Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM DENGAN


POST OPERASI SECTIO CAESAREA

OLEH :
NOVRIYANTY,S.Kep
NIM : PO71202210089

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni & Wahyu, 2013).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahrnya
placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).
Sectio Caesarea merupakan prosses persalinan atau pembedahan melalui insisi
pada dinding perut dan Rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis
dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua factor yang mempengaruhi yaitu factor
janin dan factor ibu. Factor janin meliputi : bayi terlalu besar, kelainan letak janin,
ancaman gawat janin, janin abnormal, factor placenta, kelainan tali pusat dan bayi
kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri dari : usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan
panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD),
dan pre-eklamsia (Hutabalian,2011).
Di Negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis
bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi
setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama
(Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang kompleks
yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan
pelayanan obstetric disuatu Negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstetric
masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia
merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan Negara-Negara ASEAN lainnya.
Angka kejadian sectio caesarea di dunia tahun 2010 berdasarkan WHO mencapai
10% s/d 15% per 1.000 proses persalinan. Di Negara maju angka persalinan sectio
caesarea mencapai 15% dari sebelumnya 5% pada tahun 2010. Sedangkan di Negara
berkembang seperti mencapai 21% dari seluruh persalinan. Di Indonesia sendiri angka
kejadian sectio caesarea dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dari 5% menjadi 20%
pada tahun 2010.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan ibu post partum pada pasien Ny.S
dengan post op sectio caesarea.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada ibu post partum
dengan post op sectio caesarea
b. Mampu melakukan pengkajian pada ibu post partum dengan post op sectio
caesarea
c. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada ibu post partum dengan post
op sectio caesarea
d. Mampu menyusun intervensi, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian
pada ibu post partum dengan post ob sectio caesarea

1.3 Manfaat
Tugas ini berguna untuk menambah wawasan dan sebagai bekal ilmu bagi mahasiswa
untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait dengan masalah-
masalah yang tertentu yang berhubungan dengan Sectio Caesarea.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Post Partum


2.1.1 Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahrnya
placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).
Sectio Caesarea merupakan prosses persalinan atau pembedahan melalui insisi
pada dinding perut dan Rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis
dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua factor yang mempengaruhi yaitu factor
janin dan factor ibu. Factor janin meliputi : bayi terlalu besar, kelainan letak janin,
ancaman gawat janin, janin abnormal, factor placenta, kelainan tali pusat dan bayi
kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri dari : usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan
panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD),
dan pre-eklamsia (Hutabalian,2011).
2.1.2 Pembagian Masa Post Partum
Pembagian nifas di bagi menjadi 3 bagian
1) Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam,
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40hari.
2) Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu, bulan atau tahunan.
Periode post partum adalah masa 6 minggu setelah bayi lahir sampai organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang disebut
puerperium atau trimester 4 kehamilan.
Immediate post partum : berlangsung dalam 24 jam pertama
Early post partum : berlangsung sampai minggu pertama
Late post partum : berlangsung sampai masa post partum berakhir
2.1.3 Perubahan Sistem Organ Reproduksi pada Post Partum
Patofisiologis cedera kepala dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Payudara
Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan dalam
masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan
nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi.
2) Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi menjadi 2
lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas bersama lochea.
Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan myometrium yang berisi
kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru.
3) Serviks, Vagina, Vulva Perineum
Pada persalinan dengan sectio caesarea tidak terdapat peregangan pada serviks dan
vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan
mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal. Pada
pasien dengan seksio caesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.
2.1.4 Involusi
1. Involusi Uteri
Pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi
fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. Yaitu mengecilnya
kembali Rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal.
2. Involusi Uterus
Ischemia pada myometrium disebut juga local ischemia yaitu kekurangan darah
pada uterus. Kekurangan ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup
lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang
pergi ke uterus didalam masa kehamilan, karena uterus harus membesar
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
2.1.5 Adaptasi Fisiologis Post Partum
Akhir dari persalinan hamper seluruh system tubuh mengalami perubahan secara
progresif. Semua perubahan apda ibu post partum perlu dimonitor oleh perawat, untuk
menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan – perubahan tersebut adalah :
a. System Respirasi
b. System Cardiovaskuler
1) Cardiac output
2) Volume dan konsentrasi darah
c. System Gastrointestinal
d. System Endokrin
1) Hormone placenta
2) Hormone pituitary
3) Hipotalamik pituitary ovarium
e. System Perkemihan
f. System Pencernaan
1) Nafsu makan
2) Motilitas
3) Defekasi
g. System persarafan
h. System Integumen
i. System Muskuloskletal
j. Perubahan Tanda Vital
1) Suhu badan
2) Nadi
3) Tekanan darah
k. Perubahan Hematologi
l. Dinding Abdomen
m. Kehilanan Berat Badan
n. Varises
2.1.6 Adaptasi Psikologis Post Partum
Adaptasi psikologis ibu post partum terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Fase Taking In
Periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan.
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung selama 3-20 hari setelah melahirkan, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi, selain itu
perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati.
3. Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan.

2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea


2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Pengertian lainnya yaitu tindakan
untuk melahirkan janin dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada
dinding uterus yang utuh, dan atau pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding parut dan dinding Rahim
2.2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
1. Organ Reproduksi Eksterna Wanita
a. Vulva/pudenta (dari pubis sampai perineum)
b. Mons veneris/mons pubis
c. Labia mayora/bibir-bibir besar
d. Labia minora/bibir-bibir kecil
e. Klitoris
f. Vestibulum
g. Bulbus vestibule
h. Introitus vagina
i. Perineum
2. Organ Reproduksi Interna Wanita
a. Vagina/liang kemaluan
b. Uterus
c. Tuba falloppi
1) Pars irterstisialis
2) Pars Ismika
3) Infundibulum
d. Ovarium
2.2.3 Jenis-Jenis Sectio Caesarea
1. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
Insisi pada bawah Rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang,
keunggulan pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian ari tidak
besar
2. Sectio Caesarea Korporal/Klasik
3. Sectio Caesarea Ekstra Peritoneal
4. Sectio Caesarea Hysteroctomi
SC ini dilakukan dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Placenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat
2.2.4 Etiologi
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah rupture uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distress dan
janin besar melebihi 4.000 gram.
1. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
normal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oelh
kehamilan.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus.
4. Bayi Kembar, hal ini karena kelahiran bayi kemabr memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran bayi tunggal.
5. Faktor hambatan jalan lahir
6. Kelainan letak janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
2) Presentasi muka
3) Presentasi dahi
b. Letak sungsang
2.2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian, yaitu :
a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri sekitar luka operasi
d. Peristaltic usus menurun
2.2.6 Patofisologis
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun
ibu sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar.
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
b. Pemindaian CT
c. Magneti Resonance Imaging (MRI)
d. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal
2) Hitung darah lengkap
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar magnesium darah
2.2.8 Komplikasi
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, yaitu :
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-
cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus
2.2.9 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Perawatan Awal
a. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit selama 6 jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap
15 menit sampai sadar.
b. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
c. Transfuse darah jika perlu
d. Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfuse, segera
kembalikan ke kamar bedah, kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
3. Mobilitasi
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam pasca op
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post op, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke-5 pasca op
4. Fungsi Gastrointestinal
a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b. Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
c. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
5. Perawatan fungsi kandung kemih
a. Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam,
b. Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih,
c. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
minimum 7 hari atau urine jernih,
d. Jika sudah tidak memakai antibiotic berikan nirofurantion 100mg peroral per
harsampai kateter dilepas,
e. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan
6. Pembalutan dan perawatan luka
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut,
b. Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan,
c. Ganti pembalut dengan cara steril,
d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan kulit dilakukan
pada hari ke-5 pada SC.
b. Medis
1. Cairan IV sesuai indikasi
2. Anestesi regional atau general
3. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea
4. Tes laboratorium
5. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
6. Tanda vital per protokol ruang pemulihan
7. Persiapan kulit pembedahan abdomen
8. Persetujuan ditandatangani
9. Pemasangan kateter fole

2.3
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Usia : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : S.2
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Bukit Duri, No.5 Kel. Kebun Sirih
No MR : 010607
Ruang Rawat : Zaal Kebidanan
Tgl Masuk : 23 Agustus 2021
Tgl Pengkajian : 25 Agustus 2021
Penanggung Jawab
Nama Suami/Istri : Tn.Z
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S.1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Bukit Duri, No.5 Kel.Kebun Sirih
b. Alasan Masuk
Klien mengatakan sakit pinggang menjalar sampai ke ari-ari dengan P2 A0
mempunyai riwayat SC pada kelahiran anak pertama berusia 6 tahun.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien post op SC hari kedua mengeluh nyeri yang dirasakan seperti disayat-
sayat pada bagian abdomen, kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah,
region inguinalis dextra (region kanan bawah) dan region inguinalis sinistra
(region kiri bawah) dan nyeri pada abdomen tidak menyebar. Pasien
merasakan nyeri yang mengganggu kegiatan utnuk melakukan aktifitasnya.
Nyeri muncul saat bergerak. Hal yang memperbaiki keadaannya adalah
dengan berbaring dan istrahat, skala nyeri 5.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah melakukan operasi SC saat
melahirkan anak pertama, yaitu 6 tahun yang lalu.
3. Riwayat Kehamilan
No Tahun Penolong Jenis Jenis BB/PB Keadaan
Persalinan Persalinan Persalinan Kelamin Anak
Sekarang
1. 2015 Dokter Sectio Laki-laki 3.200gr/ Hidup
Rumah Caesarea 47cm
Sakit
2. 2021 Dokter Sectio Perempuan 3.400gr/ Hidup
Rumah Caesarea 45cm
Sakit

HPHT :
Taksiran Persalinan : 24 Agustus 2021
Kehamilan : ke 2
4. Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan : SC
Anak : ke 2
BB/PB : 3.400 gram / 45 cm
Apgar Score : 7/8
Perdarahan : tidak ada
d. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
BB / TB : 57kg / 175cm
Tanda Vital
Suhu : 36,5˚C
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Tekanan Darah : 120/70mmHg
1) Kepala
a) Rambut
Berwarna hitam dan tampak ketombe
Tidak ada rambut rontok
Tida ada nyeri tekan
Tidak ada benjolan
b) Mata
Simetris kiri dan kanan
Konjungtiva tidak anemis
Tidak ada nyeri tekan
Sclera tidak icterik
c) Telinga
Simetris kiri dan kanan
Pendengaran baik
Tidak ada nyeri tekan
Tampak bersih
d) Hidung
Simetris kiri dan kanan
Tampak bersih
Tidak ada nyeri tekan
e) Mulut dan Gigi
Tidak ada karies
Tidak ada perdarahan pada gusi
Mukosa bibir lembab
Lidah terlihat bersih
2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada luka
3) Thorak
a) Payudara
Simetris kiri dan kanan
Tampak bersih
Areola hiperpikmentasi
Tidak ada nyeri tekan
ASI banyak dan lancer
Putting susu menonjol
Tidak ada pembendungan pada payudara
b) Paru-paru
I : Simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak teraba
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Suara nafas vesikuler
c) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran jantung
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Redup
A : Suara irama jantung teratur
4) Abdomen
I : ada luka bekas sectio caesarea sepanjang kurang lebih 13cm secara
horizontal di kuadran kanan atas dan kiri bawah
A : bising usus normal
P : terdapat nyeri tekan pada luka op sectio caesarea
P : Tympani

Fundus Uteri
Tinggi : 2 jari diatas umbillikus
Posisi : tengah
Kontraksi : keras
5) Ekstremitas
Atas : terpasang injecpam ditangan sebelah kiri, simetris kiri dan kanan
Bawah : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
6) Genetalia
a) Lochea : rubra
Jumlah : sedikit
Warna : merah
Bau : tidak sedap/amis
b) Perineum : utuh
7) Integument
Kulit berwarna kuning langsat
Tidak ada udema
Terpasang injecpam ditangan sebelah kiri
e. Data Penunjang
HB : 10,2 g/dl
Leukosit : 9,692 (10’3/ul)
Trombosit : 365.000 (10’6/ul)
HT : 31,0%
f. Data Pengobatan
Ceftriaxone : 2gr (2x1)
Sulfaferosus : 60gr (2x1)
Dexa : 2 amp (1x1)
Vit.C : 50gr (3x1)
3.2 Analisa Data

No Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi Paraf


1 DS : SLKI : Setelah dilakukan Selasa , 24 Agustus 2021 Selasa, 24 Agustus 2021
 Pasien mengeluh nyeri pada tindakan selama 1 x 12 jam SIKI : S : pasien mengatakan nyeri
luka post op sectio caesare diharapkan tingkat nyeri Observasi : sudah tidak terasa
 Pasien mengatakan nyeri menurun dengan kreteria  Identifikasi lokasi, O : pasien tampak sudah
muncul ketika bergerak hasil : karakteristik, frekuensi, tenang skala nyeri 1, luka
 Pasien mengatakan luka jahitan 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri bekas op SC mulai tampak
post op sangat dirasakan saat 2. Tampak meringis  Identifikasi skala nyeri mulai mengiring
berjalan menurun  Identifikasi faktor A : masalah belum teratasi
 Pasien sesekali memegangi luka 3. Sikap protektif menurun penyebab nyeri sepenunya, skala nyeri 1

post op SC  Monitor efek samping P : Intervensi dilanjutkan


DO : penggunaan analgetik dirumah, pasien dipulangkan

1. Skala nyeri 5 Terapeutik


2. Sesekali pasien tampak  Berikan teknik
meringis nonfarmakologis (tarik
3. Pasien tampak berhati-hati bila nafas dalam, kompre
bergerak hangat atau dingin)
4. Tampak luka post op dibagian  Kontrol lingkungan yang
bawah abdomen kurang lebih memberatkan rasa nyeri
13cm yang masih ditutupi (suhu, pencahayaan,
verban kebisingan)
5. RR : 24 x/i  Fasilitas istrahat dan
6. N : 86 x/i tidur
7. T : 36,5°C
8. TD : 120/70 mmHg Edukasi
 Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi pereda
nyeri
 Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)

2 DS : SLKI : Setelah dilakukan Selasa, 24 Agustus 2021 Selasa, 24 Agustus 2021


 Pasien mengatakan nyeri tindakan selama 1x12 jam SIKI : S : pasien mengatakan sudah
muncul ketika bergerak diharapkan toleransi Observasi mulai bisa berjalan dan
 Pasien tampak sesekali aktivitas meningkat dengan 1. Identifikasi beraktivitas sendiri
memegangi luka post op SC criteria hasil : keterbatasan fungsi O : pasien tampak mulai
 Pasien mengatakan aktivitasnya 1. Kemudahan dalam dari gerak sendi, berlatih jalan dan beraktivitas
terkadang masih dibantu melakukan aktivitas 2. Monitor lokasi dan sendiri
keluarga sehari-hari meningkat sifat ketidaknyamanan A : masalah belum teratasi,
DO : (5) atau rasa sakit selama tambak sesekali aktivitas klien
1. Tampak luka post op SC 2. Kecepatan berjalan bergerak atau dibantu keluarganya
dibagian bawah kurang lebih meningkat (5) beraktivitas P : Intervensi dilanjutkan
13cm 3. Jarak berjalan dirumah, klien dipulangkan
2. Tampak aktivitas dibantu oleh meningkat (5) Terapeutik
keluarga 4. Perasaan lemah  Lakukan pengendalian
3. Pasien tampak lesu menurun (5) nyeri sebelum memulai
4. Pasien mencoba berlatih latihan
berjalan sendiri  Berikan posisi tubuh
5. RR : 24 x/i optimal untuk gerakan
6. N : 86 x/i sendi pasif atau aktif
7. T : 36,5°C  Fasilitasi menyusun
8. TD : 120/70 mmHg jadwal latihan rentang
gerak aktif atau pasif
 Berikan penguatan
positif untuk melakukan
latihan bersama

Edukasi :
 Jelaskan kepada pasien
atau keluarga tujuan dan
rencanakan latihan
bersama
 Anjurkan pasien duduk
ditempat tidur, disisi
tempat tidur (menjuntai)
atau dikursi
 Anjurkan melakukan
latihan rentang gerak
pasif dan aktif secara
sistematis
BAB IV
KESIMPULAN

Sectio Caesarea adalah proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada
dinging perut dan Rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis
dilakukannnya operasi SC ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan
faktor ibu.
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien Ny.S dengan post operasi SC.
Pada pengkajian penulis tidak menemukan beberapa perbedaan, serta hambatan tida
ada ditemukan penulis.
b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien Ny.S dengan post
operasi SC yaitu :
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak
meringis
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan pasien
merasa lemah
c. Penulis mampu merencanakan intervensi keperawatan, dengan tujuan yang
diharapkan yaitu : agar nyeri akut berkurang, dan intoleransi aktivitas menurun.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan dengan pelaksanaan yang
telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan.

Tinjauan pustaka

Anda mungkin juga menyukai