarang memakan korban
jiwa. Nyatanya, gambaran-gambaran segala dampak buruk yang diakibatkan banjir tersebut
tidak turut serta membawa masyarakat ke dalam kepedulian tinggi terhadap lingkungan, yang
pada akhirnya bencana banjir akan tetap terus menjadi “langganan” bagi masyarakat
perkotaan.

Faktor penyebab terjadinya banjir terbagi atas dua, yaitu banjir dikarenakan faktor
alam seperti air laut pasang, tsunami, badai, hujan deras yang lama.Kemudian banjir yang
dikarenakan ulah manusia seperti penebangan liar, pembuangan sampah di sungai,
penyumbatan selokan, pengurangan daerah resapan air dan masih banyak lagi. Ironisnya,
sebagian besar faktor terjadinya banjir tersebut dikarenakan ulah manusia itu sendiri.  

Sifat tidak peduli, ketidaksadaran, dan lain-lain rasanya sudah mendarah daging bagi
sebagian masyarakat Indonesia. Semua itu bisa dilihat dari banyaknya jumlah sampah di
sungai atau kali, atau bahkan di dalam selokan-selokan jalan. Berdasarkan hal itu, penulis
akan lebih memfokuskan pembahasan pada faktor penyebab banjir, yaitu mengenai
pentingnya kebersihan selokan, mengingat selokan juga membawa pengaruh penting bagi
penanganan persoalan banjir di Indonesia. Menurut situs Wikipedia, pengertian selokan atau
“parit” adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan atau air hujan untuk dibawa ke
suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan. Dari pengertiannya
saja sudah cukup jelas mengenai fungsi selokan itu, dan seperti apa pemanfaatan selokan.  

Pemerintah juga mencanangkan pembangunan selokan karena merupakan salah satu


upaya mencegah banjir. Dengan adanya selokan, diharap curah hujan yang tinggi dapat
meminimalisir tingkat genangan air pada badan jalan dengan mengalirnya air tersebut dari
selokan. Air yang menggenangi jalan selain mempersulit pengendara, juga dapat
mengakibatkan kerusakan jalan. Realitas yang terjadi, selokan tidak lain dijadikan tempat
pembuangan sampah yang instan. Jika kita melihat isi dalam selokan di sepanjang jalan, pasti
banyak sampah dengan air yang jorok dan bau. Selokan yang awalnya memiliki kedalam 2-3
meter lama kelamaan mengalami pendangkalan akibat sampah tersebut. Sehingga kapasitas
untuk menerima curah hujan semakin sedikit, belum lagi penyumbatan setiap lorongnya
akibat sampah yang menumpuk.

Dengan penyumbatan pada lorong-lorong selokan tersebut, jelas akan menghambat


aliran air menuju sungai atau semacamnya. Jadi tidak heran, jika setiap hujan deras, sebagian
atau seluruh badan jalan digenangi air. Yah, bisa dibilang ‘selokan tumpat, banjir pun semakin
mantap’.

Pentingnya kebersihan selokan juga tidak hanya dalam masalah penanganan banjir saja. Di
sisi lain, selokan yang kotor dapat menganggu kesehatan manusia, karena timbulnya sarang
nyamuk dan munculnya virus-virus bakteri berbahaya lainnya. Di perkotaan, tidak sedikit
selokan berada di depan rumah warga yang jaraknya sangat berdekatan. Tentu hal itu
membahayakan kesehatan mereka, karena udara yang dihirup tercemar oleh bau busuk
selokan yang kotor. Akhirnya bibit penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh seperti
cacingan, flu, penyakit kulit dan lain-lain.
Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan masalah banjir di kota medan jalan gurilla
khususnya di wilayah jalan gurilla kecamatan medan perjuangan sangat diperlukan untuk
membantu pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah
daerah untuk penanggulangan bencana banjir baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Tanpa adanya partisipasi dari masyarakat penggulangan masalah banjir ini tidak akan
bisa berjalan dengan baik oleh karena itu masyarakat harus berperan aktif dalam setiap kegiatan
yang diadakan oleh pemerintah setempat untuk menjaga lingkugan bersih dan sehat. Berdasarkan
hasil penelitian, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan
program-program atau kegiatan Pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya
diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan bahkan pengambilan
keputusan. Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan
dan kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan
berbagai persoalan, menyampaikan bahwa partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya meningkatkan proses belajar
masyarakat; mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab;
mengeliminasi perasaan terasing sebagian masyarakat serta menimbulkan dukungan dan
penerimaan dari pemerintah. Dari teori diatas sejalan dengan hasil penelitian yang menujukan
bahwa partisipasi masyarakat di jalan gurilla baik secara langsung maupun tidak langsung namun
partisipasi masyarakat ini masih rendah atau kurang maksimal sebagian besar partisipasinya
hanya sebatas keikutsertaan dalam program program yang dilaksanakan pemerintah dalam hal ini
partisipasi masyarakat Sempaja Barat masih dalam arti yang sempit belum sampai pada arti
partisipasi yang lebih luas.

