Anda di halaman 1dari 3

A.

B.
C. CIRI-CIRI DAN TUJUAN MOU (Memorandum Of Understanding)
Adapun ciri-ciri MoU adalah sebagai berikut :
1. Isinya ringkas, bahkan biasanya satu halaman saja;
2. Berisikan hal yang pokok saja;
3. Bersifat pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang lebih rinci
4. Mempunyai jangka waktunya, misalnya satu bulan, enam bulan, atau setahun.
Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan suatu
perjanjian yang lebih rinci, perjanjian tersebut akan batal, kecuali diperpanjang
oleh para pihak;
5. Biasanya atau pada umumnya MoU dibuat dalam bentuk perjanjian di bawah
tangan;
6. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk
membuat suatu perjanjian yang lebih detail setelah penandatanganan MoU,
karena secara reasonable barangkali kedua belah pihak punya rintangan untuk
membuat dan menandatangani perjanjian yang detail tersebut, atau mungkin
salah satu pihak mempunyai alasan sendiri yang berbeda-beda.
MoU mempunyai tujuan tertentu. Munir Fuady telah mengemukakan Tujuan
tersebut yaitu :
1. Untuk menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement nantinya, dalam
hal prospek bisnisnya belum jelas benar, belum jelas benar disini dapat
diartikan belum bisa dipastikan apakah kesepakatan kerja sama tersebut
akan ditindaklanjuti, sehingga dibuatlah MoU yang pembatalannya lebih
mudah dari pada perjanjian;
2. Penandatanganan kontrak masih lama karena masih dilakukan negosiasi yang
alot, karena itu daripada tidak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatangani
kontrak tersebut, dibuatlah MoU yang akan berlaku sementara waktu;
3. Adanya keraguan para pihak dan masih perlu waktu untuk pikir-pikir dalam
hal penandatanganan suatu kontrak, sehingga untuk sementara dibuatlah
MoU.
4. MoU dibuat dan ditandatangani oleh pihak eksekutif teras dari suatu
perusahaan, sehingga untuk suatu perjanjian yang lebih rinci harus dan
semestinya dirancang dan dinegosiasi khusus oleh staf-staf yang lebih rendah
tetapi lebih menguasai secara teknis contohnya jika mengenai MoU ini
adalah legal officer.
D. Kekuatan Hukum MoU (Memorandum Of Understanding)
Menurut Burhanuddin S., SHI, M.Hum dalam buku Pedoman Penyusunan
Memorandum of Understanding (MoU) menjelaskan bahwa ada 2 pendapat
berbeda mengenai kekuatan mengikat MoU yaitu :
a. MoU memiliki kekuatan hukum mengikat sama halnya dengan perjanjian itu
sendiri. Meskipun secara khusus tidak ada pengaturan mengenai MoU, serta
penyusunannya diserahkan kepada para pihak, bukan berarti MoU tidak
mempunyai kekuatan hukum yang bersifat mengikat, hingga memaksa para
pihak untuk mentaatinya atau melaksanakannya.
Adapun yang bisa dijadikan dasar hukum pendapat ini adalah ketentuan Pasal
1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”) yang menyatakan
bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi para pembuatnya.
Dengan kata lain, jika MoU sudah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka kedudukan atau
keberlakuan MoU bagi masing-masing pihak dapat disamakan dengan sebuah
undang-undang yang mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa, sebatas
pada hal-hal pokok yang termuat dalam MoU.

b. MoU tidak mempunyai kekuatan mengikat sehingga secara hukum tidak dapat
dipaksakan kepada masing-masing pihak.
MoU hanya sebuah perjanjian pendahuluan sebagai alat bukti awal adanya
kesepakatan yang memuat hal-hal pokok untuk melakukan perjanjian lebih
lanjut. Meskipun mendasarkan pada KUHPerdata, kekuatan mengikat yang
berlaku pada MoU tetap hanya sebatas moral saja. Dengan kata lain, MoU
merupakan gentlemen agreement yang tidak memliki akibat hukum. Oleh karena
itu, jika salah satu pihak ternyata tidak menjalankan MoU, maka pihak lain tidak
dapat memberlakukan sanksi kepada yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai