Oleh :
Abstrak:
Pancasila as the philosophy of life of the Indonesian nation, grow and develop along with the growth and
development of the Indonesian nation. The principles contained in Pancasila rooted in the culture and
experience of the Indonesian nation, which developed as a result of the nation's efforts in seeking answers
to the essential issues concerning the meaning on the nature of things and become a part of Indonesian
life. Philosophy of Law adopted will serve as the foundation of philosophical and norms of criticism for
the entry into force of the Law and the Rules of the overall processes of the legal life of the community in
question, which includes the creation and implementation and enforcement. Philosophy of Law were
adopted it was part of the worldview espoused in the communities concerned. It can be said that the
Philosophy of Law is the adoption of a view of life in the field of rule of law is derived from rule of morals.
53
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
Secara ilmiah harus disadari bahwa berkemanusian yang adil dan beradab,
suatu masyarakat, suatu bangsa, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan
senantiasa memiliki suatu pandangan yang dipimpin oleh hikmah
hidup atau filsafat hidup masing- kebijaksanaan dalam
masing, yang berbeda dengan bangsa permusyawaratan / perwakilan, serta
lain di dunia. Ini yang disebut sebagal berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
local. genius (kecerdasan/kreativitas Indonesia pada hakikatnya adalah
lokal) dan sekaligus sebagai local manusia (Kaelan, 2005).
wisdom (kearifan lokal) bangsa.
Dengan demikian, bangsa Indonesia Dengan demikian, secara ontologis
tidak mungkin memiliki kesamaan hakikat dasar keberadaan dari sila-sila
pandangan hidup dan filsafat hidup Pancasila adalah manusia. Untuk hal
dengan bangsa lain. Ketika para ini, Notonagoro lebih lanjut
pendiri negara Indonesia menyiapkan mengemukakan hahwa manusia
berdirinya negara Indonesia merdeka, sebagai pendukung pokok sila-sila
mereka sadar sepenuhnya untuk Pancasila secara ontologis memiliki
menjawab suatu pertanyaan yang hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas
fundamental “di atas dasar apakah susunan kodrat, raga dan jiwa, serta
negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai
(Soekarno, 1945). makhluk individu dan sosial, serta
kedudukan kodrat manusia sebagai
Jawaban atas pertanyaan mendasar ini makhluk pribadi dan sebagai makhluk
akan selalu menjadi dasar dan tolak Tuhan Yang Maha Esa.
ukur utama bangsa ini mengIndonesia
dengan kata lain jati diri bangsa akan OIeh karena itu, secara hierarkis sila
selalu bertolak ukur pada nilai – nilai pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
pancasila sebagai filsafat bangsa. mendasari dan menjiwai keempat sila-
Pancasila yang terdiri atas lima sila sila Pancasila. Selanjutnya, Pancasila
pada hakekatnya merupakan sistem sebagai dasar filsafat negara Republik
filsafat. Pemahaman demikian lndonesia memiliki susunan lima sila
memerlukan pengkajian lebih lanjut yang merupakan suatu persatuan dan
menyangkut aspek ontologi, kesatuan, serta mempunyai sifat dasar
epistemologi, dan aksiologi dari kesatuan yang mutlak, yaitu berupa
kelima sila Pancasila. sifat kodrat monodualis, sebagai
makhluk individu sekaligus juga
Secara Ontologis kajian Pancasila sebagai makhluk sosial. Di samping
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai itu, kedudukannya sebagai makhluk
upaya untuk mengetahui hakikat pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus
dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut sebagai makhluk Tuhan.
Notonagoro hakikat dasar ontolagis
Pancasila adalah manusia. Mengapa? Konsekuensinya, segala aspek dalam
karena manusia merupakan subjek penyelenggaraan negara dijiwai oleh
hukum pokok dari sila-sila Pancasila. nilai-nilai Pancasila yang merupakan
suatu kesatuan yang utuh dan
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang memiliki sifat dasar yang mutlak
berketuhanan Yang Maha Esa, berupa sifat kodrat manusia yang
54
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
55
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
56
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
57
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
58
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
59
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
60
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
Hal ini dapat juga terjadi pada produk Keharusan itu menimbulkan hak
perundang-undangan dan keputusan- untuk menuntut agar apa yang
keputusan pejabat lainnya. Dalam diharuskan dilaksanakan; jadi, adanya
keadaan demikian, maka kewajiban itu sekaligus menimbulkan
dipaksakannya penerapan peraturan- hak. Kewajiban bersikap dan
peraturan dan institusi – institusi berperilaku tertentu terhadap orang
hukum itu akan tidak lagi merupakan lain itu dirasakan sebagai apa yang
61
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
62
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
63
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
64
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
65
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
66
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
di samping tata nilai yang baru, masih masyarakat, termasuk sebagian dari
tetap berlaku tata nilai yang lama pimpinan masyarakat masih belum
yang jalin menjalin secara kabur. Tata menguntungkan bagi berhasilnya
nilai itu sendiri adalah hasil dari upaya melaksanakan pembangunan
pengalaman interaksi antar-warga berencana yang diinginkan. Padahal
masyarakat dalam proses kehidupan penyelesaian masalah-masalah yang
bermasyarakat. dihadapi masyarakat dan para
warganya sudah sangat mendesak,
Tetapi, sekali tata nilai terbentuk dan namun penyelesaian itu harus tetap
memperoleh kemantapan, maka ia berlangsung dengan cara yang tidak
akan mempengaruhi dan membentuk menindas martabat manusia.
sikap serta pola perilaku para warga
masyarakat. Sedangkan tata hukum Ini berarti, bahwa pelaksanaan
mencerminkan tata nilai yang berlaku. pembangunan berencana itu harus
Dengan demikian terlihat bahwa tetap berdasarkan hukum. Karena itu,
antara tata nilai, hukum dan maka hukum selain harus tetap
perubahan kemasyarakatan terdapat mengatur ketertiban dan memelihara
hubungan yang erat. Bilamana dalam keamanan, juga bertugas untuk
masyarakat terjadi perubahan dalam membuka jalan dan saluran baru
tata nilai dan sikap serta pola perilaku dalam sistem kehidupan
para warganya, maka hukum bertugas bermasyarakat agar segala upaya
untuk memberikan bentuk hukum pembangunan berlangsung dengan
melalui perubahan dan/atau lancar tanpa menimbulkan
penciptaan peraturan-peraturan kepincangan dan menimbulkan
hukum baru pada perubahan- ketidak adilan dalam masyarakat
perubahan yang sudah terjadi. Hal ini (jurang yang semakin lebar antara
perlu untuk dapat tetap memelihara yang miskin dan yang kaya). Jadi,
dan mempertahankan ketertiban dan hukum juga berfungsi sebagai
kepastian (hukum) dalam masyarakat. prasarana pembangunan. Sebagai
prasarana pembangunan, tugas
Tetapi perubahan kemasyarakatan hukum adalah membentuk peraturan-
yang kini tengah berlangsung, peraturan hukum dapat menyalurkan
menciptakan masalah-maslah yang kegiatan masyarakat secara tertib
sangat majemuk hanya dapat teratur dan membagi pendapatan
ditanggulangi dengan pembangunan masyarakat secara merata dan adil.
berencana. Perubahan hukum tidak
dapat lagi menunggu mengendapnya Sehubungan dengan sikap serta pola
hasil proses perubahan perilaku yang masih terpaku pada tata
kemasyarakatan itu. Sebab, nilai lama, maka hukum bertugas
perencanaan dan pelaksanaan untuk mempercepat proses pendidikan
pembangunan secara langsung masyarakat kearah sikap serta pola
dihadapkan pada masalah-masalah perilaku yang paling sesuai dengan
majemuk sehubungan dengan masyarakat yang dicita-citakan. Ini
berlakunya dua tata-nilai (lama dan adalah fungsi hukum sebagai
baru) pada waktu bersamaan. Sikap prasarana pendidikan. Tujuannya
dan pola perilaku para warga adalah untuk memungkinkan
67
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
68
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
69
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral
DAFTAR PUSTAKA
70
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016