1. Membuang sampah pada tempatnya

Hasil wawancara dengan beberapa informan yang ada di jalan gurilla, menunjukkan bahwa,
dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya partisipasi dan
kepedulian masyarakat terhadap masalah banjir disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, ada
sebagian dari masyarakat yang memang tidak peduli dengan lingkungan tanpa alasan, adanya
anggapan atau pemahaman sebagian dari masyarakat bahwa masalah banjir adalah tanggung
jawab sepenunya oleh pemerintah, adanya pemahaman bahwa penyebab banjir ini bukan hanya
persoalan sampah tetapi disebabkan oleh beberapa hal lain seperti dangkalnya anak sungai,
penataan kota yang tidak tertata dengan baik serta kurangnya resapan air berkurangnya hutan
sebagai resapan air dan ada juga yang menilai bahwa kebijakan pemerintah terhadap masalah
banjir.

Hasil penelitian mengukapkan bahwa kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya masih rendah, masih banyak masyarakat yang membuang sampah dengan sembarang
tidak pada tempatnya dan masih adanya masyarakat yang membuang sampah tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pengelolaan sampah diselenggarakan
berdasarkan asas tanggungjawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.
Pengolahan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pentingnya koordinasi dalam sebuah organisasi adalah untuk memanajemen dan untuk
mengusahakan terjadinya keselarasan dan keseimbangan antara pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang dengan yang lainnya di dalam organisasi tersebut. Agar koordinasi berjalan dengan
baik maka dibutuhkan adanya pemberian wewenang yang sesuai dengan bidang kerjanya
masingmasing, sehingga dengan adanya pembagian tugas dan wewenang yang sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing dapat menghindari kesimpangsiuran dan juga tumpang
tindihnya tugas dan tanggung jawab di dalam satu bagian dan bagian yang lainnya dalam sebuah
organisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber/informan yang ada di jalan gurilla
ini, diketahui bahwa koordinasi pemerintah dalam hal ini kelurahan dengan ketua RT dan
instansi terkait masalah penanganan banjir selama ini sudah dilakukan dengan baik akan tetapi
belum maksimal perlu ditingkatkan lagi untuk kedepannya agar masalah banjir ini bisa teratasi
dengan baik.

2. Gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan atau pada parit jalan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan
langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung,
seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan
kebijakan pemerintah. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi seringkali ditentukan
secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat
pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi,
hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga
khususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas
pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan Pemerintah, padahal
partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan
perencanaan bahkan pengambilan keputusan.

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan
kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan
berbagai persoalan. menyampaikan bahwa partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya meningkatkan proses belajar
masyarakat; mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab;
mengeliminasi perasaan terasing sebagian masyarakat serta menimbulkan dukungan dan
penerimaan dari pemerintah.

B. SARAN

Seharusnya bencana banjir yang sering terjadi sangatlah membawa kerugian besar. Dimana
melihat kondisi ini, maka pencegahan banjir sangatlah mutlak sekali dimana yang harus
dilakukan oleh seluruh masyrakat Indonesia. Adapun hal-hal yang harus dilakukan adalah yang
harus kita lakukan yakni dengan tidak menebang pohon secara liar , tidak membuang sampah
dengan sembarangan di selokan termasuk membuangnya termasuk di aliran sungai, membuat
saluran air yang memadai, dan membuat tanggul yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi,Indah P. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengurangi Resiko Bencana Banjir Di


Kecamatan Jebres Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Noorwandy.Aries.2017. Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir di Kelurahan


Sempaja Barat Kecamatan Samarinda Utara. FISIP. Universitas Mulawarman

United Nations.2008. Buku Partisipasi Masyarakat. UNESCO.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai