Disusun Oleh :
DOSEN PEMBIMBING
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini dapat terwujud. Paparan materi yang saya sajikan dalam makalah ini
mengacu pada “ Askep Anak Jalanan ”.
Makalah ini saya buat dengan sebaik-baiknya agar dapat dimengerti oleh seluruh
pembacanya. Namun saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
saran pembaca sangat saya harapkan untuk pembuatan makalah berikutnya.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Harapan saya kiranya
makalah ini bermanfaat serta meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan kesehatan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi praktek
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA). Semuanya didasarkan pada diagnosis dan
intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan mental yang actual maupun
potensial. Pelayanan yang menyeluruh difokuskan pada pencegahan penyakit mental, menjaga
kesehatan, pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan fisik dan mental, diagnosis dan
intervensi dari gangguan mental dan akibatnya, dan rehabilitasi. Keperawatan jiwa / mental
diharapkan mampu mengkaji secara komprehensif, menggunakan ketrampilan memecahkan
masalah secara efektif dengan pengambilan keputusan klinik yang komplek (advokasi),
melakukan kolaborasi dengan profesi lain, peka terhadap issue yang mencakup dilema etik,
pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawab fiskal. Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat
dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Keperawatan jiwa bukan hanya berfokus pada individu dengan gangguan jiwa melainkan
juga terhadap individu dengan masalah psikososial dan kejiwaan. Salah satu individu dengan
masalah psikososial adalah anak jalanan dan gelandangan.
B. Tujuan
Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa serta
mengetahui bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
- Untuk masyarakat
- Untuk Mahasiswa
Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan pada kasus keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan,
baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai
hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.
Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi
dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini
sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional, fisik maupun
seksual.
Ketiga, Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari
keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan
kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu
tempat ke tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori
ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak
anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah dapat
ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan
pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.
- Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua atau saudara, umumnya di
daerah kumuh
- Masih bersekolah
1. Pengkajian
a) Faktor predisposisi
Genetik
b) Faktor presipitasi
Biologis
Sosial kutural
Psikologis
d) Sumber koping
e) Mekanisme koping
Pengingkaran
2. Diagnosa Keperawatan
2. Isolasi Sosial
3. Intervensi Keperawatan
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Tujuan Khusus :
Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan:
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
- Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
- Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
- Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
Intervensi
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
I. HASIL PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : An. R
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 23 Januari 2003
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : manusia silver dan pengamen
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Citepus, Bandung
Tanggal Pengkajian : 6-7 September 2015
Alasan menjadi anak jalanan :
Kegiatan di jalanan baru ditekuni klien R semenjak satu tahun terakhir.Klien yang masih
duduk di bangku kelas 6 SD ini pada awalnya tidak menjadi anak jalanan.Ayah yang bekerja
serabutan dan ibu sebagai tukang cuci terkadang tidak cukup untuk membiayai sekolah klien
serta saudaranya.Klien merupakan anak ke emapat dari 5 bersaudara.Ia mengaku sering tidak ada
bekal untuk ke sekolah sehingga anak R memutuskan untuk mengamen dari angkot ke angkot.
Awalnya ibu melarang dengan alasan masih kecil, namun karena kondisi akhirnya anak R
diperbolehkan mengamen.Setelah muncul komunitas manusia silver, anak R ikut bergabung dan
membalur tubunya dengan cat silver. Kegiatan tersebut ia lakukan sepulang sekolah.
Komponen Psikososial
1. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
- Persepsi klien terhadap tubuhnya:
Klien merasa tidak puas atas kondisi tubuhnya, karena bagian tubuhnya banyak yang
terkena luka akibat memakai cat terutama luka pada bagian kaki klien ada luka yang sampai
membuat sebagian kulit kakinya mengelupas.Selain itu, klien juga merasa bahwa dirinya
tidak ganteng dan tidak ada yang bisa dibanggakan dari bagian tubuhnya tersebut.
- Persepsi klien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai :
Bagian tubuh yang tidak disukai klien adalah bagian wajah terutama mulut dan gigi,
karena menurut klien bagian mulutnya agak tonggos sehingga suka diejek oleh teman-
temannya.
b. Identitas Diri
- Status dan posisi klien dalam keluarga :
Status klien dalam keluarga adalah sebagai anak, klien merupakan anak ke 4 dari 6
bersaudara.
- Status dan posisi klien di lingkungan :
Anak R merupakan anak jalanan dan juga anggota dikomunitas silverman
- Kepuasan klien terhadap status dan posisinya :
Klien merasa tidak puas sebagai statusnya sebagai anak karena selama menjadi anak
klien belum bisa berbakti kepada kedua orangtuanya.Kondisi ekonomi yang kurang baik
membuatnya harus turun ke jalanan untuk mencari uang sebagai pengamen dan manusia
silver.Klien mengaku banyak memiliki kakak namun kondisi perekonomian kakak juga
tidak baik sehingga tidak ingin merepotkan kakaknya.
Selain itu klien juga tidak merasa cukup puas sebagai anak jalanan, karena klien ingin
seperti anak-anak yang lain yang dapat bermain dengan bebas, berada di rumah untuk
belajar. Namun, klien R harus ke jalanan sepulang sekolah untuk mencari tambahan bekal
sekolah.Kegiatan ini sudah dilakukannya selama satu tahun. Awalnya ibu klien melarang
untuk menjadi manusia silver karena masih kecil. Namun karena keadaan akhirnya sang ibu
yang hanya sebagai tukang cuci di rumah tetangga dengan terpaksa membiarkan anaknya
untuk menjadi manusia silver dan pengamen.
c. Peran diri
- Tugas yang diemban didalam keluarga/kelompok/masyarakat :
Tugas klien adalah mencari uang untuk membantu keluarga dan juga komunitasnya
(manusia silver).
- Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut :
Klien merasa mampu untuk melakukan tersebut, asalkan tidak tertangkap oleh dinas
sosial. Ketika razia biasanya anak R sering lari karena jika itu tidak dilakukan ia akan ditangkap
dan tidak bisa mencari uang.
Klien merasa baik-baik saja terhadap tugas dan perannya, karena klien menganggap
mencari uang sebagai anak jalanan itu adalah hal yang baik asalkan tidak mencuri.Namun
terkadang klien juga merasa malu sebagai anak jalanan jika bertemu dengan teman-temannya
yang bukan anak jalanan. Selain itu, ada sedikit kekhawatiran dalam diri klien karena sebenarnya
dalam melaksanakan tugasnya mencari uang dijalanan ini masih kejar-kejaran dengan petugas
dari dinas sosial. Beberapa kali klien R pernah tertangkap razia sehingga ia tidak bisa mencari
uang. Pengasilannya menurut klien sudah lumayan untuk sekolah dan jajan hanya saja ketika
sedang sedikit mendapat uang terkadang klien sering sedih karena pengahasilan Rp 40.000
hingga Rp 60.000 harus ia bagi dengan komunitas manusia silver. Klien juga sering khawatir
serta cemas terhadap masa depannya, ia ingin sekali menjadi polisi dan membanggakan kedua
orang tuanya namun apakah dengan kondisi ekomoni seperti ini ia dapat terus bersekolah
sedangkan biaya sekolah tidaklah murah.
.
e. Harga Diri
Hubungan klien dengan teman-temannya di jalanan cukup baik, jika ada masalah klien bisa
membicarakan masalahnya itu kepada teman-temannya atau kepada ibu klien, namun hubungan
klien dengan orang-orang disekitar rumahnya tidak begitu dekat karena klien dan kakaknya
memang jarang dirumah.
Klien merasa bahwa selain teman-temannya yang dijalanan, klien sering dipandang sebelah
mata, diremehkan oleh orang lain atau teman-teman sekolahnya, hal ini membuat klien merasa
tidak nyaman dan malu. Klien juga malu jika bertemu dengan teman-teman sekolahnya.
2. Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah ibu dan teman-teman anak jalanan.Jika ada
masalah ataupun klien butuh bantuan, klien biasanya bercerita kepada temannya ataupun ibu.
Kelompok masyarakat yang diikuti klien hanya kelompok anak jalanan saja, di lingkungan
rumah klien tidak mengikuti kegiatan atau kelompok apapun. Menurut klien kelompok anak
jalanan ini sudah seperti keluarga baginya, klien merasa bisa saling berbagi suka dan duka
dengan kelompok anak jalanan ini.
Klien masih bersekolah kelas 5 SD dan disamping sebagai siswa, klienpun sebagai
pengamen dan manusia silver di jalanan.
- Gaya Hidup
Klien mengatakan bahwa iatidak memiliki kebiasaan ngelem. Namun, sekitar lingkungan
anak jalanan saudaranya memiliki kebiasaan ngelem.Ia juga khawatir akan terbawa kebiasaan
tersebut karena banyak sekali anak jalanan yang lebih tua darinya memiliki kebiasaan ngelem.
- Budaya
Klien bersuku sunda, dan dalam kesehariannya klien menggunakan bahasa sunda
4. Spiritual
Nilai, keyakinan dan kegiatan ibadah
Klien beragama Islam, kegiatan ibadah yang bisa dilakukan oleh klien adalah sholat
dan mengaji.Menurut penuturan klien, jika klien tidak capek sepulang mengamen ia pergi
mengaji ke mushola dekat rumahnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan
tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai
dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan
kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Selain itu, Direktorat Kesejahteran Anak,
Keluarga dan Lanjut Usia, Departemen Sosial (2001: 30) memaparkan bahwa anak jalanan
adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran
di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18
tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya
anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan demi mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati
maupun dengan paksaan orang tuanya
DAFTAR ISI
Pardede, Yudit O. K. Konsep Diri Anak Jalanan Usia Remaja. Jurnal Penelitian Psikologi. 2007: (12):
2:138-146Permadie G dan Ardhiane N.
Selinting Ganja di Tangan. Yogyakarta: Yayasan Duta Awan dan Terre De Hommes Netherlands. 1999
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Volume 1.Edisi 4.
Jakarta: EGC. 2005
Pramuchtia, Yunda dan Nurmala K. Pandjaitan. Konsep Diri Anak Jalanan. Jurnal Transdisiplin
Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi. 2010: (4):02: 255-272