Anda di halaman 1dari 18

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Daftar Jurnal yang terbit di Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

FILSAFAT PANCASILA DAN FILSAFAT HUKUM


SEBAGAI DASAR RULE OF MORAL

Oleh :

Dra. Luh Suryatni, M.Si


Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Suryadarma
dan Aktif di Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Hukum Universitas Suryadarma
Email : (luhsuryatni@gmail.com)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstrak:

Pancasila as the philosophy of life of the Indonesian nation, grow and develop along with the growth and
development of the Indonesian nation. The principles contained in Pancasila rooted in the culture and
experience of the Indonesian nation, which developed as a result of the nation's efforts in seeking answers
to the essential issues concerning the meaning on the nature of things and become a part of Indonesian
life. Philosophy of Law adopted will serve as the foundation of philosophical and norms of criticism for
the entry into force of the Law and the Rules of the overall processes of the legal life of the community in
question, which includes the creation and implementation and enforcement. Philosophy of Law were
adopted it was part of the worldview espoused in the communities concerned. It can be said that the
Philosophy of Law is the adoption of a view of life in the field of rule of law is derived from rule of morals.

Keyword: Pancasila phylosophy, Phylosophy of law, and Rule of morals.

A. PENDAHULUAN perbenturan kepentingan antara


nasionalisme dan internasionalisme.
Perkembangan masyarakat dunia
yang semakin cepat secara langsung Prinsip-prinsip dasar yang telah
ataupun tidak langsung ditentukan oleh peletak dasar (the
mengakibatkan perubahan besar pada founding fathers) negara Indonesia yang
berbagai bangsa di dunia. Gelombang kemudian diabstraksikan menjadi
besar kekuatan internasional dan suatu prinsip dasar filsafat bernegara,
transnasional melalui globalisasi telah itulah Pancasila. Dengan pemahaman
mengancam, bahkan menguasai demikian, maka Pancasila sebagai
eksistensi negara – negara bangsa, filsafat hidup bangsa Indonesia saat
termasuk Indonesia. Akibat yang ini mengalami ancaman dengan
langsung terlihat terjadinya pergeseran munculnya nilai-nilai baru dari luar
nilai-nilai dalam kehidupan dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi.
kebangsaan karena adanya

53
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

Secara ilmiah harus disadari bahwa berkemanusian yang adil dan beradab,
suatu masyarakat, suatu bangsa, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan
senantiasa memiliki suatu pandangan yang dipimpin oleh hikmah
hidup atau filsafat hidup masing- kebijaksanaan dalam
masing, yang berbeda dengan bangsa permusyawaratan / perwakilan, serta
lain di dunia. Ini yang disebut sebagal berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
local. genius (kecerdasan/kreativitas Indonesia pada hakikatnya adalah
lokal) dan sekaligus sebagai local manusia (Kaelan, 2005).
wisdom (kearifan lokal) bangsa.
Dengan demikian, bangsa Indonesia Dengan demikian, secara ontologis
tidak mungkin memiliki kesamaan hakikat dasar keberadaan dari sila-sila
pandangan hidup dan filsafat hidup Pancasila adalah manusia. Untuk hal
dengan bangsa lain. Ketika para ini, Notonagoro lebih lanjut
pendiri negara Indonesia menyiapkan mengemukakan hahwa manusia
berdirinya negara Indonesia merdeka, sebagai pendukung pokok sila-sila
mereka sadar sepenuhnya untuk Pancasila secara ontologis memiliki
menjawab suatu pertanyaan yang hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas
fundamental “di atas dasar apakah susunan kodrat, raga dan jiwa, serta
negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai
(Soekarno, 1945). makhluk individu dan sosial, serta
kedudukan kodrat manusia sebagai
Jawaban atas pertanyaan mendasar ini makhluk pribadi dan sebagai makhluk
akan selalu menjadi dasar dan tolak Tuhan Yang Maha Esa.
ukur utama bangsa ini mengIndonesia
dengan kata lain jati diri bangsa akan OIeh karena itu, secara hierarkis sila
selalu bertolak ukur pada nilai – nilai pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
pancasila sebagai filsafat bangsa. mendasari dan menjiwai keempat sila-
Pancasila yang terdiri atas lima sila sila Pancasila. Selanjutnya, Pancasila
pada hakekatnya merupakan sistem sebagai dasar filsafat negara Republik
filsafat. Pemahaman demikian lndonesia memiliki susunan lima sila
memerlukan pengkajian lebih lanjut yang merupakan suatu persatuan dan
menyangkut aspek ontologi, kesatuan, serta mempunyai sifat dasar
epistemologi, dan aksiologi dari kesatuan yang mutlak, yaitu berupa
kelima sila Pancasila. sifat kodrat monodualis, sebagai
makhluk individu sekaligus juga
Secara Ontologis kajian Pancasila sebagai makhluk sosial. Di samping
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai itu, kedudukannya sebagai makhluk
upaya untuk mengetahui hakikat pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus
dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut sebagai makhluk Tuhan.
Notonagoro hakikat dasar ontolagis
Pancasila adalah manusia. Mengapa? Konsekuensinya, segala aspek dalam
karena manusia merupakan subjek penyelenggaraan negara dijiwai oleh
hukum pokok dari sila-sila Pancasila. nilai-nilai Pancasila yang merupakan
suatu kesatuan yang utuh dan
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang memiliki sifat dasar yang mutlak
berketuhanan Yang Maha Esa, berupa sifat kodrat manusia yang

54
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

monodualis tersebut. Kemudian, sila-sila Pancasila itu. Susunan


seluruh nilai – nilai Pancasila tersebut kesatuan sila-sila Pancasila adalah
menjadi dasar raga dan jiwa bagi bersifat hierarkis dan berbentuk
bangsa Indonesia. Hal ini berarti piramidal, yaitu:
bahwa dalam setiap aspek
a. Sila pertama Pancasila mendasari
penyelenggaraan negara harus
dan menjiwai keempat sila Iainnya
dijabarkan dan bersumberkan pada
b. Sila kedua didasari sila pertama
nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk
serta mendasari dan menjiwai sila
negara, sifat negara, tujuan negara,
ketiga, keempat, dan kelima
tugas / kewajiban negara dan warga
c. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila
negara, sistem hukum negara, moral
pertama dan kedua, serta
negara, serta segala aspek
mendasari dan menjiwai sila
penyelenggaraan negara lainnya.
keempat dan kelima
Kajian Epistemologi filsafat Pancasila d. Sila keempat didasari dan dijiwai
dimaksudkan sebagai upaya untuk sila pertama, kedua, dan ketiga,
mencari hakikat Pancasila sebagai serta mendasari dan menjiwai sila
suatu sistem pengetahuan. Hal ini kelima, serta
dimungkinkan karena epistemologi e. Sila kelima didasari dan dijiwai sila
merupakan bidang filsafat yang pertarna, kedua, ketiga, dan
membahas hakikat ilmu pengetahuan keempat.
(ilmu tentang ilmu). Kajian
epistemologi Pancasila tidak dapat Demikian, susunan Pancasila
dipisahkan dengan dasar memiliki sistem logis, baik yang
ontologisnya. Oleh karena itu, dasar menyangkut kualitas maupun
epistemologis Pancasila sangat kuantitasnya. Dasar-dasar rasional
berkaitan erat dengan konsep logis Pancasila juga menyangkut
dasarnya tentang hakikat manusia. kualitas ataupun kuantitasnya. Selain
itu, dasar-dasar rasional logis
Epistemologi Pancasila sebagai suatu Pancasila juga menyangkut isi arti sila
objek kajian pengetahuan pada - sila Pancasila tersebut. Sila
hakikatnya meliputi masalah sumber Ketuhanan Yang Maha Esa memberi
dan susunan pengetahuan Pancasila. landasan kebenaran pengetahuan
Adapun tentang sumber pengetahuan manusia bersurnber pada intuisi.
Pancasila, sebagaimana telah Kedudukan dan kodrat manusia pada
dipahami bersama, adalah nilai – nilai hakikatnya adalah sebagai makhluk
yang ada pada bangsa Indonesia itu Tuhan Yang Maha Esa.
sendiri. Merujuk pada pemikiran
filsafat Aristoteles, bahwa nilai-nilai Karena itu, sesuai dengan sila pertama
tersebut sebagai kausa materialis Pancasila, Episternologi Pancasila
Pancasila. Selanjutnya, susunan juga mengakui kebenaran wahyu yang
Pancasila sebagai suatu sistem bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat
pengetahuan maka Pancasila memiliki kebenaran yang tertinggi. Disamping
susunan yang bersifat formal logis, itu, kebenaran dan pengetahuan
baik dalam arti susunan sila-sila manusia merupakan suatu sintesis
Pancasila maupun isi arti dari dalil harmonis di antara potensi - potensi

55
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa, Pengakuan, penghargaan, dan


dan kehendak manusia untuk penerimaan Pancasila sebagai sesuatu
mendapatkan kebenaran yang yang bemilai itu akan tampak
tertinggi. Selain itu, dalam sila ketiga, menggejala dalam sikap, tingkah laku,
keempat, dan kelima, epistemologi dan perbuatan bangsa Indonesia.
Pancasila rnengakui kebenaran Kalau pengakuan, penerimaan, atau
konsensus terutama dalam kaitannya penghargaan itu telah menggejala
dengan hakikat sifat kodrat manusia dalam sikap, tingkah laku, serta
sebagai makhluk individu dan perbuatan manusia dan bangsa
makhluk sosial sebagai suatu paham Indonesia, maka bangsa Indonesia
epistemologi, Pancasila memandang dalam hal ini sekaligus adalah
bahwa ilmu pengetahuan pada pengembannya dalam sikap, tingkah
hakikatnya tidak bebas nilai karena laku, dan perbuatan manusia
harus diletakkan pada kerangka Indonesia.
moralitas kodrat manusia serta
moralitas religius dalam upaya untuk Filsafat hukum adalah pendirian atau
mendapatkan suatu tingkatan penghayatan kefilsafatan (yang paling
pengetahuan dalam hidup manusia. fundamental) yang dianut orang atau
Itu sebabnya Pancasila secara masyarakat atau negara tentang
epistemologis harus menjadi dasar hakikat, ciri-ciri hakiki serta landasan
moralitas bangsa dalam membangun berlakunya hukum. Filsafat Hukum
perkembangan sains dan teknologi yang dianut akan berperan sebagai
dewasa ini. landasan kefilsafatan dan norma kritik
bagi berlakunya Tata Hukum serta
Aksiologi Pancasila mengandung arti keseluruhan proses-proses kehidupan
bahwa kita membahas tentang filsafat hukum di dalam masyarakat
nilai Pancasila. Istilah nilai dalam bersangkutan, yang meliputi
kajian filsafat dipakai untuk merujuk pembentukan dan penerapan serta
pada ungkapan abstrak yang dapat penegakan hukum.
juga diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (goodnes), dan Filsafat Hukum yang dianut itu
kata kerja yang artinya sesuatu adalah bagian dari pandangan hidup
tindakan kejiwaan tertentu dalam yang dianut dalam masyarakat
menilai atau melakukan penilaian. bersangkutan. Dapat dikatakan,
Secara aksiologis, Bangsa Indonesia bahwa Filsafat Hukum adalah
merupakan pendukung nilai-nilai penerapan pandangan hidup dalam
Pancasila, karena Bangsa Indonesia bidang hukum. Di dalam hukum yang
yang berketuhanan, yang terjadi adalah proses penilaian. Yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, dinilai adalah perilaku manusia di
yang berkerakyatan, dan yang dalam pergaulan hidup manusia,
berkeadilan sosial. perilaku di dalam jaringan berbagai
hubungan sosial. Yang melakukan
Sebagai pendukung nilai, bangsa penilaian adalah manusia juga.
Indonesia yang menghargai, Karena itu, pada akhirnya yang
mengakui, serta menerima Pancasila menentukan isi peraturan hukum,
sebagai sesuatu yang bernilai. yakni ketentuan tentang keharusan

56
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

cara berperilaku tertentu, adalah asas hukum, kaidah-kaidah hukum


penghayatan atau pandangan manusia dan pranata-pranata hukum yang
tentang kedudukan dari tiap manusia tersusun dalam suatu struktur yang
di dalam pergaulan hidup manusia bersistem. Juga Filsafat Hukum yang
dan di dalam alam semesta dalam merumuskan landasan kefilsafatan
interaksi dengan dan antara kedua dan norma kritik bagi Tata Hukum
faktor di atas. Pandangan atau yang berlaku akan diwarnai oleh
penghayatan manusia tentang tempat Pandangan Hidup yang dianutnya.
dirinya dalam rangka keseluruhan itu
disebut pandangan hidup. Dengan Berdasarkan urian tersebut diatas yang
demikian, maka tiap Tata Hukum menjadi masalah dalam tulisan ini
akan mencerminkan atau diwarnai adalah apakah Filsafat Pancasila dan
oleh pandangan hidup tertentu atau Filsafat Hukum dapat dijadikan dasar
pandangan tentang hakikat manusia dalam penerapan Rule of morals?
yang dianut atau hidup dalam
masyarakat yang dari dalamnya Tata
Hukum itu tumbuh dan berlaku B. PEMBAHASAN
sebagai hukum.
Pancasila sebagai falsafah hidup
Pandangan hidup tersebut berpangkal bangsa Indonesia, tumbuh dan
tolak dari landasan kefilsafatan serta berkembang bersamaan dengan
ukuran bagi norma kritik yang tumbuh dan berkembangnya bangsa
rnendasari atau menjiwai tata hukum. Indonesia. Prinsip-prinsip yang
Karena itu, pandangan hidup yang terdapat dalam Pancasila bersumber
dianut akan memberikan koherensi pada budaya dan pengalaman bangsa
(kesatupaduan) dan pengarahan pada Indonesia, yang berkembang akibat
keseluruhan proses-proses sosial dari upaya bangsa dalam mencari
penormaan (pengkaidahan) peraturan- jawaban atas persoalan-persoalan
peraturan hukum beserta dengan esensial yang menyangkut makna atas
proses-proses penerapannya dalam hakikat sesuatu dan menjadi bagian
kehidupan bermasyarakat. Oleh dari kehidupan bangsa Indonesia,
koherensi dan pengarahan itu maka yang meliputi antara lain:
keseluruhan peraturan-peraturan a. alam semesta, seperti bagaimana
hukum dan institusi – institusi alam semesta ini terbentuk,
(pranata – pranata) hukum yang bagaimana hubungan antara unsur-
berlaku dan hidup dalam masyarakat unsur yang terdapat dalam alam
dalam proses kehidupannya akan semesta, bagaimana hubungan
mewujudkan diri menjadi suatu antara micro-cosmos dan
kesatuan berstruktur, bersistem dan macrocosmos, siapa pencipta alam
dinamis. semesta dan sebagainya;
b. manusia dan kehidupannya; siapa
Jadi, Tata Hukum adalah hasil
sebenarnya manusia itu, darimana
perpaduan dinamis antara pandangan
asalnya dan kemana kembalinya,
hidup yang dianut dan kenyataan
bagaimana hubungan manusia
lingkungan hidup manusia yang
dengan manusia lain, dengan
dipadatkan dalam keseluruhan asas-

57
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

masyarakat, dan dengan Pencipta kembali kepada sumber asalnya.


manusia dan sebagainya; Bertaqwa dan mengabdi Tuhan
c. nilai-nilai yang kemudian diangkat menjadi kewajiban manusia yang
menjadi norma-norma yang wajar.
mengatur kehidupan; seperti nilai-
nilai tentang baik dan buruk, benar Manusia diciptakan Tuhan dengan
dan salah, berguna dan tidak kodrat sebagai mahluk bermasyarakat.
berguna dan sebagainya. Artinya, kehadiran manusia di dunia
(Subandi,2006) dikodratkan dalam kebersamaan
dengan sesamanya. Dalam
Pancasila merupakan falsafah hidup kebersamaannya itu, tiap manusia
bangsa Indonesia mengandung nilai- memiliki kepribadian unik yang
nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh membedakan yang satu dari yang lain.
bangsa Indonesia, bahkan oleh Keseluruhan pribadi-pribadi dengan
bangsa-bangsa yang beradab. Karena keunikannya masing-masing
pandangan hidup bangsa Indonesia mewujudkan satu kesatuan, yakni
telah dirumuskan secara padat dalam kemanusiaan. Dalam masing-masing
bentuk kesatuan rangkaian lima sila pribadi yang unik itu terdapat atau
yang dinamakan Pancasila. Dengan terjelma kemanusiaan.
sengaja Pancasila ditempatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Kehadiran manusia dalam
1945 sebagai landasan kefilsafatan kebersamaannya memperlihatkan
yang mendasari dan menjiwai kodrat adanya kesatuan atau
penyusunan ketentuan-ketentuan yang kesamaan, yakni kemanusiaan dalam
tercantum dalam Undang-Undang pribadi-pribadi yang unik, dan
Dasar 1945 itu. berbeda. Jadi, kesatuan dalam
perbedaan. Sebaliknya, kebersamaan
Dengan demikian, maka Pancasila itu memperlihatkan kodrat
melandasi dan (seharusnya) menjiwai kepribadian yang unik, yakni
kehidupan kenegaraan di Indonesia, perbedaan-perbedaan, di dalam
termasuk kegiatan menentukan dan kesatuan kemanusiaan. Jadi,
melaksanakan politik hukumnya. perbedaan dalam kesatuan. Dalam
Penyusunan dan penerapan Tata Lambang Negara Republik Indonesia,
Hukum di Indonesia sejak berlakunya kodrat itu dirumuskan dalam seloka:
Undang-Undang Dasar 1945 itu tadi "Bhinneka Tunggal Ika".
harus dilandasi dan dijiwai oleh
Pancasila. Dimana Pandangan Hidup Dilihat dari jalan pikiran tersebut,
Pancasila berpangkal pada keyakinan Bhinneka Tunggal Ika itu
bahwa alam semesta dengan segala merumuskan asas pertama atau titik
hal yang ada di dalamnya sebagai tolak (postulat) dalam menetapkan
suatu keseluruhan yang terjalin secara pendirian tentang kedudukan tiap
harmonis diciptakan oleh Tuhan Yang manusia di dalam masyarakat.
Maha Esa. Juga manusia diciptakan Manusia adalah subyek yang memiliki
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia kepribadian unik sebagai kodratnya.
berasal dari Tuhan dan tujuan akhir Kodrat berkepribadian ini tidak dapat
dari kehidupannya adalah untuk disangkal tanpa meniadakan juga

58
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

kodrat kemanusiaannya. Setiap Pancasila dapat juga disebut


manusia untuk dapat menjadi Pandangan Hidup Kekeluargaan.
manusia harus mengakui dan
menerima adanya kepribadian itu, Asas Kekeluargaan adalah rumusan
termasuk kepribadian manusia- asas hidup yang didasarkan atas
manusia lain. Hal ini berlaku juga pemikiran konkret. Dasar pemikiran
bagi masyarakat. Artinya, untuk tetap konkret ini menyatakan bahwa tiada
mempertahankan eksistensinya manusia yang kehadiran dan
sebagai masyarakat manusia yang kehidupannya terlepas dari kaitan
berkemanusiaan, maka masyarakat kebersamaan dengan manusia-
harus mengakui dan memelihara serta manusia lain dalam kesatuan
melindungi kepribadian masing- masyarakat. Dalam asas itu tercakup
masing anggotanya, yakni manusia- juga kesadaran dan pengakuan bahwa
manusia, melalui siapa kemanusiaan hidup manusia tergantung pada
diwujudkan. lingkungannya seperti alam, sesama
manusia dan pola perilaku tertentu
Maksudnya, di dalam diri tiap yang sudah diinstitusionalisasikan
manusia, masyarakat mewujudkan (adat istiadat dan kebiasaan), juga
kemanusiaan. Sebaliknya, hal itu tergantung pada sesuatu yang ada di
tidak berarti bahwa masing-masing atas segala-galanya (Tuhan Yang
individu manusialah yang terpenting, Maha Esa, Dunia Supranatural,
dan karena itu kepentingan tiap Dunia Transenden).
manusia masing-masing secara
bersendiri harus didahulukan dari Karena itu, kebahagiaan pribadi dan
masyarakat. Sebab, terbawa oleh upaya untuk mewujudkannya tidak
kodrat kehadiran manusia dalam dapat diisolasi dari kebahagiaan
kebersamaan dengan sesamanya, manusia-manusia lain yang bersama-
manusia hanya dapat mewujudkan sama mewujudkan kebahagiaan
kemanusiaannya dalam masyarakat bersama; serta upaya pribadi dan
yang di dalamnya tiap manusia bersama itu tidak diisolasi dari
menjadi anggotanya. Terbawa oleh ketergantungan kepada Tuhan Yang
struktur kehadiran manusia dalam Maha Esa; kebahagiaan pribadi dan
kebersamaan dengan sesamanya itu, kebahagiaan masyarakat sebagai satu
maka sifat hubungan antar-manusia keseluruhan adalah berintegrasi.
dan antara tiap manusia dengan Dimana nilai-nilai yang sedang hidup
masyarakat dilandasi dan dijiwai oleh berkembang dalam masyarakat masih
cinta-kasih. memerlukan kristalisasi. Meskipun
dilihat dari segi hukum norma-norma
Sifat cinta-kasih yang menjiwai hukum mempunyai kekuatan
hubungan manusiawi itu terbawa oleh mengikat yang lebih tinggi dan sanksi
kodrat kebersamaannya, juga pada yang lebih kuat (dapat memaksakan
akhirnya bersumber pada Sang Maha pelaksanaannya), dilihat dari segi
Pencipta, yakni Tuhan Yang Maha kemanfaatan, norma hukum dan bu-
Esa. Sifat hubungan manusiawi yang kan norma hukum mempunayai
demikian itu dinamakan juga pengaruh timbal-balik, saling mengisi
kekeluargaan. Pandangan Hidup Pengaruh timbal-balik ini, baik dalam

59
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

pembentukan norma-norma hukum (laku) dan landasan, yang merupakan


(penyusunan hukum positif) maupun formulasi sadar akan kehendak.
dalam penerapannya oleh unsur-unsur Apabila telah disadari tujuan, usaha
penegak hukum (alat-alat dan badan- dan sadar akan landasan, sikapnya
badan peradilan). Namun, demi terhadap tantangan akan jelas.
kemanfaatan dan demi kepastian Konsep teoritiknya merupakan konsep
hukum, pada umumnya dalam tingkah laku di mana bentuk
pelaksanaannya norma-norma hukum prikehidupan, socio budaya adalah
mempunyai peranan yang lebih penjelmaan proses nilai universal
menentukan (Santiajai Pancasila, dalam individu dan masyarakat.
1991)
Nilai dasar sebagai nilai kriteria
Reformasi socio-moral yang merupakan respons yang bersifat
berdasarkan Ideologi Pancasila berarti fleksibel dalam perwujudan sistem
akan menciptakan a) sistem kelembagaan, kritis dalam realitas
kelembagaan ; b) sistem tanggap nilai; (sistem tanggap nilai) dan konsisten
c) sistem norma yang ideal , di mana dalam nilai (norma ideal). Peradaban
kelembagaan, tanggap nilai dan sistem Pancasila merupakan buah dari
norma yang ideal tersebut dengan reformasi socio moral, harus
dunia yang semakin maju dan rnempunyai wujud realita, harus
berkembang (moderen) ditandai mempunyai suatu citra terhadap
dengan kemaju-an komunikasi, realita dan harus merupakan realisasi
teknologi dan sains penuh dengan daripada citra. Karena, pandangan
tantangan dari luar dan atau dari hidup bangsa Indonesia sejak dari
dalam sendiri yang mendengar dahulu hingga kini adalah Pancasila.
informasi dari luar, tidak mungkin Dalam dinamika proses-proses
kedap terhadap perubahan-perubahan kemasyarakatan, Pancasila
tersebut. Disini akan terjadi proses diwujudkan dalam berbagai bidang
akulturisasi. Ini berarti suatu Ideologi kehidupan, juga pada bidang
apapun namanya termasuk Ideologi kehidupan hukum.
Pancasila, "terbuka" terhadap suatu
perubahan yang datangnya dari luar, Penerapan atau realisasi Pancasila
walaupun nilai-nilai dasar yang pada bidang kehidupan hukum itu
terkandung di dalamnya tidak menumbuhkan ketentuan-ket'entuan
berubah. hukum yang dijiwai atau diwarnai
oleh Pancasila. Keseluruhan Tata
Sebagai hasil dari reformasi socio Hukum sebagai suatu sistem aturan
moral tercipta suatu peradaban hukum positif merupakan penjabaran
Pancasila dalam masyarakat atau penerapan Pancasila pada bidang
berdasarkan Pancasila. Masyarakat hukum, dapat disebut Hukum
yang berdasarkan Pancasila ini Pancasila. Hukum Pancasila sebagai
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: hukum positif tumbuh dari dalam
Bhinneka Dalam Gatra; Tunggal dan/atau dibuat oleh masyarakat
Dalam Karsa; Ika Dalam Citra Indonesia untuk mengatur dan
(Widjaja,1991). Jadi, reformasi socio mewujudkan ketertiban yang adil
moral perlu adanya tujuan, usaha dalam kehidupan kemasyarakatan di

60
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

Indonesia. Hukum Pancasila dapat penjelmaan Pancasila dalam situasi


juga disebut Hukum (Nasional) konkret. Adalah bijaksana jika
Indonesia. peraturan-peraturan dan institusi-
institusi itu diubah dan disesuaikan
Proses terbentuknya peraturan- pada kenyataan riil. Sebab arti dan
peratuan hukum positif itu dapat makna konkret suatu asas (nilai,
terjadi melalui tindakan nyata para kaidah) selalu ditentukan oleh
warga masyarakat dalam menjalani kenyataan yang riil yang di dalamnya
kehidupan sehari-hari, dari asas itu hendak di realisasikan
perulangan perilaku yang sama tiap (kontekstual dan karena itu: historisch
kali terjadi situasi kemasyarakatan bepaald, historically determined). Yang
yang sama. Dalam hal ini, maka penting adalah bahwa segala sesuatu
terbentuk hukum tidak tertulis dilaksanakan melalui prosedur-
(hukum kebiasaan dan hukum adat). prosedur berdasarkan hukum serta
Proses terbentuknya peraturan hukum dijiwai oleh Pancasila, sebagai
itu dapat juga terjadi secara disengaja landasan kefilsafatan dan norma kritik
melalui keputusan-keputusan para bagi Tata Hukum Indonesia.
pejabat, yurisprudensi dan perundang-
undangan. Produk dari keseluruhan Pada bagian ini akan dibicarakan
proses pembentukan peraturan hukum gagasan atau cita-hukum (the idea of
positif itu mewujudkan Tata Hukum. law, rechtsidee) dalam alam pikiran
berdasarkan Pancasila. Secara umum,
Hukum Adat yang tumbuh dari dan di yang dimakud dengan cita-hukum
dalam lingkungan-lingkungan adalah persepsi tentang apakah
masyarakat Adat Indonesia, juga hukum itu dan apa makna hukum
merupakan penjelmaan Pancasila bagi seseorang atau suatu masyarakat.
pada bidang hukum pada tahap (Arief Sidharta, 2015) Hukum timbul
perkembangan tertentu. Hukum Adat dari rasa wajib yang tertanam dalam
adalah bagian dari Hukum (Nasional) jiwa manusia, yakni dalam akalbudi
Indonesia. Tentu saja, dalam proses dan budi-nurani manusia, yang
dinamika perkembangan masyarakat mengharuskan manusia bersikap dan
dapat terjadi adanya peraturan- berperilaku dengan cara tertentu
peraturan hukum (adat) positif dan terhadap dan berkenaan dengan
institusi-institusi hukum (adat) yang adanya manusia (manusia-manusia)
sudah tidak sesuai dan tidak lain, untuk mewujudkan ketertiban
memenuhi lagi kebutuhan konkret dan keteraturan dalam masyarakat,
masyarakat dan para warga sedemikian rupa sehingga martabat
masyarakatnya (Soepomo, 1963). dan kodrat manusia tidak tertindas.

Hal ini dapat juga terjadi pada produk Keharusan itu menimbulkan hak
perundang-undangan dan keputusan- untuk menuntut agar apa yang
keputusan pejabat lainnya. Dalam diharuskan dilaksanakan; jadi, adanya
keadaan demikian, maka kewajiban itu sekaligus menimbulkan
dipaksakannya penerapan peraturan- hak. Kewajiban bersikap dan
peraturan dan institusi – institusi berperilaku tertentu terhadap orang
hukum itu akan tidak lagi merupakan lain itu dirasakan sebagai apa yang

61
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

sudah sepantasnya dan seadilnya hukuman sesuai dengan


menjadi hak orang lain itu. Manusia kesalahannya. Kesemuanya ini adalah
merasa berwajib dan dituntut untuk akibat yang timbul dari kenyataan
memberikan kepada orang lain apa bahwa keberadaan manusia
yang menjadi bagiannya atau haknya. dikodratkan berstruktur ada-bersama-
Kewajiban dan hak itu timbul karena dengan-sesamanya (ada dalam
dan di dalam hubungan antar- kebersamaan dengan sesamanya).
manusia; jadi, adanya hak dan Karena manusia dikodratkan ada
kewajiban itu mengatur hubungan bersama dengan sesamanya dalam
antar-manusia. Hak dan kewajiban itu masyarakat, maka manusia tidak
selalu berarti dan hanya dapat dapat mengelakkan diri dari
dipahami sebagai hak dan kewajiban keberadaan dalam pergaulan dengan
terhadap manusia atau manusia- sesamanya. Justru karena itu, maka
manusia lain. Jadi, hak dan kewajiban ketertiban dan keteraturan dalam
itu menunjuk atau mengungkapkan masyarakat yang dikehendaki (yang
hubungan antar-manusia. Karena itu, manusiawi) adalah yang tidak kaku,
hukum pada hakikatnya adalah yang semata-mata hanya berdasarkan
hubungan antar-manusia dalam perhitungan untung-rugi saja, yang
dinamika kehidupan bermasyarakat, (dapat) mewujudkan ketertiban yang
untuk menjaga ketertiban sosial menekan perkembangan
berdasarkan asas budaya. kemanusiaan.

Hukum yang mewujudkan diri Yang dikehendaki adalah ketertiban


sebagai proses-proses sosial dan keteraturan yang bersuasana
pengaturan atau pengkaidahan cara ketenteraman batin, kesenangan
berperilaku. Proses sosial itu bergaul di antara sesamanya,
menghasilkan kaidah-kaidah hukum. keramahan dan kesejahteraan
Hukum adalah pengaturan perilaku memungkinkan terselenggaranya
manusia dalam menyelenggarakan interaksi antar-manusia sejati. Karena
hubungan antar-sesamanya di dalam itu, hukum yang dijiwai oleh
masyarakat. Sebagai pengaturan Pancasila adalah hukum yang
perilaku, selain untuk mewujudkan berasaskan semangat kerukunan, juga
ketertiban dan keteraturan dalam hukum secara langsung diarahkan
masyarakat, hukum juga untuk mewujudkan keadilan sosial
dimaksudkan untuk mewujudkan asas yang memberikan kepada masyarakat
keadilan. sebagai kesatuan dan masing-masing
warga masyarakat kesejahteraan
Karena itu, hukum diarahkan untuk (material dan spiritual) yang merata
memberikan kepada setiap orang apa dalam keseimbangan dan
yang menjadi bagiannya sesuai proporsional.
dengan jasa atau apa yang telah
diberikannya; memberikan perlakuan Terpaut pada asas kerukunan adalah
yang sama menurut proporsinya, asas kepatutan. Asas ini juga adalah
memberikan imbalan sesuai dengan asas tentang cara menyelenggarakan
kecakapan dan jasanya terhadap hubungan antar-warga masyarakat
masyarakat, dan memberikan yang di dalamnya para warga

62
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

masyarakat diharapkan untuk setiap warga masyarakat diakui dan


berperilaku dalam kepantasan yang dilindungi oleh masyarakat.
sesuai dengan kenyataan-kenyataan
sosial. Juga dalam melaksanakan hak Tujuan hidup manusia adalah
dan kewajiban yang sah menurut mewujudkan kebahagiaan. Dalam
hukum, para warga masyarakat bahasa filsafat dikatakan, bahwa
diharapkan untuk memperhatikan tujuan hidup manusia itu adalah
kepantasan, yakni dari para warga mewujudkan kehidupan yang
masyarakat diharapkan berperilaku sempurna, atau setidak-tidaknya
sedemikian rupa hingga tidak menjalani kehidupan yang
merendahkan martabatnya sendiri dan sesempurna mungkin sebagai
atau orang lain. Sifat lain yang manusia, yakni dengan
memberikan ciri pada Hukum mengembangkan semua potensi-
Pancasila adalah asas keselarasan. potensi manusiawi yang ada dalam
dirinya secara utuh. Tiap manusia
Asas ini menghendaki akan berupaya untuk mewujudkan
terselenggaranya harmoni dalam tujuan hidupnya masing-masing.
kehidupan bermasyarakat. Upaya itu dilaksanakan dengan
Berdasarkan asas ini, maka menjalankan perilaku. Hanya dengan
penyelesaian masalah-masalah perilaku, manusia dapat mewujudkan
konkret, selain harus didasarkan pada tujuan hidupnya.
pertimbangan kebenaran dan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku, juga Tetapi, perilaku saja tidak cukup;
harus dapat diakomodasikan pada untuk dapat mewujudkan tujuan
proses-proses kemasyarakatan sebagai hidupnya itu, manusia juga perlu
keseluruhan yang utuh dengan mempergunakan berbagai hal lain
mempertimbangkan perasaan- yang ada di luar dirinya, misalnya
perasaan yang sungguh-sungguh benda mati dan binatang. Karena
hidup dalarn masyarakat. kodrat kebersamaan dengan
sesamanya, maka segala upaya yang
Dimana para warga masyarakat dan dilakukan manusia itu berlangsung
pelaksana hukum diharapkan dalam hubungan-hubungan
kepatutan dalam melaksanakan hak kemasyarakatan. Di lain pihak,
dan kewajibannya, sedemikian terbawa oleh kodratnya, manusia
sehingga kerukunan dan kesejahteraan tidak dapat dijadikan obyek dan alat
bermasyarakat dapat dipertahankan oleh sesamanya tanpa meniadakan
dan dikembangkan. Asas kerukunan, kemanusiaannya. Karena setiap
asas kepatutan dan asas keselarasan manusia memerlukan benda-benda
sebagai ciri-ciri khas dari Hukum dan binatang – binatang itu untuk
Pancasila dapat dicakup dengan satu memenuhi tujuan hidupnya masing-
istilah, yakni sifat kekeluargaan. masing, dan tidak ada seorang pun
Karena itu, dapat dikatakan bahwa yang mau dijadikan obyek atau alat
Hukum Pancasila adalah hukum oleh orang lain, maka di dalam
bersemangat kekeluargaan. Semangat hubungan kemasyarakatan itu dengan
kekeluargaan menunjuk pada sikap sendirinya timbul pengertian hak
yang berdasarkannya kepribadian bahwa setiap manusia sama-sama

63
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

mempunyai hak untuk menggunakan masyarakat merasakan ketenteraman


benda-benda dan binatang-binatang dalam batinnya. Para warga
itu serta untuk tidak dijadikan obyek masyarakat akan merasa tenteram,
atau alat oleh orang lain; dan bilamana ia yakin bahwa
bersamaan dengan itu timbul kelangsungan hidup dan pelaksanaan,
pengertian hukum dapat kita pahami, termasuk hal mempertahankan,
pelaksanaan hak untuk hidup dan haknya tidak tergantung pada
mencapai tujuan hidup masirig- kekuatan. Selain dari itu, perasaan
masing tidak mungkin terjadi secara tenteram akan ada bilamana para
wajar bila di dalam masyarakat warga masyarakat merasa yakin,
terdapat kekacauan. bahwa sepanjang tidak melanggar hak
dan tidak merugikan orang lain,
Dengan kata lain, manusia tanpa perasaan khawatir, secara bebas
memerlukan terselenggaranya dapat menjalankan apa yang
ketertiban dan keteraturan di dalam diyakininya sebagai benar dan secara
masyarakat. Karena ketertiban dan bebas ia dapat mengembangkan bakat-
keteraturan itu diwujudkan dalam bakat dan kesenangannya serta ia
perilaku manusia, maka diperlukan akan selalu mendapat perlakuan
sejumlah peraturan perilaku yang secara wajar dan berperikemanusiaan,
kepatuhannya tidak dapat diserahkan adil dan beradab, juga ketika ia telah
sepenuhnya kepada kemauan bebas melakukan suatu kesalahan.
setiap manusia. Peraturan-peraturan
perilaku yang demikian itu disebut Dalam tujuan hukum yang
hukum, yang pelaksanaannya harus digambarkan tadi, secara implisit,
dapat dipaksakan oleh otoritas publik. sudah mencakup tujuan lain dari
Jadi, dapatlah disimpulkan, bahwa hukum, yakni mewujudkan keadilan.
salah satu tujuan dari hukum adalah Kelangsungan ketertiban dan
mengatur perilaku manusia di dalam kedamaian sangat tergantung pada
hubungan-hubungan kemasyarakatan, terlaksananya keadilan. Karena itu,
jika perlu dengan paksaan, sehingga terselenggaranya keadilan adalah
terwujud ketertiban dan keteraturan, sangat esensial dalam mewujudkan
secara singkat: mewujudkan hukum. Pengertian keadilan meliputi
ketertiban dan keteraturan dalam beberapa aspek. Secara umum
masyarakat. dikatakan, bahwa keadilan berarti
dengan sukarela secara tetap dan
Tetapi, ketertiban dan ketenteraman mantap terus menerus memberikan
itu bukanlah tujuan akhir dari hukum, kepada tiap orang apa yang memang
melainkan tujuan antara. Sebab, di sudah menjadi bagiannya atau haknya
dalam masyarakat dapat saja, dengan (lustitia est constans et perpetua voluntas
menggunakan kekuatan, dipaksakan ius suum cuique tribuere).
suatu ketertiban yang bersifat tiranik,
yang menindas nilai-nilai manusiawi. Berdasarkan rumusan tadi, pengertian
Tujuan lebihjauh dari hukum adalah keadilan dapat dibedakan dalam
mewujudkan kedamaian sejati di beberapa aspek berikut ini. Keadilan
dalam masyarakat. Kedamaian sejati Distributif (iustitia distributiva) adalah
akan terwujud, bilamana setiap warga keadilan yang berupa kewajiban

64
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

pimpinan masyarakat untuk padat, tujuan hukum adalah untuk


memberikan kepada para warga mengayomi manusia.
masyarakat beban sosial, fungsi-
fungsi, balas jasa dan kehormatan Tetapi, mengayomi manusia itu
secara proporsional (seimbang) tidaklah hanya melindungi manusia
dengan kecakapan dan jasa masing- dalam arti pasif, yakni hanya
masing. Keadilan Komutatif (iustitia mencegah tindakan sewenang-wenang
commutativd) adalah kadilan yang dan pelanggaran hak saja. Melainkan,
berupa kesenilaian antara prestasi dan juga meliputi pengertian melindungi
kontra-prestasi, antara jasa dan balas secara aktif, artinya meliputi upaya
jasa dalam hubungan-hubungan antar- untuk menciptakan kondisi dan
warga, atau, dilihat dari sudut mendorong manusia untuk selalu
pemerintah memberikan kepada setiap memanusiakan diri terus menerus.
warga secara sama tanpa Jadi, dalam alam pikiran Pancasila,
menghiraukan perbedaan-perbedaan tujuan hukum adalah untuk
keadaan pribadi ataupun jasanya. menciptakan kondisi sosial yang
Keadilan Vindikatif (iustitia vindicativd) manusiawi sedemikian sehingga
adalah keadilan yang berupa memungkinkan proses sosial
memberikan ganjaran (hukuman) berlangsung secara wajar, di
sesuai dengan kesalahan yang dalamnya secara adil setiap manusia
bersangkutan. Keadilan Protektif mendapat kesempatan yang seluas-
(iustitia protective) adalah keadilan luasnya untuk mengembangkan
berupa perlindungan yang diberikan seluruh potensi kemanusiaannya
kepada setiap manusia, sehingga tak secara utuh. Termasuk dalam
rumusan tadi adalah tujuan hukum
seorangpun akan mendapat perlakuan
sewenang-wenang. (Arief Sidharta, untuk memelihara dan
2015). mengembangkan budi pekerti
kemanusiaan serta cita-cita moral
Rumusan – rumusan tentang keadilan rakyat yang luhur berdasarkan
tadi adalah rumusan yang abstrak. Isi Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain
dari rumusan-rumusan tadi akan dari itu, hukum juga secara langsung
ditentukan oleh kondisi yang di melalui peraturan-peraturannya
dalamnya keadilan hendak mendorong setiap manusia untuk
diwujudkan. Yang pasti adalah, memanusiakan diri.
bahwa keadilan menuntut bahwa
setiap orang tanpa kecuali Secara umum, dapat dikatakan,
berkewajiban untuk bertindak sesuai bahwa tugas/fungsi hukum adalah
dengan apa yang diwajibkan mengatur hubungan-hubungan
kepadanya oleh hukum; pengertian kemasyarakan antar-para warga
masyarakat satu sama lain dan antara
hukum di sini tidak selalu berarti
hukum positif. Tujuan hukum untuk para warga masyarakat dan
mewujudkan ketertiban dan masyarakat sebagai keseluruhan
keteraturan, kedamaian, serta (negara), sedemikian rupa sehingga
keadilan dapat dirumuskan dengan terselenggara ketertiban dan keadilan
satu istilah, yakni Pengayoman dalam masyarakat. Jadi, tugas/fungsi
hukum pertama-tama adalah untuk
(Perlindungan). Jadi, secara singkat

65
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

mengabdi kepada ketertiban dan Dengan terpeliharanya perasaan


keadilan. Untuk mewujudkan tenteram itu, maka ketertiban akan
ketertiban dan keadilan, maka tugas mempunyai akar yang kuat.
hukum adalah menciptakan
keteraturan dan kepastian hukum, Telah dikemukakan, bahwa tujuan
yakni kepastian yang diciptakan oleh hukum adalah untuk mewujudkan
hukum dan kepastian di dalam hukum keadilan. Tetapi, keadilan
itu sendiri. Dalam mewujudkan fungsi mensyaratkan terselenggaranya
ini, maka tugas dari hukum adalah ketertiban; tanpa ketertiban, praktis
untuk menciptakan, menegakkan, tidak mungkin atau sulit sekali
memelihara dan mempertahankan mewujudkan keadilan. Sebaliknya,
keamanan dan ketertiban yang adil. ketertiban hanya mungkin bertahan
Ini berarti, bahwa hukum juga lama jika ketertiban berakar pada
berfungsi sebagai sistem mekanisme ketenteraman masyarakat. Karena itu,
pengendalian sosial untuk maka hukum juga bertugas untuk
menciptakan peraturan-peraturan
memelihara stabilitas sosial poitik.
tentang prosedur proses - proses
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan (pengkaidahan,
yang dikemukakan tadi, maka tugas penormaan) perilaku dan cara – cara
hukum adalah melalui peraturan- melaksanakan serta mempertahankan
peraturannya mencoba menyelaraskan peraturan-peraturan hukum, yang
(mengakomodasikan) kepentingan- selain efektif juga harus memenuhi
kepentingan para warga masyarakat rasa keadilan. Dalam kondisi
dalam hubungan antara yang satu masyarakat yang sedang berada dalam
dengan yang lainnya, serta antara keadaan stabil, maka tugas fungsi
kepentingan warga masyarakat dan hukum adalah hanya memelihara dan
masyarakat. Tercakup dalam mempertahankan keamanan,
pengertian tugas hukum itu tadi ketertiban dan keteraturan. Tetapi,
adalah tugas untuk mengatur dalam masyarakat yang sedang
kehidupan ekonomi masyarakat mengalami perubahan-perubahan dan
sedemikian rupa sehingga setiap sedang melaksanakan pembangunan,
warga masyarakat akan mampu maka tugas / fungsi hukum
secara wajar memenuhi segala memelihara keamanan dan ketertiban
kebutuhannya. Jadi, hukum juga pada saja tidak cukup, apalagi dalam masa
dasarnya bertugas untuk secara adil perubahan - perubahan
mendistribusi kekayaan (pendapatan) kemasyarakatan dan pembangunan
masyarakat. Dengan perkataan lain, pada masa kini.
di samping menjaga keamanan,
Perubahan kemasyarakatan adalah
hukum juga harus mencegah
proses-proses perubahan dalam tata
terjadinya kepincangan dan ketidak
nilai yang menjiwai masyarakat.
adilan di dalam masyarakat. Secara
Perubahan tata nilai itu meliputi juga
positif, hukum juga bertugas untuk
perubahan – perubahan dalam sikap
mewujudkan keadilan sosial.
dan pola perilaku. Sebelum perubahan
Terwujudnya keadilan sosial akan
itu mengendap dan menjadi mantap,
menimbulkan perasaan tenteram
maka terjadi situasi yang di dalamnya
dalam batin para warga masyarakat.

66
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

di samping tata nilai yang baru, masih masyarakat, termasuk sebagian dari
tetap berlaku tata nilai yang lama pimpinan masyarakat masih belum
yang jalin menjalin secara kabur. Tata menguntungkan bagi berhasilnya
nilai itu sendiri adalah hasil dari upaya melaksanakan pembangunan
pengalaman interaksi antar-warga berencana yang diinginkan. Padahal
masyarakat dalam proses kehidupan penyelesaian masalah-masalah yang
bermasyarakat. dihadapi masyarakat dan para
warganya sudah sangat mendesak,
Tetapi, sekali tata nilai terbentuk dan namun penyelesaian itu harus tetap
memperoleh kemantapan, maka ia berlangsung dengan cara yang tidak
akan mempengaruhi dan membentuk menindas martabat manusia.
sikap serta pola perilaku para warga
masyarakat. Sedangkan tata hukum Ini berarti, bahwa pelaksanaan
mencerminkan tata nilai yang berlaku. pembangunan berencana itu harus
Dengan demikian terlihat bahwa tetap berdasarkan hukum. Karena itu,
antara tata nilai, hukum dan maka hukum selain harus tetap
perubahan kemasyarakatan terdapat mengatur ketertiban dan memelihara
hubungan yang erat. Bilamana dalam keamanan, juga bertugas untuk
masyarakat terjadi perubahan dalam membuka jalan dan saluran baru
tata nilai dan sikap serta pola perilaku dalam sistem kehidupan
para warganya, maka hukum bertugas bermasyarakat agar segala upaya
untuk memberikan bentuk hukum pembangunan berlangsung dengan
melalui perubahan dan/atau lancar tanpa menimbulkan
penciptaan peraturan-peraturan kepincangan dan menimbulkan
hukum baru pada perubahan- ketidak adilan dalam masyarakat
perubahan yang sudah terjadi. Hal ini (jurang yang semakin lebar antara
perlu untuk dapat tetap memelihara yang miskin dan yang kaya). Jadi,
dan mempertahankan ketertiban dan hukum juga berfungsi sebagai
kepastian (hukum) dalam masyarakat. prasarana pembangunan. Sebagai
prasarana pembangunan, tugas
Tetapi perubahan kemasyarakatan hukum adalah membentuk peraturan-
yang kini tengah berlangsung, peraturan hukum dapat menyalurkan
menciptakan masalah-maslah yang kegiatan masyarakat secara tertib
sangat majemuk hanya dapat teratur dan membagi pendapatan
ditanggulangi dengan pembangunan masyarakat secara merata dan adil.
berencana. Perubahan hukum tidak
dapat lagi menunggu mengendapnya Sehubungan dengan sikap serta pola
hasil proses perubahan perilaku yang masih terpaku pada tata
kemasyarakatan itu. Sebab, nilai lama, maka hukum bertugas
perencanaan dan pelaksanaan untuk mempercepat proses pendidikan
pembangunan secara langsung masyarakat kearah sikap serta pola
dihadapkan pada masalah-masalah perilaku yang paling sesuai dengan
majemuk sehubungan dengan masyarakat yang dicita-citakan. Ini
berlakunya dua tata-nilai (lama dan adalah fungsi hukum sebagai
baru) pada waktu bersamaan. Sikap prasarana pendidikan. Tujuannya
dan pola perilaku para warga adalah untuk memungkinkan

67
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

terjadinya pembangunan dengan cara dari hukum bersama-sama


yang teratur tanpa menindas martabat mewujudkan atau berakar dalam
kemanusiaan para warga masyarakat. fungsi hukum sebagai prasarana dan
Wilayah Indonesia merupakan sebuah sarana pengadaban masyarakat
kepulauan yang terdiri dari ribuan (yakni sarana untuk mengadabkan
pulau besar dan kecil. Bangsa dan meningkatkan taraf keadaban
Indonesia terdiri dari berbagai suku para warga masyarakat).
yang masing-masing memiliki dan
hidup dalam atau dengan adat- Fungsi sebagai prasarana
istiadat, hukum adat dan bahasa pembangunan, prasarana pendidikan
sendiri-sendiri. sosial dan prasarana pengembangan
sosial budaya itu, sudah barang tentu,
Kondisi ini, selain dapat menghambat harus dilaksanakan dengan
proses pembangunan, juga tidak melakukan penciptaan peraturan-
menguntungkan bagi upaya peraturan hukum yang baru melalui
mewujudkan dan mengembangkan prosedur yang sah dengan tetap
cita-cita persatuan dan kesaruan berpijak pada hukum dan tata nilai
sebagai satu bangsa yang utuh. yang berlaku, namun diorientasikan
Kesadaran nasional adalah juga salah ke masa depan, segala suatu dengan
satu dari manifestasi tata nilai. Karena memperhitungkan kenyataan-
itu, menumbuhkan kesadaran kenyataan sosial lainnya yang relevan
nasional secara nyata berarti untuk pembentukan dan penerapan
mengembangkan nilai-nilai sosial- hukum, untuk mencegah hal tersebut
budaya di dalam masyarakat. maka diterapkan hukum progresif.
Berhubung segala hal yang Hukum progresif merupakan gagasan
menyangkut hidup manusia harus yang ingin mencari cara untuk
selalu dapat dipertanggung-jawabkan mengatasi keterpurukan hukum di
secara rasional, maka usaha Indonesia secara lebih bermakna.
pengembangan nilai-nilai sosial- Asumsi dasar hukum progresif bahwa
budaya pun harus dilaksanakan hukum adalah untuk manusia, bukan
berdasarkan hukum. Dengan sebaliknya, hukum bukan merupakan
demikian, maka hukum juga bertugas institusi yang absolut dan final,
untuk meningkatkan kesadaran hukum selalu berada dalam proses
hukum nasional sehingga kesadaran untuk terus-menerus 'menjadi' (law as
nasional itu semakin tebal dan process, law in the making).
semakin nyata dirasakan dan dihayati
oleh seluruh warga negara Republik Hukum progresif memuat kandungan
Indonesia. Jadi hukum juga berfungsi moral yang sangat kuat. Dalam
untuk secara aktif mempengaruhi konteks ini hukum tidak dijadikan
perkembangan tata nilai dan sebagai teknologi yang tidak
tumbuhnya nilai-nilai sosial budaya bernurani, tetapi sebagai suatu
yang baru. Ini adalah fungsi sosial institusi yang bermoral, yaitu
budaya dari hukum. berdimensi kemanusiaan. Hukum
progresif peka terhadap perubahan-
Fungsi hukum sebagai prasarana perubahan dan terpanggil untuk
pendidikan dan fungsi sosial-budaya tampil melindungi rakyat menuju

68
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

hukum yang ideal. Hukum progresif untuk mengatur dan mewujudkan


menolak keadaan status quo, ia bebas ketertiban yang adil dalam kehidupan
untuk mencari format, pikiran, asas kemasyarakatan di Indonesia. Hukum
serta aksi-aksi karena. "hukum untuk Pancasila dapat juga disebut Hukum
manusia". Oleh karena itu arah dan (Nasional) Indonesia. Proses
watak hukum yang dibangun harus terbentuknya peraturan-peratuan
berada dalam hubungan yang sinergis hukum positif itu dapat terjadi melalui
dengan kekayaan yang dimiliki bangsa tindakan nyata para warga
Indonesia, atau "back to law and order", masyarakat dalam menjalani
kembali pada orde hukum dan kehidupan sehari-hari, dari
ketaatan dalam konteks Indonesia. perulangan perilaku yang sama tiap
Artinya bangsa Indonesia harus berani kali terjadi situasi kemasyarakatan
mengangkat "Pancasila" sebagai yang sama. Dalam hal ini, maka
alternatif dalam membangun "negara terbentuk hukum tidak tertulis
berdasarkan hukum" versi Indonesia (hukum kebiasaan dan hukum adat).
sehingga dapat menjadi "rule of moral Proses terbentuknya peraturan hukum
atau "rule of justice" yang bersifat "ke- itu dapat juga terjadi secara disengaja
Indonesia-an" yang lebih melalui keputusan-keputusan para
mengedepankan "olah hati nurani" pejabat, yurisprudensi dan perundang-
daripada "olah otak", atau lebih undangan. Produk dari keseluruhan
mengedepankan komitmen moral. proses pembentukan peraturan hukum
positif itu mewujudkan Tata Hukum.

C. PENUTUP Dimana para warga masyarakat dan


pelaksana hukum diharapkan
Pandangan hidup bangsa Indonesia kepatutan dalam melaksanakan hak
sejak dari dahulu hingga kini adalah dan kewajibannya, sedemikian
Pancasila. Dalam dinamika proses- sehingga kerukunan dan kesejahteraan
proses kemasyarakatan, Pancasila bermasyarakat dapat dipertahankan
diwujudkan dalam berbagai bidang dan dikembangkan. Asas kerukunan,
kehidupan, juga pada bidang asas kepatutan dan asas keselarasan
kehidupan hukum. Penerapan atau sebagai ciri-ciri khas dari Hukum
realisasi Pancasila pada bidang Pancasila dapat dicakup dengan satu
kehidupan hukum itu menumbuhkan istilah, yakni sifat kekeluargaan.
ketentuan-ket'entuan hukum yang Karena itu, dapat dikatakan bahwa
dijiwai atau diwarnai oleh Pancasila. Hukum Pancasila adalah hukum
Keseluruhan Tata Hukum sebagai bersemangat kekeluargaan. Semangat
suatu sistem aturan hukum positif kekeluargaan menunjuk pada sikap
merupakan penjabaran atau yang berdasarkannya kepribadian
penerapan Pancasila pada bidang setiap warga masyarakat diakui dan
hukum, dapat disebut Hukum dilindungi oleh masyarakat. Sehingga
Pancasila. diperlukannya hukum progresif yang
memuat kandungan moral yang
Hukum Pancasila sebagai hukum sangat kuat. Dalam konteks ini
positif tumbuh dari dalam dan/atau hukum tidak dijadikan sebagai
dibuat oleh masyarakat Indonesia teknologi yang tidak bernurani, tetapi

69
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral

sebagai suatu institusi yang bermoral,


yaitu berdimensi kemanusiaan
berdasarkan nilai moral Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Shidharta, B. Filsafat Hukum


Pancasila, Makalah pada seminar
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara, Jakarta, 2015.

Darmodiharjo, Darji, dkk. Santiaji


Pancasila, Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya, Indonesia, 1991.

Kaelan. Filsafat Pancasila sebagai Filsafat


Bangsa Negara Indonesia. Makalah
pada Kursus Calon Dosen
Pendidikan Kewarganegaraan,
Jakarta, 2005.

Soekarno. Lahirnya Pancasila, 1945.

Soepomo. Hubungan Individu dan


Masyarakat dalam Hukum Adat, Gita
Karya, Djakarta, 1963.

Subandi Al Marsudi. Pancasila dan UUD’45


dalam Paradigma Reformasi, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

70
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai